KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini.
Terima kasih kepada guru kami, karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat kompos BOKASHI sehingga kami dapat
menyusun (laporan) karya ilmiah ini. Serta teman-teman yang telah membantu
dalam pembuatan BOKASHI serta penyusuan laporan ini.
Sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Laporan ini tidak lain berisi tentang cara PEMBUATAN
KOMPOS BOKASHI dari bahan yang ada. Laporan ini juga di buat agar
siswa lebih memahami tentang mengelolah lingkungan.
Penulis menyadari masih banyak yang harus
disempurnakan dalam laporan ini, untuk itu penulis menerima semua saran dan
kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat serta memudahkan dalam
mempelajari materi ini.
Bengkulu Tengah, April 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk
Kompos sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara
biologis dari senyawa-senyawa BOKASHI yang terjadi karena adanya kegiatan
mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu didalam atau wadah tempat
pengomposan berlangsung.
Peningkatan
produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk
buatan/anBOKASHI dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida
saat ini oleh petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis
yang dianjurkan, sehingga menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah
cendrung menjadi tandus, organisme-organisme pengurai seperti zat-zat rensik,
cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga binatang seperti ular pemangsa
tikus, populasi menurun drastis.
Pemakian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim
hujan) oleh petani, mengakibatkan sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran,
walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga sebagian petani tidak sanggup
membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak optimal. Perlu ada
trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah pembuatan
pupuk BOKASHI (kompos).
Bahan pembuatan pupuk BOKASHI atau lebih dikenal
dengan kompos memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami, daun-daunan,
rumput, pupuk kandang, serbuk gergaji, bahan tersebut mudah didapat dan
tersedia dilahan pertanian.
Hal itulah yang mendasari kami sebagai siswa- siswi
SMAN 5 KENDARI membuat alternatif pemecahan masalah terhadap hal tersebut untuk
membantu para petani dan lingkungan sekitar yaitu dengan memanfaatkan limbah
tersebut dengan menjadikannya sebagai kompos yang menggunakan
teknologi yang sederhana dan cara pembuatannya lebih mudah dibuat karena
memanfaatkan dari bahan yang mudah didapat seperti kotoran hewan ternak dan
tentunya hasilnya pun lebih baik. Disamping itu pupuk BOKASHI memiliki
manfaat serta mutu dan nilai yang ekonomis.
1.2 Tujuan
dan Prosedur kerja
Tujuan
dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan kompos BOKASHI
serta memberi wawasan baru dari siswa itu sendiri dalam hal mengelola limbah
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kita sendiri maupun orang lain.
Adapun Prosedur
kerja dari pembuatan kompos terbagi menjadi 2, yaitu: Alat-alat yang digunakan
antara lain:
Karung goni
Ember
Sarung tangan
Masker
Alat pengaduk(sendok semen)
Bahan-bahan
pembuatan kompos antara lain:
Pupuk kandang (kotoran kambing) 10 kg
Dedak 10 kg
Sekam padi yang belum dibakar 10 kg.
Gula pasir 1,5 - 3 sendok makan.
Air dan EM4 secukupnya.
1.3 Cara Pembuatan Kompos
Bersihkan pupuk
kandang dari sampah BOKASHI seperti ranting dan batang rumput yang
dapat mengganggu proses pembuatan atau pengadukan.
Campurkan
bahan-bahan berikutnya berupa dedak dan sekam padi yang belum dibakar, aduk
hingga merata.
Campurkan
larutan EM4, gula pasir, dan air, aduk hingga benar-benar larut dan merata.
Rapikan dalam
bentuk gundukan. Tingginya 20 cm sampai dengan 1 m.
Tutup gudukan
dengan mengggunakan karung.
Aduk
(bolak-balik) satu kali setiap hari, dengan membalik bahan sedemikian rupa
sehingga lapisan bagian bawah menjadi berada di bagian atas, dan sebaiknya. Hal
ini dilakukan agar suhu pada bahan tidak panas.
Rapikan dan
tutup kembali.
1.4 Tahapan
pengomposan
Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan
sampah BOKASHI dari sampah BOKASHI (barang lapak dan barang berbahaya).
Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran
proses dan mutu kompos yang dihasilkan.
Pembalikan
Pembalikan dilakuan untuk membuang
panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan,
meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air,
serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk
memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk
memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses
pemilahan di awal proses.
Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas
dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Kompos yang telah dikemas
disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur
dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin
terbawa oleh angin
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang
telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak
berbau. Kompos memiliki kandungan hara yang lengkap meskipun persentasenya
kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi
tanaman. Kompos juga
merupakan hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan BOKASHI yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobic. Sedangkan pengomposan adalah
proses dimana bahan BOKASHI mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan BOKASHI sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan BOKASHI tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Tanaman yang dipupuk
dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih
berat, lebih segar, dan lebih enak.
Peranan kompos bagi kesuburan tanah. Sumbangan
utama yang dapat diberikan oleh kompos dalam kaitannya dengan kesuburan tanah
ialah menyediakan bahan humus kedalam tanah, menyediakan nutrisi pokok
(nitrogen, fosfor, kalium) untuk tanaman, menyediakan unsur hara mikro untuk
tanaman dan memperbaiki kondisi fisik tanah, karena kompos merupakan bahan
koloidal dengan muatan elektrik negatif, sehingga dapat di koagulasikan oleh
kation-kation dan partikel tanah untuk membentuk granula granula tanah. Dengan
demikian penambahan kompos memperbaiki struktur, tekstur dan lapisan tanah
(Gaur, 1982).
Beberapa bakteri pembusuk lendir perekat (gum) dan
yang mempunyai pengaruh terhadap agregat tanah telah banyak diisolasi dari
kompos, diantaranya adalah Rhizobium trifolii, Bacillus puvifaciens,
Beijerinckia dan Agrobacterium. Bakteri-bakteri tersebut mempunyai efek yang
positif terhadap stabilitas agregat tanah dan mengandung
karbohidrat, asam uronat dan protein (Subba Rao, 1982).
Kompos selain dapat menghindari perubahan keasaman dan
kebasaan tanah yang cepat, dapat juga meningkatkan infiltrasi air dalam tanah,
mengubah warna tanah dan meningkatkan kapasitas absorpsi panas serta berguna
dalam pengendalian erosi tanah (Gaur, 1982).
BOKASHI adalah
suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti “bahan BOKASHI yang
telah difermentasikan, pupuk ramah lingkungan dan termaksud bahan BOKASHI kaya
sumber kehidupan. Ciri-ciri pupuk BOKASHI yang baik warna coklat
kehitam-hitaman, bahan hancur, lembab tidak keras dan tidak bau, bau seperti
tanah atau humus (Indroprahasto, 2010).
Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah
dapur umumnya menjadi
material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang
menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa
gergaji kayu, ataupun kulit
gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000).
Mikroorganisme
starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan
sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi BOKASHI. Umumnya pengomposan berlangsung selama 10-14 hari.
Kompos yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos
BOKASHI akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat.
Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah.
Pupuk BOKASHI, menurut Wididana et al
(1996) dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi
tanah, meningkatkan produksi tanaman dan
menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk BOKASHI tidak meningkatkan unsur hara tanah,
namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk
anBOKASHI masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk BOKASHI,
seperti pupuk
kompos lainnya, dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material
BOKASHI pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga
dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk
density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian Cahyani
(2003), Penambahan pupuk BOKASHI berbahan dasar arang sekam padi dapat
meningkatkan nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun terjadi
peningkatan indeks plastisitas. Penambahan BOKASHI arang sekam padi juga berpengaruh terhadap kekuatan
geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman. BOKASHI juga dapat
digunakan untuk mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin bajak
sehingga dapat meningkatkan performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000), dengan
pengaplikasian BOKASHI sebelum pengolahan tanah dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian BOKASHI
BOKASHI adalah bahan BOKASHI
kaya akan sumber hayati. BOKASHI merupakan hasil fermentasi bahan BOKASHI dari
limbah pertanian (pupuk kandang, jerami, sampah, sekam serbuk gergaji, rumput
dll.) dengan menggunakan EM-4. EM-4 (Efektif Microorganisme-4) merupakan
bakteri pengurai dari bahan BOKASHI yang digunakan untuk proses pembuatan BOKASHI,
yang dapat menjaga kesuburan tanah sehingga berpeluang untuk meningkatkan
produksi dan menjaga kestabilan produksi. BOKASHI selain dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman juga dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Pupuk BOKASHI merupakan salah satu pupuk BOKASHI yang
banyak memberikan manfaat bagi masyarakat. Dengan penggunaan pupuk BOKASHI
diharapkan dapat membantu menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam
tanah, sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan ramah lingkungan.
Kelebihan pupuk BOKASHI dari pupuk anBOKASHI cukup banyak
diantaranya : Bahan mudah diperoleh (murah) ,pembuatan sangat mudah, pupuk
BOKASHI adalah pupuk lengkap, pupuk BOKASHI berfungsi juga memperbaiki
kesuburan tanah, dapat tersimpan dalam tanah dengan waktu yang lama, sedangkan
pupuk anBOKASHI bahkan cendrung sebaliknya.
3.2 Hasil Pengamatan yang dilakukan
Mengamati perubahan bahan BOKASHI. Hari pertama, bahan BOKASHI belum hancur, warna masih
terlihat terang dan tidak berbau.
Hari kedua
sampai hari kelima, bahan BOKASHI sebagian hancur, warna belum mengalami
perubahan, terasa hangat dan berbau menyengat.
Hari kesembilan
sampai hari kesepuluh, bahan BOKASHI mulai hancur, masih terasa
hangat warna sudah gelap dan sangat berbau.
Hari kedua belas
sampai hari ketujuh belas, bahan BOKASHI dan teksturnya mulai hancur, dan bau
berkurang.
Hari kedua puluh
sampai kedua puluh tujuh, dilakukan pengeringan dengan cara menjemur pada panas
matahari. Sedangkan bahan BOKASHI teksturnya sangat hancur, warnanya coklat,
sedikit halus dan tidak berbau lagi.
3.3 Mutu kompos
Kompos yang bermutu adalah kompos
yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek
merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai
berikut :
Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,
Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan
Tidak berbau.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini yaitu
pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan BOKASHI
dapat dikomposkan sehingga kita dapat memanfaatkan apa yang ada disekitar kita
menjadi lebih baik dan bermanfaat.
4.2 Saran
Mengingat pentingnya melestarikan lingkungan sekitar
kita, maka kegiatan pengomposan ini perlu dilakukan. Agar lingkungan kita
bersih dari sampah sehingga lingkungan menjadi asri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya