MENGULAS JURNAL
BUDIDAYA TANAMAN
DISUSUN OLEH
Nama : Anggi Kusumah
NPM : E1D017102
Kelas : A
Mata Kuliah : Dasar-Dasar Agronomi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
Peningkatan Produktivitas Padi
Sawah (Oryza sativa L.) Melalui
Penerapan Beberapa Jarak Tanam dan Sistem Tanam
A. Identitas Jurnal
Judul Penelitan : Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Melalui Penerapan Beberapa Jarak Tanam dan Sistem Tanam
Penulis : Bima Satria* , Erwin Masrul Harahap, Jamilah
Jumlah Halaman : 9 (sembilan) halaman
Judul Penelitan : Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Oryza sativa L.) Melalui Penerapan Beberapa Jarak Tanam dan Sistem Tanam
Penulis : Bima Satria* , Erwin Masrul Harahap, Jamilah
Jumlah Halaman : 9 (sembilan) halaman
Sumber : https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/article/download/16309/7829
Instansi : Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU Medan
Instansi : Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU Medan
B. Ringkasan
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian. Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolak ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan (terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional (Suryana, 2002).
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian. Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolak ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan (terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional (Suryana, 2002).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan produktivitas padi sawah (Oryza sativa L.) melalui penerapan
beberapa jarak tanam dan sistem tanam. Penelitian ini dilaksanakan di lahan
sawah Desa Tanjung Mulia Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan
dimulai pada bulan April sampai dengan September 2016. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan perlakuan jarak tanam
dan sistem tanam, J1 (disemai dengan jarak tanam 20 x 20 cm), J2 (disemai
dengan jarak tanam 25 x 25 cm), J3 (disemai dengan jarak tanam 30 x 30 cm), J4
(ditanam langsung dengan menyebar 33 benih padi/plot), J5 (ditanam langsung
dengan jarak tanam 20 x 20 cm), J6 (ditanam langsung dengan jarak tanam 25 x 25
cm), J7 (ditanam langsung dengan jarak tanam 30 x 30 cm), J8 (Legowo 2:1), J9
(Legowo 4:1). Yang diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan
penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam berpengaruh meningkatkan
produktivitas padi sawah (Oryza sativa L.)
Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan J9 (legowo 4 : 1).
Penerapan
jarak tanam atau jumlah populasi bervariasi, menurut Prihatman (2000), jarak
tanam disesuaikan dengan kondisi setempat seperti 20 cm x 20 cm (250.000
populasi/ha), 25 cm x 25 cm (160.000 populasi/ha) dan 30 cm x 30 cm (111.111
populasi/ha). Selanjutnya menurut pedoman pengelolaan tanaman terpadu (PTT)
jarak tanam yang baik dalam budidaya metode SRI adalah 20 cm x 20 cm dan 25 cm
x 25 cm. Jarak tanam yang lebar penyerapan unsur hara, sinar matahari dan udara
optimal sehingga memberi kesempatan pada tanaman terutama pada pembentukan
anakan, pertumbuhan akar dan pertumbuhan lainnya lebih optimal.
Legowo
adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian
diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali
jarak tanaman pada baris tengah. Hasil penelitian, tipe terbaik untuk
mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk
mendapat bulir gabah berkualitas Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No.
2337- 6597 Vol.5.No.3, Juli 2017 (80): 629- 637 631 benih dicapai oleh legowo
2:1 (BPTP Jambi, 2011).
Penelitian
ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan perlakuan
jarak tanam dan sistem tanam, J1 (disemai dengan jarak tanam 20 x 20 cm), J2
(disemai dengan jarak tanam 25 x 25 cm), J3 (disemai dengan jarak tanam 30 x 30
cm), J4 (ditanam langsung dengan menyebar 33 benih padi/plot), J5 (ditanam
langsung dengan jarak tanam 20 x 20 cm), J6 (ditanam langsung dengan jarak
tanam 25 x 25 cm), J7 (ditanam langsung dengan jarak tanam 30 x 30 cm), J8
(Legowo 2:1), J9 (Legowo 4:1).
Data
yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis Varian pada
setiap peubah amatan yang diukur dan diuji lanjut bagi perlakuanyang nyata
dengan menggunakan uji beda Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 dan
1 %.
Hasil
analisis sidik ragam tinggi tanaman tanaman padi, menunjukkan bahwa penerapan
beberapa jarak tanam dan sistem tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman (cm) tanaman padi pada 2 MST, 4 MST, 6 MST, dan 8 MST. Dari penelitian
yang telah dilaksanakan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, dimana tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan J1
(disemai dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm) yaitu sebesar 93,29 cm, dan
perlakuan terendah terdapat pada J6 (ditanam langsung dengan jarak tanam 25 cm
x 25 cm) yaitu sebesar 79,42 cm. Dari data yang diperoleh, maka dapat
diindikasikan bahwa perbedaan model jarak tanam tidak dapat mempengaruhi
perbedaan tinggi tanaman pada setiap plot percobaan. Terlihat bahwa perlakuan
J1 (disemai dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm) lebih renggang populasinya
dibandingkan dengan perlakuan J6 (ditanam langsung dengan jarak tanam 25 cm x
25 cm). Hal ini disebabkan karena terjadi persaingan penyinaran matahari. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Loveless (1991), menyatakan bahwa lingkungan
sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, seperti cahaya matahari dan kerapatan
populasi tanaman. Dengan kerapatan yang tinggi akan terjadi persaingan terhadap
penyerapan nutrisi dan cahaya matahari sehingga daun-daun tidak mengembang
tetapi ruas-ruas batang beberapa kali lebih panjang. Selain itu, pemberian
pupuk yang berimbang akan menghasilkan pertumbuhan yang seragam dengan
perlakuan yang berbeda. Hal ini dikarenakan aplikasi berbagai jarak tanam yang
digunakan akan mempengaruhi produksi secara langsung.
Hasil
analisis sidik ragam jumlah anakan tanaman padi, menunjukkan bahwa penerapan
beberapa jarak tanam dan sistem tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
anakan tanaman padi pada 2 MST, 4 MST, 6 MST, dan 8 MST.
Hasil
uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam terhadap jumlah
anakan tanaman padi.
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam berpengaruh
sangat nyata terhadap jumlah anakan per plot tanaman padi, dimana jumlah anakan
per plot tertinggi pada perlakuan J9 (legowo 4:1) sebesar 2.812 anakan per plot
(batang). Hal ini diduga karena jarak tanam menunjukkan perbedaan, jika jarak
tanam yang dipakai semakin rapat, maka akan menghasilkan jumlah anakan yang
lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010) yang menyatakan
bahwa, jumlah anakan maksimum juga ditentukan oleh jarak tanam, sebab jarak
tanam menentukan radiasi matahari, hara mineral serta budidaya tanaman itu
sendiri. Jarak tanam yang lebar persaingan sinar matahari dan unsur hara sangat
sedikit dibanding dengan jarak tanam yang rapat. Dengan kerapatan yang tinggi
akan terjadi persaingan terhadap penyerapan nutrisi dan cahaya matahari
sehingga daun-daun tidak mengembang tetapi ruas-ruas batang beberapa kali lebih
panjang.
Hasil
uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam terhadap jumlah
malai per plot (batang), jumlah biji bernas per plot (bulir), jumlah biji hampa
per plot (bulir), bobot gabah netto kering per plot (g), bobot gabah bruto
kering per plot (g) tanaman padi
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah malai per plot tanaman padi, dimana
jumlah malai per plot tertinggi pada yaitu pada perlakuan J9 (legowo 4:1) 1.184
malai per plot (batang). Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sistem
tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan produktif. Hal ini
terlihat dari masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata. Anakan
produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum yang
dihasilkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan literatur Kuswara dan Alik (2003)
yang menyatakan bahwa jumlah anakan maksimum akan berpengaruh terhadap jumlah
anakan produktif yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi. Anakan
produktif merupakan anakan yang berkembang lebih lanjut dan menghasilkan malai.
Pada tanaman padi potensi pembentukan anakan produktif terlihat dari jumlah
anakan, tetapi tidak selamanya demikian karena pembentukan anakan dipengaruhi
oleh lingkungannya.
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah biji bernas per plot tanaman padi,
dimana jumlah biji bernas per plot tertinggi pada yaitu pada perlakuan J9
(legowo 4:1) sebesar 151.058 biji bernas per plot (bulir). Hal ini dikarenakan
pada masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup
sehingga kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun cahaya tidak
terlalu tinggi yang menyebabkan pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian
bulir malai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Husna (2010)
yang menyatakan bahwa perlakuan sistem tanam memberikan pengaruh yang nyata
terhadap persentase biji berisi, karena pada proses fase generatif tanaman
pengisian biji tidak mengalami hambatan. Hal ini disebabkan karena hama
penyakit yang mengganggu tanaman sangat sedikit, pengaruh pemeliharaan yang
intensif. Selain itu penanaman dilakukan pada musim tanam besar.
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah biji hampa per plot tanaman padi, dimana
jumlah biji hampa per plot tertinggi pada yaitu pada perlakuan J9 (legowo 4:1)
sebesar 100.705 biji hampa per plot (bulir). Hal ini diduga karena jarak tanam
legowo mampu menghasilkan produksi gabah tinggi dan mendapatkan bulir gabah
yang berkualitas karena sistem jarak tanam ini mampu mengurangi kehampaan
akibat efek tanaman pinggir. Hal ini sesuai dengn pernyataan Badan Litbang
Pertanian (2007) yang menyatakan bahwa hasil yang lebih tinggi dicapai dengan
sistem tanam legowo dibandingkan dengan sistem tegel (25x25) cm. Semakin rapat
jarak tanam menghasilkan anakan yang lebih banyak, pertumbuhan akar yang lebih
baik disertai dengan berat kering akar dan tekanan turgor yang tinggi, serta
kandungan prolin yang rendah dibandingkan dengan jarak tanam yang lebih sempit.
Legowo 4:1 menghasilkan produksi gabah tertinggi, tetapi untuk mendapat bulir
gabah berkualitas benih lebih baik jika digunakan legowo 2:1. Legowo 2:1 mampu
mengurangi kehampaan akibat efek tanaman pinggir. Selain itu, sistem tanam
legowo merupakan salah satu bentuk rekayasa teknologi untuk mengoptimalkan
produktivitas tanaman padi dengan pengaturan dengan pengaturan populasi
sehingga tanaman mendapatkan ruang tumbuh dan sinar matahari yang optimum. Hal
ini dikarenakan aplikasi berbagai jarak tanam yang digunakan akan mempengaruhi
produksi secara langsung (Suriapermana et al, 2000).
Hasil
uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam terhadap bobot
gabah netto kering per plot (g), bobot gabah bruto kering per plot (g), bobot
jerami kering per plot (g) bobot per 1000 gabah kering (g) tanaman padi.
Dari
penelitian yang telah dilaksanakan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh
nyata terhadap bobot per 1000 gabah kering, dimana bobot per 1000 gabah kering
tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (disemai dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm)
yaitu sebesar 26,56 g. Sedangkan perlakuan terendah terdapat pada J9 (legowo
4:1) 24,55 g. Bobot 1000 butir tidak dipengaruhi oleh jarak tanam. Hal ini
diduga bentuk dan ukuran biji ditentukan oleh faktor genetik sehingga berat
1000 butir yang dihasilkan hampir sama. Hal ini sesuai dengan literatur Masdar
(2006) tinggi rendahnya berat biji tergantung dari banyak atau tidaknya bahan
kering yang terkandung dalam biji. Bahan kering dalam biji diperoleh dari hasil
fotosintesis yang selanjutnya dapat digunakan untuk pengisian biji.
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah bruto kering per plot tanaman
padi, dimana bobot gabah bruto kering tertinggi pada yaitu pada perlakuan J9
(legowo 4:1) sebesar 4.746,36 gabah bruto kering (g). Hal ini dikarenakan
aplikasi berbagai jarak tanam yang digunakan akan mempengaruhi produksi secara
langsung. Proses ini dapat saja terjadi karena masih banyak faktor lingkungan
lain yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman antaranya curah
hujan, hama yang menyerang, anakan yang mati atau tidak produktif. Faktor
paling penting mempengaruhi tanaman yang mendapat efek samping, menjadikan
tanaman mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh yang tersedia seperti cahaya
matahari, air dan CO2 dengan lebih baik untuk pertumbuhan dan pembentukan
hasil, karena kompetisi yang terjadi relatif kecil (Wahyuni et al, 2004).
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot gabah netto kering per plot tanaman
padi, dimana bobot gabah netto kering tertinggi pada yaitu pada perlakuan J9
(legowo 4:1) sebesar 4.531,76 gabah netto kering (g). Hal ini dikarenakan pada
masa awal penanaman sampai fase pertumbuhan banyak tanaman yang hidup sehingga
kompetisi antar tanaman baik dalam unsur hara maupun cahaya tidak terlalu
tinggi yang menyebabkan pembagian hasil fotosintesis untuk pengisian bulir
malai menjadi lebih efisien. Hal ini sesuai dengan literatur Diraatmaja (2002),
yang mengatakan bahwa dengan prinsip dasar menjadikan semua barisan rumpun
tanaman berada pada bagian pinggir dan diantara kelompok barisan tanaman padi
terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan menyebabkan sinar
matahari lebih banyak masuk ke petakan sawah dan membuka peluang terjadinya
pengaruh samping (border effect) yang sama besar untuk setiap tanaman, sehingga
tanaman tumbuh lebih baik, bulir yang dihasilkan lebih berisi (bernas) yang
pada akhirnya hasilnya pun lebih tinggi.
Berdasarkan
hasil uji beda rataan penerapan beberapa jarak tanam dan sistem tanam
berpengaruh nyata terhadap bobot jerami kering per plot tanaman padi, dimana
bobot jerami kering tertinggi pada yaitu pada perlakuan J9 (legowo 4:1) yaitu
sebesar 7.980,16 g. Pada populasi rendah (jarak tanam lebar), keragaan rumpun
padi besar, namun per luasannya hasil dan komponen hasilnya lebih rendah
dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat. Hal ini sesuai dengan literatur
Kurniasih et al (2008) yang menyatakan bahwa jarak tanam yang rapat akan
meningkatkan penangkapan radiasi surya oleh tajuk tanaman, sehingga
meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti jumlah anakan produktif, volume dan
panjang akar total, meningkatkan bobot kering tanaman dan bobot gabah per
rumpun, tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil per satuan luas. Faktor paling
penting mempengaruhi tanaman yang mendapat efek samping, menjadikan tanaman
mampu memanfaatkan faktor-faktor tumbuh yang tersedia seperti cahaya matahari,
air dan CO2 dengan lebih baik untuk pertumbuhan dan pembentukan
hasil, karena kompetisi yang terjadi relatif kecil.
Rata-rata
bobot per 1000 gabah kering (g) tertinggi terdapat pada perlakuan J1 (disemai
dengan jarak tanam 20 x 20 cm) 26,56 g, sedangkan rata-rata terendah terdapat
pada perlakuan J9 (legowo 4:1) 24,55 g. Rata-rata bobot gabah netto kering per
plot (g) tertinggi terdapat pada perlakuan J9 (legowo 4:1) 4.531 g, sedangkan
rata-rata terendah terdapat pada perlakuan J3 (disemai dengan jarak tanam 30 cm
x 30 cm) 510 g. Rata-rata bobot gabah bruto kering per plot (g) tertinggi
terdapat pada perlakuan J9 (legowo 4:1) 5.764 g, sedangkan rata-rata terendah
terdapat pada perlakuan J3 (disemai dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm) 564 g.
Rata-rata bobot jerami kering per plot (g) tertinggi terdapat pada perlakuan J9
(legowo 4:1) 7.980,16 g, sedangkan rata-rata terendah terdapat pada perlakuan
J4 (tanam langsung dengan menyebar 33 benih padi/plot) 2.169,53 g.
Dari
penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Jarak tanam jajar legowo 4:1
dapat memberikan peningkatan produktivitas padi sawah (Oryza sativa L.) paling
tinggi dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam lainnya dengan luas lahan yang
sama. Hal ini terlihat pada parameter pengamatan tertinggi seperti jumlah
anakan per plot (batang), jumlah malai per plot (batang), jumlah biji bernas
per plot (bulir), jumlah biji hampa per plot (bulir), bobot gabah bruto kering
per plot (g), bobot gabah netto kering per plot (g) dan bobot jerami kering per
plot (g).
Untuk
mendapatkan produksi padi sawah (Oryza sativa L.) yang optimal dianjurkan
menggunakan jarak tanam jajar legowo 4:1 dengan memadukan sistem tanam pindah
atau dengan persemaian benih terlebih dahulu
C. Ulasan Penulisan
Berdasarkan
ulasan yang dilakukan pada aspek sistematika ukuran penulisan, diperoleh hasil
sebagai berikut.
1. Bahasa
Menggunakan bahasa Indonesia, kecuali pada abstrak ditulis dengan penambahan
berbahasa Inggris.
2. Jumlah
Halaman 9 (sembilan) halaman
D. Ulasan Kelengkapan Sistematika
Berdasarkan
ulasan yang dilakukan pada aspek kelengkapan sistematika artikel, diperoleh
hasil sebagai berikut.
1.
Judul (ada)
2.
Nama dan Alamat (ada)
3.
Abstrak dan Kata Kunci abstrak (ada)
kata kunci abstrak bahasa Indonesia (ada)
4.
Pendahuluan (ada)
5.
Metode (ada)
6.
Hasil dan Pembahasan (ada)
7.
Kesimpulan (ada)
8.
Saran (opsional) (tidak ada)
9.
Daftar Pustaka (ada)
10.
Ucapan Terima Kasih (tidak ada)
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill.) Pada
Berbagai Persentase Naungan
A. Identitas Jurnal
Judul Penelitan : Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Pada Berbagai Persentase Naungan
Penulis : Ela Kartika, Ramal Yusuf, dan Abd. Syakur
Jumlah Halaman : 8 (Delapan) halaman
Judul Penelitan : Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Pada Berbagai Persentase Naungan
Penulis : Ela Kartika, Ramal Yusuf, dan Abd. Syakur
Jumlah Halaman : 8 (Delapan) halaman
Sumber : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Agrotekbis/article/view/5398/4135
Instansi : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Instansi : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
B. Ringkasan
Tomat tergolong dalam tanaman sayuran yaitu family Solanaceae. Tanaman tomat banyak ditanam di dataran tinggi dataran sedang dan dataran rendah. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 3-4 bulan (Surtinah, 2007). Tanaman tomat dapat ditanam sepanjang tahun. Namun, waktu yang paling baik untuk 718 menanam tomat adalah musim kemarau yang dibantu dengan penyiraman secukupnya (Pracaya,1994).
Tomat tergolong dalam tanaman sayuran yaitu family Solanaceae. Tanaman tomat banyak ditanam di dataran tinggi dataran sedang dan dataran rendah. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 3-4 bulan (Surtinah, 2007). Tanaman tomat dapat ditanam sepanjang tahun. Namun, waktu yang paling baik untuk 718 menanam tomat adalah musim kemarau yang dibantu dengan penyiraman secukupnya (Pracaya,1994).
Penelitian
ini dilakukan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh persentase naungan
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat serta mendapatkan persentase
naungan yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan perlakuan persentase naungan terdiri dari 6 taraf perlakuan, N0 = tanpa
naungan, N1 = naungan 10%, N2 = naungan 20%, N3 = naungan 30%, N4 = naungan
40%, N5 = naungan 50%. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga
terdapat 18 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai
persentase naungan berpengaruh sangat nyata terhadap variabel pengamatan tinggi
tanaman, jumlah daun, saat munculnya bunga, jumlah buah dan berat buah tanaman
tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang
baik terdapat pada naungan 30%.
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman sangat ditentukan oleh unsur-unsur cuaca seperti suhu
udara. Namun faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan tanaman
adalah suhu dan panjang hari, sedangkan pada pertumbuhan hampir semua unsur
cuaca sangat mempengaruhinya (Handoko, 1995).
Tanaman
tomat dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu panas, akan tetapi tomat
memiliki suhu optimum untuk pertumbuhannya, sinar matahari yang berlebihan juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Salah satu bentuk
modifikasi iklim mikro yang dapat membantu pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
yaitu dengan penggunaan naungan. Naungan dapat berbentuk rumah kaca, rumah
plastik, paranet atau bahan lain yang dianggap dapat membantu melindungi
tanaman dari cahaya berlebih. Tomat juga membutuhkan perlakuan khusus untuk
dapat memperbaiki tingkat pertumbuhan dan kualitas hasil yang baik (Ashari,
2006)
Berdasarkan
penelitian Arlingga, (2014) Aplikasi naungan berpengaruh nyata terhadap setiap
variabel pengamatan tanaman seledri. Naungan yang digunakan dengan tingkat
persentase 30%, 50% dan 70%. Naungan paranet 30% memberikan pertumbuhan dan
hasil yang baik untuk tanaman seledri.
Adapun
tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh
persentase naungan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomatserta
mendapatkan persentase naungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat. Kegunaan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dan pembanding untuk penelitian berikutnya.
Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas tymoti,pupuk
kandang sapi, tali, rangka naungan, serta jaring hitam (fisnet). Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah papan percobaan, label perlakuan,
cangkul, ajir, ember, meteran, timbangan, alat-alat tulis, thermometer, light
meter dan alat dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan persentase naungan yang terdiri
atas 6 taraf :
N0
= Tanpa Naungan (0 %)
N1
= Naungan 10 %
N2
= Naungan 20 %
N3
= Naungan 30 %
N4
= Naungan 40 %
N5
= Naungan 50 %
Untuk
mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan uji keragaman. Perlakuan yang
berpengaruh nyata atau sangat nyata selanjutnya dilanjutkan dengan uji beda
nyata jujur (BNJ) 5%.
Tinggi Tanaman.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengamatan tinggi tanaman
berpengaruh sangat nyata pada umur 3, 4, 5, 6 dan 7 MST. Nilai ratarata
pengamatan tinggi tanaman.
Hasil
uji BNJ 5% pada Tabel 1. menunjukkan bahwa tinggi tanaman tomat pada pengamatan
2 MST tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata pada pengamatan 3 MST dan 5 MST
pada perlakuan naungan 10%, sedangkan perlakuan lainnya menunjukan hasil yang
sama. Pada pengamatan 4 MST dan 6 MST perlakuan naungan 10% dan naungan 20%
berbeda nyata dibanding dengan perlakuan naungan 30%, 40% dan 50%, hal ini juga
serupa dengan pengamatan 7 MST menunjukan bahwa tinggi tanaman yang tertinggi
terdapat pada perlakuan naungan 10% yaitu 65,43 cm, sedangkan tinggi tanaman
terendah terdapat pada perlakuan tanpa naungan.
Jumlah Daun.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengamatan jumlah daun berpengaruh
sangat nyata pada pada umur 2, 3, 4 dan 5 MST. Hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2
menunjukkan bahwa jumlah daun berbeda nyata pada pengamatan 3 MST dan 4 MST
pada perlakuan naungan 30%, sedangkan perlakuan lainnya menunjukan hasil yang
sama. Pada pengamatan 2 MST dan 5 MST perlakuan naungan 20% dan naungan 30%
berbeda nyata dengan perlakuan naungan 10% dan 50%, dan menunjukan bahwa jumlah
daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan naungan 30% yaitu 34,33 helai sedangkan
jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan tanpa naungan dan naungan 50%.
Saat Munculnya Bunga.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengamatan saat munculnya bunga
berpengaruh sangat nyata. Hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa saat munculnya
bunga berbeda nyata pada perlakuan tanpa naungan dan perlakuan naungan 50%,
sedangkan perlakuan naungan 20% dan naungan 30% menunjukan hasil yang sama.
Pada perlakuan naungan 40% berbeda nyata dengan perlakuan naungan 10%. Naungan
10% menunjukan bahwa saat munculnya bunga yang tercepat yaitu 23 hst, sedangkan
saat munculnya bunga terlama terdapat pada perlakuan tanpa naungan dan naungan
50%.
Jumlah Buah.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengamatan jumlah buah berpengaruh
sangat nyata pada panen ke 2, 3, 4 dan 5. Hasil uji BNJ 5 menunjukkan bahwa
jumlah buah pada perlakuan naungan 30% berbeda nyata dibandingkan dengan
perlakuan naungan lainnya, yang menunjukan bahwa rata-rata jumlah buah
tertinggi terdapat pada perlakuan naungan 30% yaitu 13,43 buah, sedangkan
jumlah buah terendah terdapat pada perlakuan tanpa naungan.
Berat Buah.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengamatan berat buah berpengaruh
sangat nyata pada panen ke 1, 2, 3, 4 dan 5. Hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa
total berat buah berbeda nyata pada perlakuan naungan 30%yang menunjukan bahwa
rata-rata jumlah buah tertinggi terdapat pada perlakuan naungan 30% yaitu
192,70 g, sedangkan jumlah buah terendah terdapat pada perlakuan tanpa naungan.
Rata-Rata
Suhu Udara Harian. Diperoleh data bahwa pada naungan 50%, suhu udara harian
tertinggi yaitu 21,550C dan suhu terendahnya 18,250C dengan rata-rata suhu
udara harian 18,050C, merupakan kondisi naungan dengan suhu yang paling rendah.
Pada kondisi ini pertumbuhan tanaman tomat tidak tumbuh dengan baik.
Selanjutnya pada naungan 40% suhu udara harian tertinggi yang terdapat pada
naungan tersebut yaitu 23,500C dan suhu terendahnya 20,250C dengan rata-rata
suhu udara hariannya 20,290C, merupakan kondisi naungan dengan suhu sedang. Pada
kondisi ini pertumbuhan tanaman tomat tumbuh dengan cukup baik.
Diperoleh
data bahwa pada naungan 30% suhu udara harian tertinggi yaitu 25,500C dan suhu
terendahnya 22,250C dengan rata-rata suhu udara harian 22,140C, merupakan
kondisi naungan dengan suhu yang paling tepat. Pada kondisi ini pertumbuhan
tanaman tomat optimum. Selanjutnya pada naungan 20% suhu udara harian tertinggi
yang terdapat pada naungan tersebut yaitu 27,500C dan suhu terendahnya 24,250C
dengan rata-rata suhu udara hariannya 24,060C, merupakan kondisi naungan dengan
suhu kurang baik. Pada kondisi ini pertumbuhan tanaman tidak tumbuh dengan
baik.
Diperoleh
data bahwa pada naungan 10% suhu udara harian tertinggi yaitu 29,250C dan suhu
terendahnya 26,000C dengan rata-rata suhu udara harian 25,800C, merupakan
kondisi naungan dengan suhu yang paling tinggi di bandingkan perlakuan naungan
50%, 40%, 30% dan 20% sehingga pada kondisi ini tanaman tomat juga tidak dapat
tumbuh dengan baik. Selanjutnya pada perlakuan tanpa naungan, rata-rata suhu udara
harian tertinggi yang terdapat pada perlakuan tersebut yaitu 31,500C dan suhu
terendahnya 280C dengan rata-rata suhu udara harian 29,940C, merupakan kondisi
dengan suhu yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Pada kondisi
ini pertumbuhan tanaman tomat tidak dapat tumbuh secara baik.
Intensitas Radiasi
Surya. Diperoleh data bahwa pada naungan 50%, intensitas
radiasi surya berkisar 5045,33 fc. Pada kondisi ini pertumbuhan tanaman tomat
tidak tumbuh dengan baik. Selanjutnya pada perlakuan naungan 40%, intensitas
radiasi surya berkisar 5180,16 fc merupakan kondisi naungan dengan intensitas
radiasi sedang. Pada kondisi ini pertumbuhan tanaman tomat tumbuh dengan cukup
baik.
Diperoleh
data bahwa pada perlakuan naungan 30%, intensitas radiasi surya berkisar
5295,41 fc intensitas radiasi surya merupakan kondisi naungan dengan intensitas
radiasi yang paling tepat. Pada kondisi ini pertumbuhan tanaman tomat optimum.
Selanjutnya pada perlakuan naungan 20%, intensitas radiasi surya merupakan
kondisi naungan dengan intensitas radiasi surya yang kurang baik. Pada kondisi
ini pertumbuhan tanaman tidak tumbuh dngan baik.
Dapat
diperoleh data bahwa pada perlakuan naungan 10%, intensitas radiasi surya
berkisar 5525,96 fc merupakan kondisi naungan dengan intensitas radiasi yang
paling tinggi di bandingkan perlakuan naungan 50%, 40%, 30% dan 20% sehingga
pada kondisi ini tanaman tomat juga tidak dapat tumbuh dengan baik. Selanjutnya
pada perlakuan tanpa naungan, intensitas radiasi surya berkisar 5680,47 fc merupakan
kondisi dengan intensitas riadiasi yang paling tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lain. Pada kondisi ini pertumbuhan tanaman tomat tidak dapat tumbuh
secara baik.
Pengaruh Presentase
Naungan Terhadap Pertumbuhan Tomat. Hasil analisis
statistik menunjukan bahwa pengaruh persentase naungan memberikan pengaruh
sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3, 4, 5, 6 dan 7 MST. Pada
naungan 10% menghasilkan nilai tinggi tanaman tertinggi, dibanding dengan
perlakuan naungan 20%, 30%, 40%, 50% dan perlakuan tanpa naungan. Hal ini
diduga karena etiolasi yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tomat lebih cepat
memanjang ketika menerima sedikit cahaya. Naungan 30% merupakan kondisi
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh baik pada semua parameter pertumbuhan.
Pada naungan 40, 50% dan perlakuan tanpa naungan, intensitas cahaya yang
diterima tanaman tinggi, sehingga tanaman berusaha mengimbangi antara kebutuhan
intensitas cahaya dengan transpirasi yang menyebabkan terhambatnya pertambahan
tinggi tanaman.
Perbedaan
naungan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini
berkaitan langsung dengan intensitas, kualitas dan lama penyinaran cahaya yang
diterima untuk tanaman melaksanakan proses fotosintesis. Seperti yang dikemukan
oleh Daniel dkk (1992) dalam Arlingga (2014) bahwa cahaya langsung berpengaruh
pada pertumbuhan pohon melalui intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Syakur
(2002) juga menambahkan bahwa pada siang hari sinar matahari terhalang oleh
naungan,ini mengakibatkan berkurangnya radiasi surya yang sampai ke permukaan
tanah.
Pada
parameter jumlah daun, aplikasi naungan berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah daun pada 2 3, 4 dan 5 MST, dimana jumlah daun terbanyak diperoleh pada
tanaman dinaungan 30%. Naungan 30% baik terhadap pertumbuhan tanaman tomat
karena persentase pada naungan tersebut sesuai suhu yang diinginkan tanaman
tomat. Hal ini juga dapat dilihat pada tingkat serangan penyakit, tanaman tomat
pada naungan 10% lebih mudah terserang penyakit diduga karena kelembaban disekitar
tanaman yang berada dibawah naungan tersebut lebih rendah. Menurut Zubaidi dan
Farida, (2008) dalam Arlingga, (2014) kepekaan tumbuhan terhadap cahaya
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhannya.
Dari
keseluruhan total panen (panen I – V), baik perlakuan tanpa naungan maupun
naungan 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% jumlah buah berpengaruh sangat nyata pada
panen II sampai panen V, sedang bobot buah juga memberikan pengaruh sangat
nyata pada panen I sampai panen V. Yang diharapkan pada panen buah tomat yaitu
berat buahnya, maka pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perlakuan naungan
30% memperlihatkan pengaruh dalam memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman
tomat.
Pengaruh Suhu Udara dan
Intensitas Radiasi Surya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat.
Proses fotosintesis dan metabolisme suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor luar
seperti sinar matahari, suhu, ketersediaan air, hara mineral dan kondisi tempat
tumbuh (Alrasyid, 2000). Pada penelitian ini, naungan memberikan manfaat untuk
mengatur intensitas penyinaran matahari, tinggi rendahnya suhu, dan kelembaban
udara. telah diketahui bahwa tomat merupakan tanaman C3 atau tanaman yang cepat
jenuh radiasi, dapat tumbuh baik ditempat yang intensitas mataharinya rendah
sampai sedang (Tjasyono, 2004).
Pada
penelitian ini naungan 30% merupakan kondisi yang optimal karena mendapat
intensitas matahari yang rendah dan suhu yang sesuai, sehingga aktifitas
fotosintesis berjalan dengan optimal dan menyebabkan asimilasi yang dibutuhkan
oleh tanaman untuk memenuhi pertumbuhan maksimal. Pada siang hari naungan
berperan untuk mengurangi tingginya suhu maksimum dengan cara menahan cahaya
matahari yang diterima tanaman dan pada malam hari naungan mengurangi turunnya
suhu minimum dengan cara menghambat radiasi panas dari bumi ke atmosfer (Dora,
2011 dalam Arlingga, 2014).
Hasil
penelitian menunjukan bahwa rata-rata suhu udara harian dan intensitas radiasi
surya yang diterima tanaman berpengaruh terhadap penampilan tanaman tomat.
Struktur morfologi tanaman tomat yang baik dapat dilihat pada naungan 30%.
Tanaman tomat yang berada pada naungan tersebut memiliki tinggi tanaman yang
lebih baik, jumlah daun yang lebih banyak, 724 jumlah buah lebih banyak dan
berat buah tinggi bila dibanding dengan perlakuan naungan 10%, 20%, 40%, 50%
dan tanpa naungan.
Dari
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persentase naungan memberikan
pengaruh sangat nyata pada variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun,
saat munculnya bunga, jumlah buah, berat buaH, tetapi tidak berpengaruh nyata
pada pengamatan tinggi tanaman pada umur 2 MST. Persentase naungan yang baik
yaitu pada perlakuan naungan 30%.
C. Ulasan Penulisan
Berdasarkan
ulasan yang dilakukan pada aspek sistematika ukuran penulisan, diperoleh hasil
sebagai berikut.
1. Bahasa
Menggunakan bahasa Indonesia, kecuali pada abstrak ditulis dengan penambahan
berbahasa Inggris.
2. Jumlah
Halaman 8 (delapan) halaman
3.
Ulasan
Kelengkapan Sistematika
Berdasarkan
ulasan yang dilakukan pada aspek kelengkapan sistematika artikel, diperoleh
hasil sebagai berikut.
1. Judul
(ada)
2. Nama
dan Alamat (ada)
3. Abstrak
dan Kata Kunci abstrak (ada) kata kunci abstrak bahasa Indonesia (ada)
4. Pendahuluan
(ada)
5. Metode
(ada)
6. Hasil
dan Pembahasan (ada)
7. Kesimpulan
(ada)
8. Saran
(opsional) (ada)
9. Daftar
Pustaka (ada)
10.Ucapan
Terima Kasih (tidak ada)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya