Sukma Diri
Oleh: Tiara Agnesta
Anugrah Indah Pratiwi merupakan siswi
yang berprestasi di sekolahnya. Setiap pagi dia selalu tiba di sekolah paling
awal. Tidak hanya rajin di sekolah, tetapi dia juga rajin membaca buku. Hampir
tak ada satu buku pun di perpustakaan yang belum tersentuh oleh jari-jari
lembutnya. Banyak prestasi yang telah ia gapai, baik itu dalam bidang seni
maupun olahraga. Semua prestasi yang ia dapat merupakan sikap kedisiplinan yang
selalu ia terapkan.
Selain pandai dan berprestasi, Indah
juga merupakan gadis yang berparas cantik. Namun, kecantikan dan kepandaiannya
itu tidak membuat ia menjadi sosok perempuan yang sombong. Indah selalu saja
membuat bangga kedua orang tuanya. Bahkan Indah juga mengusik hati para guru
dan kepala sekolah dengan prestasinya.
Setiap bel pulang berbunyi, ia tidak
langsung pulang ke rumah. Tetapi ia sempatkan ke perpustakaan untuk meminjam
buku. Siang itu suasana panas sekali. Terik matahari bagaikan memanggang bumi.
Dalam perjalanan pulang, Indah berpaspasan dengan seorang laki-laki setengah
baya menghentikan langkahnya.
“Selamat siang nak, apakah kamu kenal
sama Anton?,” tanya laki-laki itu.
“Iya pak, saya kenal. Anton adalah
teman satu kelas saya, kenapa ya pak?”.
“Oh iya, begini. Bapak sebenarnya
sedang mencari Anton, karena sudah tiga
hari dia tidak pulang ke rumah. Apakah tiga hari ini dia masuk sekolah?,” tanya
laki-laki itu penuh rasa bingung.
“Tiga hari ini Anton memang tidak
masuk sekolah, dan dia tidak memberi kabar sedikit pun ke pihak sekolah pak,” jawab Indah.
“Ya udah, kalau misalnya ada kabar
dari Anton tolong beritahu bapak ya”.
“Baik pak”.
Indah termenung sejenak memikirkan
Anton. Anton memang merupakan anak yang nakal di sekolah, malas belajar, sering
tidak masuk saat jam pelajaran dan juga sering tidak mengerjakan tugas sekolah.
Sambil berjalan menuju ke rumah, Indah
tidak sengaja memergoki Anton yang sedang nongkrong di warung pinggir jalan.
Indah langsung menghampiri Anton yang saat itu masih mengenakan seragam
sekolah.
“Eh Ton, tadi bukannya kamu nggak
sekolah? Kok seragam mu?”.
“Iya, emang kenapa? Suka-suka aku
dong. Emangnya kamu mau apa?,” jawab Anton mematahkan ucapan Indah.
“Bukannya gitu Ton. Tadi dalam
perjalanan, aku bertemu ayahmu dan sepertinya dia sangat khawatir terhadap
keadaanmu,” ujar Indah.
“Tidak, tidak mungkin dia
mengkhawatirkanku. Buktinya selama ini dia tidak pernah ada saat aku
membutuhkannya. Jadi, mana mungkin dia khawatir”.
Indah mulai mengerti apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Indah pun mencoba menjelaskan secara perlahan kepada
Anton.
“Tapi tadi dia sungguh
menkhawatirkanmu Ton. Dia menanyakanmu kepada semua anak-anak di kelas kita.
Mungkin mereka tidak ada yang mengetahui keadaanmu. Kebetulan aku yang sudah
menemukanmu terlebih dahulu. Jadi kumohon, pulanglah Ton. Pikirkan perasaan
orang tuamu”.
“Selama ini aku selalu memikirkan
mereka Ndah, tapi mereka tidak pernah ingintahu tahu tentang keadaanku. Mungkin
dengan cara ini mereka akan sadar, dan ku harap mereka memang
mengkhawatirkanku. Semua tingkah laku ku dan kenakalanku selama ini hanya
alasanku agar mereka memperhatikanku,” jawab Anton.
Indah
membalikkan badannya dan berkata
“Iya Ton, sekarang aku mengerti. Dan
sebaiknya kamu pulang. Sebelum ayah dan ibumu jatuh sakit memikirkanmu”
Tanpa banyak bicara, Anton langsung
pulang ke rumah dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa bahwa apa yang ia
lakukan selama ini adalah salah.
“Benar apa yang Indah katakan, aku
harus segera pulang untuk menemui ayah dan ibu. Pasti mereka sangat
mengkhawatirkanku,” ujar Anton.
Melihat Anton pulang, Indah pun merasa
tenang. Karena ia tidak menyangka jika Anton mendengarkan ucapannya. Ia
berharap Anton dapat berubah menjadi anak yang baik dan tidak nakal lagi. Tak
lama Indah sampai di rumah, suara
ketukan pintu terdengar. Indah langsung membuka pintu, dan ternyata yang datang
adalah ayahnya Anton.
“Terima kasih ya nak. Atas nasehatmu,
Anton pulang ke rumah. Dan bapak ingin meminta lagi kalau boleh,” tersenyum
melihat Indah.
“Iya pak sama-sama, bantuan apa ya pak?,”
tanya Indah.
“Sudikah Indah mengajari dan
membimbing Anton? Karena bapak lihat Indah adalah orang yang tepat untuk
mengajari Anton agar menjadi lebih baik lagi”
Indah termenung, sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Iya pak. Insya Allah saya akan
mencoba”.
“Sekali lagi terima kasih nak Indah,”
jawab ayah Anton.
Indah berpikir, alangkah baiknya jika
ia dapat merubah tingkah laku Anton, dan mungkin dia dapat bersahabat baik
dengan Anton.
Pagi-pagi Indah sudah tiba di sekolah,
dan ternyata ada yang datang lebih pagi darinya, yaitu Anton.
“Pagi!,” sapa Anton.
“Iya pagi. Emmm, sepertinya aku punya
saingan datang pagi nih,” jawab Indah sambil memberi senyuman ke Anton.
Sejak saat itu Anton mulai berubah
dikit demi sedikit, sekarang mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk
belajar bersama. Dimata Anton, Indah adalah sosok wanita yang sempurna. Selain
cantik, pandai, ia juga senang membantu temannya yang sedang kesusahan.
Diam-diam Anton mengagumi sosok Indah, sosok yang telah membimbing ia sampai ia
rajin belajar, membaca, dan tidak bolos lagi. Sepertinya Indah mengetahui hal
itu dan ia hanya tersenyum.
download filenya "GREENTHREE"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya