animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Selasa, 04 April 2017

Cerpen "Sujud Terakhir"



SUJUD TERAKHIR
Oleh: Saskia Anggun Khairun Nissa

       Cahaya redup remang-remang menatap sebuah tangisan berhujanan.Dinginya menusuk sukmaku yang teriris perih walaupun air mata berhasil aku kengkang.Do’a-do’a ikhlas semuanya. Kau tampak  berseri mesti mesti kain-kain putih suci yang kau pakai terbelut didirimu bahagianya”PULANG KAMPUNG’’ tempat dirimu asal.
        Duka terselimuti dengan suara tangisan orang terdekatmu,kerabat dekatmu,Bau anyir yang semakin tersamar-samar akan  kepergianmu. Sejak saat itu kau menyadarkan sebuah sajadah biru kepadaku,disaat aku mengambil air untuk suciku. Kau tersenyum mengatakan “jangan pernah menangis karena sebuah musibah,karena  tangis lelaki adalah lemah. Kuatkanlah tangismu hanya kepada tuhanmu’’. Sejak itu akankah terakhir dirimu kau katakan rasa sejuk dihatiku. Tersamar akan kenangmu,Seiring tak terasa kau terkubur dan malaikat munkar dan nakir mungkin menunggu akan kedatanganmu. Ya allah meski diriku tak sedarah akankah aku mengikhlaskan dan mengenangnya?. Serasa ikhlas dan pedih tercampur dibenakku.
    Entah mengapa sejak kepergianmuku menatap lama pada mushola itu. Sejak pertama diriku menginjak kaki dimushola itu. Saat itulah aku mengenal akan artinya islam. Entah mengapa duduk smp ku menggebu-gebu meraih impianku tapi sayang, impian hanya mimpi yang tak dapat aku capai lagi. Ibu dan ayah berseteru akan kemiskinan keluargaku. Hingga adik kecilku dan aku solah anak belantara yang tak ada saying dan cinta semestinya aku rasakan. Hingga ayah pergi entah kemana. Akan berbuat  apa aku tidak tahu. Tapi entah apa yang terjadi hingga aku keliling menjajahkan hasil kue buatan ibuku, ada gerombolan orang-orang itu. Dan sejenak sedetak jantungku berdetak cepat, tangisan apa yang aku rasakan. Tapi aku melihat itu adalah ayah terbujur tak bernyawa. Dihiasi darah disekitarnya, sejenak aku histeris. Ayah telah meninggalkan aku bersama ibuku dan adik kecilku. Segera aku lari meninggalkan ayahku.
      Untuk mengabarkan ibuku ,Aku berlari dengan telanjang kaki, tak peduli bajuku kumal kusam. Tak peduli aku dianggap pelari atau lari marathon. Yang penting ibu tau hai ini. Jalan aspal yang penuh lubang. Panas pun menyengat kulitku,Aspal yang mengelilingi jalan raya tak aku hiraukan. Aku tetap berlari meski kerikil-kerikil tajam yang aku injak ini. Seolah tak akan bias aku rasakan sakit ditelapakku . Nafas tersenggal-snggal setiap langkahku. Langkah dan langkah cepatku seolah rumahku semakin mendekat. Sejenak terpikir aku tak sabar akan kabar ini. Tiba-tiba kaki ini diam dengan mendadak., Orang-orang berlari kesana kemari. Aku binggung kenapa ada asap hitam dari kejauhan. Sempat tak aku hiraukan tapi kenapa itu menujuarah rumahku. Jalanku mempelan sempat saja tak terpikirkan akan kedaan ayah,Karena orang-orang berlari sepertiku. Semakin bingung seolah aku tak mengerti dengan keadaan. Hingga aku menemukan asap itu, yang asalnya dari rumah reyot itu. Berkayu dekat halaman yang selalu aku bermain bola di situ,  disana juga pohon yang sering tertidur diranting itu tepat pada depan pintu rumahku, dan kebakaran itu adalah ‘’RUMAHKU’’!!!.  Aku segera menanyakan orang yang tepat pada di depanku. Bagaimana dengan ibu dan adikku. Orang itu menjawab seolah tidak terhiraukan pertanyaanku. Api semakin marah dan melahap rumahku. Bagaikan layunnya daun dipucuk karena patahnya batang yang menyeret diriku dalam sebuah tangisan. TUHAN !!!!, Cukupkah kau beri aku cobaan ini? CITA-CITAKU!!! ,HARAPANKU!!!,KELUARGAKU!!!
”KENAPA!!!” dengan histerisku layu. Layu lutut tertekuk menyentuh tanah. Hancur sudah kepingan hidupku.
     Berjalan menelusuri jalanan pinggiran aspal. Melihat sekeliling kota yang tak punya lelah. Tapi sekarang aku lelah dengan batinku. Berjalan seolah apa yang terjadi pada diriku yang sebatang kara ini. Cuaca sore pun masih terlihat sejuk dengan angin. Tapi hati tetap hati, sesejuk sore ini,  luka yang perih ini tak lagi terobati. Sejak aku merenungkan apa yang aku lakukan sekarang. Terbayang akan sekolahku, karena sekolah menghiburku setiap aku meratapi keluargaku. Karena sekolah adalah sumberku untuk menumbuhkan semangat ini. Akan tetapi semua hancur dalam sekejap mata. Akankah hidup dijalan ini teringat aku tidak melahap sesuap nasi. Aku mulai merasakan lapar dengan apa yang aku makan. Terlihat mobil berjajar antri, terpikir akankah aku meminta mereka. Tidak!!!! Aku tidak mau meminta!!!! Tapi tidak mungkin?, perutku sudah kosong tak berisi tidak ! Aku harus bertahan.
       Hingga  menjelang malam aku terus menahan lapar ini berjalan bertatih-tatih. Ketika aku melihat mushola aku ingin sekali kesana. Meski tidak berkeinginan sholat,karena aku tak paham dan saat itu aku nyaman dan hatiku seolah menjadi dingin, aku melihat tulisan kaligrafi di setiap sudut jendela dan ruang imam. Tak terasa aku tertidur diteras hingga laparku tak sempat aku rasakan lagi.
       Terkaget saat kakek yang tidak begitu tua membangunkanku. Di sinilah aku menemukan kau, memberikan kata lembutmu membuat hati ini seolah terobati. Sejak itulah kau menawarkan aku untuk ikut denganmu, dengan syarat mematuhi apa yang kau perintahkan . Seolah semangat sedikit terbakar, mulailah aku dan kau hidup bersma meski kau memberikan berita tentangmu yang ditinggal istri disurga sejak melahirkan anakmu. Kau hidup sendiri dekat mushola iu. Anakmu telah berumah tangga jauh disana, hingga kau tak merasakan kesepian begitu tegarnya dirimu, dan terlihat wajah ramahmu. Sebegitukah dirimu menganggap diriku sebagai anakmu sendiri,dan kau merawatku hingga diriku berhasil menampak jalan tikungan hingga saatnya usiaku menanjak dalam hati terasa di permukan dataran terjal menikung tajam sangat mengiris hati. Hingga saat ini air mataku tumpah pada sujud terakhirmu waktu diriku bersama menghadap kepada allah. Teringat kata terakhir yang kau ucapkan saat itu. Aku coba untuk menahan air mataku untuk tidak terlihat olehmu di alam beda. Cukupkah diriku belajar dari hidupmu,sekian lama hidup bersama denganmu. Semua telah terukir indah dalam hati dan tersimpan di lukisan indah di kehidupanku.
   Dari mushola itu kau telah menatap ramah dan hidupmu seolah tidak ada resah di setiap hembusanmu. Nasehat-nasehat itu sku simpan di buku kehidupanku. Saat yang terindah membuat rasa kenangku yang aku jadikan pengalaman terindah. Kau membenarkan saat mensucikan diri sebelum sembayang. Waktu itu aku yang lugu tidak mengerti apa yang kau lalkukan hingga kau menuntunku dengan sabar, mengarahkan di kehidupan yang sebenarnya. Di dirimulah aku terbentuk manusia yang sepantasnya, aku menemukan jati diriku semenjak hidup bersamamu indah bagiku. Hingga kau memberikan ilmu yang terdapat apa yang kau miliki.
      Saat jam 5 pagi aku berniat memberikan sesuatu hal yang membahagiakan, bahwa aku akan membalas semua apa yang telah kau berikan padaku. Waktu itu ada berita yang mengejutkan bagiku menyatakan bahwa aku diterima disebuah angkatan. Kelak aku bercita-cita sebagai khalifa yang kau berikan cerita padaku. Materi kehidupan yang kau ucapkan sehingga di dalam anganku terbangun dan mimpiku terbayang kelak aku menjadi khalifa ,aku menjalankan apa yang kau berikan materi padaku.
       Tapi entah waktu menjadi saksi bisu dengan perjuanganku. Untuk menyatakan hal yang membahagiakan ini,tapi sejalan waktu kau memberikan sujud terakhirmu waktu jamaah denganku. Teringat terus pikiran ini mengembang seolah apa yang terjadi tidak bias terpikirkan lagi tapi karena kata terakhir itu menggema dan terus teringat. Aku harus mampu untuk tegar meski kita tak sedarah. Begitupun diriku dahulu semua aku keluarkan dan aku harus memikirkan jalan kedepan . Ya allah terima kasih atas kebesaran kekuasaanmu allah huakbar aku tempuh jalan tanpamu di sujud terakhirmu.



download file doc nya disini "GREENTHREE"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...