PEMETAAN KUALITAS AIR SUNGAI
TABA TERET
DENGAN PARAMETER
KEANEKARAGAMAN MAKROINVERTEBRATA
(Tinjauan
terhadap kesesuaian pemanfaatan dan pengolahan daerah aliran SUNGAI TABA TERET
di Taba Penanjung)
KARYA
TULIS ILMIAH
Diajukan
Sebagai Salah Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Semester
Tahun
Ajaran 2015-2016
Oleh
:
Mira
Lestari
SMA
NEGERI 2 BENGKULU TENGAH
TUGAS
UNTUK PELAJARAN BAHASA INDONESIA
KELAS
XI IPA
ABSTRAK
SUNGAI TABA TERET
merupakan salah satu sungai utama yang terletak didaerah Taba Penanjung yang
berhulu di Rindu Hati. SUNGAI TABA TERET memiliki peranan penting untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di kecamatan Taba Penanjung. Namun dewasa ini
aliran SUNGAI TABA TERET mengalami berbagai macam pencemaran. Pencemaran
tersebut mengakibatkan penurunan kualitas air dan penurunan daya dukung
pemanfaatan air untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Penurunan kualitas ini
dapat ditinjau dengan keanekaragaman makroinvertebrata.
Metode yang digunakan adalah
observasi, studi pustaka, uji kualitas air, pengambilan contoh hewan
makroinvertebrata, dan wawancara yang dilakukan di sembilan titik di SUNGAI
TABA TERET. Sampel makroinvertebrata yang diperoleh digunakan untuk menghitung
indeks kualitas air dengan menggunakan metode Family Biotic Indeks (FBI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap titik stasiun memiliki kualitas air yang berbeda. Berdasarkan kualitas
air, setiap titik stasiun memiliki daya dukung pemanfaatan air yang berbeda-beda.
Kualitas air dan kesesuaian pemanfaatan disetiap titik stasiun dipetakan untuk
menentukan kebijakan pengolahan daerah aliran sungai. Kebijakan pengolahan
daerah aliran sungai disetiap titik stasiun berbeda-beda disesuaikan denga tipe
penggunaan lahan, sumber pencemar, dan kualitas air disetiap titik stasiun.
Kata
Kunci: SUNGAI TABA TERET, kualitas air,
makroinvertebrata, pemanfaatan, pengolahan DAS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Air
merupakan aspek penting dalam kepentingan manusia. Manusia tidak dapat hidup
tanpa air. Air dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya, mandi,
minum, memasak, mencuci. Dalam perkembangannya, air tidak hanya dimanfaatkan
untuk kebutuhan pokok saja, namun juga dimanfaatkan untuk pengairan lahan,
industri perikanan, dan industri-industri lain yang membutuhkan air sebagai
bahan bakunya.
Secara
alami air bisa diperoleh dari mata air di pegunungan. Untuk mendistribusikan ke
masyarakat, alam sudah menyediakan jalur yatu sungai. Masyarakat yang tinggal
jauh dari sumber mata air, memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehingga ada pola pemukiman yang padat apabila terdapat aliran air.
Kebanyakan masyarakat yang memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari
biasanya tidak mempunyai sumber air atau sumur sendiri sehingga mereka harus
membangun rumah yang letaknya dekat dengan sungai. Sungai-sungai yang airnya
dimanfaatka oleh masyarakat merupakan sungai utama di wilayah tersebut.
SUNGAI
TABA TERET merupakan salah satu sungai utama di daerah Taba Penanjung yang
berhulu di Rindu Hati. SUNGAI TABA TERET berperan penting dalam pemenuhan
kebutuhan air masyarakat di Taba Penanjung. Air sungai tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mengairi persawahan, perkebunan,
kebutuhan industri, dan lain-lain.
Hasil
observasi menyebutkan bahwa selain melakukan pemanfaatan air sungai, masyarakat
juga melakukan berbagai pencemaran baik sengaja maupun tidak. Data Balai
Lingkungan Hidup Taba Penanjung juga menyebutkan bahwa terdapat macam-macam
sumber pemcemar yang membuang limbahnya ke aliran SUNGAI TABA TERET. Pencemaran
tersebut antara lain berasal dari pertanian, perkebunan, sampah dan limbah
rumah tangga, limbah industri, limbah pabrik, limbah peternakan, dan lain-lain.
Dalam hal ini, tata guna lahan juga mempengaruhi besar kecilnya pencemaran dan
jenis pencemaran.
Pencemaran-pencemaran
yang terjadi telah menurunkan kualitas air SUNGAI TABA TERET, sehingga terjadi
kesenjangan atau perbedaan kualitas air di daerah hulu dengan daerah hilir.
Penurunan kualitas air sungai dapat dipantau dengan keanekaragaman
makroinvertebrata yang hidup di aliran SUNGAI TABA TERET.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air SUNGAI
TABA TERET ditinjau dari keanekaragaman makroinvertebrata?
2.
Bagaimana pemanfaatn air SUNGAI TABA TERET sesuai dengan kualitas air
di titik-titik stasiun?
3.
Bagaimana pemetaan kualitas dan pemanfaatan air SUNGAI TABA TERET?
4.
Bagaimana pengolahan Daerah Aliran SUNGAI TABA TERET yang tepat untuk
menciptakan pemerataan kualitas air SUNGAI TABA TERET dari hulu hingga hilir?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas air SUNGAI
TABA TERET ditinjau dari keanekaragaman vertebrata.
2.
Untuk mengetahui pemanfaatan air SUNGAI TABA TERET sesuai dengan
kualitas air di titik-titik stasiun.
3.
Untuk membuat pemetaan kualitas air SUNGAI TABA TERET dan pemanfaatan
air SUNGAI TABA TERET.
4.
Untuk mengetahui pengolahan Daerah Aliran SUNGAI TABA TERET yang tepat
untuk menciptakan pemerataan kualitas air SUNGAI TABA TERET dari hulu hingga
hilir.
BAB II
KAJIAN ATAU PERCOBAAN
A.
Alat
dan Bahan
1. Peta
RBI 7. 2 Collerbox
2. Botol 8. Es batu
3. Tali 9. Plastik
4. Ember 10. Kertas
Label
5. Botol
gelap 11. Pulpen
atau Spidol
6. Meteran
a.
Langkah
Kerja
Mengelompokkan tata guna lahan yang
berada di daerah aliran SUNGAI TABA TERET.
1. Observasi
lapangan untuk menentukan titik-titik stasiun.
2. Membuat
plot untuk tempat pengambilan contoh.
3. Melakukan
pengambilan contoh air di setiap titik stasiun.
4. Contoh
air untuk uji fisik-kimia dimasukkan kedalam botol plastik, sedangkan contoh
air untuk uji coliform dimasukkan
kedalam botol gelap.
5. Berikan
kode stasiun, waktu, dan cuaca pada setiap contoh botol. Simpan botol dalam coolbox. Untuk contoh air uji coliform di simpan dalam coolerbox yang berisi es.
6. Melakukan
uji kualitas air.
2.
Pengambilan
Contoh Hewan Makroinvertebrata
a.
Alat
dan Bahan
1. Jaring 4. Kertas label
2. Meteran 5. Pulpen atau Spidol
3. Tali
10 meter 6. Plastik 1 kg
b.
Langkah
Kerja
1. Membuat
plot ditempat pengambilan contoh air.
2. Merentangkan
tali sepanjang 10 meter mengikuti panjang sungai dan ukur lebar sungai.
3. Mengambil
contoh pada plot.
4. Pengambilan
contoh dilakukan dari bagian bawah plot menuju ke atas.
5. Mengaduk-aduk
badan sungai.
6. Menggoyang-goyangkan
batuan-batuan dan ranting-ranting di badan sungai maupun pinggiran sungai.
7. Melakukan
pengulangan pengambilan contoh dengan cara zig-zag.
8. Memasukkan
contoh yang telah diambil kedalam plastik.
9. Mencatat
lokasi pengambilan di kertas label, kemudian tempelkan pada plastik.
3.
Mengidentifikasi
Contoh Hewan Invertebrata
a.
Alat
dan Bahan
1. Nampan 6.
Alkohol 70%
2. Pinset
atau Lidi 7.
Kamera
3. Lup
atau Mikroskop 8.
Kertas Label
4. Katalog
Hewan Makroinertebrata 9. Cup
atau Botol
5. Saringan
b.
Langkah
Kerja
1. Menuangkan
contoh hewan makroinvertebrata dari plastik ke dalam nampan sedikit demi
sedikit.
2. Mengambil
makroinvertebrata menggunakan pinset atau lidi.
3. Memisahkan
sesuai jenis familinya.
4. Memasukkan
makroinvertebrata kedalam cup atau botol yang berisi alkohol 70%.
5. Mengidentifikasikan
famili makroinvertebrata dengan cara mencocokkan gambar. Identifikasi dibantu
oleh lup atau mikroskop dan kamera.
B.
Metode
Analisis Data
Metode
analisis data menggunakan metode diskripsi kuantitatf. Data-data hewan
makroinvertebrata dianalisis menggunakan metode FBI (Family Biotic Indeks).
BAB
III
DISKUSI
DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Kualitas Air SUNGAI TABA TERET Ditinjau dari Keanekaragaman Makroinvertebrata
1.
