animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Jumat, 06 Januari 2017

Cerpen "Gara-Gara Nyasar"



Gara-Gara Nyasar
Oleh: Dio Putra Arbe Rutama

          Di dunia ini banyak sekali berbagai macam sifat perilaku serta pintar tidaknya seseorang. Sifat dan perilaku seseorang biasanya karena faktor lngkungan dan didikan dari orang tua. Berbeda dengan pintar atau bodohnya seseorang. Seseorang itu bisa pintar karena ia rajin belajar, sedangkan bodohnya seseorang dikarenakan malas. Seperti Karnadi, pagi-pagi buta ia sudah berbenah di rumahnya, membereskan tempat tidur, menyapu rumah kemudian mencuci pakaian. Ia memang rajin, walaupun Karnadi tidak rajin belajar, setidaknya ia mampu meringankan beban ibunya di rumah.

          Setelah usai mengerjakan semua itu Karnadi segera bersiap-siap untuk berangkat. Ia ingin pergi bersama teman-temannya jalan-jalan. Maklum sekarang sudah tidak ada lagi pelajaran di sekolahnya karena telah usai mengerjakan ulangan semester mereka ingin berlibur dan ber-refressing. Menenangkan jiwa di alam bebas memang sangat menyenangkan. Di tengah perjalanan Karnadi dan teman-temannya berhenti di daerah perbatasan antar kabupaten Bengkulu Tengah dan Kepahiyang, karena salah satu temannya Jhonaldi yang sangat narsis, ia ingin mengabadikan gambarnya di tempat yang sekiranya cukup indah itu.

          Karnadi dan temannya-temannya melanjutkan perjalanannya menuju ke kebun teh, perjalanan itu dipimpin oleh Jhonaldi katanya ia tahu jalan menuju kesana. Di perjalanan Karnadi dan temannya saling berbincang-bincang, ia bercerita tentang kisah asmaranya yang tak tahu tujuannya. Sama halnya seperti Dio, ia juga bernasib malang seperti Karnadi cintanya ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis yang ia kagumi sejak kelas X. Tapi semua itu tidak membuat temannya itu menyesal malah membuatnya menjadi semakin terlatih dalam hal atah hati. Itu juga pengalaman dan pelajaran yang tak dapat dilupakan olehnya.







          Semakin lama dalam perjalanan, hari pun semakin siang. Cuaca di sana pun lama-lama berubah menjadi mendung, perjalanan kami semakin jauh hingga masuk ke pelosok pedalaman. Hujan pun turun membasahi kami yang kebingungan karena diajak oleh Jhonaldi ke jejalanan bebatuan kerikil yang bercampur dengan tanah yang licin karena hujan. Lama semakin lama kami yang semakin kebingungan dan basah kuyup yang tak tahu arah tujuan yang sebenarnya, bermaksud ingin berhenti dan bertanya kepada warga sekitar desa itu. Jhonaldi pun yang lupa-lupa ingat dan kebingungan dengan arah yang harus ditujunya ini mulai ragu.

          Kami berhenti dan bertemu dengan seseorang warga sekitar kampung itu dan bermaksud ingin bertanya dimana arah jalur yang harus kami tuju untuk pergi ke kebun teh.

          “Pak boleh numpang tanya nggak pak?”

          “Iya boleh, memang ada apa ya dek?”

          “Begini pak kami tersesat, jalan untuk pergi ke kebun teh itu kemana ya pak?”

          “Oh, kebun teh. Seharusnya tadi di persimpangan kalian belok kiri, dari sini kalian tinggal berbalik arah, kemudian bertemu simpang tiga, belok kiri terus lurus. Tidak jauh dari sana sudah kelihatan kebun tehnya”

          “Terima kasih banyak ya pak”

          “Sama-sama dek”

          Setelah semuanya jelas, kami berbalik arah dan menuju ke tempat yang dimaksud oleh bapak tadi. Tak berapa lama terdengar suara “gubrak!”. Si Denie dan Lodi terjadi karena melewati jalan yang cukup licin ditambah dengan Denie yang tak sabar ingin cepat-cepat sampai, akhirnya terjatuh dengan keadaan yang sangat menggelikan. Si Jhonaldi yang dekat dengan Denie dan Logi bukannya cepat-cepat menolong malah sempat-sempatnya menertawai mereka berdua. Si Anggi segera menegakkan motor dan membantu Denie dan Logi untuk berdiri. Untunglah tak ada luka yang cukup serius dalam kejadian itu. Kami melanjutkan perjalanan kami dengan keadaan basah dan masih sedikit geli karena kejadian tadi, apa lagi si Jhonaldi yang tak bisa berhenti tertawa terbahak-bahak. Ia selalu teringat kondisi keadaan Denie ketika terjatuh, mungkin karena badan Denie yang agak gendut membuat si Jhonaldi membayangkan Denie seperti anak sapi yang terjepit ditambah lagi dengan si Logi yang ber-akting ketika terjatuh ia berlagak sakit yang pada kenyataannya itu sama sekali tidak terjadi pada dirinya.

          Sesampainya kami di tempat tujuan, aku langsung memasuki kawasan perkebunan teh sembari melihat-lihat pemandangan yang sangat indah disana, tak lupa pula aku mengambil gambar disana. Aku dan teman-temanku yang dalam keadaan basah kuyup itu sudah tak kami perdulikan lagi karena melihat betapa mengagumkan pemandangan disana. Setiap sudut sudah kami telusuri disana. Ada juga yang memetik daun teh untuk dibawanya pulang ke rumah. Hari semakin sore, matahari sebentar lagi akan tenggelam, memang tak lama kami berada disana, hal ini terjadi karena banyak waktu yang terbuang sia-sia ketika kami tersesat. Dengan keadaan basah dan hujanyang masih belum reda, kami akhirnya bergegas untuk pulang ke rumah. Di perjalanan pulang, hujan yang tadinya masih gerimis, lama-kelamaan menjadi lebat. Kami segera berhenti untuk berteduh dan menghangatkan diri dengan secangkir kopi yang hangat. Sembari menghangatkan diri, Denie mengambil sesuatu yang ada di dalam jok motorku. Ternyata yang diambilnya itu adalah sebuah kubis yang dipetik Logi ketika ia terjatuh tadi. Aku sendiri tahu kapan Logi mengambil kubis itu. Ia memang jail dan iseng, di ambilnya kubis itu dari Denie kemudian ia mencuci kubis itu lalu ia makan mentah-mentah kubis itu. Aku dan teman-temanku yang dalam keadaan kelaparan, penaaran dengan rasa kubs itu saya juga memakannya, rasanya sedikit manis dan bau tapi si Denie malah suka dan lahap memakan kubis itu sampai habis dimakannya.
          Hujan belum reda dan masih lebat, tetapi hari mulai semakin gelap, kami melanjutkan perjalanan untuk pulang. Tak kami hiraukan lagi hujan yang membasahi kami karena kami sudah tak tahan lagi dengan kedinginan yang membuat kami menggigil. Karnadi yang tak tahan kedingingan karena hujan membuat tangannya keram. Ia tak bisa lagi membawa motor secara seimbang lagi. Namun semua itu tak membuat dirinya berhenti melajukan motornya. Kami pulang dengan selamat sampi ke rumah. Betapa serunya liburan kami hari itu, peristiwa itu tak akan kulupakan dalam benakku.


download aja filenya disini "GREENTHREE"

1 komentar:

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...