BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hutan hujan dataran rendah di
Indonesia didominasi oleh jenis-jenis Dipterokarpa. Jenis-jenis Dipterokarpa,
seperti Kayu bawang, Kruing, Kapur, Mersawa, Merawan, Bangkirai dan Balau,
merupakan jenis-jenis penghasil kayu yang bernilai ekonomis. Kayunya dikenal
sebagai kayu pertukangan, untuk konstruksi berat dan ringan. Selain itu,
beberapa jenis Dipterokarpa juga sebagai penghasil nir-kayu (non-timber),
seperti Tengkawang dan Damar mata kucing. Kebutuhan akan kayu dari tahun ke
tahun semakin meningkat sementara permudaan alam Bawang di hutan alam semakin
terbatas. Prediksi kebutuhan kayu bulat hingga satu dasawarsa saat ini mencapai
37.6 juta m3 per tahun , sementara produksi kayu bulat pada tahun
2006 hanya 19.2 juta m3. Selama ini produksi kayu Bawang dihasilkan
dari hutan alam dan hutan tanaman industri (HTI) pertukangan. Pembangunan hutan
rakyat dengan jenis-jenis Bawang relatif kurang dibandingkan dengan jenis-jenis
kayu pertukangan lainnya, seperti jati dan mahoni.
Teknik budidaya Bawang telah dikenal
di kalangan rimbawan dalam upaya rehabilitasi hutan dan pembangunan hutan
tanaman. Namun, dengan berkurangnya areal hutan, maka penanaman Bawang di lahan
selain hutan (nonhutan) menjadi sebuah tantangan.
Mengingat tumbuhan ini sebagai
tumbuhan ekonomi, tentu saja tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Pohon Bawang
adalah salah satu pohon aset untuk kayu-kayu bangunan, furniture, dan kayu
pertukangan lainnya. Pohon-pohon Bawang akan difungsikan sebagai kayu ekspor.
Jadi setidaknya akan dilakukan penanaman dan sekaligus penebangan yang tentunya
diimbangi dengan regenerasinya. Dan dengan bekerjasama dengan pabrik-pabrik
funiture sebagai tempat olahan kayu Bawang diyakini dapat membuat kayu Bawang
lebih bernilai jual. Kayu Bawang yang sudah diolah akan diekspor ke luar negeri
dan keuntungannya akan dialokasikan untuk menambah lahan bibitan bawang.
Bibit-bibit bawang yang belum ditanam juga akan dijual untuk orang-aorang yang
menanam bawang.
Kita tahu bahwa tumbuhan kayu bawang
merupakan tumbuhan yang dapat menghasilkan damar. Damar dapat dijual dan dapat
menambah penghasilan. Akhir-akhir ini budidaya kayu bawang untuk menghasilkan
damar sangat kurang. Maka dengan adanya lahan kayu bawang yang akan
dikembangkan, mudah-mudahan dapat menambah jumlah produksi damar.
1.2.
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari makalah ini adalah:
1.
Pengenalan terhadap tumbuhan kayu bawang
2.
Manfaat dari tumbuhan kayu bawang
3.
Cara penanaman tumbuhan kayu bawang
1.3.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui tentang tumbuhan kayu bawang
2.
Untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan kayu bawang
3.
Untuk mengetahui cara menanam tumbuhan kayu bawang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Mengenal Tumbuhan Kayu bawang
Kayu bawang termasuk keluarga
Dipterocarpaceae. Secara harfiah, Dipterocarpaceae berasal dari kata latin,
yaitu di = dua, carpa=carpus=sayap, yang berarti buah bersayap
dua. Jenis Dipterocarpus (jenis-jenis Kruing), Cotylelobium dan Anisoptera
(jenis-jenis mersawa) umumnya bersayap dua, sedangkan Hopea (jenis-jenis
merawan), Parashorea dan Shorea (jenis-jenis kayu bawang, bangkirai
dan balau) memiliki sayap bervariasi antara 2-5, namun Vatica (jenis-jenis
resak) memiliki sayap yang sangat pendek bahkan tanpa sayap. Pohon kayu bawang
memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan tinggi total mencapai 40-50 m.
Kulit kayu rata atau beralur dalam atau dangkal, berwarna keabu-abuan sampai
coklat. Pada umumnya berbanir tinggi sampai 6-7 m. Nama kayu perdagangan kayu
bawang ditentukan dari warna kayu gubalnya, seperti kayu bawang Putih, kayu
bawang Kuning dan kayu bawang merah.
Rataan riap diameter Shorea
leprosula (kayu bawang batu) adalah 1,37 cm/tahun, sehingga kayu bawang
dapat dipanen pada umur 30 tahun setelah ditanam. Jika riap diameter kayu
bawang mencapai 1,8-2,0 cm/tahun, maka kayu dapat dipanen pada umur 25 tahun.
Kayu bawang pada umumnya berbunga
dan berbuah 4-7 tahun sekali yang disebut dengan musim berbuah masal. Di
Arboretum Bogor ada jenis Dipterokarpa lain yang berbuah tiap tahun yaitu Hopea
odorata (merawan) dan Anisopteramarginata Musim buah masak kayu
bawang bervarisi tergantung jenis dan lokasinya. Di Hutan Penelitian Haur
Bentes, Jasinga, jenis S. leprosula, S. pinanga, S. stenoptera, S.
mecistopteryx buah masak pada bulan Desember-Maret, sementara Hopea
mengerawan, Hopea sangal, H. odorata buah masak pada bulan Juli-September.
Di Sumatra, S. parvifolia dijumpai berbuah pada bulan Desember Januari, Shorea
acuminata berbuah pada bulan Oktober-Desember.
Musim buah kayu bawang sangat
menentukan ketersediaan benih, karena benih kayu bawang merupakan benih
rekalsitran yang cepat berkecambah sehingga tidak dapat disimpan lama.
Penyimpanan akan menurunkan viabilitas (kemampuan berkecambah) benih.
Kayu bawang tergolong kayu keras
berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar
antara 0,3 – 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna
merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua
kecoklatan. Berdasarkan bijinya, kayu ini
dibedakan lebih lanjut atas kayu bawang merah muda yang lebih ringan dan kayu
bawang merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara
kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang
menghasilkan kedua macam kayu itu.
Menurut kekuatannya, jenis-jenis kayu
bawang merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya
tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh
cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang
bersentuhan dengan tanah. Namun kayu bawang merah cukup mudah diawetkan dengan
menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot.
Kayu bawang adalah salah satu jenis
pohon idola. Kayu bawang ini tergolong kayu keras berkualitas nomor
wahid. Kayu bawang mempunyai banyak keistimewaan. Di antaranya, ‘istimewa’
karena memiliki batang lurus, berdiameter besar, tinggi, bebas cabang, minim
cacat mata kayu (karena Kayu bawang memiliki kemampuan pruning, yaitu
pembebasan cabang pohon) alami secara swadaya dan mandiri. Dan di antara
tegakan Kayu bawang yang sudah tumbuh besar dan gagah, tumbuh anakan Kayu
bawang yang lemah. Menariknya, keberadaan pohon besar itu justru melindungi
anakan Kayu bawang (yang lemah) sehingga anakan Kayu bawang terbantu tumbuh
dengan keberadaan Kayu bawang besar. Tidak sebaliknya, Kayu bawang besar
menindas anakan Kayu bawang yang baru berkembang.
Kayu bawang menjadi rumah bagi
sarang burung Punai, salah satu burung indah yang sudah langka ditemukan.
Selain fungsi ekologi, pohon Kayu bawang dapat berfungsi juga untuk:
- mengurangi
dampak erosi,
- menyuburkan tanah dengan dekomposisi daun dan
perkembangan mikoriza,
- peningkatan kelembaban perkebunan sawit
- meningkatkan sumber cadangan air.
Beberapa jenis kayu bawang, antara
lain: Lefrosula, Suria Joreisus, Suria Parpefefula, dan Smetiana. Kayu yang diproduksi
adalah kayu yang berumur 25 Tahun ke atas yang berdiameter minimal 40 Cm.
2.2.
Manfaat Tumbuhan Kayu bawang
Berbicara nilai ekonomi, Pohon Kayu
bawang menghasilkan kayu keras dengan kualitas tinggi. Kayu bawang dijadikan
sebagai bahan dasar untuk membuat kursi-meja ekslusive, peti perhiasan, aneka
cenderamata. Karena kualitas yang tinggi, harga jual kayu bawang sangatlah
ekonomis. Dan ini menjadi alasan bahwa pohon kayu bawang terus menjadi incaran
para penebang kayu, baik yang berstatus legal maupun ilegal.
Kayu bawang merupakan salah satu
kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini juga yang paling umum
dipakai untuk pelbagai keperluan di kawasan Malaysia. Kayu ini lazim dipakai
sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan
mebel dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu bawang
merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai
berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak
jembatan, serta untuk membuat perahu.
Kayu bawang gampang di olah menjadi
produk pertukangan berupa kusen pintu jendela dll,kayu bawang sebagai kayu yang
dapat dikerjakan sangat mudah dan halus serat texturnya. Sebagian kayu bawang
yang sudah diperdagangkan tidak sesuai dengan standar baku ukurannya, biasanya
kami sering mendapatkan ukuran panjang (misal 4 m) tak ada sessuai dengan
ukurannya, sehingga menyulitkan bagi pertukangan untuk mengatur kayu dalm
pembuatan seperti kusen, pintu dan jendela.Harga kayu bawang yang tak begitu
mahal menjadikan pilihan bagi bahan pembuatan matrial kusen, pintu, jendela.
Kayu bawang merah baik pula untuk
membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis.
Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.
Di samping menghasilkan kayu, hampir
semua kayu bawang merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau
pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu,
yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau
kecoklatan, atau lebih gelap lagi.
Beberapa jenis kayu bawang merah
menghasilkan buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang dikenal sebagai
tengkawang. Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buah-buah
tengkawang ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah; musim mana dikenal
sebagai musim raya buah-buahan di hutan hujan tropika. Di musim raya seperti
itu, masyarakat Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan sibuk memanen tengkawang
yang berharga tinggi.
2.3.
Penanaman Tumbuhan kayu bawang
2.3.1.
Pembangunan Persemaian
Salah satu faktor penting dalam
penanaman kayu bawang, adalah penyedian bibit yang bermutu. Penyediaan bibit kayu
bawang dapat dilakukan pada persemaian permanen maupun persemaian tidak
permanen. Untuk usaha pertanian skala kecil misalnya sebagai tanaman sela dalam
sistem wanatani karet, persemaian tidak permanen dapat dibangun di dalam
persemaian/nursery karet (root stock). Lokasi yang dipilih untuk membangun
persemaian harus memiliki persyaratan sebagai berikut:
- lahan
yang relatif datar, kemiringannya tidak lebih dari 5 %
- dekat
dengan sumber mata air
- dekat dengan jaringan jalan dan mudah dijangkau.
2.3.2.
Persiapan Lahan Persemaian
Penyemaian benih kayu bawang dapat
dilakukan pada bedeng semai atau bak semai berupa bak plastik.
1.
1. Bedeng
semai atau tabur.
1.
Buat bedeng semai berukuran 1m x 5m pada arah timur
barat. Apabila membuat lebih dari satu bedeng semai, maka beri jarak antar
bedeng 50 cm
2.
Beri pembatas bambu atau kayu di sekelilingnya
3.
Apabila penyemaian dilakukan pada bak semai, pilihlah
ukuran bak sesuai kebutuhan
4.
Beri sungkup plastik untuk menjaga kelembaban udara
5.
Beri naungan tembus cahaya 50% dengan menggunakan
sarlon atau atap rumbia atau anyaman daun kelapa. Tinggi tiang naungan pada
sebelah barat 80 cm dan sebelah timur 100 cm
6.
2. Media
Semai.
Ada dua jenis media semai yang dapat
digunakan dalam penyemaian benih kayu bawang yaitu:
1.
Pasir halus atau campuran serbuk gergaji dan sekam
padi dengan perbandingan 1:1. Apabila akan menggunakan mikoriza, media semai
dan media sapih sebaiknya disterilisasi dahulu dengan cara dikukus atau
disangrai selama 6 jam. Sterilisasi bertujuan untuk membunuh jamur penyebab
penyakit dan jamur lain yang ada dalam media.
2.
Pasir halus atau campuran sabut kelapa dan sekam
dengan perbandingan 1:. Setelah media semai disiapkan, tabur di atas bedeng
semai dengan1 ketebalan 5-10 cm dan disiram hingga kapasitas lapang.
2.3.3.
Penyemaian Benih
Sebelum disemai, benih kayu bawang
diskarifikasi terlebih dahulu yaitu dipetik sayapnya dan dipilih biji yang
sehat serta utuh. Penyemaian benih kayu bawang dapat dilakukan pada bedeng
semai atau bak semai.
1.
Penyemaian pada bedeng semai:
- Buat
jalur/garis pada bedeng semai dengan jarak 5 cm menggunakan kayu tugal
(panjang 10 cm, diameter 1 cm)
- Letakkan
benih sesuai dengan jalur/garis pada posisi tidur dan tidak terlalu dalam,
sehingga bila benih berkecambah akan mudah mengangkat kotiledon
- Tutup
atau taburkan media semai hingga menutupi benih
- Siram
hingga kapasitas lapang
- Tutup
sungkup plastiknya.
1.
Penyemaian pada bak semai:
- Tabur benih secara merata tanpa membuat
jalur/garis
- Tutup dengan media semai
- Siram dengan embrat
- Simpan bak semai di dalam sungkup plastik
Pada umumnya, benih kayu bawang berkecambah 7-12 hari
setelah disemai.
2.3.4.
Penyapihan Bibit
Apabila benih kayu bawang yang
disemai telah berkecambah dan memiliki dua pasang daun, maka siap disapih.
Penyapihan bibit dapat dilakukan dengan memindahkan bibit dari bedeng semai
atau bak semai ke kantong plastik. Tahap-tahap dalam proses penyapihan bibit
adalah:
1.
Membuat bedeng sapih.
- Buat
bedeng sapih di persemaian dengan ukuran 1m x 5m.
- Beri
pembatas bambu atau balok kayu di sekeliling bedeng sapih. Apabila membuat
lebih dari satu bedeng sapih, maka beri jarak antar bedeng 50 cm.
- Tutup
dengan sungkup bambu dan plastik setinggi 70 cm untuk menjaga kelembaban
udara.
- Sebagai
naungan, pasang atap rumbia atau anyaman daun kelapa atau sarlon tembus
cahaya 50%
1.
Menyiapkan media sapih
- Ambil tanah dari bawah pohon induk, campurkan
sekam padi dengan perbandingan 2:1.
- Ayak dengan ayakan kasar untuk memisahkan
kerikil.
- Masukkan media sapih ke dalam kantung plastik
berukuran 12cm x 15cm, atau 15cm x 20cm, tergantung dari ukuran bibit
- Letakkan di dalam sungkup plastik pada bedeng
sapih.
1.
Penyapihan
- Gunakan kantung plastik yang telah diisi media
sapih.
- Angkat bibit dengan hati-hati dari media semai,
dengan tanpa merusak perakarannya.
- Buat lubang tanam pada media sapih dengan tugal
kayu, sedalam perakaran bibit kayu bawang.
- Masukkan akar ke lubang tanam yang tersedia,
kemudian tutup dan tekan dengan perlahan.
- Siram hingga kapasitas lapang.
- Pelihara di dalam sungkup plastik di bedeng
sapih, hingga bibit cukup beradaptasi, selanjutnya sungkup dapat di buka.
2.3.5.
Pemeliharaan Bibit
Bibit dipelihara di persemaian
hingga mencapai tinggi 30-50 cm, atau kurang lebih 2-3 bulan. Setelah itu,
bibit siap ditanam di lapangan. Pemeliharaan bibit di persemaian meliputi:
1.
Pemupukan. Bila tidak dilakukan inokulasi mikoriza,
berikan pupuk dasar (NPK) pada bibit di persemaian, dengan dosis 2 g/bibit.
2.
Pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang
umum dijumpai di persemaian adalah:
- Ulat kantong (Cryotothelea sp.) dan
ulat bulu (Dasychira sp.) yang menyerang daun.
- Hama penggerek batang (larva Scolytidae).
- Penyakit lodoh (damping off).
- Penyakit tumor pucuk disebabkan oleh virus yang
disebarkan oleh serangga Arachnidae.
- Penyakit kerdil disebabkan oleh mikoplasma.
Gejalanya: tumbuh kalus yang menumpuk seperti bola-bola kecil di ketiak
cabang atau ranting muda.
- Penyakit mati pucuk (die back) yang
disebabkan oleh jamur. Gejala: kematian pada pucuk menyebar ke bawah.
- Penyakit busuk daun (hawar/leaf blight),
dengan gejala: kematian sel daun mulai dari ujung daun hingga ke tengah
helaian daun.
Bila serangan hama/penyakit cukup
tinggi, bibit dapat disemprot dengan insektisida atau fungisida, sesuai dengan
dosis yang dianjurkan pada kemasan. (Contoh: Benomyl, Benlate).
2.3.6.
Penyiapan bibit Secara Vegetatif
Kendala penyiapan bibit kayu bawang
adalah musim buah yang tidak teratur dan benih yang tidak dapat disimpan lama
seperti benih ortodoks. Oleh karena itu, penyiapan bibit secara vegetatif
dengan stek pucuk merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam
penyediaan bibit. Penyiapan bibit secara vegetatif memerlukan beberapa tahap
yaitu penyiapan media, pembuatan stek pucuk, penyapihan dan pemeliharaan.
1.
1. Penyiapan media
- Siapkan media perakaran untuk stek pucuk kayu
bawang berupa: (i) campuran serbuk sabut kelapa dan sekam padi dengan
perbandingan 2:1; atau (ii) serbuk gergaji kayu (100 %); atau (iii)
campuran sekam padi dan serbuk arang dengan perbandingan 2:1; atau (iv) pasir
sungai.
- Sterilisasi media dengan cara solarisasi selama 3
hari atau kukus selama 3 jam, untuk membunuh patogen tanaman.
- Siapkan bak stek, dapat berupa bak plastik yang
telah dilubangi bagian bawahnya atau bak kayu yang dapat langsung
diletakkan di atas permukaan tanah.
- Masukkan media perakaran ke dalam bak stek
setebal 12-15 cm, dan siram sebelum ditanami.
1.
2. Pembuatan stek pucuk
Teknik stek pucuk dapat dilakukan
secara konvensional, dengan menggunakan zat pengatur tumbuh akar (contohnya
Rootone F), dengan sumber bahan stek muda yang berasal dari persemaian. Hasil
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa persentase keberhasilan stek pucuk untuk
jenis-jenis kayu bawang sekitar 19-90 % (Subiakto dkk, 2005). Tahapanpembuatan
stek pucuk kayu bawang adalah sebagai berikut:
- Potong bahan stek dengan gunting pada pagi hari
dan kumpulkan dalam ember berisi air untuk menjaga kelembaban. Hindari
penggunaan pucuk dari pohon dewasa.
- Potong pucuk kayu bawang sepanjang 10 cm, dengan
dua helai daun lalu potong tiap helai daun hingga tersisa setengahnya,
untuk mengurangi penguapan.
- Tambahkan air pada tepung zat pengatur tumbuh
(misalnya Rootone F) hingga berbentuk pasta, kemudian oleskan pada bagian
pangkal pucuk kayu bawang.
- Tanam stek pucuk kayu bawang pada bak stek dengan
jarak 6cm x 6cm dan siram kembali setelah ditanam.
- Letakkan bak stek di dalam sungkup plastik dengan
peneduh, karena stek pucuk kayu bawang membutuhkan kondisi aerasi yang
baik, kelembaban dan suhu udara yang optimal untuk mengurangi persentase
kematian dan meningkatkan persentase perakaran.
- Siram 2 kali sehari dengan menggunakan embrat.
- Amati perakarannya pada bulan kedua setelah stek
ditanam. Bila ada stek yang mati, segera cabut dari bak perakaran.
- Buka sungkup plastik setelah 3 bulan, tetapi masih
dalam peneduh.
- Biarkan kurang lebih satu minggu, baru kemudian
lakukan penyapihan.
1.
3. Penyapihan
- Untuk
penyapihan, siapkan media sapih berupa campuran tanah dan sekam dengan
perbandingan 2:1 atau campuran serbuk sabut kelapa dan sekam dengan perbandingan
2:1.
- Siapkan
kantong plastik (polybag) berukuran sedang (12 cm x 15 cm). Isi dengan
media sapih kira-kira ½ tinggi kantong plastik.
- Siram
media sapih yang ada dalam kantong plastik.
- Keluarkan
stek yang tumbuh dan berakar dari bak stek. Lakukan dengan mencungkil
media secara hati-hati agar tidak merusak perakaran. Usahakan media
perakaran masih menyelimuti perakaran kayu bawang.
- Tanam
stek dalam kantong plastik, lalu timbun kembali dengan media hingga
menutupi perakaran dan siram dengan embrat.
1.
4. Pemeliharaan
- Pelihara bibit stek kayu bawang di persemaian
hingga siap ditanam di lapangan (kurang lebih 3 bulan setelah penyapihan,
atau tinggi bibit sekitar 50 cm).
2.3.7.
Penanaman
Bibit kayu bawang ditanam pada musim
hujan. Tahap-tahap penanamannya adalah sebagai berikut:
- Buat lubang tanam berukuran 30cm x 30cm x 20cm,
mengikuti ajir.
- Lepaskan kantong plastik dengan hati-hati agar
tidak merusak perakaran
- Tanam bibit ke dalam lubang tanam, dan timbun
dengan tanah kembali. Setiap lubang ditanami dengan satu bibit kayu bawang.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kayu bawang adalah salah satu jenis
pohon idola. Kayu bawang mempunyai banyak keistimewaan. Di antaranya,
‘istimewa’ karena memiliki batang lurus, berdiameter besar, tinggi, bebas
cabang, minim cacat mata kayu (karena Kayu bawang memiliki kemampuan pruning,
yaitu pembebasan cabang pohon) alami secara swadaya dan mandiri. Dan di antara
tegakan Kayu bawang yang sudah tumbuh besar dan gagah, tumbuh anakan Kayu
bawang yang lemah. Menariknya, keberadaan pohon besar itu justru melindungi
anakan Kayu bawang (yang lemah) sehingga anakan Kayu bawang terbantu tumbuh
dengan keberadaan Kayu bawang besar. Tidak sebaliknya, Kayu bawang besar
menindas anakan Kayu bawang yang baru berkembang.
Hal istimewa lainya dari Kayu bawang
adalah buahnya yang selalu menari berputar-putar melayang terbang saat lepas
dari pohon induk, dan akhirnya bersandar manja di bawah naungan sang induk yang
nyaman penuh dengan nutrisi siap saji, dan kondisi lingkungan yang nyaman dan
empuk. Hal ini dapat terjadi karena buah kayu bawang memiliki bagian buah yang
termodifikasi menyerupai dua buah sayap. Struktur tersebut memungkinkan kayu
bawang dapat tersebar jauh dengan bantuan angin yang menerbangkannya.
Kayu bawang dapat dibudidayakan
dengan cara persemaian atau juga pembibitan secara vegatatif. Pada proses
pembibitan, beberapa tahap yang harus dilewati adalah pembangunan persemaian,
persiapan lahan, penyemaian benih, penyapihan bibit, dan pemeliharaan bibit.
3.2.
Saran
Untuk menambah pendapatan daerah,
provinsi Bengkulu seharusnya mulai melakukan pembudidayaan kayu bawang. Kayu
bawang merupakan kayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Penanaman kayu bawang
yang relatif mudah juga memberikan kemudahan tersendiri bagi pemerintah
provinsi ataupun daerah untuk melakukan pembudidayaan kayu bawang. Selain untuk
kebutuhan ekonomi, pembudidayaan kayu bawang juga diharapkan bisa melestarikan
hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Suprapto, Budidaya dan Pengolahan Sorgum,
Penebar Swadaya, Jakarta: 1987
Yasman, I, Manual Persemaian Dipterocarpaceae,
Tropenbos International, Jakarta: 2002
P, Benyamin, 2010, http://pagibey.blogspot.com/2010/07/budidaya-kayu
bawang.html. diakses pada 06 November 2010, Bengkulu
Tata, Hesti L., Gede Wibawa, dan Laxman Joshi,
Penanaman Kayu bawang di Kebun Karet, World Agroforestry Centre, ICRAF
Southeast Asia, Bogor, 2008
Darmayanti, Nenny, 2010, http://nennydamay.blogspot.com/2010/09/aku-pohonku-dan-harapanku.html. diakses
pada 06 November 2010, Bengkulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya