LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI
ACARA VI : KEAWANAN
Nama : Anggi Kusumah
NPM : E1D017102
Shift : Kamis, 08.00-09.40 WIB
Co-Ass : 1. Prayogi Dhuha Brahmanto
(E1F015011)
2. Inggri Dayana
(E1F016005)
LABORATORIUM ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Awan
merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah terjadi
awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini
disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas
matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima panas dan cepat pula
melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas dan
lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh
awan, maka temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
Jika
suhu udara turun hingga di bawah titik embun maka udara tidak mampu menampung
uap air keluar sebagai titik air dan atau es.Jadi pengembunan sangat ditentukan
oleh RH dan suhu. Jika RH tinggi diperlukan sedikit penurunan suhu hingga
terjadi penurunan suhu hingga terjadi pengembunan, sebaliknya RH rendah
diperlukan banyak penurunan suhu udara untuk terjadinya pengembunan.
Berubahnya
pasokan air bagi tanaman yg disebabkan oleh berubahnya kondisi hujan tentu saja
akan mempengaruhi siklus pertumbuhan tanaman. Itu merupakan contoh global
pengaruh ikliim terhadap tanaman. Di indonesia sendiri akibat dari perubahan
iklim, yaitu timbulnya fenomena El Nino dan La Nina. Fenomena perubahan iklim
ini menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit. Selain itu
produksi padi juga menurun akibat dari kekeringan yang berkepanjangan atau
terendam banjir. Akan tetapi pada saat fenomena La Nina produksi padi malah meningkat
untuk masa tanam musim ke dua. Selain hujan, ternyata suhu juga bisa
menentukkan jenis- jenis tanaman yg hidup di daerah- daerah tertentu.
Awan ialah gumpulan uap air yang terapung di
atmosfera. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit. Awan
adalah kumpulan titik air atau kristal es di udara yang terjadi karena
kondensasi uap air di udara yang melebih titik jenuh. Terbentuknya awan
dikarenakan udara yang banyak mengandung uap air mengalami proses pendinginan
sehingga mencapai titik embun.
Proses pendinginan terjadi karena udara terdorong ke atas
sampai atmosfir, dimana suhunya lebih rendah dibandingkan
permukaan. Seiring dengan kenaikan udara panas di ketinggian,
tekanan udarapun berkurang. Kondisi ini menyebabkan udara yang
mengandung uap air menyebar dan mengalami pendinginan.
Dan pada saat mencapai titik embun, udara menyatu dengan
uap air. Seluruh uap air yang terkondensasi dalam udara tersebut
membeku dan membentuk embun sehingga terlibat sebagai butiran-butiran awan.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan
akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan
perlahan-lahan daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah sampai satu
peringkat titik-titk itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
1.2.
Tujuan
1.
Untuk megetahui macam – macam bentuk
awan.
2.
Untuk memberikan pengertian tentang
kemungkinan terjadinya hujan dengan melihat kondisi cuaca beberapa waktu
sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awan
adalah akumulasi dari titik-titik uap air di atmosfer. Macam-macam awan adalah
cirruc (Ci), yaitu awan halus, berstruktur serat dan berbentuk seperti bulu
burung, awan ini tidak mungkin menimbulkan hujan.
Cirro-stratus (Ci-St), yaitu awan yang bentuknya seperti kelambu halus dan rata,
menutupi langit tinggi, sehingga tampak cerah dan kadang seperti anyaman yang
tidak teratur, biasanya ada di musim kering. Cirro-culumus (Ci-Cu), yaitu awan
yang terputus-putus dan penuh dengan kristal es, sehingga
bentuknya seperti segerombolan domba dan sering menimbulkan bayangan.
Alto stratus (A-St), yaitu awan luas dan tebal, berwarna kelabu, jika menutupi matahari/bulan
maka awan yang menutupi akan tampak terang. Alto culumus (A-Cu), yaitu awan
kecil-kecil tetapi banyak dan sering bergandengan. Nimbo-Stratus (Ni-St), yaitu
awan yang bentuknya tidak menentu, tepinya compang-camping dan tidak beraturan,
menimbulkan hujan gerimis. Strato culumus (St-Cu), yaitu awan yang bentuknya
seperti bola-bola yang menutupi langit dan kelihatan seperti gelombang laut,
awan ini tipis dan tidak mendatangkan hujan. Culumus (Cu), yaitu awan tebal
dengan puncak-puncak yang tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara yang baik. Jika terkena matahari akan tampak
terang dan apabila mendapatkan sinar saja akan tampak bayangan. Stratus (St), 12
yaitu awan yang rendah dan luas pada ketinggian di bawah 1000 meter. Antara kabut
dan awan stratus pada dasarnya tidak terdapat perbedaan. Cumulo-nimbus (Cu-Ni),
yaitu awan yang tebal yang dapat menghasilkan hujan dan guntur yang besar
(Hendro 2008).
Awan
merupakan sekumpulan titik air atau es yang melayang-layang di udara, yang
terbentuk dari hasil proses kondensasi. Udara selalu mengandung uap air. Apabila
uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut
waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan factor penentu serta
factor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu
klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya)seluruhnya
dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteriautama (Lakitan
2012).
Awan
adalah kumpulan butir butir air, kristal es atau gabungan antarakeduanya yang
masih melekat pada inti-inti kondensasi, yang melayang diatmosfer. Bentuk awan
di bagi 4 kelompok utama yaitu awan tinggi, awansedang, awan rendah dan awan
vertikal. Awan tinggi, dengan ketinggian 6-12km jenis awannya sirus, sirokumulus
dan sirostratus. Awan sedang denganketinggian 2-6 km jenis awannya altokumulus
dan altostratus. Awan rendahdengan ketinggian 0.8-2 km, jenis awannya yaitu
stratokumulus, stratus,nimbostratus. Awan vertikal ketinggian kurang dari 2 km
yaitu awan kumulusdan kumulonimbus (Samadi 2010).
Dalam
pengertian yang lain awan merupakan titik titik air yang melayang layang tinggi
di atmosfer. Penyebab terjadinya awan :
1.
Jumlah inti-inti kondensasi pada ruang
basah yang cukup banyak
2.
Terjadinya peningkatan kelembaban relatif
dengan disertai banyak inti - inti kondensasi atau sublimasi.
3.
Akibat terjadinya pendinginan (Anita,
2009)
Pembagian
awan menurut bentuknya:
1.
Cumulus, yaitu awan yang bentuknya
bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal.
2.
Stratus, yaitu awan yang tipis dan
tersebar luas sehingga menutupi langit secara merata.
3.
Cirrus, yaitu awan yang berbentuk halus
dan berserat seperti bulu ayam. Awan ini tidak dapat menimbulkan hujan (Aris,
2011).
Awan
terbentuk akibat dari penguapan, akan tetapi tidak semua awan yang terbentuk
akan menjadi hujan. Awan dapat menjadi lebih besar dan tebal. Tetapi sebaliknya
ada awan yang mengecil dan musnah setelah beberapa waktu (Muin, 2014).
Sinar
matahari yang mencapai atrnosfir sebagian akan direfleksikan dan diabsorbsi
oleh atmosfir itu sendiri, oleh awan dan panikel padat yang ada diatmosfir,
vegetasi serta permukaan bumi. Awan memegang peran penting di sini karena
merefleksikan cahaya terbanyak, namun begitu refleksi dan pemencaran sinar
matahari oleh permukaan bumi juga penting. Pada saat mendung, banyak dari
radiasi ini yang ditahan oleh lapisan atmosfir sehingga bumi tetap hangat. Suhu
malam di permukaan bumi juga relatif sejuk karena efek pemanasan radiasi di
lapisan awan ini (Ariwulan, 2012).
Pembentukan
dan keberadaan awan tidak menjamin bahwa hujan akan terjadi. Adalah biasa kalau
suatu lapisan awan telah ada selama beberapa hari tanpa adanya hujan.
Butir-butir awan yang kecil tetap terapung dalam udara yang naik dimana
butir-butir tersebut terbentuk. Tetapi dalam keadaan yang lain, hanya
dibutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk terbentuknya awan dan mulainya
turunnya hujan yang lebat (Trewartha dan Horn, 2011)
Pada
umumnya awan terdiri dari butir-butir air cair yang berukuran sedemikian kecil
sehingga tidak jatuh. Namun apabila awan tersebut mencapai suatu ketinggian
dimana temperatur udaranya jauh dibawah 0 C maka butir-butir air tersebut
menjadi butir-butir es (kristal). Awan itu sendiri tidak memberitahu kita
terlalu banyak. (Wisnubroto, 2013)
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Tabel
data pengamatan, Alat tulis, Data jenis awan dan deskripsi awan.
2.1 Cara Kerja
1.
Mengamati keadaan keawanan sejak pagi
hari mulai matahari terbit hingga hampir terbenam.
2.
Mengamati awan tersebut setiap dua jam
3.
Pengamatan dilakukan secara individu
4.
Apabila terjadi hujan, diperkirakan
berapa luas dan lamanya
3. Mencatat
hasil yang didapat di buku kerja atau laporan sementara.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil
Waktu
|
Simbol
|
Klasifikasi
|
Deskripsi
|
Nama
Awan
|
Foto
|
6 – 8
|
|
3/8
|
Awan padat dengan garis tajam
berwarna putih cerah
|
Cumulus
|
|
8 – 10
|
|
2/8
|
Berwarna putih dengan serat atau
filament halus dan kemilau sutra
|
Cirrus
|
|
10 – 12
|
|
6/8
|
Awan berat padat yang berbentuk
vertical menyerupai sebuah gunung atau menara besar, pada bagian bawah sering
terlihat lebih gelap
|
Cumulonimbus
|
|
12 – 14
|
|
1/8
|
Berwarna putih dengan serat atau
filament halus dan kemilau sutra
|
Cirrus
|
|
14 – 16
|
|
8/8
|
Awan tipis berwarna abu-abu,
berbentuk lembaran berserat menutupi langit secara total atau sebagian
|
Altostratus
|
|
16 - 18
|
|
7/8
|
Awan padat dengan garis tajam,
sisi gelap secara horizontal
|
Cumulus
|
|
1.2
Pembahasan
Akibat
dari adanya penguapan atau kondensasi maka akan mengakibatkan pembentukan butir
butir air atau kristal es yang akan membentuk awan. Ada juga yang mengatakan
bahwa awan adalah titik titik air yang melayang layang tinggi di atmosfer.
Jumlah inti-inti kondensasi pada ruang basah yang cukup banyak, terjadinya
peningkatan kelembaban relatif dengan disertai banyak inti - inti kondensasi
atau sublimasi, akibat terjadinya pendinginan. Dan awan terbentuk jika uap
air sudah jenuh akibat dari kondensasi, dan pembentukan awan melalui proses
dinamik dan proses mikrofisik.
Posisi
awan di atmosfer tidak tetap seiring dengan adanya perputaran bumi dan
pergerkan angin, posisi awan dipengaruhi dan dikendalikan oleh arah angin.
Pembentukan awan dipengaruhi oleh radiasi matahari dan juga jumlah air yang ada
dipermukaan bumi, semakin banyak pair dipermukaan maka sumber untuk penguapan
akan semakin banyak dan awan yang terbentuk akan semakin banyak, jika radiasi
matahari tidak banyak maka awan yang terbentuk tidak akan banyak. Oleh sebab
itu angin sangat berperan aktip untuk menentukan apakah akan terjadi hujan atau
tidak, sebab awan dikatakan akan hujan bila awan membentuk gumpalan-gumpalan
besar yang disusun atau yang dipertemukan oleh angin dari awan yang satu dengan
awan yang lain.
Perlu
diketahui bahwa Penyebaran awan biasanya identik dengan penyebaran hujan yaitu
kawasan yang tinggi terjadi di ekuator karena merupakan wilayah konvergensi
udara dan kuatnya radiasi surya dan terendah di wilayah subtropika sekitar 20o
-30o lintang bumi karena merupakan wilayah disvergensi.
Keawanan maksimum biasanya siang hingga sore hari minimum malam hari ketika
udara stabil. Keawanan ini terjadi pada pagi hari ketika kabut naik yang banyak
terjadi di daerah yang lembab dan danau. Keawanan terbesar terdapat
diwilayah sekitar lintang 60o lintang bumi (lintang
pertengahan) karena wilayah ini merupakn pertemuan massa udara yang hangat dan
lembab dari lintang rendah dengan massa udara dingin dari wilayah kutub.
Awan
memiliki sepuluh jenis mulai dari ketinggian yang rendah sampai yang benar benar
tinggi. Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan sebanyak enam kali. Pada
jam 06.00 – 08.00 ditemukan awan Cumulus dengan kodifikasi 3/8 yang ciri-cirinya
awan padat dengan garis tajam
berwarna putih cerah. Pada jam 08.00 - 10.00 kodifikasi 2/8
ditemukan awan cirrus dengan ciri-ciri Langit tertutup awan letaknya di
atmosfer tinggi, warnanya putih atau sebagian besar berwarna putih seperti
sutra tipis, dan bergaris-garis. Selanjutnya jam 10.00 – 12.00 kodifikasi
6/8 ditemukan awan cumulonimbus dengan ciri-ciri awan berat padat yang berbentuk vertical menyerupai sebuah
gunung atau menara besar, pada bagian bawah sering terlihat lebih gelap.
Pada jam 12.00 – 14.00 kodifikasi 1/8 ditemukan awan cirrus dengan ciri-ciri
Langit tertutup awan letaknya di atmosfer tinggi, warnanya putih atau sebagian
besar berwarna putih seperti sutra tipis, dan bergaris-garis. Pada jam 14.00 –
16.00 kodifikasi 8/8 ditemukan awan altostratus dengan ciri-ciri awan tipis berwarna abu-abu,
berbentuk lembaran berserat menutupi langit secara total atau sebagian.
Dan jam 16.00-18.00 ditemukan awan cumulus dengan kodifikasi 7/8 dengan
ciri-ciri Langit tertutup awan letak ketinggiannya sedang, Warna awannya
keabu-abuan, tipis, dan mengandung air hujan. Sedangkan pada jam 12.00-14.00
ditemukan awan nimbustratus dengan kodifikasi 4/8 yang ciri-cirinya awan padat dengan garis tajam berwarna
putih cerah
BAB V
KESIMPULAN
Macam-macam
awan terdiri dari 3 bentuk utama yaitu cirrus, stratus dan kumulus. Bentuk awan
yang lebih spesifik terdiri dari sepuluh bentuk yaitu: Status, kumulus,
stratokumulus, kumulunimbus, nimbusstratus, altstratus, altokumulus, sirus,
sirostratus dan sirokumulus. Dan awan dibedakan lagi berdasarkan ketinggiannya
yaitu: awan rendah, awan sedang, awan tinggi dan awan dengan susunan
Horizontal.
Kemungkinan
terjadinya hujan jika hari cerah dan penguapan serta kondensasi tinggi dapat
menyebabkan pembentukan awan yang cepat, awan yang kemungkinan dapat menurunkan
hujan jika berwarna gelap karena kandungan air yang sudah besar, jenis awan
yang biasanya menimbulkan hujan adalah awan stratus, awan kumulus dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, 2009. Proses
Pembentukan Awan. http://ilmuklimat.com/2009/12/01/proses-pembentukan-awan/. 24 Oktober 2018
Aris, 2011. Awan dan Jenis
Jenisnya. https://arisudev.com/2011/12/19/awan-dan-jenis-jenisnya/. 24 Oktober 2018
Ariwulan, 2012.Proses
Pembentukan Awan. (online). http://ilmuklimat.com/2009/12/01/proses-pembentukan-awan/. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2018.
Daldjuni.2011. Pokok- Pokok
Klimatologi. Bandung : Penerbit Alumni.
Handoko.2014. Klimatologi
Dasar. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Lakitan, Benyamin. 2012.Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-dua.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Nur
Muin, S. 2013. Penuntun Praktikum Agroklimatologi.Laboratorium Agroklimat Fakultas
Pertanian. UNIB. Bengkulu.
Samadi.
2010.Geography For Senior High School Year X . Semarang:
Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya