KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah yang berjudul “Kultur Jaringan
Tumbuhan Kentang”.
Penulisan
makalah ini adalah salah satu tugas kelompok. Dalam Penulisan tugas kelompok
ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah.
Bengkulu Tengah, 23 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
1.1
Latar Belakang
……………………………………………………………………………...1
1.2
Rumusan Masalah
………………………………………………………………………….2
1.3
Tujuan Makalah
…………………………………………………………………………….2
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………….3
2.1
Definisi Kultur Jaringan
……………………………………………………………………3
2.2
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Kultur
Jaringan ……………………………………….3
2.3
Teknik Kultur Jaringan pada Tanaman
Kentang …………………………………………...4
2.4
Manfaat Kultur Jaringan pada Tanaman
Kentang ………………………………………….8
2.5
Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan
dan Perkembangan pada Kultur Jaringan……...9
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………...10
3.1 Kesimpulan
………………………………………………………………………………….10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur
jaringan atau yang biasa disebut kultur in vitro merupakan
suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan dan organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman utuh kembali (Gunawan, 1998 dalam Kusumaningrum,2007). Dasar
pemikiran teknik kultur jaringan adalah teori totipotensi sel, yaitu kemampuan
sel tumbuhan membentuk tanaman lengkap bila ditempatkan dalam lingkungan yang
sesuai. Umumnya sifat totipotensi lebih banyak dimiliki oleh bagian tanamna
yang masih muda dan banyak dijumpai pada daerah meristematik (Santoso dan
Nursandi , 2003 dalam Kusumaningrum, 2007). Keunggulan dari sistem kultur
jaringan tanaman adalah dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak
dalam waktu yang singkat, bebas hama dan penyakit serta identik dengan induknya
(Wattimena, 2000 dalam Kusumaningrum, 2007).
Tanaman
kentang merupakan tanaman dikotil yang menghasilkan umbi. Tanaman kentang yang
dibudidayakan di seluruh dunia dapat digolongkan ke dalam dua kelompok sub
spesies yaitu S. Tuberosum susp. Tuberosum yang beradaptasi terhadap hari
panjang dan S. Tuberosum subsp. Andigena yang beradaptasi terhadap hari pendek (
Wattimena, 2000 dala Kusumaningrum, 2007). Ahli botani mengklasifikasikan
kentang dalam Divisi Spermathophyta, Subdivisi angiospermae, Kelas Dicotyledon,
Ordo Tubliforae, Famili Solanaceae, Genus Solanum dan spesies solanum tuberosum.
Secara
klonal tanaman kentang dapat diperbanyak dengan umbi bibit, umbi mini, true
potato seed (TPS), umbi mikro, maupun stek mikro. Tujuan dari perbanyakan
kultur jaringan pada kentang adalah untuk memproduksi sejumlah
besar bahan tanaman dengan gen identik, produksi sesuai dengan induknya
(Wattimena, 1992 dalam Kusumaningrum, 2007)
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Kultur jaringan?
2.
Apa kelemahan dan kelebihan dari kultur
jaringan?
3.
Bagaimana penerapan Kultur jaringan pada
kentang?
4.
Manfaat apa saja yang di peroleh dari
Kultur jaringan pada tanaman kentang?
5.
Apa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan pada kultur jaringan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi Kultur
jaringan.
2.
Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
kultur jaringan.
3.
Untuk mengetahui cara kultur jaringan
pada tanaman kentang.
4.
Untuk mengetahui manfaat dari kultur
jaringan.
5.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh pada kultur jaringan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kultur Jaringan
Kultur
jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya
dalam kondisi aseptik. Sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri
dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Teori sel atau yang lebih
dikenal dengan teori totipotensi menyatakan bahwa setiap sel tanaman hidup
mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai. Sel-sel
tersebut merupakan kesatuan biologis terkecil yang mempunyai kemampuan untuk
mengadakan berbagai aktivitas hidup, seperti: metabolisme, reproduksi,
pertumbuhan dan beregenerasi.
Tujuan
pokok penerapan perbanyakan dengan teknik kultur jaringan adalah produksi
tanaman dalam jumlah besar pada waktu singkat, terutama untuk varietas-varietas
unggul yang baru dihasilkan. Dalam bidang pertanian kultur jaringan berproduksi
tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem. Untuk produksi bahan-bahan
farmasi dimana sel-sel kultur juga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan yang
dibutuhkan manusia dengan tingkat produksi per-unit berat kering yang setara
atau lebih tinggi dari tanaman asalnya.
2.2
Kelebihan
dan Kelemahan Teknik Kultur Jaringan
1.
Kelebihan
teknik kultur jaringan adalah :
1.
Dapat memperbanyak tanaman tertentu yang
sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional.
2.
Dalam waktu singkat dapat menghasilkan
jumlah bibit yang lebih besar.
3.
Perbanyakannya tidak membutuhkan tempat
yang luas.
4.
Dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
mengenal musim.
5.
Bibit yang dihasilkan lebih sehat dan
dapat memanipulasi genetik dan biaya pengangkutan bibit lebih murah.
2.
Kelemahan
teknik kultur jaringan adalah :
1.
Dibutuhkannya biaya yang relatif lebih
besar untuk pengadaan laboratorium.
2.
Dibutuhkan keahlian khusus untuk
mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi
aseptik.
3.
Terbiasa dilingkungan hidup dengan
kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah
aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk kelingkungan eksternal.
2.3 Teknik Kultur Jaringan pada Tanaman Kentang
Tahapan
yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1.
Pemilihan
dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Sebelum melakukan kultur jaringan pada
suatu tanaman kentang, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih
bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman kentang tersebut harus jelas jenis,
spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
Tanaman kentang indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan
dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada
waktu dikulturkan secara in-vitro.
Lingkungan tanaman induk kentang yang
lebih higienis dan bersih dapat meningkatkan kualitas eksplan. Pemeliharaan
rutin yang harus dilakukan meliputi: pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan
dengan pestisida (fungisida, bakterisida, dan insektisida), sehingga tunas baru
yang tumbuh menjadi lebih sehat dan dan bersih dari kontaminan. Selain itu
pengubahan status fisiologi tanaman induk kentang sebagai sumber eksplan
kadang-kadang perlu dilakukan seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan
zat pengatur tumbuh. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan
tanaman induk dengan fotoperiodisitas dan temperatur tertentu untuk mengatasi
dormansi serta penambahan ZPT seperti sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata
tunas baru dan untuk meningkatkan reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi
kultur. Syarat-syarat eksplan yang baik :
1.
Berasal dari induk yang sehat dan subur.
2.
Berasal dari induk yang diketahui
jenisnya.
3.
Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik.
4.
Ukuran tunas optimal sekitar 5 cm
tingginya ( biasanya ukuran tunas yang bisa dipakai sebagai
eksplan adalah tunas yang berukuran antara 5 – 10 cm),bukan tunas yang baru
tumbuh atau yang sudah kelewat besar.
2.
Inisiasi
Kultur
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari
bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan
untuk kegiatan kultur jaringan pada tanaman kentang adalah bagian tunas.
Tujuan utama dari propagasi secara
in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme
serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976) tahap ini mengusahakan kultur
yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme maupun
penyakit, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan
menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).
Masalah yang sering dihadapi pada kultur
tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau penghitaman bagian eksplan
(browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang timbul akibat stress
mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi eksplan dari
tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat pertumbuhan
atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
3.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu kegiatan dalam
kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus
steril. Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu
dibersihkan hal ini karena pada eksplan tunas khususnya pada kentang mengandung
jamur seperti fusarium.
4.
Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
Multiplikasi adalah kegiatan
memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini
dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan
gagalnya pertumbuhan eksplan pada kentang. Tabung reaksi yang telah ditanami
ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan
suhu kamar. Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman
yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan
tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada
tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya
pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya
tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui
induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di
dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan
perbandingan yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang
digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan
sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ). Kemampuan
memperbanyak diri yang sesungguhnya dari suatu perbanyakan secara in-vitro
terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi
(Wetherell, 1976). Eksplan tanaman kentang dalam kondisi bagus dan tidak
terkontaminasi dari tahap inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke
media yang mengandung sitokinin. Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali
sampai jumlah tunas yang kita harapkan, namun subkultur yang terlalu banyak
dapat menurunkan mutu dari tunas yang dihasilkan, seperti terjadinya
penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala ketidak normalan
(vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar.
5.
Pemanjangan
Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
Pengakaran adalah fase dimana eksplan
akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur
jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap
hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
Tujuan dari tahap ini adalah untuk
membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup
sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar. Dalam
tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh
lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976).
Tunas-tunas yang dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain
untuk pemanjangan tunas. Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin
sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut dapat dipindahkan secara
individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok lebih ekonomis
daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat
diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau
secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas
in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang
umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini
tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
6.
Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman kentang
secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan salah satu tahap
kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada
tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol
seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap
serangga). Proses ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses
pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara
ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau
pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam
di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan
berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan
keberhasilan yang tinggi.
Tahap ini merupakan tahap kritis karena
kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan
sangatlah jauh berbeda dengan kondisi iklim mikro di dalam botol. Kondisi di
luar botol bekelembaban nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat
intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi dalam botol.
Planlet atau tunas mikro lebih bersifat
heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat
tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu tanaman kentang tersebut memperlihatkan beberapa gejala ketidak
normalan, seperti bersifat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan
vaskulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak
berfungsinya stomata sebagai mana mestinya. Strutur mesofil berubah, dan
aktifitas fotosintesis sangat rendah. Dengan karakteristik seperti itu,
palanlet atau tunas mikro mudah menjadi layu atau kering jika dipindahkan ke
kondisi eksternl secara tiba-tiba. Karena itu, planlet atau tunas mikro
tersebut diadaptasikan ke kondisi lngkungan yang baru yang lebih keras. Dengan
kata lain planlet atau tunas mikro perlu diaklimatisasikan.
2.4
Manfaat Kultur Jaringan Pada
Tanaman Kentang
Pelaksanaan
teknik kultur jaringan ternyata dapat memberikan keuntungan.Manfaat dari kultur
jaringan pada tanaman kentang tersebut yaitu :
1.
Bibit (hasil) yang di dapat berjumlah
banyak dan dalam waktu yang singkat
2.
Sifat identik dengan induk
3.
Dapat diperoleh sifat-sifat yang
dikehendaki
4.
Metabolit sekunder tanaman segera
didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
5.
Perbanyakan cepat dari klon
6.
Keseragaman genetic
7.
Kondisi aseptic
8.
Seleksi tanaman
9.
Stok mikro
10.
Lingkungan terkontrol
11.
Konservasi genetic
12.
Teknik kultur jaringan dapat digunakan
untuk menyelamatkan hibrida dari spesies yang tidak kompatible melalui kultur
embrio atau kultur ovule
13.
Tanaman haploid dapat diperoleh melalui
kultur anther
14.
Produksi tanaman sepanjang tahun
15.
Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang
sulit diperbanyak secara normal dapat dilakukan melalui kultur jaringan.
2.5
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Dan Perkembangan Pada Kultur Jaringan
1.
Bentuk Regenerasi dalam Kultur In Vitro:
pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio somatik, pembentukan protocorm like
bodies, dll
2.
Eksplan Merupakan bagian tanaman yang
dipergunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang
penting adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan
seks(jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi
eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda,
kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dan lain-lain.
3.
Media Tumbuh Di dalam media tumbuh
mengandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik
media. Terdapat 13 komposisi media dalam kultur jaringan, antara lain:
Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C, Anderson
dll. Media yang sering digunakan secara luas adalah MS.
4.
Zat Pengatur Tumbuh Tanaman Faktor yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode
masa induksi dalam kultur tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan
Auksin seperti Indole Aceti Acid(IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA
dan Indole Acetic Acid (IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin
(BA), 2I-P, Zeatin, Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3.
Golongan zat penghambat tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5.
Lingkungan tumbuh yang dapat mempengruhi
regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas
penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kultur
jaringan merupakan salah satu penerapan dari bioteknologi modern yang di
gunakan untuk memperbanyak suatu tanaman dengan cara mengisolasi bagian dari
suatu tanaman kemudian menumbuhkannya dalam kondisi aseptik.Tujuan dari kultur
jaringan adalah untuk menciptakan tanaman baru dalam jumlah yang banyak
secara cepat dan dalam waktu yang singkat serta untuk mendapatkan bibit yang
bebas dari hama dan penyakit.
Salah
satu penerapan dari teknik kultur jaringan adalah pada tanaman kentang.Tanaman
kentang di pilih karena tanaman ini bisa di perbanyak melalui proses kultur
jaringan.Salah satu syarat dari kultur jaringan ini adalah dengan penggunaan
eksplan, dengan eksplan yang baik akan di dapatkan bibit yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto, D. 2009. Induksi Umbi Mikro Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina
(Lour.)DC) Secara In Vitro Pada Beberapa Konsentrasi Sukrosa dan
Retardan. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Kusumaningrum, I.S. 2007. Evaluasi Pertumbuhan In Vitro dan Produksi Umbi Mikro Beberapa
Klon Kentang (Solanumtuberosum L.) Hasil Persilangan Kultivar Atlantik dan
Granola. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian
Bogor
Wattimena,
G.A. 2011. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor. IPB Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya