animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Rabu, 17 Oktober 2018

Makalah Melaksanakan Pengurusan Jenazah


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta  salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW dan semoga kita akan selalu mendapat syafaatnya baik didunia maupun di akhirat kelak.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya  penulis dapat  menyusun makalah ini untuk memenuhi  tugas mata pelajaran“Pendidikan Agama Islam” yang berjudul“Melaksanakan Pengurusan Jenazah”.
Kami menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak penulisan makalah ini tidak mungkin terlaksana dengan baik.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi dan membuahkan ilmu yang maslahahfiidinniwadunyawalakhirah.




Taba Penanjung, 25 Juli 2018

                              
  Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C.     Tujuan Pembahasan Masalah..................................................................................................2

BAB II  PEMBAHASAN
A.    Kewajiban Terhadap Jenazah...................................................................................................3
B.     Perawatan Jenazah………………………………………………………………………….15
C.     Ta’ziah……………………………………………………………………………………...21
D.     Ziarah………………………………………………………………………………………22

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Islam menganjurkan umatnya agar selalu ingat akan kematian.Pada saat sakaratul maut, kita sangat dianjurkan untuk melakukan talqin.Hal ini dimaksudkan supaya orang itu tidak meninggal dalam keadaan su’ul khatimah.Dengan senantiasa mengucapkan kalimat sahadat,tahlil,atau kalimat tayyibah lainnya seseorang diharapkan meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah.
            Tentu suatu saat kita pasti akan terjun didalam masyarakat, banyak hal-hal yang harus kita pelajari dalam bersosialisasi di masyarakat, salah satunya pasti suatu saat kita akan melakukan yang namanya Takziah (melayat). Apabila ada sanak saudara,tetangga,kerabat atau sesama muslim yang meninggal dunia.
Tapi kenyataannya sekarang sangatlah miris, jika sering kita jumpai banyak orang yang bertakziah di tempat orang yang tengah berduka cita tapi malah asyik mengobrol dan naudzubillahiminzalik mereka malah membicarakan aib si jenazah.
Padahal ketika ada kerabat yang meninggal dunia, seorang mahramnya yang paling dekat dan berjenis kelamin samahendaklah mereka melakukan kewajiban terhadap jenazah, yaitu memandikan,mengafani,menyalatkan, dan menguburkannya. Itu semua merupakan perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin sebagai kelompok.
Di zaman kemajuan seperti ini, masyarakat cenderung individualistis dan kurang pengetahuannya akan agama. Khususnya tentang tata cara mengurus jenazah. Maka dari itu kami akan mencoba berbagi ilmu tentang bagaimana cara mengurus jenazah menurut syari’at islam.

B.      Rumusan Masalah
1.             Apa kewajiban umat Islam terhadap Jenazah?
2.             Bagaimana perawatan jenazah?
3.             Apa itu ta’ziah/melayat?
4.             Bagaimana Ziarah kubur?


C.      Tujuan Pembahasan Masalah
1.             Untuk mengetahui apa kewajiban umat Islam terhadap Jenazah
2.             Untuk mengetahui bagaimana perawatan jenazah
3.             Untuk mengetahui apa itu ta’ziah/melayat
4.             Untuk mengetahui bagaimana ziarah kubur


























BAB II
PEMBAHASAN

A.           Kewajiban Terhadap Jenazah
Adapun soal-soal yang bersangkutan dengan jenazah ada empat. Jenazah tersebut hendaklah dimandikan,dikafankan,disolatkan dan dikuburkan .
Keempat- empat perkara ini ‘ Fardu Kifayah’ hukumnya bagi umat Islam, apabila yang mati itu orang yang beragama Islam. Bila pekerjaan itu ditinggalkan berdosalah semua orang Islam di negeri itu tetapi bila ada di antara mereka yang mengerjakannya, maka sekalian umat Islam di negara itu lepaslah dari dosa.
1.             Memandikan Mayat
Syarat sah-nya mandi :
a.              Mayat itu orang Islam (muslim)
b.             Belum dimandikan
c.              Didapati tubuhnya walaupun sedikit
d.             Mayat itu bukan mati syahid/ syuhada (mati dalam peperangan untuk membela agama Allah).

Rukunnya adalah menyeluruhkan air suci kepada segenap tubuhnya. Tata caranya secara sunnah adalah memulai dengan mewudhukannya, lalu memulai dengan bagian kanan dari tubuhnya, dan kemudian kiri tubuhnya, air untuk memandikan dicampur dengan daun sidir (bidara), setelah selesai maka diulang demikian hingga 3X, atau 5X atau 7X, dan pada kali yg terakhir dicampur dengan kafur. (shahih Bukhari haditsno.1196)
Para fuqaha menambahkan, adalah mengurut dada dan perutnya kebawah, untuk berusaha pelahan-lahan mengeluarkan kotoran yg masih tersimpan di perutnya, lalu membersihkan tubuhnya dan Qubul dan Dubur dengan kain basah, lalu membersihkan giginya, menyiwakinya, lalu mebersihkan hidungnya dan telinganya, lalu baru mewudhukannya, lalu memandikannya. Sunnah menggunakan wewangian pada mayyit bila selesai dimandikan sebelum dikafani.

Bagi yg memandikan, tak ada syarat tertentu, boleh bahkan dimandikan oleh anak anak dibawah umur dewasa, bahkan dijelaskan oleh Imam Arramly diperbolehkan dimandikan oleh Jin pun sah, namun disunnahkan adalah keluarga terdekat, dan hukum memandikan jenazah muslim adalah fardhu kifayah
Sekurang-kurangnya mandi untuk melepaskan kewajiban itu adalah sekali,merata ke seluruh badannya, setelah dihilangkan najis yang ada pada badannya. Sebaiknya mayat itu diletakkan di tempat yang tinggi,seperti balai, di tempat yang sunyi, berserta tidak ada orang yang masuk ke tempat itu melainkan orang yang memandikan dan orang yang menolong mengurus keperluan yang bersangkutan dengan mandi itu.
Pakaiannya diganti dengan kain basahan (kain mandi), untuk kain mandi itu sebaiknya kain sarung, supaya auratnya tidak mudah terbuka. Sesudah diletakkan di atas tempatnya, kemudian didudukkan dan disandarkan punggungnya kepada sesuatu, lantas disapu perutnya dengan tangan dan ditekankan sedikit, supaya keluar kotorannya.
Perbuatan itu hendaklah diikuti dengan air dan harum-haruman agar menghilangkan bau kotoran yang keluar. Sesudah itu, mayat dilentangkan lantas dicebokkan dengan tangan kiri yang memakai sarung tangan sesudah cebok, sarung tangan hendaklah diganti dengan yang bersih, lantas dimasukkan anak jari kiri ke mulutnya,digosak giginya dan dibersihkan mulutnya, dan diwu’dhukan.
Kemudian dibasuhkan kepala, janggut dan disisir rambut dan janggutnya perlahan-lahan. Rambut yang tercabut hendaklah dicampur kembali ketika mengkafankannya. Lantas dibasuh sebelah kanannya, kemudian dibaringkan ke sebelah kirinya dan dibasuh badannya sebelah kanannya kemudian dibaringkan lagi sebelah kanannya dan dibasuh sebelah kiri. Peraturan sekalian yang tersebut dihitung satu kali. Disunatkan tiga atau lima kali .
Air pemandian mayat ini sebaliknya air dingin, terkecuali jika berhajat kepada air panas karena sangat dingin atau karena susah menghilangkan kotoran. Baik juga pakai sabun atau sebagainya, dan membasuhnya. Adapun air pembasuh penghabisan (pembilasan) itu, baik dicampur dengan kapur barus sedikit atau harum-haruman yang lain.


Dari Ummi Athiyah : Nabi SAW telah masuk kepada kami sewaktu kami memandikan anak beliau yang perempuan, lalu beliau berkata: Mandikanlah dia tiga kali atau lima kali atau lebih kalau kamu pandang baik lebih dari itu dengan air serta daun bidara, dan basuh yang penghabisan hendaklah dicampur dengan kapur barus, mulailah oleh kamu dengan bagian badan sebelah kanan dan anggota wudhu-nya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Yang berhak memandikan mayat.
Kalau mayat itu lelaki hendaklah yang memandikannya lelaki, tidak boleh perempuan memandikan mayat lelaki, terkecuali isteri dan mahramnya. Sebaliknya jika mayat itu perempuan hendaklah dimandikan oleh perempuan pula; tidak boleh lelaki memandikan mayat perempuan terkecuali suami atau mahramnya. Jika suami dan mahramnya sama-sama ada suami lebih berhak memandikan isterinya. Begitu juga jika isteri dan mahramnya sama-sama ada, maka isteri lebih berhak untuk memandikan suaminya.
Bila meninggal seseorang perempuan, dan tempat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka mayat itu hendaklah ditayammumkan saja, tidak dimandikan oleh lelaki lain. Begitu juga sebaliknya jika lelaki yang meninggal. Kalau mayat anak-anak lelaki atau perempuan maka boleh dimandikan oleh lelaki dan perempuan.
Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga yang terdekat kepada mayat. Kalau ia mengetahui akan kewajiban mandi serta dipercayai, kalau tidak berpindahlah hak tersebut kepada yang lebih jauh yang berpengetahuan serta amanah (dipercayai).
Dari Aisyah berkata Rasulullah SAW “Barang siapa memandikan mayat dan dijaga kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu, bersihlah ia dari segala dosanya seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya. Kata beliau lagi,hendaklah yang mengimaminya adalah keluarga yang terdekat dari mayat jika pandai memandikan mayat, jika ia tidak pandai maka siapa saja yang dipandang berhak karena amanahnya.” (Riwayat Ahmad)


2.       Mengkafankan Mayat.
Hukum mengkafankan(membungkus) mayat itu adalah “Fardu Kifayah” atas orang yang hidup. Kafan itu diambil dari harta si mayat sendiri, jika ia meninggalkan harta, kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafan atas orang yang wajib memberi belanjanya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberikan belanja itu tidak pula mampu, hendaklah diambil dari Baitulmal, bila ada Baitulmal dan diatur menurut hukum agama Islam. Jika Baitulmal tidak ada atau tidak teratur, maka wajib atas orang Muslim yang mampu. Demikian pula belanja yang lain-lain yang bersangkutan dengan keperluan mayat.

Untuk lelaki
Kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi sekalian badan mayat, baik mayat lelaki maupun perempuan. Sebaiknya untuk lelaki tiga lapis kain, tiap-tiap lapis daripadanya menutupi seluruh badannya. Sebagian ulama berpendapat , satu daripada tiga lapis itu, hendaklah izar (kain mandi) ,dua lapis menutupi sekalian badannya.
Cara Memakainya :
Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan di atas tiap-tiap lapis itu harum-haruman seperti kapur barus dan sebagainya. Kedua tangannya diletakkan di atas dadanya. Tangan kanan di atas tangan kiri, dan boleh juga kedua tangan itu diluruskan menurut lambungnya(rusuknya). Dari Aisyah :” Rasulullah SAW dikafani dengan tiga lapis kain putih bersih yang dibuat dari kapas tidak ada dalamnya baju dan tiada pula serban.” (Muttafaqun alaih)

Untuk Perempuan
Adapun mayat perempuan maka sebaiknya dikafani dengan lima lembar, yaitu basahan (kain basah), baju, kepala, mukena dan kain yang menutupi seluruh badannya.
Cara Memakainya :
Dipakai kain basahan, baju, tutup kepala, lalu kekudung, kemudian dimasukkan dalam kain yang menutupi seluruh badannya. Di antara beberapa lapisan kain tadi sebaiknya diberi harum-haruman seperti kapur barus.

Dari Laila binti Qanif, katanya:”Saya salah seorang yang turut memandikan Ummi Kalsum binti Rasulullah SAW ketika wafatnya. Yang mula-mula diberikan olah Rasulullah SAW kepada kami ialah kain basahan, kemudian baju. Kemudian tutup kepala, lalu kekudung dan sesudah itu dimasukkan dalam kain yang lain (yang menutupi sekalian badannya).” Kata Laila,”Sedang Nabi berdiri di tengah pintu membawa kepadanya dan memberikannya kepada kami sehelai demi sehelai.”( Riwayat Ahmad dan Abu Daud).
Terkecuali dari itu, orang yang mati sedang dalam ihram haji atau umrah, tidak boleh diberi harum-haruman dan jangan pula ditutupkan kepalanya.
Dari Ibnu Abbas, katanya -“Ketika seorang lelaki sedang wukuf mengerjakan haji bersama-sama Rasulullah SAW di padang Arafah tiba-tiba laki-laki itu terjatuh dari kendaraannya lalu meninggal. Maka dikabarkan orang kejadian itu kepada Nabi SAW. Beliau berkata: Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara dan kafankanlah ia dengan dua kain ihramnya. Jangan kamu beri dia harum- haruman dan jangan ditutup kepalanya, maka sesungguhnya Allah akan membangkitkan dia nanti pada akhirat seperti keadaannya sewaktu berihram”.
Rosulullah saw bersabda: “Pakailah olehmu kain kamu yang putih ,karena sesungguhnya kain putih itu adalah sebaik-baiknya kain, dan kafanlah mayat kamu dengan kain putih itu” .(Riwayat Tirmidzi).

Membaikkan Pemakaian Kafan .
Dari jabir berkata Rasulullah SAW,” Apabila salah seorang kamu mengkafankan saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.”(Riwayat Muslim)
Kafan yang baik, maksudnya,baik sifatnya dan baik cara memakainya,serta terjadi dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah diterangkan yaitu kain yang putih. Begitu pula cara memakainya yang baik. Adapun baik yang bersangkut dengan dasar kain, ialah jangan sampai berlebih-lebihan memiliki dasar kain yang mahal-mahal harganya.
Dari Ali Abi Talib berkata Rasulullah SAW, janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain yang mahal-mahal untuk kafan,karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(Riwayat Abu Daud).


3.       Sholat Jenazah
Sholat Jenazah merupakan salah satu di antara perkara yang wajib yang dilakukan atas orang-orang yang hidup sebagai fardu kifayah dan disunatkan sholat berjamaah sebagaimana sabda Rasullullah SAW : “Tidaklah ada di antara seorang muslim yang mati kemudian sholat ke atasnya 40 orang lelaki yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun melainkan disyafaatkan Allah padanya” (HR. Muslim)
Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. (Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma’mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam). Yang tidak wajib hukumnya dishalati (tapi boleh) :
a.              Anak yang belum baligh [Boleh dishalati meskipun lahir karena keguguran, yaitu yang gugur dari kandungan ibunya sebelum sempurna umur kandungan. Inijika umurnya dalam kandungan ibunya sampai empat bulan. Jika gugur sebelum empat bulan maka ia tidak dishalati].
b.             Orang yang mati syahid

Disyariatkan menshalati :
a.              Orang yang meninggal karena dibunuh dalam pelaksaanaan huhud hukum Allah
b.             Orang yang berbuat dosa dan melakukan hal-hal yang haram. Orang ahlul ilmi dan ahlul diin tidak menshalati supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang seperti itu
c.              Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka orang yang seperti ini dishalati
d.             Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya.
e.              Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana, maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib. [Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib]

Adab-adab sholat Jenazah:
a.              Lebih afdhal jika shalat jenazah di luar masjid, yaitu di suatu tempat yang disiapkan untuk shalat jenazah, dan boleh juga di masjid karena semuanya ini pernah diamalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
b.             Jika kebetulkan banyak sekali jenazah terdiri dari jenazah laki-laki dan jenazah wanita, maka mereka dishalati sekali shalat. Jenazah laki-laki (meskipun masih anak-anak) diletakkan lebih dekat dengan imam, sedangkan jenazah wanita di arah kiblat atau boleh juga dishalati satu persatu, karena ini adalah hukum asalnya.
c.              Pemimpin umat atau wakilnya lebih berhak menjadi imam dalam shalat, jika keduanya tidak ada maka yang lebih pantas mengimami adalah yang lebih baik bacaan/hafalan Qur’an-nya, kemudian yang selanjutnya tersebutkan dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
d.             Imam berdiri di posisi kepala mayat laki-laki dan di posisi pertengahan mayat wanita.
e.              Jika yang shalat dengan imam hanya satu orang, maka orang itu tidak berdiri pas di samping imam sejajar seperti halnya dalam shalat-shalat lain, tapi ia berdiri di belakang imam. [Dari sini anda mengetahui kesalahan banyak orang bahkan orang-orang terpelajar yaitu dalam shalat-shalat biasa lainnya jika hanya berdua maka yang ma’mum mundur sedikit dari posisi yang sejajar imam]
f.              Disukai membuat shaf/baris di belakang imam tiga shaf ke atas dan Jumlah minimal jemaah yang tersebutkan dalam pelaksanaan shalat jenazah adalah tiga orang dan juga lebih banyak jumlah jemaah lebih afdhal bagi mayyit.
g.             Bacaan dalam shalat jenazah sifatnya sir [pelan].
h.             Orang yang berutang yang tidak meninggalkan harta yang bisa menutupi utang-utangnya, maka orang yang seperti ini dishalati
i.               Orang yang dikuburkan sebelum dishalati (atau sebagian orang sudah menshalati sementara yang lainnya belum menshalati) maka mereka boleh menshalati di kuburnya.
j.               Orang yang mati di suatu tempat dimana tidak ada seorangpun yang menshalati di sana, maka sekelompok kaum muslimin menshalatinya dengan shalat gaib. [Karena tidak semua yang meninggal dishalati dengan shalat gaib]
k.             Tidak boleh shalat pada waktu-waktu terlarang, kecuali karena darurat. [waktu-waktu terlarang; saat terbitnya matahari, tatkala matahari pas dipertengahan dan tatkala terbenam]
l.               Shalat jenazah tidak dilakukan dengan ruku’sujud maupun iqamah, melainkan dalam posisi berdiri sejak takbiratul ihram hingga salam. Berikut adalah urutannya:
1.             Berniat, niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayatyang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat.
2.             Takbiratul Ihram pertama kemudian membaca surat Al Fatihah
3.             Takbiratul Ihram kedua kemudian membaca shalawat atas Rasulullah SAWminimal :“Allahumma Shalli ‘alaa Muhammadin” artinya : “Yaa Allah berilah shalawat atas nabi Muhammad”
4.             Takbiratul Ihram ketiga kemudian membaca do’a untuk jenazah minimal:“Allahhummaghfir lahu warhamhu wa’aafihi wa’fu anhu” yang artinya : “Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia”.Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan Lahuu diganti dengan Lahaa. Jika mayatnya banyak maka bacaanLahuu diganti dengan Lahum.
5.             Takbir keempat kemudian membaca do’a minimal:“Allahumma laa tahrimnaa ajrahu walaa taftinna ba’dahu waghfirlanaa walahu.”yang artinya : “Yaa Allah, janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepadanya atau janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.” Atau Berdoa dengan doa yang sah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti : “Alahumma ‘abduka wabna amatika ahyaaja ilaa rahmatika wa anta ghaniyyi an ‘adzabihi in kana muhsinan farid fii hasanaatihi, saayyian fatajawaja ‘an sayyiatihi” Artinya : “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, ia memerlukan rahmat-Mu, Engkau berkuasa untuk tidak menyiksanya, jika ia baik maka tambahlah kebaikannya, jika ia jahat maka maafkanlah kejahatannya”
6.             Mengucapkan salam
Bila terdapat keluarga atau muslim lain yang meninggal di tempat yang jauh sehingga jenazahnya tidak bisa dihadirkan maka dapat dilakukan shalat ghaib atas jenazah tersebut. Pelaksanaannya serupa dengan sholat jenazah, perbedaan hanya pada niat sholatnya. Niat shalat ghaib :“Ushalli ‘alaa mayyiti (Fulanin) al ghaaibi arba’a takbiraatin fardlal kifaayati lillahi ta’alaa” Artinya : “aku niat shalat gaib atas mayat (fulanin) empat takbir fardu kifayah sebagai (makmum/imam) karena Allah”” kata fulanin diganti dengan nama mayat yang dishalati.

4.       Menguburkan Mayat
Adab-adab menguburkan mayat:
a.              Wajib menguburkan mayyit, meskipun kafir.
b.             Tidak boleh menguburkan seorang muslim dengan seorang kafir, begitu pula sebaliknya, harus dipekuburan masing-masing.
c.              Menurut sunnah Rasul, menguburkan di tempat penguburan, kecuali orang-orang yang mati syahid mereka dikuburkan di lokasi mereka gugur tidak dipindahkan ke penguburan. [Hal ini memuat bantahan terhadap sebagian orang yang mewasiatkan supaya dikuburkan di masjid atau di makam khusus atau di tempat lainnya yang sebenarnya tidak boleh di dalam syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala]
d.             Tidak boleh menguburkan pada waktu-waktu terlarang [Lihat Bagian XII No 27] atau pada waktu malam, kecuali karena dalam keadaan darurat, meskipun dengan cara memakai lampu dan turun di lubang kubur untuk memudahkan pelaksanaan penguburan.
e.              Wajib memperdalam lubang kubur, memperluas serta memperbaiki.
f.              Penataan kubur tempat mayat ada dua cara yang dibolehkan :
1.             Lahad : yaitu melubangi liang kubur ke arah kiblat (ini yang afdhal).
2.             Syaq : Melubangi ke bawah di pertengahan liang kubur.
g.             Dalam kondisi darurat boleh menguburkan dalam satu lubang dua mayat atau lebih, dan yang lebih didahulukan adalah yang lebih afdhal di antara mereka.
h.             Yang menurunkan mayat adalah kaum laki-laki (mekipun mayatnya perempuan).
i.               Para wali-wali si mayyit lebih berhak menurunkannya.
j.               Boleh seorang suami mengerjakan sendiri penguburan istrinya.
k.             Dipersyaratkan bagi yang menguburkan wanita ; yang semalam itu tidak menyetubuhi isterinya.
l.               Menurut sunnah : memasukkan mayat dari arah belakang liang kubur.
m.           Meletakkan mayat di atas sebelah kanannya, wajahnya menghadap kiblat, kepala dan kedua kakinya melentang ke kanan dan kekiri kiblat.
n.             Orang yang meletakkan mayat di kubur membaca : “bismillahi wa’alaa sunnati rasuulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallama” -Artinya : ‘(Aku meletakkannya) dengan nama Allah dan menurut sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” atau : “bismillahi wa ‘alaa millati rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallama” – Artinya : “(Aku meletakkan) dengan nama Allah dan menurut millah (agama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
o.             Setelah menimbun kubur disunahkan hal-hal sebagai berikut:
1.             Meninggikan kubur sekitar sejengkal dari permukaan tanah, tidak diratakan, supaya Dapat dikenal dan dipelihara serta tidak dihinakan.
2.             Meninggikan hanya dengan batas yang tersebut tadi.
3.             Memberi tanda dengan batu atau selain batu supaya dikenali.
4.             Berdiri di kubur sambil mendoakan dan memerintahkan kepada yang hadir supaya mendoakan dan memohonkan ampunan juga. (Inilah yang tersebutkan di dalam sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun talqin yang banyak dilakukan oleh orang-orang awam pada zaman ini maka hal itu tidak ada dalil landasannya di dalam sunnah).
p.             Boleh duduk saat pemakaman dengan maksud memberi peringatan orang-orang yang hadir akan kematian serta alam setelah kematian. [Hadits Al-Barra bin ‘Aazib]
q.             Menggali kuburan sebagai persiapan sebelum mati, yang dilakukan oleh sebagian orang adalah perbuatan yang tidak dianjurkan dalam syari’at, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan hal itu, para sahabat beliaupun tidak melakukannya. Seorang hamba tidak mengetahui di mana ia akan mati. Jika ia melakukan hal itu dengan dalih supaya bersiap-siap mati atau untuk mengingat kematian maka itu dapat dilakukan dengan cara memperbanyak amalan shaleh, berziarah ke kubur, bukan dengan cara melakukan hal-hal yang hanya dibikin-bikin oleh orang [Disalin dari kitab Muhtasar Kitab Ahkaamul Janaaiz wa Bid’auha, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany, diringkas oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid dan diterjemahkan oleh Muhammad Dahri Komaruddin]
Tambahan:
Sebagian ulama berpendapat bahwa mengebumikan mayat pada waktu malam itu sama saja dengan menguburkan mayat pada waktu siang.
Rasulullah s.a.w pernah menguburkan seorang lelaki yang selalu berzikir dengannya pada waktu malam. Syaidina Ali juga menguburkan Syaidatina Fatimah pada malam hari. Saidina Abu Bakar, Usman, Syaidatina Aishah dan Ibn Masud juga dikebumikan pada waktu malam.
Walaupun demikian menguburkan mayat pada waktu malam itu dibolehkan sekiranya hak-hak yang berkaitan dengan mayat itu telah sempurna dilakukan. Sekiranya hal seperti ini tidak dipenuhi maka perbuatan itu dilarang.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan bahwa nabi pada satu hari telah memberi penerangan kepada orang ramai dan menyebut tentang seorang lelaki sahabatnya yang meninggal lalu dikafankan dengan kain kafan yang tidak mencukupi dan dikebumikan pada waktu malam. Nabi telah mencela amalan menguburkan mayat pada waktu malam kecuali seseorang itu terpaksa melakukannya. Begitu juga keterangan daripada sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh ibnu Majah daripada Jabir.
Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan as-sahibus Sunan daripada Uqbah katanya, ada tiga waktu di mana nabi mencegah kami mensholatkan mayat, yaitu ketika tepat waktu terbitnya matahari, ketika tepat tengah hari dan ketika hampir terbenam matahari hingga terbenam.
Meskipun begitu, sekiranya keadaan memaksa, seperti dikhawatirkan mayat menjadi busuk, maka mengebumikan mayat pada waktu itu boleh dilakukan dengan sengaja tanpa sebab darurat seperti yang dijelaskan, hukumnya adalah makruh.
Perlu dijelaskan bahwa dalam pengebumian ini, setiap orang perlu memastikan bahwa mayat yang dikubur itu tidak dapat digali oleh binatang buas. Kerana itu kubur perlu digali dalam sekira-kira bau mayat itu tidak dapat dicium oleh manusia juga binatang termasuk burung-burung.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Nasai daripada Hisyam bin Amir, juga oleh Tirmidzi katanya: Kami telah mengadu kepada Rasulullah s.a.w ketika perang Uhud. “Ya Rasulullah, adalah sukar bagi kami untuk menggali kubur untuk setiap mayat.’’
Mendengar kata itu, Rasulullah bersabda: Galilah kamu semua, dalamkan dan perelokkan, kuburlah dua atau tiga mayat dalam satu kubur.
Mereka bertanya: Siapakah yang kami hendak dahulukan ya Rasulullah? Baginda menjawab: Dulukan yang banyak hafal al-Quran. Bapakku adalah termasuk dalam salah seorang yang dikuburkan dalam sebuah kubur yang memuat tiga jenazah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Munzir daripada Umar ra bahwa ia berpesan: Galilah kubur itu setinggi ketika mayat tegak dan selebar badan.
Satu perkara lain yang perlu juga kita fahami adalah tentang bentuk lubang kubur itu sendiri. Ada kubur yang digali yang diberi liang di sisi kubur pada arah kiblat. Di atasnya diletakkan papan-papan menjadikan bentuknya seakan-akan rumah yang beratap. Satu bentuk lain dinamakan syaq, yaitu liang yang dibuat di tengah-tengah kubur.
Mengenai cara memasukkan mayat dalam kubur, hendaklah dilakukan pada bagian belakangnya, yaitu sekiranya ia tidak mengalami masalah. Sekiranya menghadapi masalah untuk berbuat demikian, maka ia boleh dimasukkan bagian mana saja.
Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Abi Syaibah dan Bayhaqi daripada keterangan Abdullah bin Aid, bahawa ia memasukkan mayat dalam kubur dari arah kedua-dua kakinya, katanya: Ini adalah sunnah.
Menurut Ibnu Hazim, memasukkan mayat dalam kubur itu boleh dilakukan dari bagian mana saja, sama dengan bagian arah kiblat atau sebaliknya atau dari arah kepala, ataupun dari arah kaki, karena tidak ada satu keterangan yang tegas mengenainya.
Menurut sunnah, mayat hendaklah dibaringkan dalam kuburnya pada sisinya yang kanan dengan mukanya ke arah kiblat. Orang yang berbuat demikian hendaklah membaca Bismillah wa’ala millati rasulillah (dengan nama Allah dan menurut agama (sunnah) Rasulullah. Tali yang mengikat mayat hendaklah diuraikan.
Menurut sebuah hadis yang diterima daripada Ibnu Umar ia berkata: Bahwa nabi apabila meletakkan mayat dalam kubur, baginda mengucapkan: Bismillah wa’ala millati rasulullah atau wa’ala sunnati rasulillah.
Sebagian periwayat menganggap makruh meletakkan kain, selimut dan sebagainya untuk mayat dalam kubur. Manurut Ibnu Hazim tidak salah meletakkan kain hamparan di bawah mayat, berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, daripada Ibnu Abbas, katanya: Pada makam Rasulullah telah dihamparkan permaidani merah. Ia berkata: Dan Allah telah membiarkan perbuatan ini dalam upacara pengebumian Rasulullah seorang manusia yang maksum dan tidak mencegahnya. Dilakukan oleh manusia pilihan di muka bumi secara ijmak, tanpa seorang pun yang menentangnya.
Ada ulama menganggap sunat meletakkan kepala mayat di atas bantal yang diperbuat daripada tanah liat, batu atau tanah biasa dalam keadaan pipi kanannya dicecahkan pada bantal tanah dan sebagainya setelah kain kapan dibuka daripada pipinya. Syaidina Umar ra pernah berkata: Andainya kamu menurunkan mayatku ke liang lahad nanti, tempelkan pipiku ke tanah.
Memang benar bahwa amalan akan mengendalikan mayat dan akan memberi kemudahan, yaitu bagi mereka yang dapat mengambil ikhtibarnya.

B.            Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang muslim/muslimat dengan cara memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.
Hukum melaksanakan pengurusan jenazah adalah fardhu kifayah bagi orang-orang Islam yang masih hidup. Artinya berdosa jika tidak ada seorang pun yang mengerjakannya.
1.         Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan yaitu:



a.              Orang yang utama memandikan jenazah
1.             Untuk mayat laki-laki. Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya
2.             Untuk mayat perempuan. Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
3.             Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
4.             Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.
5.             Orang yang memandikan tidak boleh menceritakan tentang cacat tubuh mayat itu, andaikata mayat itu bercacat. 
b.             Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
1.             Muslim, berakal, dan baligh
2.             Berniat memandikan jenazah
3.             Jujur dan sholeh
4.             Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.
c.              Syarat-syarat jenazah wajib dimandikan
1.             Jenazah itu orang Islam 
2.             Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan
3.             Didapati tubuhnya walaupun sedikit 
4.             Bukan mayat yang mati syahid


d.             Tata cara memandikan jenazah
1.             Sebelum memandikan jenazah, alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut:
a.              Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.
b.             Air secukupnya.
c.              Sabun, shampo, air kapur barus dan wangi-wangian.
d.             Sarung tangan untuk memandikan.
e.              Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
f.              Kain basahan, handuk, dll.
2.             Jenazah dibaringkan ditempat yang tinggi, seperti ranjang atau balai-balai yang diatasnya sudah diletakkan lima atau enam buah potongan batang pisang.
3.             Jenazah dimandikan diruang tertutup. Selain yang memandikan dan yang membantu memandikan, dilarang melihat.
4.             Ketika dimandikan, jenazah hendaknya dipakaikan kain bahasan (sebaiknya kain sarung) agar auratnya tidak mudah terbuka.
5.             Mulailah memandikannya dengan bacaan Basmalah. 
6.             Pakailah sarung tangan. Urut bagian perut dan tekan pelan-pelan agar kotoran yang mungkin ada keluar kemudian dibersihkan.
7.             Ganti sarung tangan yang baru, kemudian kotoran yang ada pada kuku jari tangan dan kaki dibersihkan. Selanjutnya, bersihkan mulut, gigi, lubang di telinga, hidung, dubur dan qubul.
8.             Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
9.             Ratakan air keseluruh tubuh jenazah. Pergunakan air yang suci dan menyucikan. Setelah air merata keseluruh tubuh kemudian sabunilah dan siram kembali hingga bersih. Lakukan minimal satu kali setelah najis-najisnya dapat dihilangkan. Disunahkan melakukannya tiga kali, lima kali, atau dengan bilangan ganjil.
10.         Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
11.         Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
12.         Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya. 
13.         Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
14.         Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menjulur kebelakang, sisir rambut dengan perlahan, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang.
15.         Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain kafannya.
16.         Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol. Dan pindahkan jenazah ketempat yang bersih, siap untuk dikafani.

Memandikan jenazah harus dilakukan dengan lemah lembut dan hati-hati. Air yang digunakan untuk memandikan  jenazah adalah air yang dingin yang biasa dipergunakan untuk mandi. Orang muslim tidak diperbolehkan memandikan orang kafir, membawa jenazahnya, mengkafaninya, menshalatinya atau mengiring jenazahnya. 
e.              Mengkafani Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum mengkafani jenazah, adalah sebagai berikut:
1.             Untuk jenazah laki-laki 3 lembar kain kafan, sedangkan untuk jenazah perempuan 5 lembar.
2.             7 utas tali untuk jenazah dewasa, yaitu untuk bagian atas kepala, leher, dada, pinggang, lutut, mata kaki dan untuk ujung bawah tubuh. 
3.             Kapas, wangi-wangian (kapur barus) dan serbuk cendana secukupnya.
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
a.              Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat.
b.             Kain kafan hendaknya berwarna putih.
c.              Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis.
d.             Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
e.              Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mayat laki-laki
a.              Mula-mula hamparkan selembar tikar diatas lantai. Lalu bentangkan 7 utas tali di atasnya, sesuai dengan letaknya.
b.             Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus. 
c.              Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian (kapur barus). Kedua tangan diletakkan di atas dada, tangan kanan berada di atas tangan kiri.
d.             Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
e.              Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
f.              Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan lima atau tujuh ikatan.
g.             Hadapkan tali kesebelah kanan, sebaiknya diikat dengan simpul hidup, agar memudahkan membukannya pada saat dikuburkan.
h.             Setelah selesai jenazah siap untuk disholatkan dan setelah itu dikuburkan.
2.             Untuk mayat perempuan
a.              Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lembar kain putih, yang terdiri dari:
1.             Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
2.             Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
3.             Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
4.             Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
5.             Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

3.             Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
1.             Hamparkan selembar tikar di atas lantai, kemudian bentangkan 7 utas tali di atasnya.
2.             Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Dari mulai kain kafan yang menutupi seluruh tubuh, kerudung (tutup kepala), baju, sarung, dan menutupi pinggul dan paha.
3.             Setiap helai kain kafan diberi harum-haruman, dan kapas diberi serbuk cendana yang berfungsi untuk menyerap bau yang ada didalam tubuh jenazah.
4.             Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
5.             Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas, dan letakkan kapas pada setiap lekukan.
6.             Kemudian tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya, setelah itu diberi wangi-wangian.
7.             Pakaikan sarung dari pinggang sampai mata kaki, setelah itu beri wangi-wangian.
8.             Pakaikan baju kurung dan berikan wangi-wangian.
9.             Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
10.         Setelah itu pakaikan kerudung, bagian yang terbuka ditutupi dengan kapas dan beri wangi-wangian.
11.         Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam. Sebelum itu, kedua tangannya diletakkan di atas dada dengan tangan kanan berada di atas tangan kiri.
12.         Lalu ikat jenazah dengan tali pengikat yang telah disiapkan. Hadapkan tali kesebelah kanan, sebaiknya diikat dengan simpul hidup, agar memudahkan membukannya pada saat dikuburkan.
13.         Setelah selesai jenazah siap untuk disholatkan dan setelah itu dikuburkan.

Orang yang berhak mengkafani jenazah laki-laki adalah istri, keluarga dekat atau mahramnya. Dan jika jenazah perempuan maka suami, keluarga dekat atau mahramnya. Dalam mengkafani jenazah, jenazah harus dikafani secara lembut.

C.      Takziah
Takziah adalah berkunjung kepada keluarga yang meninggal dunia.
Hukumnya sunah, bahkan bisa menjadi wajib apabila, jenazah tidak ada yang mengurusnya, misalnya seseorang yang hidunya sebatang kara. Takziah bertujuan agar:
a.              Keluarga terhibur
b.             Diberi keteguhan Iman dan Islam
c.              Diberi kesabaran dalam menghadapi musibah
d.             Serta mendoakan agar diterima amal baiknya dan diampuni segala dosanya



Hal-hal yang perlu diperhatikan bagi orang yang bertakziah antara lain:
a.              Takziah hendaknya didasari dengan niat ikhlas karena Allah serta dengan maksud memperoleh ridho dan rahmat-Nya.
b.             Berpakaian yang sopan dan menutup aurat.
c.              Berdoa agar jenazah diampuni segala dosa-dosanya dan dirahmati oleh Allah SWT.
d.             Memberikan bantuan moral/materi kepada keluarga jenazah.
e.              Menghibur keluarga yang terkena musibah.
f.              Melaksanakan shalat jenazah atau mendoakan jenazah.
g.             Menghantarkan kekubur.
h.             Dilarang berbicara yang keras, bercanda, terutama mengatakan aib jenazah.

Secara garis besar orang yang bertakziah itu dinyatakan sempurna takziahnya apabila melaksanakan tiga hal yaitu:
a.              Menghibur
b.             Menshalatkan/mendoakan
c.              Mengambil i’tibar atau pelajaran

C.           Ziarah kubur
Ziarah kubur adalah mengunjungi makam kaum muslimin atau muslimat. Cara atau urutan ziarah kubur, adalah sebagai berikut:
a.              Setelah sampai pintu gerbang kuburan mengucapkan salam.
b.             Berdoa (semoga diampuni dosanya dan diterima amal baiknya).

Tujuan dan manfaat ziarah kubur, adalah sebagai berikut:
a.              Mengingatkan kematian
b.             Mengingatkan kehidupan akherat
c.              Tidak akan hanya memburu kehidupan dunia saja
d.             Mendo ‘akan ahli kubur



Adab ziarah kubur, adalah sebagai berikut:
a.              Ziarah kubur hendaknya didasari dengan niat ikhlas karena Allah serta dengan maksud memperoleh ridho dan rahmat-Nya.
b.             Hendaknya berpakaian sopan dan menutup aurat.
c.              Hendaknya mengucapkan salam kepada penghuni kubur dan mendoakan agar mereka memperoleh keselamatan serta kesejahteraan didalam kuburnya.
d.             Ketika berziarah tidak diperbolehkan menginjak-nginjak dan duduk-duduk di atas makam serta melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas, seperti kencing, meludah, dan membuang sampah ke atas makam. 






















BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Kewajiban umat muslim dengan jenazah ada empat. Jenazah tersebut hendaklah dimandikan,dikafankan,disolatkan dan dikuburkan. Keempat- empat perkara ini ‘ Fardu Kifayah’ hukumnya bagi umat Islam, apabila yang mati itu orang yang beragama Islam. Bila pekerjaan itu ditinggalkan berdosalah semua orang Islam di negeri itu tetapi bila ada di antara mereka yang mengerjakannya, maka sekalian umat Islam di negara itu lepaslah dari dosa.
Perawatan jenazah adalah pengurusan jenazah seorang muslim/muslimat dengan cara memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.
Hukum melaksanakan pengurusan jenazah adalah fardhu kifayah bagi orang-orang Islam yang masih hidup. Artinya berdosa jika tidak ada seorang pun yang mengerjakannya.
Takziah adalah berkunjung kepada keluarga yang meninggal dunia.
Hukumnya sunah, bahkan bisa menjadi wajib apabila, jenazah tidak ada yang mengurusnya, misalnya seseorang yang hidunya sebatang kara.
Ziarah kubur adalah mengunjungi makam kaum muslimin atau muslimat.














DAFTAR PUSTAKA

M. Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insani
Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012
Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya. 
Syamsuri. 2007.Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI .Jakarta :Erlangga
M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 23-27
Ibid. hlm. 34
Syamsuri. Pendidikan Agama Islam untuk Kelas XI. (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 45-89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...