KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT. Atas berkat dan rahmat-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini baik dan tepat pada waktunya yang berjudul “makalah tentang budidaya tanaman
bayam”.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Baik berupa bantuan material maupun dorongan
moril yang sangat bermanfaat bagi penulis.Untuk itu, penulis berkewajiban untuk
menyampaikan banyak ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu penulis.
Selain itu, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan sangat jauh dari kata
“sempurna”. Karen itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran-saran yang sifatnya
membangun demi untuk penyempurnaan makalah ini.
Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan
khususnya bagi para pelajar.
Kami
ucapkan terimakasih kepada pihak www.google.com , www.wikipedia.com dan pihak lainnya yang
telah memberikan informasi tentang penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT,
memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam rangka
penulisan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya. Amin.Demikian yang dapat penulis sampaikan,Wassallammualaikum
wr.wb.
Taba Penanjung,Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul………………………………………………………...........………….. 1
KataPengantar........................................................................................................2
Daftar
isi................................................................................................................ 3
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang.............................................................................................4
B.
Tujuan
penulisan.........................................................................................4
Bab II
Pembahasan
A. Sejarah singkat bayam................................................……..…………...........….5
B.
Syarat tumbuh....................................................................................................6
C. Penanaman...................... ................................................................……….........6 D. Panen dan pascapanen......................................................................................10
Bab III
Penutup
A.Permasalahan seputar pertanian
organik............................................................12
DaftarPustaka……………………………………………………………………..................12
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bayam
merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan
disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam
dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi
pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat. Manfaat lainnya
adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam
merah dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga
bayam duri berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai
batas tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk
tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik (kecantikan).
Untuk membantu pemenuhan kebutuhan bayam maka diperlukan budidaya tanaman
bayam,selain itu bayam juga mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk
tubuh.
B. Tujuan
Adapun tjuan dari
pembudidayaan tanaman sayuran ini adalah sebagai berikur
1
Mampu menerapkan keterampilan dalam program
keahlian budidaya tanaman sayur agar dapat bekerja baik secara mandiri dan berkelompok.
2. Mampu berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional
dalam program keahlian budidaya tanaman sayuran.
3.
Meningkatkan pengetahuan tentang cara budidaya tanaman bayam.
BAB II
PEMBAHASAN
Bayam
merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus spp. Kata
"amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting"
(abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula
dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam
dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara
berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu
lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
·
Sentra Penanaman
Pusat
penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah
(3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada
kisaran luas panen antara 13.0 - 2.376 hektar. Di Indonesia total luas panen
bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran
komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam
nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.
·
Jenis Tanaman
Keluarga
Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies
bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam
dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar dikenal
2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.).
Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).
Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu
- Bayam cabut atau bayam
sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri bayam cabut adalah
memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih - putihan, dan
memilki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya
merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam
putih.
- Bayam tahun, bayam
skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah
memiliki daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu
- hybridus caudatus L.,
memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau kemerah -
merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang
terkumpul pada ujung batang.
- hibridus paniculatus
L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau, rangkaian
bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada ketiak daun.
Varietas bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas
Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa
varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka 20.
·
Manfaat Tanaman
Bayam
merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua
lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan
sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan
sebagai sumber protein nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan
gizi maupun pelayanan kesehatan masyarakat.
Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional,
dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan sebagai obat
penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri berkhasiat untuk mengobati
penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam dapat mengatasi
berbagai jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat
dijadikan bahan kosmetik (kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan
dan obat - obatan. Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling
terigu dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam
berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita
yang sedang haid.
B. Syarat Pertumbuhan
a. Iklim
- Keadaan angin yang
terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam yang sudah
tinggi. Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman.
- Karena tanaman bayam
cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga termasuk tinggi
sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari
1.500 mm / tahun.
- Tanaman bayam memerlukan
cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk tanaman bayam
cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam
- Suhu udara yang sesuai
untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat Celcius.
- Kelembaban udara yang
cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.
b. Media Tanam
- Tanaman bayam
menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya terpenuhi.
- Tanaman bayam termasuk
peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan
daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning - kuningan (klorosis).
Sebaliknya pada pH di bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat
kekurangan beberapa unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6 -
7.
- Tanaman bayam sangat
reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam termasuk tanaman
yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam yang
kekurangan air akan terlihat layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman
bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau.
- Kelerengan lahan untuk
budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat
c. Ketinggian Tempat
Dataran
tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian
tempat yang baik yaitu ±2000 m dpl.
C. PENANAMAN
1. Pembibitan
a.
Persyaratan Benih
1) berasal dari induk yang sehat,
2) bebas dari hama / penyakit,
3) daya kecambah 80 prosen, dan
4) memiliki kemurnian benih yang tinggi.
Disamping persyaratan seperti yang disebutkan
diatas, benih / bibit yang digunakan kalau bisa merupakan benih unggul agar
nantinya tahan terhadap hama dan penyakit.
b. Penyiapan Benih
Benih Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan
swadaya dari tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk
produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5 - 10 kg,
atau 0,5 - 1,0 gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau
dan hanya dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa
hari, kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa
tanaman. Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000 -
40000 tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1 - 2 kg benih.
c. Teknik Penyemaian Benih
Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi
dari sekitarnya dan bebas dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma.
Pembibitan diberi atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar
merata atau berbaris - baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah
tipis.
d. Pemeliharaan Pembibitan
/ Penyemaian
Dalam
pemeliharaan benih / bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur dan
hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya tetap
terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang. Setelah bibit tumbuh dan
ada benih yang terserang hama / penyakit maka perlu disemprot dengan pestisida
dengan dosis rendah.
e. Pemindahan Bibit
Bibit
tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam pot-pot yang
terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang sebelumnya telah diisi
dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk organik yang halus (1:1). Bibit
dalam pot disiram teratur dan setelah berumur sekitar 7 - 14 hari setelah
dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk dipindah-tanam ke lapangan.
2. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan
Sebelum
pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai
yaitu antara 6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan
pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah
perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan tanaman akan ditanam dan sebaiknya
pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan
ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa
banyak kebutuhan benih untuk dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.
b. Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami
dicangkul / dibajak sedalam 30 - 40 cm, bongkah tanah dipecah gulma dan seluruh
sisa tanaman diangkat dan disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan
selama beberapa waktu agar tanah matang benar.
c. Pembentukan Bedengan
Setelah
tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau
160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti. Dibuat
parit antar bedengan selebar 20 - 30 cm, kedalaman 30 cm untuk drainase. Pada
bedengan dibuat lubang - lubang tanam, jarak antar barisan 60-80 cm, jarak
antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.
d. Pengapuran
Apabila
pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya.
Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada
tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg
kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur
pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat berlempung ialah antara 1.730
- 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan
tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara
pemberiannya, bahan - bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah
minimal sebulan sebelum tanam.
e. Pemupukan
Pemupukan
awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu
minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan
merata diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk
pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan
memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan
dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang
sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan
sekitar 1 - 2 kg per lubang tanam.
f. Pemberian Mulsa
Untuk
memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman perlu
dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan plastik ini dapat
mengurangi serangan hama dan penyakit termasuk gangguan gulma dan lainnya.
3. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanam
Jarak
tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40 cm. Jarak
tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan
jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar berkisar antara 30.000 -
60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut adalah monokultur. Dalam satu
hamparan lahan biasanya ditanam berbagai jenis tanaman dengan pola mosaik
(perca), yaitu berbagai tanaman ditanam monokultur pada petak - petak
tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain seperti kakngkung (darat), selada,
lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan lainnya.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di pukul-pukul
sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60 - 80 cm dan jarak
antar lubang (antar barisan) 40 - 50 cm.
c. Cara Penanaman
Dapat
langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian terlebih dahulu.
Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu disebarkan langsung di
atas bedengan menurut barisan pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya
membujur dari Barat ke Timur. Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan
tanah halus dan disiram hingga cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah
pada awal musim hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih
baik karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan
Penyulaman
Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di
lapangan tidak merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat)
sehingga pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh
karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama. Apabila
tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah penanaman di
lapangan ada yang mati / terserang penyakit, maka perlu dilakukan penyulaman
dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya dengan mencabut dan apabila
terserang penyakit segera dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya.
Penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam.
b. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput
liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara 30
- 65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat yang
digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit. Caranya
dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut dengan tangan.
Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan tanah.
c. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
d. Perempalan
Apabila
perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas -
tunas liar dan pemasangan ajir / turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar
tidak rebah.
e. Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman
sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15 -
30 ton (http://Cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
Karena bercocok tanam secara organik tidak
menggunakan pupuk sintetis, sebagai gantinya mereka mengandalkan metode alami,
seperti kompos dan mengganti tanaman jenis panen, seperti tanaman polong.
Sayangnya, kompos tidak dapat mencukupi pengembalian nitrogen ke dalam tanah
guna menumbuhkan sejumlah besar tanaman yang diperlukan untuk memberi makan
pada ternak dunia.
Mengganti tanaman dengan jenis panen sebetulnya
adalah sangat menjanjikan, namun banyak petani tidak mampu menanam tanaman yang
mereka sendiri tidak mampu menjualnya. Meskipun beberapa jenis tanaman polong
dapat dikonsumsi, namun jenis paling baik dalam memproduksi nitrogen justru dari
jenis yang tidak bisa dimakan (http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/1913-beralih-ke-organik-sebanding-harganya)
f. Pengairan dan Penyiraman
Pada
fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan intensif 1 - 2
kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang paling baik untuk menyiram
tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan menggunakan alat bantu gembor
(emrat) agar air siramannya merata
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html).
g. Waktu Penyemprotan
Pestisida
Jenis
pestisida yang digunakan pada budidaya tanaman bayam secara organik adalah daun
Mindi yang mengandung margosin, glikosdida flafonoid untuk mengendalikan ulat
grayak dan kutu daun, Surian yang daun dan kulit batangnya berfungsi untuk
mengendalikan hama ulat, tungau dan lain-lain. Sedangkan untuk mengendalikan
penyakit bisa digunkan bunga Camomil (Chamaemelum spp). Pengaplikasian dengan
menggunakan 60 cc untuk 1 lt air, disemprotkan ke tanaman yang terkena hama
pada daun dan batangnya 1 minggu 1 kali (google search: pembuatan pestisida
alami, Blog Lesman).Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot
berupa tangki sprayer. Cara penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin
bertiup kencang dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan
penyemprotan pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat.
Waktu penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara
masih tenang. Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga
lainnya yang menguntungkan.
5. Hama dan Penyakit
a. Hama
1) Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)
Gejala: daun berlubang - lubang. Pengendalian:
pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
2) Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu.
Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3) Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu.
Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
4) Serangga lalat (Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu.
Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
b. Penyakit
1) Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi
batang daun maupun batang daun. Pengendalian: Fungisida
2) Busuk basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya
bercak - bercak putih. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah
kecambah.
3) Karat putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp. Gejala:
menginfeksi batang daun dan daunnya. Pengendalian: sama dengan pengendalian
penyakit rebah kecambah.
c. Gulma
Jenis gulma: rumput - rumputan, alang-alang. Ciri -
ciri: tumbuh mengganggu tanaman budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila
liar. Pencegahan: herbisida.
D.PANEN
DAN PASCA PANEN
1. Panen
a. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur
tanaman antara 25 - 35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15 - 20 cm dan
belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat
suhu udara tidak terlalu tinggi.
b. Cara Panen
Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian
tanaman dengan memilih tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil
diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik dengan
penjarangan.
c. Periode Panen
Panen pertama dilakukan mulai umur 25 - 30 hari
setelah tanam, kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang
sudah berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur
tersebut kualitasnya menurun atau rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan
tanaman telah berbunga.
d. Prakiraan Produksi
Produksi bayam per hektar dapat mencapai sekitar
22.630 kg.
2. Pascapanen
1) Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen dengan cara
meletakkan di suatu tempat yang teduh agar tidak terkena sinar matahari
langsung, karena dapat membuat daun layu.
2) Penyortiran dan
Penggolongan
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan bayam yang
busuk dan rusak dengan bayam yang baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan
terhadap bayam yang daunnya besar dan yang daunnya kecil. Setelah itu diikat
besar - besar maupun langsung degan ukuran ibu jari.
3) Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat
diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka (suhu kamar) menjadi 12 - 14 hari
dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C, misalnya dengan remukan es.
4) Pengemasan dan
Pengangkutan
Pengemasan (pewadahan) dalam telombong atau
dedaunan yang digulungkan menyelimuti seluruh bagian bayam, sehingga terhindar dari
pengaruh langsung sinar matahari. Pengangkutan ke pasar dengan cara dipikul
maupun angkutan lainnya, seperti mobil atau gerobak.
5) Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan
bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran.
6) Penanganan Lain
Bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan.
Sewaktu memasak bayam ialah tidak boleh terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus
selama ± 5 menit. Memasak bayam terlalu lama akan menyebabkan daun-daunnya
menjadi hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C nya
menghilang (menguap)
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
BAB III
PERMASALAHAN SEPUTAR
PERTANIAN ORGANIK
A. Penyediaan pupuk organik
Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan
dengan perkembangan pertanian organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak
memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama. Dalam sistem pertanian
organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik. Padahal
dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh
dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan
KCl.
B. Teknologi pendukung
Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah
utama yang lain adalah teknologi budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik
bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman dengan
mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama perlu
diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman
seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya
sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu
teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada
pembudidayaan pertanian organik di musim hujan.
C. Pemasaran
Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat
ini hanyalah berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen.
Sedangkan untuk pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih sulit
menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah
menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk
oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang akan di
tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar
mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi
pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak
terjadi adalah masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namun
kenyataannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta
menggunakan sedikit pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian
organik tentu saja akan merugi dalam hal ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aminatun,
T., V. Henuhili, S. Ummiyati, S. Hidayati, dan Suhartini. 2003. Pelatihan
Budidaya Sayuran sebagai Unit Usaha Sekolah bagi Guru – guru Pengampu Mata
Pelajaran Biologi di Kabupaten Sleman. [PPM], Universitas Negeri Yogyakarta,
Sleman. Ariyanto. 2008.
Analisis
Tata Niaga Sayuran Bayam. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fazria, M.
A. 2011.
Pengukuran
Zat besi dalam bayam merah dan suplemen penambah darah serta penanganan
terhadap peningkatan hemoglobin dan zat besi dalam darah.
[Skripsi]
Universitas Indonesia, Depok. Guntoro. 2011.
Budidaya
kebun bergizi. Pos daya Edisi 127 / Tahun XII / Agustus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya