Kenapa Harus Dia
Oleh:
Tri Murni
Ini adalah hari terakhirku di SMP,
ujian telah berlalu. Liburan kuhadapi. Tapi aku lebih memilih untuk setiap hari
berangkat walaupun tak ada kepentingan,
ya untuk apa lagi kalau tidak bertemu dengan sahabat-sahabatku dan dia. Ya dia,
dia adalah sosok pria yang beda dari yang lain. Itu yang membuat aku mengagumi
yang akhirnya timbul rasa cinta. Dia tersebut bernama Darlis.
Sebenarnya
dia pria biasa, tak ada keistimewaan dari fisik, tetapi bagiku Darlis sosok
pria yang langka sekarang kutemui. Dia pria yang nggak berpikir macam-macam,
tidak terlalu pikir asmara, dia cerdas, jarang bicara kotor. Ya walaupun lemah
lembut.
Sudah
enam bulan belakang ini aku suka dia dan kita akrab, ya namanya sekelas. Hampir
tiap hari kami SMS-an, kalo di Facebook ya sering chatingan. Aku tahu dia
disukai temanku yang juga mantan dari mantanku, namanya Mika. Aku sering
mengejek Mika, untuk sekedar tahu apa dia memiliki rasa yang sama, dan aku
bersyukur bahwa Darlis tidak menyukai Mika. Semakin hari aku semakin dekat
dengan Darlis. Setiap pelajaran di kelas, aku selalu curi-curi pandang sama
dia, tapi anehnya dia selalu tahu, dan aku sangat malu. Terlebih saat aku
menoleh ke dia, dia sudah memandangku terlebih dahulu. Ku harap bukan hanya
ilusi.
Dua
orang sahabatku ini selalu menertawakanku kala aku salah tingkah ketika
ketahuan sama dia saat aku memandanginya, namanya Elisa dan Vila. Katanya
hidungku selalu kembang kempis saat salah tingkah. Hampir setiap hari itu aku
lakukan, ya sepertinya rutinitas.
Aku
selalu berkhayal dan berharap kalau dia memiliki rasa yang sama terhadapku.
Berbulan-bulan aku selalu memperhatikannya, kata Elisa dan Vila dia memberikan
sifat positif, dan menurut sahabatku yang bernama Najwa dan Tika aku adalah
wanita yang dekat dengan Darlis. Aku semakin yakin, terlebih mengingat
kata-katanya saat di depan Musholah.
“Ngapain
kamu disini?,” tanya Darlis.
“Nungguin
kamu,” jawabku sambil menebar senyum
Aku
langsung masuk Musholah dan dengan hati yang senang mengerjakan shalat yang di
imamkan oleh Darlis. Selesai mengerjakan shalat, aku dan teman-teman keluar
dari Musholah.
Tiba-tiba
aku mendengar suara Darlis memanggil aku
“Tunggu
dong, kitakan satu kelas dan satu tujuan,” kata Darlis sambil mengejarku
“Eh,
emangnya satu tujuan apa nih,” jawabku asal.
“Ya,
tujuan meraih cita-cita dan masa depan yang cerah untuk kita”.
Elsa
dan Vila mendengar perkataan dari Darlis langsung tertawa nggak karuan, ini
bikin aku tambah malu.
Habis
dari Musholah, pelajaran biologi dilanjutkan. Berhubung Vila nggak berangkat,
aku jadi bisa satu kelompok dengan Darlis. Saat tahu kita sekelompok, kita
dengan kompak melihat satu sama lain dengan sedikit tersenyum.
Waktu
demi waktu bergulir, rasa cemburu, sedih, senang sudah aku rasakan sampai pada
akhirnya, tepat hari Minggu, 29 Maret 2015, aku minta tolong sama teman aku
yang namanya Ena untuk bicara sama Darlis kalau aku suka dia, awalnya Darlis
tidak percaya dan berulang kali tanya apakah aku cinta banget sama dia atau
tidak.
30
Maret 2015, aku minta Ena buka Inboxnya dengan Darlis dan yang membuat aku
sakit saat dia bilang “Maaf aku nggak cinta sama dia”. Langsung hatiku sakit
sekali, dijalan aku menangis sampai Ena bingung dengan aku, dia merasa bersalah
tidak ada habisnya. Malamnya aku menangis tidak karuan, aku menyesal karena aku
terlalu percaya diri seperti ini. Sangat sedih rasanya. Aku suruh SMS Darlis
bilang kalau aku sudah tahu apa jawabannya sebelum Darlis bilang dan bilang
kalau aku sudah mulai berpaling dari dia, padahal nihil.
Jum’at
pada hari itu aku tidak sengaja mendengar Sono dan Irfan bilang kepada Darlis
intinya mendorong Darlis supaya cepat bicara soal perasaannya.
Sabtunya
aku introgasi Irfan, aku sebut Elsa bukan saat aku bilang Elsa? Kenapa
mencurigakan? Dan aku terus cari cara bukti sampai sekarang sudah 65% positif
Darlis suka sama Elsa. Untung sekarang Elsa sudah punya pacar. Kalau tidak,
pasti aku tidak tahu bagaimana perasaan aku sekarang ini.
Hal
ini terulang ketika pria yang aku suka malah suka sama Elsa, dan lebih sakitnya
itu sahabatku sendiri. Apa Darlis sudah lupa sama perasaan aku? Dan itu sakit,
tapi aku tidak mau hal ini membuat persahabatn aku pecah.
Jujur
saja kamu yang merubah aku jadi lebih rajin belajar dan ingat kepada Allah.
Kamu adalah topik yang setiap hari ku perbincangkan dan aku masih bersyukur
atas takdirmu walaupun tak sesuai dengan anganku.
Download filenya disini "GREENTHREE"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya