LAPORAN
PRATIKUM AGROKLIMATOLOGI
ACARA
II
RADIASI
SURYA
Nama :
Anggi Kusumah
NPM : E1D017102
Prodi : Agribisnis
Shift : Kamis, Jam 08.00 Wib
Kelompok : 2
Dosen
: Prof. Dr. Ir. Priyono Prawito,
M. Sc.
Ko-ass
: 1. Prayoga
Dhuha Brahmanto
(E1F015011)
(E1F015011)
2. Inggri Dayana
(E1F016005)
LABORATORIUM
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebenarnya
radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam bidang pertanian.
Pertama, cahaya merupakan sumber energi bagi tanaman hijau yang memalui proses
fotosintesa diubah menjadi tenaga kimia. Kedua, radiasi memegang peranan
penting sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menentukan kebutuhan
air tanaman.
Intensitas
radiasi matahari akan berkurang oleh penyerapan dan pemantulan oleh atmosfer
saat sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan
panjang gelombang pendek (ultraviolet) sedangkan karbondioksida dan uap air
menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (infra
merah). Selain pengurangan radiasi bumi langsung (sorotan) oleh penyerapan
tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu,
dan uap air dalam atmosfer.
Energi
surya adalah energi yang dapat dengan mengubah energi panas surya (matahari)
melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Energi surya
menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap, angin, biogas,
batubara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya mulai muncul pada
tahun 1839, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal silikon untuk
mengkonversi radiasi matahari, namun sampai pada tahun 1955 metode itu belum
banyak dikembangkan.
Pada
tahun 1946 dilakukan perekaman spektrum radiasi matahari untuk yang pertama
kali dari ketinggian di atas lapisan ozon. Pada tahun 1949 perekaman
dilanjutkan untuk daerah panjang gelombang yang lebih pendek dari ketinggian
100 km. dari eksperimen-eksperimen tersebut diperoleh bahwa untuk daerah
panjang gelombang di atas 2900 Angstrom suhu radiasi matahari antara 5500
sampai 6000 oK. Untuk daerah panjang gelombang hingga mencapai
sekitar 5000oK.
Daerah
yang menjadi lokasi reaksi nuklir kuat yang menghasilkan keluaran energi maha
besar adalah matahari. Di tengahnya berada suatu daerah yang disebut zona
radiasi, di mana energi ditransfer oleh radiasi dibanding oleh pemindahan
gas/panas. Istilah bagian dalam matahari sering digunakan untuk meliputi
keduanya zona pemindahan gas/panas dan radiasi.
Penyinaran
atau isolasi adalah penerimaan energi matahari oleh permukaan bumi, bentuknya
adalah sinar-sinar bergelombang pendek yang menerobos atmosfer. Sebelum
mencapai permukaan bumi sebagian hilang karena absorbsi. Adapun yang berhasil
sampai ke bumi kemudian dilepaskan pula melalui refleksi; ini terutama terjadi
di kedua daerah kutub bumi dan di dataran-dataran salju serta perairan.
1.2 Tujuan
a) Menentukan
intensitas radiasi surya dan lama penyinaran pada suatu hari.
b) Menghitung
data intensitas dan lama penyinaran surya untuk perioda selama satu bulan dan
memperkirakan fluktuasi tahunannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Unsur
cuaca dan iklim ialah radiasi matahari, temperatur udara, tekanan udara,
penguapan, kelembaban udara, keawanan,presipitasi, dan beberapa unsur iklim
lain yang kurang penting. Unsur-unsur cuaca dan iklim ini tidak tetap pada
setiap saat dan tempat, selalu berubah-ubauh tergantung pada faktor-faktor
fisis di alam yang disebut faktor pengendali cuaca. Faktor pengendali cuaca ini
ada yang bersifat permanen dan ada yang bersifat sementar.(Guslim, 2009)
Matahari
adalah sumber energi pada peristiwa yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap
penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab utama
perubahan pergerakan atmosfer sehingga dapat dianggap sebagai
pengendali iklim dan cuaca yang besar.(Trewartha, 2009)
Lama
penyinaran adalah periode (dalam jam) matahari bersinar cerah. Faktor yang
menentukan lama penyinaran adalah penutupan awan, semakin lama penutupan awan
maka lama penyinaran berkurang. Jadi, lama penyinaran memang sangat ditentukan
oleh keadaan awannya. Sebagai contoh, kita tahu bahwa keadaan matahari
menyinari Indonesia sekitar 11-12 jam, namun lama penyinaran maksimumnya
sekitar 8 jam. Untuk menentukan lama penyinaran ini ada alat ukur yang
digunakan, bernama alat ukur Cambell Stokes. Penggunaannya adalah dengan
melihat keadaan kertas pias sampai terbakar.
(Infonta,
2010)
Energi matahari ialah sumber energi
terbesar di permukaan bumi, yaitu sekitar 99,9% dari energi total dan hanya
sebagian kecil dihasilkan oleh panas dari tanah, letusan gunung berapi dan
proses penghancuran mineral-mineral radioaktif serta hasil pembakaran bahan
organik. Namun apabila ditinjau dari segi klimatologis, energi yang bukan
berasal dari matahari kurang berarti. Energi matahari ialah penyebab utama
semua kegiatan perubahan maupun pergerakan di atmosfer. Oleh karena itu,
penyebaran energi radiasi matahari di permukaan bumi merupakan faktor
pengendali cuaca dan iklim yang terpenting. Radiasi matahari yang sampai ke
bumi tidak seluruhnya dapat diserap oleh permukaan bumi, yaitu sekitar 50%
saja, 20% diserap oleh atmosfer dan sisanya sekitar 30% dipantulkan kembali.
Namun hal tersebut tergantung pada kondisi atmosfer pada saat tersebut. Radiasi
matahari yang sampai ke permukaan bumi mempunyai beberapa pengaruh, antara
lain:
1.
Pada tanaman hijau, berperan sebagai
energi dalam proses fotosintesa sehingga mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
tanaman. Proses fotosintesa merupakan aktivitas utama bagi tanaman berhijau
daun dalam selama pertumbuhannya.
2.
Mempengaruhi kecepatan transpirasi
tanaman.
3.
Pada keadaan kritis pertumbuhan tanaman,
tingkat energi radiasi yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya pembakaran.
4.
Mempengaruhi perubahan unsur cuaca lain,
seperti: suhu, kelembaban, angin, dll (Arifin, 2010).
Pergerakan
semu matahari saat solstice, ketika matahari berada di atas katulistiwa di
bulan Juni dan September memberikan efek pancaran sinar matahari semakin lama
dan panas yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Lama
penyinaran matahari dan intensitas radiasi matahari menunjukkan kondisi riil
pergerakan semu matahari (Yuliatmajaya, 2009).
Energi yang dihasilkan oleh matahari
terdiri atas berbagai bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat
diketahui melalui frekuensi atau panjang gelombangnya. Semua gelombang
elektromagnetik yang dpancarkan akan merambat dalam ruang angkasa dengan
kecepatan sama, yakni dengan kecepatan spektrum cahaya Dengan meneliti spektrum
sebuah bintang, seorang astronom akan dapat mengetahui suhu bintang. Tidak
mendekat ke matahari atau bintang dengan berpedoman pada spektrum radiasi benda
hitam. Pada siang hari, kita akan merasa lebih nyaman memakai baju berwarna
putih daripada baju berwarna hitam. Namun, pada malam hari yang dingin kita
akan merasa lebih hangat apabila mengenakan baju berwarna hitam daripada baju
berwarna putih. Hal itu menunjukkan bahwa permukaan yang gelap merupakan
penyerap dan pemancar kalor yang baik dan permukaan yang berwarna putih atau
mengkilap merupakan penyerap dan pemancar kalor yang buruk (Kangarda, 2013).
Lama Penyinaran Matahari (LPM)
merupakan salah satu indikator yang penting di dalam klimatologi. Sinar
matahari akan menggerakkan reaksireaksi fotokimia di atmosfer (misalnya reaksi
pembentukan ozon), menghasilkan uap air yang sangat dibutuhkan untuk terjadinya
hujan, menjaga agar suhu atmosfer tetap hangat, dan lain sebagainya. Penelitian
yang dilakukan di Semarang pada tahun 2005-2007 menyimpulkan bahwa peningkatan
persentasi lama penyinaran matahari dan penyusutan intensitas radiasi matahari
disebabkan oleh efek rumah kaca yang diakibatkan oleh semakin banyaknya gas-gas
polutan, serta semakin berkurangnya ruang hijau yang berganti dengan pemukiman
dan industri (Yuliatmaja, 2009).
Berdasarkan definisi yang
dikeluarkan oleh WMO bahwa lama penyinaran matahari (LPM) didefinisikan sebagai
kekuatan insolasi yang melebihi batas 120 W/m2 (WMO, 2008).
Unsur-unsur iklim antara lain suhu
udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan udara, angin, dan lama penyinaran
matahari. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu serta dari tempat ke
tempat lain disebabkan oleh adanya unsur pengendali-pengendali iklim
(Supriyanto, 2010).
Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat
pencemaran udara. Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan
oleh panas yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil membawa
zat pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara bagian atas. Jika
terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas udara dingin seperti
suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang pembentukan Co dan O. Jika
camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap
berada didalam campuran yang telah didingankan tersebut karena dibutuhkan waktu
yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah (Sari,2012).
Suhu
tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi
panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut
intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat celcius, derajat farenheit,
derajat Kelvin dan lain-lain. Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air.
Makin rendah suhu, makin sedikit air yang di serap oleh akar, karena itulah
penurunan suhu tanah mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman (Soleh,2013).
Suhu
tanah biasanya diamati pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm. Untuk
keperluan ini telah dibuat termometer sesuai dengan kedalamannya.
Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun
tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal stasiun pengamatan.
Areal tidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal ini harus dihindari.
Termometer dilindungi dengan pagar kawat dan dijaga agar tanah
disekitarnya tidak terganggu. Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan
termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah
lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat
kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara (Sumini,2013).
Suhu
dipermukaan bumi ini menurun dengan bertambahnya ketinggian dan sebaran suhu
dipermukaan bumi ini dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain: (1) jumlah
radiasi yang diterima perhari, permusim, dan pertahun. (2) pengaruh daratan dan
lautan. (3) pengruh lintang; (4) pengaruh elevasi, dan (5) pengaruh angin
(Purnawanto,2012).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.2 Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang digunakan pada proses pengamatan adalah sebagai berikut:
a) Campbell
Stokes
b) Pias
masing-masing alat
c) Data
hasil pengukuran satu bulan
d) Alat
tulis (Pena, Pensil, Buku Penuntun)
3.3 Prosedur Kerja
1.
Dipasang alat campbell stokes di tempat
yang telah di tentukan Co-Ass.
2.
Alat harus benar-benar diletakkan
horizontal. Ini dapat dilakukan dengan mengatur ketinggian setiap sudut tiang
penopang alat yang telah diatur dengan melihat water-pas yang terpasang
3.
Setelah selesai pemasangan alat kemudian
dipasang pias yang sesuai. Untuk campbell stokes piasnya harus disesuaikan
dengan periode musim setempat. Pias lengkung panjang di gunakan ketika panjang
hari adalah relatif panjang, sebaliknya pias lengkung pendek. Pias lurus di
gunakan di saat surya memberikan sinarnya dalam jangka waktu harian lebih
pendek
4.
Dihitung lama penyinaran surya terekam
pada hari pengukuran
5.
Diatat keadaan kejernihan langit hari
itu
6.
Dibahas data yang diperoleh dengan
mempertimbangkan catatan tersebut
7.
Menghitung total energi radiasi selama
satu tahun
8.
Menghitung mana lebih besar jika di
bandingkan jumlah energi radiasi di terima di lintang tinggi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data
: 1,5 cm/hari
1 Bulan (30 hari)
1 Tahun (365 hari)
42 hari hujan dalam 1 tahun
Perhitungan
: Lama penyinaran selama 1 bulan (30
hari)
Jadi, lama penyinaran
selama 1 bulan yaitu 45 cm/bulan
Lama penyinaran selama 1
tahun (365 hari) dengan hujan 42 hari
365 hari – 42 hari = 323
hari
Jadi, lama penyinaran
selama 1 tahun yaitu 484,5 cm/tahun
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang radiasi surya, yang salah satu unsurnya
adalah lama penyinaran surya. Lama penyinaran surya diukur dengan alat yang
bernama Campbell Stokes. Campbell Stokes terdiri dari 3 unsur utama yaitu bola
kristal, besi penyangga, dan kertas pias yang terdiri dari 3 macam (lengkung
pendek, lurus, dan lengkung panjang). Masing-masing kertas pias digunakan dalam
waktu tertentu, seperti kertas pias lengkung panjang digunakan pada Lintang
Utara yang panjang harinya relatif panjang, sebaliknya dengan kertas pias
lengkung pendek. Sedangkan kertas pias lurus digunakan saat matahari berada
tepat diatas pengamat (equator).
Setelah dilakukan pengamatan lama penyinaran surya dengan menggunakan kertas
pias lengkung panjang pada 3o LS. Didapat hasil bahwa kertas
pias terbakar hampir sempurna, yang artinya terdapat bagian kertas pias yang
terbakar hingga membolongkan kertas pias, tapi terdapat sedikit bagian yang
hanya terbakar tapi tidak menembus kertas pias. Hal ini dikarenakan oleh
keadaan langit yang tidak jernih atau berawan, sehingga penyinaran matahari
sampai ke bumi sering tertutup oleh awan dan tidak mendapatkan cahaya matahari
penuh/sempurna. Kertas pias yang terbakar tidak membentuk barisan yang lurus
kesamping, melainkan agak membelok ke bawah. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kesalahan pengamat saat memposisikan Campbell Stokes yang kurang tepat,
sehingga cahaya yang dipantulkan dari kristal kaca tidak lurus terhadap arah
kertas pias. Intensitas lama penyinaran yang terekam, hal ini tampak pada
pembakaran kertas pias yang terbakar setengah dari garis waktu setengah jam.
Jumlah
energi radiasi pada lintang rendah lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah
energi radiasi pada lintang tinggi. Hal ini dikarenakan pada daerah tropis yang
sering mempunyai banyak awan panjang hari sering berkurang. Bahkan dapat
terjadi hari tanpa penyinaran sama sekali pada suatu waktu.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan dalam praktikum agroklimatologi tentang intensitas radiasi surya
ini, maka didapatkan kesimpulan yaitu:
1.
Lama penyinaran adalah seberapa lama
intensitas radiasi matahari menynari permukaan bumi dalam kurun waktu tertentu
dan merupkan hal terpenting bagi penyinaran pada setiap tumbuhan.
2.
Radiasi matahari yang dipancarkan ke
bumi tergantung oleh jarak matahari dan juga intensitas matahari (besar
kecilnya cahaya matahari dipancarkan).
3.
Radiasi surya yang diukur berdasarkan
jumlah energi radiasi yang dipancarkan dalam sehari sebarapa besar intensitas
dan lamanya peyinaran energi tersebut. Radiasi yang dikeluarkan dipengaruhi
oleh Jarak dari matahari, Intensitas radiasi matahri, Lama penyinaran
matahari/panjang hari/duration, dan Atmosfer.
4.
Radiasi surya memegang peranan penting
dari berbagai sumber energy lain yang dimanfaatkan manusia.
5.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur
lama penyinaran matahari Campbell Stokes.
5.2 Saran
Pada kegiatan praktikum ini,
sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan di persiapkan terlebih dahulu,
agar praktikan dapat berjalan dengan baik. Dan untuk para praktikan agar
mempersiapkan diri materi-materi yang akan dipraktekkan, agar dalam kegiatan
praktikum tidak terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Guslim.
2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan
Kartasapoetra,
A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Trewartha
G. T dan L. H. Horn. 2009. Pengantar Iklim Edisi Kelima. UGM
Pres. Yogyakarta.
Pres. Yogyakarta.
Guntara. 2013. Pengertian dan
Klasifikasi Radiasi Matahari.http://www.guntara.com.
diakses 9 Desember 2013 pukul 19.00
Handoko.1993.Klimatologi
Dasar.IPB.Bogor.
Turyanti, 2006. Agroklimatologi. PT Taja Grafindo Persada.Universitas
Kediri. Kediri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya