animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Senin, 24 Desember 2018

Makalah Pemeriksaan Fisik Pada Ibu


MAKALAH
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU






DISUSUN OLEH
Maryani                        1826030016
Ega Tria Irma Lega     1826030032
Gina Utari                     1826030059

DOSEN PEMBIMBING
Elza Wulandari, SST, M.Kes.




PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas diskusi yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Konsep Kebidanan dengan baik.
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Dosen yang mengajar yakni Ibu Elza Wulandari, SST, M.Kes. yang telah bersedia memberi pengarahan untuk kami, sehingga tugas diskusi ini bisa terselesaikan dengan baik, dan untuk teman-teman yang telah membantu mencari literatur dan telah bekerja sama dengan baik.
Pada diskusi kali ini kami akan membahas tentang “Pemeriksaan Fisik pada Ibu” . Berbagai sumber telah kami baca dan hasilkan kami ringkas dan garis besarnya tertulis dalam makalah ini . Semoga dapat diterima oleh para pembaca .
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman-teman.










Bengkulu, Desember  2018


                                                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang............................................................................................................................1
B.  Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
C.  Manfaat.......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A.  Definisi Pemeriksaan Fisik.........................................................................................................2
B.  Tujuan Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................2
C.  Metode dan Langkah Pemeriksaan Fisik....................................................................................3
D.  Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.................................................................................................7

BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan...............................................................................................................................12
B.  Saran.........................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil  pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi. Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan  penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

B.                  Rumusan Masalah
1.Mengetahui definisi pemeriksaan fisik
2.Memahami tujuan pemeriksaan fisik
3.Mengetahui metode dan langkah pemeriksaan fisik
4.Mengetahui tentang pemeriksaan tanda vital

C. Manfat
1.      Sebagai data untuk membantu perawat/bidan dalam menegakkan diagnose keperawatan.
2.      Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3.      Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
4.      Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan



BAB II
PEMBAHASAN

A .Definisi Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). (Raylene M Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009). Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien.Untuk pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Craven & Hirnle, 2000; Potter & Perry, 1997; Kozier et al., 1995). Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya ketika klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

B.  Tujuan Pemeriksaan Fisik
1.    Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
a.         Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.  
b.        Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
c.         Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d.        Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan  penatalaksanaan.
e.         Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

2.    Hal– hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik :
a.    Selalu meminta kesediaan/ ijin pada pasien untuk setiap pemeriksaan  
b.    Jagalah privasi pasien
c.    Pemeriksaan harus seksama dan sistimatis
d.   Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)
e.    Beri instruksi spesifik yang jelas
f.     Berbicaralah yang komunikatif
g.    Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan
h.    Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

C. Metode Dan Langkah Pemeriksaan Fisik
1.    Inspeksi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh tubuh  pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan. Metode ini berupaya melihat kondisi klien dengan menggunakan „sense of sign‟ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu). Inspeksi adalah kegiatan aktif, proses ketika perawat harus mengetahui apa yang dilihatnya dan dimana lokasinya. Metode inspeksi ini digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya dari tubuh  pasien. Pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat  pasien secara seksama, persistem dan tidak terburu-buru sejak pertama bertemu dengan cara memperoleh riwayat pasien dan terutama sepanjang pemeriksaan fisik dilakukan. Inspeksi juga menggunakan indera pendengaran dan penciuman untuk mengetahui lebih lanjut, lebih jelas dan lebih memvalidasi apa yang dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan suara atau bau dari pasien. Pemeriksa kemudian akan mengumpulkan dan menggolongkan informasi yang diterima oleh semua indera tersebut yang akan membantu dalam membuat keputusan diagnosis atau terapi.

Cara pemeriksaan :
a.    Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri
b.    Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien membuka sendiri pakaiannya. Sebaiknya pakaian tidak dibuka sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan sedangkan bagian lain ditutupi selimut).
c.    Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan abnormalitas.Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan(sianosis), dan lain-lain.
d.   Catat hasilnya.
2.    Palpasi
Merupakan metode pemeriksaan pasien dengan menggunakan “sense of touch‟ Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan  penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh(temperatur), adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh.

Teknik palpasi dibagi menjadi dua:
a.    Palpasi ringan
Caranya : ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan. Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil.  

b.   Palpasi dalam (bimanual)
Caranya : untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan. Satu tangan untuk merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke  bawah. Dengan Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pd jari2  pertama.

Cara pemeriksaan :
1        Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri
2        Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
3        Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering
4        Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
5        Lakukan Palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan dengan tekanan ringan
6        Palpasi daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan kelainan.
7        Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur tulang.
8        Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.
9        Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya nodul, tumor  bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal, bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/ trill, serta rasa nyeri raba / tekan.
10    Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.
3.    Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada  permukaan tubuh. Perjalanan getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan.

Cara pemeriksaan :
1        Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang akan diperiksa  
2        Pastikan pasien dalam keadaan rilex
3        Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan relaksasi otot.
4        Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan kering.
5        Lakukan perkusi secara seksama dan sistimatis yaitu dengan: Metode langsung yaitu mengentokan jari tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari. Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut : Jari tengah tangan kiri di letakkan dengan lembut di atas permukaan tubuH, Ujung jari tengah dari tangan kanan, untuk mengetuk persendiaN, Pukulan harus cepat dengan lengan tidak bergerak dan pergelangan tangan rilek, Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh.
6        Bandingkan atau perhatikan bunyi yang dihasilkan oleh perkusi. Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu agaklama dan kualitas seperti drum (lambung). Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah, waktu lama, kualitas bergema (paru normal). Bunyi hipersonar mempunyai intensitas amat keras, waktu lebih lama, kualitas ledakan (empisema paru). Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menengah, nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).

4.    Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
a.Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
b.Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
c.Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
d.Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
a.    Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya  pada klien pneumonia, TBC.
b.    Ronchi :nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
c.    Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
d.   Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

Cara pemeriksaan :
1.    Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka  
2.    Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
3.    Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan telinga
4.    Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah
5.    Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan  pemeriksa
6.    Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa
7.    Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru


C.  Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh  perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke  bagian perawatan kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara menyeluruh atau diukur satu persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data dasar dari tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin merupakan control terhadap kejadian yang akan datang. Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah dan suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh secara keseluruhan.
1.    Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses  pemompaan jantung. Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk menyemprotkan darah ke aorta yang sudah penuh, maka dinding arteria dalam sistem peredaran darah mengembang atau mengembung untuk mengimbnagi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta menghasilkan gelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan dorongan atau denyutan.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:
1)      Ateri radalis : Pada pergelangan tangan  
2)      Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
3)      Arteri carotis : Pada leher 
4)      Arteri femoralis : Pada lipatan paha
5)      Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
6)      Arteri popliteal : pada lipatan lutut
7)      Arteri bracialis : Pada lipatan siku Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
      Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit
      Dewasa : 60  – 100 kali per menit
      Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit




2.    Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan. Beberapa langkah yang dilakukan  pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer air raksa. Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah : Lengan atas atau Pergelangan kaki.
Langkah pemeriksaan :
1.    Memasang manset pada lengan atas, dengan batas bawah manset 2 – 3 cm dari lipat siku dan perhatikan posisi pipa manset yang akan menekan tepat di atas denyutan arteri di lipat siku ( arteri brakialis)
2.    Letakkan stetoskop tepat di atas arteri brakialis
3.    Rabalah pulsasi arteri pada pergelangan tangan (arteri radialis)
4.    Memompa manset hingga tekanan manset 30 mmHg setelah pulsasi arteri radialis menghilang. e.Membuka katup manset dan tekanan manset dibirkan menurun perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik
5.    Bila bunyi pertama terdengar , ingatlah dan catatlah sebagai tekanan sistolik.
6.    Bunyi terakhir yang masih terdengar dicatat sebagai tekanan diastolic
7.    Turunkan tekanan manset sampai 0 mmHg, kemudian lepaskan manset. Yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih klien kosong dan hindari alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya. Sebaiknya istirahat duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum pemeriksaan dan jangan berbicara saat pemeriksaan. Pikiran harus tenang, karena pikiran yang tegang dan stress akan meningkatkan tekanan darah.
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
      Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg  
      Usia 1–6 bulan : 90/60 mmHg
      Usia 6–12 bulan : 96/65 mmHg
      Usia 4–6 tahun : 100/60 mmH
      Usia 6–8 tahun : 105/60 mmHg
      Usia 8–10 tahun : 110/60 mmHg
      Usia 10–12 tahun : 115/60 mmHg
      Usia 12–14 tahun : 118/60 mmHg
      Usia 14–16 tahun : 120/65 mmHg  
      Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
      Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

3.    Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai  proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini  bertujuan untuk menilai frekwensi, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah di kaji namun paling sering diukur secara sembarangan. Perawat tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran yang akurat memerlukan observasi dan palpasi gerakan dinding dada.
 Usia Frekuensi per menit
      Bayi baru lahir : 35-40  
      Bayi (6 bulan) : 30-50
      Toodler : 25-32
      Anak-anak : 20-30
      Remaja : 16-19
      Dewasa : 12-20

4.    Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan suhu Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi maupun metabolisme darah.Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau  peradangan yakni demam (di atas > 37°C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai. Untuk  pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan punggung tangan dapat dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan menggunakan termometer. Termometer yang digunakan bisa berupa thermometer oral, thermometer rectal dan thermometer axilar.


Proses pengaturan suhu terletak pada hypotalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian depan hypotalamus dapat mengatur pembuangan panasdan hypotalamus  bagian belakang mengatur upaya penyimpanan panas. Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.

Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:
1.    Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10–15 menit.  
2.    Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3–5 menit.
3.    Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2–3 menit Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36ºC–37,5ºC.

Faktor- Faktor yang mempengaruhi Suhu Tubuh yaitu antara lain :
1.    Umur
Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya, maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat. Anak- anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa. UMUR SUHU ( Celcius ) SUHU (Fahrenheit ) Bayi baru lahir 36,1 – 37,7 97 – 100 2 tahun 37,2 98,9 12 tahun 37 98,6 Dewasa 36 96,8.

2. Aktifitas Tubuh
Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada pagi hari jam 04.00 – 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhuberkisar antara 1.1 –1.6 C ( 2 – 3 F ).

3. Jenis Kelamin
wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringanlemak.Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3– 0.5 C (0.5–1 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate 4


4. Perubahan Emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.

5. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca , Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi, konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh.

6. Makanan, Minuman, Rokok, Dan Lavemen
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok , sedangkan tempertur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema. nilai setandar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :
      Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
      Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
      Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
      Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C













BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
               Tanda vital meliputi : tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagifungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagaiindikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas danhilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkantubuh antara lain berasal dari :
a.    Metabolisme dari
b.    Shivering atau kontraksi otot skelet
c.    Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )
d.   Proses penyakit infeksi
e.    Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik )

B. Saran
Demikianlah yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,karena terbatasnya pengetahuan da kurangnya rujukan atau referensi yang ada. Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang budiman pada umumnya.








DAFTAR PUSTAKA

Henderson. C., Jones, K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...