Perbandingan
Kualitas Air SUNGAI TABA TERET di Sembilan Titik Stasiun.
Berdasarkan temuan keanekaragaman
makroinvertebrata di setiap titik stasiun diperoleh nilai FBI sebagai berikut.
Diketahui bahwa titik stasiun 1 merupakan
air yang berkualitas paling baik. Menuju titik stasiun 2 kualitas air menurun
dengan bertambahnya nilai FBI. Menuju stasiun 3 air mengalami pemurnian.
Kualitas air terus mengalami penurunan ketika menuju stasiun 4-7. Kualitas air
yang berkategori cukup di titik stasiun 4 terus mengalami penurunan hingga
kualitas air berkategori sangat buruk di titik stasiun 7. Menuju stasiun 8 air
mengalami penurunan dan memiliki kategori air yang agak buruk. Kualtas air
kembali menurun di titik stasiun 9 dan berkategori buruk.
Diketahui bahwa titik stasiun 1 merupakan
air yang berkualitas paling baik. Menuju stasiun 2 kualitas air menurun dengan
bertambahnya nilai FBI. Menuju stasiun 3 air mengalami pemurnian. Kualitas air
terus mengalami penurunan ketika menuju stasiun 4-7. Kualitas air yang
berkategori cukup di titik stasiun 4 terus mengalami penurunan hingga kualitas
air berkategori sangat di titik stasiun 7. Menuju stasiun 8 air mengalami
penurunan dan memiliki kategori air yang agak buruk. Kualitas air kembali
menurun di titik stasiun 9 dan berkategori buruk.
Untuk mendukung perhitungan kualitas air
secara makroinvertebrata, dilakukan beberapa pengujian kualitas air secara
fisika dan kimia. Berikut hasil uji kualitas air ditinjau dari faktor fisika.
Diketahui bahwa tingkat kekeruhan, warna,
dan total padatan tersuspensi atau TSS palig rendah berada di titik stasiun 1. Sedangkan
titik stasiun 7 memiliki tingkat warna, total, padatan tersuspensi, dan TDS
tertinggi.
Diketahui bahwa nilai pH dan fosfat
relatif sama di setiap titik stasiun, nilai DO atau oksigen terlarut paling tinggi
berada di titik stasiun 8 karena titik stasiun 8 dekat dengan aerasi, nilai
BOC, COD, dan amoniak tertinggi berada di titik stasiun 7, sedangkan nilai
nitrat tertinggi berada di titik stasiun 6, dan kadar nitrit tertinggi berada
di titik stasiun 2.
2.
Deskripsi
Kualitas Air SUNGAI TABA TERET di Setiap Titik Stasiun
a.
Kualitas
Air Titik Stasiun 1
Ditinjau dari keanekaragaman
makroinvertebrata yang ditemukan di titik stasiun 1, nilai FBI yang didapatkan
adalah sebesar 2.83. nilai tersebut termasuk kategori air yang kondisinya
sangat baik. Hal ini berarti titik stasiun 1 tidak terpolusi bahan organik.
Jenis hewan makroinvertebrata yang palig banyak ditemukan adalah
makroinvertebrata yang bertoleransi rendah yang berkisar 0-3 seperti: Ephemerilidae, Gomphidae, Capniidae,
Perlidae, dan Brachycentridae,
yang berarti makroinvertebrata tersebut sangat peka terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Kemudian ditemukan tiga jenis makroinvertebrata yang memiliki
toleransi yang sedang yaitu Gerridae
atau anggang-anggang, Heptageniidae,
dan Hydropsychidae. Serta hanya
ditemukan satu jenis makroinvertebrata yang memiliki toleransi tinggi yaitu Chironomidae yang berwarna merah.
b.
Kualitas
Air Titik Stasiun 2
Ditinjau dari makroinvertebrata yang
ditemukan, paling banyak ditemukan makroinvertebrata yang memiliki toleransi
sedang berkisar 4-6 yaitu Hydroptilidae
Gerridae, dan Hidrobiidae.
Ditemukan pula jenis hewan yang memiliki toleransi tinggi yaitu Chironomidae berwarna merah dan Libelluidae. Walaupun masih ditemukan Gomphidae dan brancycentridae yang memiliki toleransi 1, indeks FBI menunjukkan
bahwa kualitas air di titik stasiun 2 adalah cukup, dimana aliran air di titik
stasiun 2 ini telah terpolusi agak banyak.
c.
Kualitas
Air Titik Stasiun 3
hasil perhitungan indeks FBI menunjukkan
bahwa kualitas air SUNGAI TABA TERET dalam keadaan cukup. Hal ini berarti
aliran air di daerah satasiun 3 telah mengalami polusi agak banyak. Nilai FBI
titik stasiun 3 mengalami penurunan dari titik stasiun 2, yaitu sebesar.
d.
Kualitas
Air Titik Stasiun 4
Dari perhitungan FBI dapat diketahui
bahwa kualitas air di titik stasiun 4 adalah cukup. Nilai FBI titik stasiun 4
hampir sama dengan nilai FBI titik stasiun 3, dengan selisih nilai 0.05.
e.
Kualitas
Air Titik Stasiun 5
Ditinjau dari perhitungan FBI titik
stasiun 5 berada pada tingkat kualitas air agak buruk. Hal ini mengindikasikan
air tersebut terpolusi banyak. Makroinvertebrata yang mendominasi di titik
stasiun 5 adalah makroinvertebrata bertoleransi tinggi seperti: Tubificida, Startiomydae, Bithynidae,
Physidae, Libellulidae, dan kelas Hirudinea.
Menurut Ministry of Environment Republic of Korea, 2010, Hirudinea merupakan salah satu indikator perairan kualitas III dan
IV.
f.
Kualitas
Air Titik Stasiun 6
Menurut perhitungan FBI, kualitas air
tersebut termasuk kualitas air buruk yang berarti banyak yang mengandung limbah
organik. Walaupun demikian masih ditemukan makroinvertebrata dengan nilai
toleran rendah yaitu Gomphidae
relatif banyak ditemukan di titik stasiun 6 karena substrat dasar sungai berupa
pasir. Substrat berpasir merupakan habitat dari Gomphidae dan Leptophlebiidae
masih dapat beraktivitas adalah kondisi pH, DO, BOD, COD, nitrit, nitrat, dan
detergen yang masih tergolong baik.
g.
Kualitas
Air Titik Stasiun 7
Berdasarkan perhitungan FBI di titik
stasiun 7, air sungai di titik stasiun 7 berkategori buruk sekali.
h.
Kualitas
Air Titik Stasiun 8
Titik stasiun 8 menurut perhitungan FBI
masuk kedalam kategori agak buruk. Kondisi ini terlihat ditemukannya dominasi
makroinvertebrata dengan nilai toleransi sedang.
i.
Kualitas
Air Titik Stasiun 9
Ditinjau dari FBI kualitas air titik
stasiun 9 termasuk dalam kategori buruk atau terpolusi sangat banyak. Hal ini
disebabkan oleh makroinvertebrata yang ditemukan dominan bernilai toleransi
sedang dan tinggi.
B.
Pemetaan
Kualitas dan Pemanfaatan Air SUNGAI TABA TERET
a. Kualitas
air c.
Pemanfaatan SUNGAI TABA TERET
b. Sumber
pencemar d. Simbol lain
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1. Berdasarkan
keanekaragaman makroinvertebrata, setiap titik stasiun memiliki kualitas air
yang berbeda-beda.
2. Berdasarkan
kualitas air, setiap titik stasiun memiliki daya dukung pemanfaatan air yang
berbeda-beda.
3. Pemetaan
kualitas dan pemanfaatan air SUNGAI TABA TERET disusun berdasarkan sumber
pencemar, tipe penggunaan lahan, kualitas air, dan kesesuaian pemanfaatan air SUNGAI
TABA TERET di setiap titik stasiun.
4. Untuk
menciptakan pemerataan kualitas air SUNGAI TABA TERET di perlukan pengolahan
daerah aliran sungai yang disesuaikan dengan tipe penggunaan lahan, sumber
pencemar, dan kualitas air di setiap titik stasiun.
B.
Saran
Karena
keterbatasan waktu, pengetahuan, biaya dan alat-alat yang peneliti miliki maka
peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut guna memperoleh
hasil yang lebih sempurna. Selain itu pemantauan kualitas air untuk ketetapan
pemanfaatan dan pengolahan daerah aliran sungai perlu dilakukan secara berkala.
Peneliti
juga menyarankan untuk melakukan pengkajian terhadap makroinvertebrata jenis Gomphidae. Jenis ini memiliki toleransi
rendah yang ernilai 1. Akan tetapi makroinvertebrata tersebut dapat ditemukan
di perairan yang buruk.
Selain
itu, peneliti berharap agar hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi
dan pengambilan kebijakan untuk meningkatkan kualitas air khususnya SUNGAI TABA
TERET.
DAFTAR PUSTAKA
Hadori, Udia Haris. 2006. Pengantar Meteorologi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas X. Cimahi:
Erlangga
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XI. Cimahi
Erlangga
Hefni Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta:
Percetakan Kanisius
Seyhan, Ersin. 1997. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada Univercity Press
Williams, Linda. 2004. Earth Science Demystified. United States
of America: Mc Graw Hill
Tentri, Sandi. 2012. Tentang Sungai. Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya