Laporan Praktikum Agroklimatologi
Acara Ix : Klasifikasi Iklim
Nama : Anggi Kusumah
NPM : E1D017102
Shift : Kamis, 08.00-09.40 WIB
Co-Ass : 1. Prayogi Dhuha Brahmanto
(E1F015011)
2. Inggri Dayana
(E1F016005)
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Iklim
adalah integrasi secara umum dari kondisi cuaca yang mencakup periode waktu
tertentu pada suatu wilayah sedangkan cuaca menggambarkan kondisi atmosfir pada
suatu saat. Kondisi cuaca ataupun iklim ini dicirikan oleh unsur-unsur atau
komponen atau parameter cuaca atau iklim antara lain suhu, angin, kelembaban,
penguapan, curah hujan serta lama dan intensitas penyinaran matahari. Kondisi
dari unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tinggi
tempat, lintang tempat dan posisi matahari.
Berdasarkan
hal diatas, maka kondisi iklim di setiap daerah tidak sama dan oleh karena itu
terdapat penggolongan iklim yang sering disebut dengan istilah klasifikasi
iklim. Ada beberapa klasifikasi iklim yang dikenal, seperti iklim menurut
Koppen, Thornthwaite (merupakan klasifikasi iklim yang meliputi skala dunia),
serta Mohr, Schmidth Ferguson dan Oldeman (merupakan klasifikasi iklim di Indonesia).
Klasifikasi iklim ini seringkali dinyatakan sebagai tipe hujan, karena data
yang dianalisisnya adalah data curah hujan. Untuk penentuan klasifikasi ini
telah disepakati datanya harus tersedia paling sedikit 10 tahun yang diperoleh
dari satu stasiun klimatologi atau hasil rata-rata dari beberapa stasiun yang
tercakup di daerah yang akan ditentukan tipe iklimnya. Data yang dikumpulkan
adalah data curah hujan bulanan.
Iklim
merupakan gabungan berbagai cuaca sehari-hari atau rata-rata dari cuaca yang
dilakukan selama 30 tahun agar dapat mengetahui penyimpangan pada iklim. Iklim
disuatu daerah tidak selalu sama karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
radiasi matahari, garis lintang, topografi, tekanan udara, permukaan tanah,
luas daratan dan lautan. Ada tiga tipe iklim yang digunakan di Indonesia yaitu
tipe iklim Mohr, tipe Schmidt-Ferguson dan tipe iklim Oldeman.
Pembagian
iklim menurut Mohr didasarkan atas banyaknya bulan basah dan bulan kering.
Schmid dan Fergusson mendapatkan bulan basah dan bulan kering dengan cara
mencari harga rata-rata curah hujan tiap tahun. Adanya bulan basah dan bulan
kering dihitung kemudian dijumlahkan lalu dirata-rata, untuk mengetahui periode
kering di suatu daerah Schmid dan Fergusson menghitung nilai Q. Klasifikasi iklim
yang dibuat oleh Oldeman menggunakan dasar yaitu bulan basah dan bulan kering
yang berturut-turut, semua itu dihubungkan dengan kebutuhan air bagi tanaman
basah dan palawija.
Di
alam unsur-unsur iklim tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi
dan saling mempengaruhi. Dengan kata lain perilaku salah satu unsur iklim di
suatu wilayah atau tempat merupakan resultante dari bermacam-macam unsure
iklimlainya. Meskipun pola perilaku iklim di bumi cukup rumit, tetapi ada
kecenderungan bahwa karakteristik dan pola tertentu dari unsure-unsur iklim di
berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan sekalipun, menunjukkkan perilaku
yang serupa apabila faktor utamanya sama. Faktor utama tersebut dapat berupa
salah satu unsure iklim (pengendali) atau letak geografisnya.
Keadaan
iklim tiap wilayah seperti daerah dinggin, daerah panas, gurun, stepa atau
hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga membutuhkan suatu
system penamaan untuk kelompok-kelompok yang sama tersebut. Sistem penamaan terhadap
pokok bahasan dalam setiap cabang ilmu yang mendasarkan pada sifat-sifat yang
sama atau persamaannya kita kenal sebagai sistem klasifikasi. Seperti halnya
pada cabang ilmu lain misalnya ilmu tanah, botani, dan entomologi dalam
membahas formulasi-formulasi kesamaan tentang sifat unsur-unsur iklim di suatu
wilayah sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim. dengan demikian
pada hakekatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh
efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. oleh karena itu
analisis statik unsur-unsur iklim dapat dilakukan umtuk menjelaskan dan memberi
batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana.
1.2.
Tujuan
Menentukan kelas
iklim suatu tempat dengan menggunakan cara klasifikasi schmit dan ferguson dan
cara klasifikasi oldemann
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi ini merupakan modifikasi
atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai
rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada
klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode
pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Dimana bulan
kering adalah bulan dengan curah hujan < 60mm, bulan lembab yaitu bulan
dengan curah hujan antara 60mm-100mm, dan bulan basah adalah bulan dengan curah
hujan > 100m (Guslim,2009 ).
Iklim
Mohr adalah penggolongan iklim berdasarkan rata-rata pengelompokan jumlah bulan
basah dan bulan kering pertahun lalu dirata-rata. Bulan basah yaitu bulan yang
jumlah curah hujannya lebih dari 100 mm/bulan, sedangkan bulan kering adalah
bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm/tahun (Indiyanti, 2009).
Tipe
iklim Schmidt-Ferguson merupakan perbaikan dari tipe iklim Mohr. Pencarian
rata-rata bulan basah dan bulan kering atau nilai Q dalam klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson dilakukan dengan cara membandingkan jumlah bulan kering dengan
bulan basah selama pengamatan (Syakur, 2008).
Klasifikasi
iklim yang tepat digunakan untuk pemetaan pola tanam pada bidang pertanian
adalah klasifikasi iklim menurut Oldeman. Klasifikasi iklim Oldeman memakai
unsur curah hujan sebagai dasar penentuan klasifikasi iklimnya. Kriteria dalam
klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab
(BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan
efektif dan kebutuhan air tanaman (Fadholi dan Supriyatin, 2012).
Schmidt-Fergoson
membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut
adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah
hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan
tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis
tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang)
jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya
hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim
G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim
kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Setiawan 2010).
Filter
Kalman menggabungkan pendekatan model fisik dan statistik menjadi model
stokastik yang dapat diperbarui setiap saat untuk tujuan peramalan segera (on
line forecasting). Model prediksi hujan dengan metode Filter Kalman dibangun
untuk memenuhi kebutuhan terhadap perencanaan tanam yang selama ini masih
bertumpu pada pola hujan setempat dan belum memperhitungkan aspek prediksi.
Model disusun berdasarkan pola hubungan antara curah hujan dengan indikator
anomali iklim (suhu permukaan laut Niño 3.4) yang merupakan salah satu
parameter dominan untuk mengetahui munculnya gejala anomali iklim. Hasil
validasi model prediksi hujan mingguan dengan metode filter Kalman
memperlihatkan nilai koefisien korelasi validasi sebagian besar antara 50-80%.
Sedangkan hasil validasi untuk curah hujan bulanan, menunjukkan nilai koefisien
korelasi yang lebih tinggi, yang sebagian besar lebih dari 80%.( Estiningtyas
et al, 2008).
Pada
dasarnya Oldeman bersama-sama dengan beberapa kawannya melakukan klasifikasi
terutama atas dasar curah hujan bhubungannya dengan kebutuhan air tanaman
khususnya tanaman panagan semusim yaitu padi dan palawija. Oldeman ama halnya
dengan Schmidt dan Ferguson maupun Mohr juga menggunakan istilah bulan basah
dan bulan kering dalam penggolongannya. Klasifikasi iklim Oldeman tergolong
klasifikasi yang baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang
diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk
keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi
lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia. Ia membuat dan menggolongkan
tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan
kering secara berturut-turut ( Dewi ,2008 ).
Kebutuhan air
untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija
adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang sama
adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan
diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi
kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120
mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah apabila
mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan
kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (Tjasyono, 2009).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Data
hujan jangka panjang (tahun 2007 – 2009)
3.2 Cara Kerja
1. Mengumpulkan
data hujan dari beberapa stasiun dalam kawasan berdekatan yang mempunyai masa
pendapatan tahun 2007 – 2009.
2. Membuat
rataan bulanan masing-masing data tersebut
3. Mengklasifikasikan
data iklim tersebut menurut cara klasifikasi schmit dan ferguson dan cara
klasifikasi oldemann
4. Mengamati
hasil dua macam klasifikasi tersebut sama. Jika berbeda dijelaskan mengapa
apabila terjadi perbedaan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Data
Curah Hujan Tahun 2007
Tgl
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
1
|
2
|
-
|
108
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1
|
-
|
-
|
7
|
25,5
|
91
|
-
|
-
|
100
|
-
|
-
|
30
|
3
|
5
|
-
|
21
|
17,5
|
2
|
-
|
-
|
-
|
110
|
-
|
-
|
45
|
4
|
2,5
|
5
|
-
|
2
|
-
|
14
|
-
|
-
|
16
|
-
|
-
|
29
|
5
|
73
|
28
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
48
|
33
|
6
|
4
|
11
|
-
|
-
|
-
|
21,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14,5
|
21
|
7
|
5,7
|
-
|
-
|
4,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5,5
|
-
|
-
|
3
|
8
|
18
|
-
|
11
|
-
|
-
|
32,5
|
2
|
-
|
36
|
9,5
|
15
|
5
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
-
|
76
|
-
|
-
|
28
|
32
|
20
|
10
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
25
|
11
|
-
|
-
|
10,4
|
8
|
-
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
5,5
|
12
|
-
|
-
|
1,5
|
6
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
30
|
8
|
24
|
13
|
14
|
-
|
37
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
16
|
-
|
14
|
50,5
|
-
|
-
|
-
|
60,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
96,5
|
10
|
15
|
30
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
12
|
16
|
20
|
-
|
27
|
-
|
14
|
18
|
-
|
6
|
-
|
9
|
-
|
17
|
17
|
-
|
4
|
-
|
40,5
|
-
|
80
|
-
|
8,5
|
-
|
-
|
17,5
|
20
|
18
|
-
|
21
|
-
|
-
|
4
|
105
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
19
|
-
|
171,5
|
-
|
-
|
-
|
23
|
14,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
20
|
-
|
1,5
|
6
|
-
|
-
|
28
|
-
|
6,5
|
-
|
-
|
40
|
5
|
21
|
13
|
-
|
38,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
62
|
17
|
22
|
2
|
-
|
2,5
|
25
|
-
|
-
|
17,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
15
|
23
|
57
|
-
|
-
|
23
|
-
|
-
|
20
|
-
|
-
|
12
|
-
|
8
|
24
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
18
|
10
|
25
|
17,5
|
-
|
3
|
13
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
22
|
26
|
1,5
|
17,5
|
45
|
24,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
17
|
36
|
27
|
2
|
35
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
-
|
-
|
-
|
20
|
42
|
28
|
-
|
98,5
|
3,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14
|
35
|
29
|
-
|
-
|
21
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
145
|
-
|
-
|
30
|
-
|
-
|
-
|
1,5
|
16,5
|
4,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
20
|
31
|
-
|
-
|
-
|
10,5
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jmlh
|
319,7
|
395
|
429
|
183
|
147
|
435,5
|
140
|
21
|
267,5
|
243,5
|
251,5
|
533,5
|
Byk
Hjn
|
19
|
11
|
14
|
13
|
11
|
12
|
6
|
3
|
5
|
7
|
18
|
26
|
Total = 3566,2 mm
Data
Curah Hujan Tahun 2008
Tgl
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
1
|
-
|
76
|
18,5
|
-
|
-
|
3,5
|
13
|
-
|
-
|
-
|
-
|
21,5
|
2
|
-
|
12,5
|
20
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
40
|
37
|
-
|
22
|
3
|
-
|
10,5
|
16,5
|
2
|
-
|
4,5
|
-
|
-
|
1,5
|
-
|
18,5
|
7
|
4
|
-
|
2
|
27,5
|
8,5
|
-
|
11,5
|
-
|
-
|
11,5
|
-
|
5
|
-
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,3
|
-
|
-
|
-
|
21
|
30
|
5
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
64
|
23
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3,5
|
37
|
30
|
18
|
8
|
-
|
-
|
-
|
3,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2,8
|
-
|
39
|
98
|
9
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
3
|
4
|
3,5
|
5
|
10
|
-
|
14
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7,5
|
7,5
|
8,5
|
-
|
-
|
2,5
|
11
|
6
|
35
|
40
|
14
|
-
|
-
|
10,5
|
-
|
-
|
-
|
2,5
|
-
|
12
|
17
|
-
|
26,5
|
131,5
|
74
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
13
|
4
|
-
|
22
|
-
|
-
|
-
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
14
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
19
|
-
|
-
|
18,5
|
4
|
-
|
4,5
|
15
|
-
|
-
|
17
|
-
|
-
|
-
|
25,5
|
-
|
60
|
7,5
|
8,5
|
2
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,5
|
-
|
15
|
16
|
26,5
|
-
|
17
|
31
|
-
|
-
|
99
|
-
|
-
|
-
|
6,5
|
-
|
-
|
18
|
4,5
|
18
|
-
|
-
|
128
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
159
|
2
|
19
|
3
|
-
|
52,5
|
30,7
|
-
|
1,5
|
-
|
-
|
-
|
19
|
2
|
-
|
20
|
5
|
-
|
8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
18
|
-
|
-
|
3,5
|
4,5
|
21
|
27
|
2
|
26
|
17
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2,8
|
45,5
|
6,5
|
22
|
-
|
33
|
35,5
|
57
|
-
|
-
|
-
|
77
|
-
|
40
|
-
|
7
|
23
|
-
|
16
|
23
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
56,5
|
2
|
82
|
24
|
3
|
28
|
14
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,5
|
4,5
|
-
|
25
|
1
|
21,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
20,8
|
-
|
26
|
5
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
81
|
46,5
|
27
|
17
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
6,5
|
8
|
-
|
-
|
-
|
35,5
|
28
|
-
|
53,5
|
3
|
-
|
5
|
-
|
-
|
26
|
-
|
-
|
-
|
27
|
29
|
73
|
2,5
|
-
|
26,5
|
-
|
-
|
-
|
8
|
-
|
-
|
14
|
38,9
|
30
|
2
|
-
|
32,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
-
|
24,5
|
31
|
6
|
-
|
98,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
35
|
-
|
-
|
-
|
27
|
Jmlh
|
201
|
306,6
|
616
|
389,3
|
81
|
41,3
|
75,5
|
195
|
164,3
|
157,3
|
518,8
|
614,4
|
Byk
Hjn
|
15
|
13
|
20
|
10
|
3
|
6
|
8
|
10
|
10
|
9
|
21
|
25
|
Total = 3423,4 mm
Data
Curah Hujan Tahun 2009
Tgl
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
1
|
42
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
22
|
-
|
25
|
2
|
30
|
28
|
-
|
-
|
52
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
72
|
3
|
27
|
41
|
-
|
-
|
34
|
-
|
-
|
-
|
-
|
29
|
-
|
-
|
4
|
-
|
29
|
-
|
-
|
12
|
6
|
-
|
-
|
3
|
32
|
-
|
25
|
5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
39,5
|
15
|
26,4
|
6
|
17
|
-
|
12
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
7,5
|
-
|
38
|
67,5
|
20,5
|
21
|
-
|
-
|
37,5
|
-
|
-
|
15
|
8
|
-
|
7,8
|
35
|
-
|
4
|
65
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
65
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
41
|
10
|
-
|
-
|
-
|
6,5
|
4,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
13
|
3
|
-
|
11
|
-
|
-
|
-
|
40
|
109
|
-
|
67
|
45
|
-
|
10
|
23,9
|
62
|
12
|
4,5
|
1
|
-
|
32
|
4,6
|
-
|
-
|
14,5
|
-
|
7
|
-
|
40
|
13
|
7,5
|
5
|
21,8
|
29
|
3,2
|
2,5
|
-
|
-
|
-
|
4
|
139
|
52
|
14
|
13,7
|
4,5
|
-
|
-
|
20,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4,5
|
8
|
15
|
-
|
6
|
-
|
54
|
9,5
|
3
|
-
|
15
|
6
|
18
|
3
|
7
|
16
|
18
|
8,5
|
24,5
|
7,4
|
7
|
-
|
24
|
10
|
15,5
|
24
|
2,8
|
11
|
17
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
8,5
|
18
|
-
|
2,5
|
8
|
18
|
-
|
-
|
12,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
42,5
|
14
|
19
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
12
|
-
|
22,5
|
24
|
20
|
-
|
-
|
-
|
25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
24
|
13
|
21
|
24,5
|
-
|
-
|
40
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
15
|
18
|
22
|
18
|
2
|
-
|
61,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
9,5
|
23
|
21
|
3,5
|
-
|
-
|
-
|
16,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
18
|
5
|
24
|
13
|
5,4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
3
|
11
|
25
|
16
|
2
|
33,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6,5
|
5
|
6
|
26
|
14,5
|
1,5
|
25,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
2,5
|
4
|
27
|
28,5
|
-
|
20,5
|
-
|
-
|
-
|
43,5
|
22,7
|
-
|
-
|
-
|
82
|
28
|
30,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8,5
|
-
|
-
|
-
|
10,5
|
29
|
52
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2,5
|
-
|
4
|
8
|
2
|
10
|
69
|
30
|
28,5
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
15
|
13
|
31
|
-
|
-
|
40
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
Jmlh
|
410,4
|
145,2
|
263,3
|
558,9
|
282,8
|
120,3
|
142,5
|
131,2
|
100
|
147
|
363,2
|
177,4
|
Byk
Hjn
|
19
|
14
|
9
|
12
|
13
|
8
|
4
|
8
|
7
|
17
|
19
|
28
|
Total = 3429,7
Perhitungan
Diketahui:
· Teori Schmit dan Ferguson
Dikatakan BK = <60 mm
Dikatakan BB = >100 mm
Tipe
Iklim
|
|
A
|
<14
|
B
|
14 – 33
|
C
|
33 – 60
|
D
|
60 – 100
|
E
|
100 – 170
|
F
|
170 – 300
|
G
|
300 – 700
|
H
|
>700
|
· Teori Oldemann
Dikatakan
BK = 100 mm
Dikatakan
BB = 200 mm
Tipe
Utama (Devisi)
|
Rata-rata
BB
|
Sub
Devisi
|
Rata-rata
BK
|
A
|
9
|
1
|
< 2
|
B
|
7 - 9
|
2
|
2 – 3
|
C
|
5 – 6
|
3
|
3 – 4
|
D
|
3 – 4
|
4
|
4 - 6
|
E
|
3
|
|
|
Penyelesaian:
· Teori Schmith dan Ferguson
%
Jadi, tipe iklim berdasarkan data
curah hujan tahun 2007 sampai 2009, menurut teori Schmit dan Ferguson adalah tipe
iklim A.
· Teori Oldemann
Jadi, tipe iklim berdasarkan data
curah hujan tahun 2007 sampai 2009, menurut teori Oldemann adalah tipe iklim C1.
1.2
Pembahasan
Iklim
merupakan keadaan cuaca, yaitu perpaduan interaksi dari berbagai unsur cuaca
dalam jangka waktu yang lama. Setiap tempat di belahan bumi memiliki iklim yang
berbeda. Hal ini disebabakan adanya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi
iklim di setiap daerah. Kedudukan matahari yang berubah-ubah menjadi faktor
utama perbedaan iklim. Sementara itu, radiasi matahari merupakan pemicu utama
terbentuknya cuaca atau iklim. Selain kedudukan matahari, perbedaan iklim juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat.
Cuaca
dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang
kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis
di atmosfer bumi ini akibat dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari
dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan
besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara
alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran
udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau
berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003). Iklim terbentuk karena
interaksi dari unsur-unsur pembentuk iklim yaitu hujan, suhu, radiasi total dan
lama penyinaran matahasi, kelembaban relatif, kecepatan angin, dan evaporasi.
Akibat dari perbedaan keadaan atau interaksi unsur-unsur pembentuk inilah
sehingga setiap tempat memiliki iklim yang berbeda.
Salah
satu faktor yang mempengaruhi distribusi tanaman adalah iklim. Wilayah dengan
kondisi iklim tertentu akan didominasi oleh spesies tumbuhan tertentu, yakni
yang dapat beradaptasi baik pada kondisi iklim tersebut. Berdasarkan
keterkaitan yang erat antara kondisi iklim dengan spesies tumbuhan yang
dominan, beberapa ahli telah membuat klasifikasi iklim berdasarkan jenis
tumbuhan dominan pada wilayah tersebut. Dalam klasifikasi iklim dapat
diterapkan dua pendekatan yaitu: pendekatan genetik dan pndekatan generik.
Pendekatan genetik didasarkan pada faktor yang menentukan dan mneyebabkan iklim
berbda, misalnya pola sirkulasi udara, radiasi bersih, dan flux kelembaban.
Sementara itu, pendekatan generik berdasarkan pada unsur iklim yang diamati
atau efek terhadap gejala lain.
Dalam
pendekatan generik digunakan dua dasar pengkalisifikasian yaitu berdasarkan
rational moisture budget dan pertumbuan vegetasi. Kemudian berdasarkan
pertumbuhan vegetasiyang kami amati dikenal dua sistem yaitu sistem,
Schmidth-Ferguson, dan Oldeman.
Penggolongan
iklim menurut Schmidt-Fergusson menggunakan prinsip bulan kering dan bulan
basah seperti pada penggolongan menurut Mohr. Bulan basah yaitu bulan yang
menerima curah hujan lebih besar dari 100 mm, Bulan kering yaitu bulan yang
menerima curah hujan kurang dari 60 mm. Kelas iklim menurut Ferguson
ditentukan dengan menghitung nilai Q. dari hasil penghitungan Q itulah kemudian
ditentukan kelas iklimnya.
Zona
|
Nilai Q
|
Kondisi Iklim
|
A
|
<14.3
|
Sangat
Basah
|
B
|
14.3≤Q<33.3
|
Basah
|
C
|
33.3≤Q<60.0
|
Agak
Basah
|
D
|
60.0≤Q<10.0
|
Sedang
|
E
|
10.0≤Q<16.7
|
Agak
Kering
|
F
|
167
≤Q<300
|
Kering
|
G
|
300
≤Q< 700
|
Sangat
Kering
|
H
|
≥
700
|
Luar
Biasa Kering
|
Penggolongan
iklim menurut Oldeman didasarkan pada bulan basah dan bulan kering yang
berturut-turut. Klasifikasi ini digunakan untuk keperluan pertanian di
Indonesia. Kriteria penilaiannya adalah bulan kering (BK), bulan lembab
(BL), dan bulan basah (BB), yang batasnya memperhatikan peluang hujan, ujan
efektif, dan kebutuhan air tanaman. Karena penerapan konsep dengan
memperthatikan peluang hujan, hujan efektif, dan kebutuhan air tanaman maka
dikriteriakan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <100 mm, dan
bulan basah memiliki curah hujan >200 mm.
Dalam
penentuan tipe iklim berdarkan pada lamanya periode buan basah dan ulan kering.
Periode basah diperoleh dari jumlah bulan basah berurutan dan periode kering
diperoleh dari jumlah bulan kering berurutan. Periode bulan basah digunakan
untuk menentukan tipe iklim, dan periode bulan kering digunakan untuk
menentukan Sub-divisi.
Tipe utama
|
Periode basah
|
A
|
>9
|
B
|
7-9
|
C
|
5-6
|
D
|
3-4
|
E
|
0-2
|
Sub-divisi
|
Periode kering
|
1
|
0-1
|
2
|
2-3
|
3
|
4-6
|
4
|
>6
|
Masing-masing
zona agroklimat ini digolongkan kembali menjadi beberapa subzona berdasarkan
jumlah bulan kering yang berturut-turut, yaitu:
1. BK
< 2 bulan, maka pada zona tersebut dapat dilakukan budidaya tanaman
sepanjang tahun.
2. BK
antara 2-3 bulan, maka untuk dapat melakukan budidaya tanaman sepanjang tahun
diperlukan perencanaan matang.
3. BK
antara 4-6 bulan, maka dapat dilakukan 2 kali musim tanam.
4. BK
antara 7-9 bulan, maka hanya dapat dilakukan 1 kali tanam.
5. BK
> 9bulan, maka tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, jika tidak
dikembangkan sistem irigasi yang menjamin ketersediaan air.
Iklim
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Berdasarkan iklim dapat ditentukan jenis vegetasi yang tumbuh di lokasi
tersebut. Untuk mengetahui apakah tanamn dapat tumbuh sesuai untuk iklim
tertentu, diperlukan syarat tumbuh dan informasi cuaca yang lebih rinci dari
beberapa dekade dengan nilai rata-rata bulanan danpola sebaran sepanjang tahun.
Karena itu perlu dilakukan pegklasifikasian iklim untuk mnentukan jenis tanaman
yang sesuai dengan keadaan iklim di lokasi tertentu.
Sistem klasifikasi lain yang tergolong baru di Indonesia
dan pada beberapa hal masih mengandung diskusi mengenai batasan dan kriteria
yang digunakan. Namun demikian, untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup
berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di
Indonesia. Oldeman telah membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang
dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Kriteria dalam
klasifikasi iklim ini didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan
lembab (BL), dan bulang kering (BK) yang batasannya memperhatikan peluang
hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.
Klasifikasi
iklim memiliki tujuan menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau
dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu.
Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada
kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus. Dasar-dasar klasifikasi
iklim diantaranya:
a. Unsur-unsur
iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan
klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan
(presipitasi).
b. Klasifikasi
iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya,
misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.
c. Pengklasifikasian
iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya,
tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara
langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut.
Dalam
pengklasifikasikan iklim perlu memperhatikan beberapa hal diataranya tujuan
klasifikasi iklim dibuat untuk : pertanian, kelautan, penerbangan dll, luas
cakupan wilayah klasifikasi iklim : makro. meso, dan mikro, latar belakang
pembuatan klasifikasi iklim. Selain beberapa hal tersebut, secara umum perlu
dipahami faktor-fakor pengendali iklim seperti keragaman intensitas cahaya
matahari, distribusi tanah dan air Arus laut, angin yang mendominasi, posisi
daerah tekanan tinggi dan rendah, posisi gunung, dan ketinggian tempat.
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang
jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang
sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim
umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya
untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang
spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya
memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung
mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut.
Suatu wilayah yang mempunyai kondisi iklim cocok untuk
tanaman akan memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pusat produksi.pusat
produksi tanaman adalah suatu daerah yang telah terbukti memenuhi persyaratan
kesesuaian iklim pada wilayah yang cukup luas dengan produktivitas tinggi
(ton/ha/musim panen) dalam jangka waktu lama. Konsepsi dasar dalam pewilayahan
kmoditi secara bertahap, diawali dengan study agroekologi utama yang hanya
mempertimbangkan faktor biofitis yaitu iklim, tanah, dan
toposifiografi.
Tujuan stasiun agroklimat adalah mendapatkan data
klimatologis yang pengukurannya dilakukan secara kontinyu dan meliputi periode
waktu yang lama paling sedikit sepuluh tahun, kami hanya mengamati 3 tahun
yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Bagi stasiun klimatologi pengamatan
utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju
angin, kelembaban, macam dan tinggi dasar awan, banglas horisontal, durasi
penyinaran matahari dan suhu tanah. Oleh karena itu persyaratan stasiun
klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun, dan lingkungan sekitar yang tidak
mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi
persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa pengklasifikasian
iklim sangat diperlukan untuk mengembangkan pertanian terkait pemilihan jenis
tanaman yang sesuai dan untuk menentukan jenis iklim dapat digunakan metode
shmidth-Ferguson dan Oldeman
DAFTAR PUSTAKA
Dewayani, W. 2011. Laporan Pelaksanaan Pendampingan Sl-Ptt Padi Dan Jagung Di Kabupaten Takalar.
Departemen Pertanian: Sulawesi Selatan
Fadholi, A. dan Supriyatin, D. 2012. Sistem Pola Tanam Di Wilayah Priangan Berdasarkan
Klasifikasi Iklim Oldeman. Jurnal pendidikan Geografi 12(2) : 61-70
Guslim.
2009. Agroklimatologi. USU
Press: Medan.
Indiyanti, D. 2009. Perbandingan Hasil Penentuan Curah Hujan Bulanan Menurut Teori Mohr Dan
Oldeman Dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis. UIN Syarif
Hidayatullah: Jakarta.
Praptono, B. 2010. Kajian Pola Bertani Padi Sawah Di Kabupaten Pati Ditinjau Dari Sistem
Pertanian Berkelanjutan. Universitas Diponegoro: Semarang
Setiawan, H., B. Sudarsono dan M.
Awaluddin. 2013. Identifikasi Daerah
Prioritas Rehabilitasi Lahan Kritis Kawasan Hutan Dengan Penginderaan Jauh Dan
Sistem Informasi Geografis. Jurnal Geodesi 2(3) : 31-41
Setiawan. 2010. Klasifikasi Iklim. http://www.bisograpics.com. Diakses pada tanggal
8 November 2018.
Sulardi. 2010. Tingkat Kerapatan Dan Pola Pemetaan Tanaman Pekarangan Di Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Surakarta.
Sunarto, S. W. B. 2016. Kecamatan Pucakwangi Dalam Angka Tahun 2016.
BPS Kabupaten Pati. Pati.
Syakur, A. R. 2008. Perubahan Penggunaan Lahan Di Provinsi Bali. Jurnal Ecotrophic,
6 (1) : 201.
Usman, Z., U. Made dan Adriaton. 2014. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)
Pada Berbagai Umur Semai Dengan Teknik Budidaya SRI (System Of Rice
Intensification). J. Agrotekbis 2(1) : 32-37.
Wiyono, S. 2010. Perubahan Iklim Dan Ledakan Hama Dan
Penyakit Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor