Gara-Gara Nyasar
Oleh: Dio Putra Arbe Rutama
Di dunia ini banyak
sekali berbagai macam sifat perilaku serta pintar tidaknya seseorang. Sifat dan
perilaku seseorang biasanya karena faktor lngkungan dan didikan dari orang tua.
Berbeda dengan pintar atau bodohnya seseorang. Seseorang itu bisa pintar karena
ia rajin belajar, sedangkan bodohnya seseorang dikarenakan malas. Seperti
Karnadi, pagi-pagi buta ia sudah berbenah di rumahnya, membereskan tempat
tidur, menyapu rumah kemudian mencuci pakaian. Ia memang rajin, walaupun
Karnadi tidak rajin belajar, setidaknya ia mampu meringankan beban ibunya di
rumah.
Setelah usai mengerjakan semua itu
Karnadi segera bersiap-siap untuk berangkat. Ia ingin pergi bersama
teman-temannya jalan-jalan. Maklum sekarang sudah tidak ada lagi pelajaran di
sekolahnya karena telah usai mengerjakan ulangan semester mereka ingin berlibur
dan ber-refressing. Menenangkan jiwa
di alam bebas memang sangat menyenangkan. Di tengah perjalanan Karnadi dan
teman-temannya berhenti di daerah perbatasan antar kabupaten Bengkulu Tengah
dan Kepahiyang, karena salah satu temannya Jhonaldi yang sangat narsis, ia
ingin mengabadikan gambarnya di tempat yang sekiranya cukup indah itu.
Karnadi dan temannya-temannya
melanjutkan perjalanannya menuju ke kebun teh, perjalanan itu dipimpin oleh
Jhonaldi katanya ia tahu jalan menuju kesana. Di perjalanan Karnadi dan
temannya saling berbincang-bincang, ia bercerita tentang kisah asmaranya yang
tak tahu tujuannya. Sama halnya seperti Dio, ia juga bernasib malang seperti
Karnadi cintanya ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis yang ia kagumi sejak
kelas X. Tapi semua itu tidak membuat temannya itu menyesal malah membuatnya
menjadi semakin terlatih dalam hal atah hati. Itu juga pengalaman dan pelajaran
yang tak dapat dilupakan olehnya.
Semakin lama dalam perjalanan, hari
pun semakin siang. Cuaca di sana pun lama-lama berubah menjadi mendung,
perjalanan kami semakin jauh hingga masuk ke pelosok pedalaman. Hujan pun turun
membasahi kami yang kebingungan karena diajak oleh Jhonaldi ke jejalanan
bebatuan kerikil yang bercampur dengan tanah yang licin karena hujan. Lama
semakin lama kami yang semakin kebingungan dan basah kuyup yang tak tahu arah
tujuan yang sebenarnya, bermaksud ingin berhenti dan bertanya kepada warga
sekitar desa itu. Jhonaldi pun yang lupa-lupa ingat dan kebingungan dengan arah
yang harus ditujunya ini mulai ragu.
Kami berhenti dan bertemu dengan
seseorang warga sekitar kampung itu dan bermaksud ingin bertanya dimana arah
jalur yang harus kami tuju untuk pergi ke kebun teh.
“Pak boleh numpang tanya nggak pak?”
“Iya boleh, memang ada apa ya dek?”
“Begini pak kami tersesat, jalan untuk
pergi ke kebun teh itu kemana ya pak?”
“Oh, kebun teh. Seharusnya tadi di
persimpangan kalian belok kiri, dari sini kalian tinggal berbalik arah,
kemudian bertemu simpang tiga, belok kiri terus lurus. Tidak jauh dari sana sudah
kelihatan kebun tehnya”
“Terima kasih banyak ya pak”
“Sama-sama dek”
Setelah semuanya jelas, kami berbalik
arah dan menuju ke tempat yang dimaksud oleh bapak tadi. Tak berapa lama
terdengar suara “gubrak!”. Si Denie dan Lodi terjadi karena melewati jalan yang
cukup licin ditambah dengan Denie yang tak sabar ingin cepat-cepat sampai,
akhirnya terjatuh dengan keadaan yang sangat menggelikan. Si Jhonaldi yang
dekat dengan Denie dan Logi bukannya cepat-cepat menolong malah
sempat-sempatnya menertawai mereka berdua. Si Anggi segera menegakkan motor dan
membantu Denie dan Logi untuk berdiri. Untunglah tak ada luka yang cukup serius
dalam kejadian itu. Kami melanjutkan perjalanan kami dengan keadaan basah dan
masih sedikit geli karena kejadian tadi, apa lagi si Jhonaldi yang tak bisa
berhenti tertawa terbahak-bahak. Ia selalu teringat kondisi keadaan Denie
ketika terjatuh, mungkin karena badan Denie yang agak gendut membuat si
Jhonaldi membayangkan Denie seperti anak sapi yang terjepit ditambah lagi
dengan si Logi yang ber-akting ketika
terjatuh ia berlagak sakit yang pada kenyataannya itu sama sekali tidak terjadi
pada dirinya.
Sesampainya kami di tempat tujuan, aku
langsung memasuki kawasan perkebunan teh sembari melihat-lihat pemandangan yang
sangat indah disana, tak lupa pula aku mengambil gambar disana. Aku dan
teman-temanku yang dalam keadaan basah kuyup itu sudah tak kami perdulikan lagi
karena melihat betapa mengagumkan pemandangan disana. Setiap sudut sudah kami
telusuri disana. Ada juga yang memetik daun teh untuk dibawanya pulang ke
rumah. Hari semakin sore, matahari sebentar lagi akan tenggelam, memang tak
lama kami berada disana, hal ini terjadi karena banyak waktu yang terbuang
sia-sia ketika kami tersesat. Dengan keadaan basah dan hujanyang masih belum
reda, kami akhirnya bergegas untuk pulang ke rumah. Di perjalanan pulang, hujan
yang tadinya masih gerimis, lama-kelamaan menjadi lebat. Kami segera berhenti
untuk berteduh dan menghangatkan diri dengan secangkir kopi yang hangat.
Sembari menghangatkan diri, Denie mengambil sesuatu yang ada di dalam jok
motorku. Ternyata yang diambilnya itu adalah sebuah kubis yang dipetik Logi
ketika ia terjatuh tadi. Aku sendiri tahu kapan Logi mengambil kubis itu. Ia
memang jail dan iseng, di ambilnya kubis itu dari Denie kemudian ia mencuci
kubis itu lalu ia makan mentah-mentah kubis itu. Aku dan teman-temanku yang
dalam keadaan kelaparan, penaaran dengan rasa kubs itu saya juga memakannya,
rasanya sedikit manis dan bau tapi si Denie malah suka dan lahap memakan kubis
itu sampai habis dimakannya.
Hujan belum reda dan masih lebat,
tetapi hari mulai semakin gelap, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang. Tak
kami hiraukan lagi hujan yang membasahi kami karena kami sudah tak tahan lagi
dengan kedinginan yang membuat kami menggigil. Karnadi yang tak tahan
kedingingan karena hujan membuat tangannya keram. Ia tak bisa lagi membawa
motor secara seimbang lagi. Namun semua itu tak membuat dirinya berhenti
melajukan motornya. Kami pulang dengan selamat sampi ke rumah. Betapa serunya
liburan kami hari itu, peristiwa itu tak akan kulupakan dalam benakku.
download aja filenya disini "GREENTHREE"
Terima kasih Anggi kusumah. Tugasku sudah selesai
BalasHapus