KATA PENGANTAR
Alhamdulillah alrabbi
al‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya
kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada bapak
guru dan teman-teman yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk bahan discusi.
Kami mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan- kekurangannya, dan
kami sangat berbesar hati dan berlapang dada sekali apabili Bapak/Ibu Guru, teman-teman serta para pembaca untuk memberikan saran dan
kritiknya.
Taba
Penanjung, Rabu, 26
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang..............................................................................................1
B.
Rumusan
Masalah.....................................................................................1
C.
Tujuan......................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masuknya Islam di
Indonesia......................................................................2
B.
Cara Masuknya Islam di
Indonesia..........................................................3
C.
Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah
Nusantara..............................4
D.
Peranan Umat Islam dalam Mengusir
Penjajah............................................9
E.
Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan
dan Meletakkan Dasar-Dasar Indonesia
merdeka..................................................................................10
F.
Peranan Organisasi-Organisasi Islam dan
Partai-Partai Politik Islam........12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................18
B.
Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebelum
agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama dan kepercayaan seperti Animisme,
Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut oleh masyarakat Indoesia.
Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa wilayah Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.
B.
Rumusan
Masalahan
- Menjelaskan tentang begaimana Islam
datang ke Indonesia.
- Menjelaskan tentang bagaimana caranya
Islam bisa berkembang di Indonesia.
- Menjelaskan tentang apa saja hikmah
bagi Indonesia setelah Islam datang.
A.
Tujuan
- Untuk mengingat kembali tentang
bagaimana Islam masuk ke Indonesia.
- Supaya kita bisa mencontoh bagaimana
cara berdakwah yang baik
- Mengenang kembali jasa-jasa para
pejuang terdahulu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam Di Indonesia
Menurut hasil seminar
masuknya Islam ke Indonesia pertama kali pada abad pertama hijriah kira-kira
abad ke-7 M. Islam masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu:
1. Jalur Utara
dengan rute: Arab (Mekkah dan Madinah), Damaskus, Bagdad,
Gujarat (Pantai Barat India), Srilanka dan Indonesia.
2. Jalur
Selatan dengan rute: Arab (Mekkah dan Madinah), Yaman, Gujarat,
Srilanka, Indonesia.
Ketika Islam datang di
Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu
dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah
kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan
Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di
Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam
datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di
Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia
pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam Di
Indonesia
Islam masuk ke
Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan
tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan
para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S.
al-Baqarah ayat 256.
Artinya :
Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S.
al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya
Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan
Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama
dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya
penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan
Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri
menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran,
ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.
4. Kekuasaan politik
Artinya
penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
C. Perkembangan Islam
Dibeberapa Wilayah Nusantara
1. Di Sumatra
Kesimpulan
hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara
yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah
Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah
tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan
Samudra Pasai.
Kerajaan
Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa
dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru
pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun.
Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah.
Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh
yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh
Besar).
Adapun
gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga,
yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau
dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran
Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di
Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan
di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai
mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan
terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan
madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M. Banyak
jasa-jasa yang telah dilakukan oleh sunan Ampel
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia
putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu
Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel
wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke
Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau
wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia
tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat
wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat
menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang
bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang
fiqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama
aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau
terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan
dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama
lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah,
yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang
wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain
Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah
dengan kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan
kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat
dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama
aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun
1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan
salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama
aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan berbagai macam sarana.
Diparuh
awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai
dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al
Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya
setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian
hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum
yang pasti yaitu syari’at Islam
3. Di Sulawesi
Ribuan
pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke
pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan
kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes
atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat
datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa
daerah.
Meski
belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para
da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa
dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung
barat daya pulau Sulawesi.
4. Di Kalimantan
Islam
masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur.
Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak
dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin
menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir
barat Kalimantan.
Jalur
kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi
dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak
mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak
kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar,
salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur
ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal
saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a. Kalimantan Selatan
Masuknya
Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan
dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang
ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan
kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden
Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra
kelak bersedia masuk Islam.
Dalam
peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya
ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun
(1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden
Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar
berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan
Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan
Musta’in Billah.
Wilayah
yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin,
Sampit Medawi, dan Sambangan.
b. Kalimantan Timur
Di
Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang
dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada
Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk
kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun
1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke
pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh
Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.
5. Di Maluku
Kepulauan
Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya
tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari
Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya
perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam
masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa
oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang
dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate
masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate
yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam
berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian
banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan
Tidore.
Banyak
raja-raja maluku yang masuk islam.Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku,
Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para
pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku.
Daerah-daerah
di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan
Pulau Gebi.
D. Peranan Umat Islam
Dalam Mengusir Penjajah
Ketika kaum penjajah
datang, Islam sudah mengakar dalam hati bangsa Indonesia, bahkan saat itu sudah
berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak dan
lain-lain. Jauh sebelum mereka datang, umat Islam Indonesia sudah memiliki
identitas bendera dan warnanya adalah merah putih. Ini terinspirasi oleh
bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna merah dan putih. Rasulullah saw
pernah bersabda :” Allah telah menundukkan pada dunia, timur dan barat. Aku
diberi pula warna yang sangat indah, yakni Al-Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan
putih “. Begitu juga dengan bahasa Indonesia. Tidak akan bangsa ini mempunyai
bahasa Indonesia kecuali ketika ulama menjadikan bahasa ini bahasa pasar, lalu
menjadi bahasa ilmu dan menjadi bahasa jurnalistik.
Beberapa ajaran Islam
seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai tanah air dan membasmi
kezaliman adalah faktor terpenting dalam membangkitkan semangat melawan
penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir semua tokoh pergerakan, termasuk yang
berlabel nasionalis radikal sekalipun sebenarnya terinspirasi dari ruh ajaran
Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya
berasal dari Sarekat Islam (SI); Soekarno sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah
dan pernah nyantri dibawah bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo
yang kelak dicap sebagai pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya
bukanlah seorang yang hanya memperjuangkan emansipasi wanita. Ia seorang
pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah. Ketika
sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah)
kepada cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah
terang). Patimura seorang pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani
sebenarnya dia adalah seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas
Mattulessy hanyalah omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada adalah
Kapten Ahmad Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin perjuangan
rakyat Maluku melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja XII menurut
fakta sejarah adalah seorang muslim.
Semangat jihad yang
dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar ketika para penjajah berusaha
menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa Indonesia yang mayoritas sudah beragama
Islam yang tentu saja dengan cara-cara yang berbeda dengan ketika Islam datang
dan diterima oleh mereka, bahwa Islam tersebar dan dianut oleh mereka dengan
jalan damai dan persuasif yakni lewat jalur perdagangan dan pergaulan yang
mulia bahkan wali sanga menyebarkannya lewat seni dan budaya. Para da’i Islam
sangat paham dan menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain,
tapi juga mereka sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal
ini sesuai dengan Q.S. Yasin ayat 17 :
”Tidak ada kewajiban bagi kami
hanyalah penyampai (Islam) yang nyata”. (Q.S. Yasin : 17)
E. Peranan Umat Islam
dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar Indonesia Merdeka.
Dalam upaya mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, tidak disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para
ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas lagi
ketika Badan ini membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan
maksud didirikannya negara Indonesia. Panitia terdiri dari 9 orang yang
semuanya adalah muslim atau para ulama kecuali satu orang beragama Kristen.
Meski dalam persidangan-persidangan
merumuskan dasar negara Indonesia terjadi banyak pertentangan antar kelompok
nasionalis Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis
menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis
sekuler dibawah pimpinan Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk
itu netral dari agama.
Namun Akhirnya terjadi
sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang
dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
1. Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Rumusan itu disetujui
oleh semua anggota dan kemudian menjadi bagian dari Mukaddimah UUD 45. Jadi
dengan demikian Republik Indonesia yang lahir tanggal 17 Agustus 1945 adalah
republik yang berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh kata
dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang Maha Esa”.
Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan
Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang Maha Esa”
tersebut tidak lain adalah tauhid.
Saat proklamasipun peran
umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan tangal 19
Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga atas desakan-desakan para ulama
kepada Bung Karno. Tadinya Bung Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno
keliling menemui para ulama misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti
dari Muhammadiyah, termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar
Indonesia segera diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
Demikian penting peran
ulama di mata Bung Karno. Setelah Indonesia diproklamasikan, Bung karno masih
terus berkeliling terutama minta dukungan para ulama dan rakyat Aceh. Di bawah
pimpinan ulama-ulama Aceh seperti Daud Beureuh, Teuku Nyak Arief, Mr. Muhammad
Hasan, M.Nur El Ibrahimy, Ali Hasyimi dan lain-lain, rakyat Aceh segera
menyambut dengan gegap gempita. Dukungan mereka bukan hanya lisan tapi juga
berbentuk sumbangan materi, yaitu berupa uang 130.000 Straits Dollar dan emas
seberat 20 kg untuk pembelian pesawat terbang.
Saat itu Soekarno sempat
berjanji di hadapan Daud Beureuh, bahkan sampai mengucapkan sumpah. ”Demi
Allah, Wallahi, saya akan pergunakan pengaruh saya agar nanti rakyat Aceh
benar-benar dapat melaksanaan syari’at Islam”, demikian ucapan Soekarno untuk
meyakinkan Daud Beureuh, bahwa jika Aceh bersedia membantu perjuangan
kemerdekaan, syari’at Islam akan diterapkan di tanah Rencong ini.
Tapi janji itu hanya sekedar
janji, tidak pernah diwujudkan. Inilah yang menyebabkan Daud Beureuh kemudian
memberontak kepada pemerintah pusat dan bergabung dengan S.M.Kartosuwiryo yang
juga dikecewakan oleh Soekarno, teman seperguruannya waktu nyantri di HOS
Cokroaminoto.
Sesungguhnya perjuangan
para ulama begitu besar dalam mengantarkan Indonesia merdeka tidak lepas dari
motivasi bagaimana Indonesia yang akan dibangun ini harus berdasarkan syari’at
Islam. Namun banyak dari golongan nasionalis meski mereka beragama Islam (misalnya
Soekarno dkk) tidak setuju dengan cita-cita para ulama di atas. Kelompok
Nasionalis inilah sangat berperan dalam penghapusan 7 kata dalam piagam
Jakarta. Inilah yang kemudian menjadi ganjalan dan kekecewaan bagi para ulama.
Sehingga beberapa tokoh Islam seperti Kartosuwiryo (Jawa Barat), Kahar Muzakir
(Sulawesi Selatan), Letnan I Ibnu Hajar (Kalimantan Selatan) dan Daud Beureuh
(Aceh) terpaksa harus angkat senjata berjuang kembali untuk mewujudkan NII yang
dicita-citakan, meskipun mereka kemudian dicap sebagai pemberontak.
F. Peranan
Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam
1. Sarekat Islam (SI)
Sarekat
Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para pedagang muslim yang
didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H. Samanhudi. Nama semula adalah
Sarekat Dagang Islam (SDI). Kemudian tanggal 10 Nopember 1912 berubah nama
menjadi Sarekat Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto diangkat sebagai ketua,
sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Latar belakang didirikannya
organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan memajukan para pedagang Islam
dalam rangka bersaing dengan para pedagang asing, dan juga membentengi kaum
muslimin dari gerakan penyebaran agama Kristen yang semakin merajalela. Dengan
nama Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto organisasi ini semakin
berkembang karena mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Daya tarik
utamanya adalah asas keislamannya. Dengan SI mereka (umat Islam) yakin akan
dibela kepentingannya.
Keanggotaan
SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang beragama Islam sungguh
dalam hal ini sangat berbeda dengan budi utomo.. Sehingga banyak sejarawan
mengatakan bahwa tanggal berdirinya SI ini lebih tepat disebut sebagai Hari
Kebangkitan Nasional, dan bukan tahun 1908 dengan patokan berdirinya Budi
Utomo. Karena ruang lingkup Budi Utomo hanyalah pulau Jawa, bahkan hanya etnis
Jawa Priyayi. Sedangkan SI mempunyai cabang-cabang di seluruh Indonesia. Jadi
layak disebut “Nasional”.
2. Muhammadiyah
Muhammadiyah
secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah sebuah organisasi
non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan al-Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan
ajaran agama (bid’ah) dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya.
Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember
1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU
no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal
7-11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan
Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan bersumber
pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-politik, tapi tidak
melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini dicontohkan oleh
pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga adalah termasuk anggota
Sarekat Islam.
4. Nahdlatul Ulama(NU)
Organisasi
ini Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan kini menjadi salah satu
organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah air. Bertujuan mengupayakan
berlakunya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah dan penganut
salah satu dari empat mazhab fiqih (Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan
Imam Maliki).
5. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)
MIAI
ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu tanggal 21
September 1937 di Surabaya sebagai organisasi federasi yang diprakarsai oleh
K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Wahab Hasbullah (NU)
dan Wondoamiseno (PSII).
Pembentukan
MIAI mendapat sambutan dari berbagai organisasi Islam di Indonesia seperti
PSII, Muhammadiyah, NU, Persis, dan organisasi-organisasi yang lebih kecil
lainnya. Pada waktu dibentuk anggotanya hanya 7 organisasi, tapi empat tahun
kemudian jumlahnya sudah mencapai duapuluh.
MIAI
berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa pendudukan Jepang.
Para tokoh Islam dan para Ulama memanfaatkannya sebagai tempat bermusyawarah
membahas masalah-masalah yang penting yang dihadapi umat Islam. Semboyannya
terkenal Berpegang teguhlah kepada tali Allah dan janganlah bercerai berai. Diantara
tugas MIAI ialah:
a.
Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia
b. Mengharmoniskan Islam dengan
kebutuhan perkembangan zaman
6. Masyumi
Masyumi
kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri tahun 1943. Dalam
Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945 disepakati bahwa Masyumi
adalah sebagai satu-satunya partai Islam untuk rakyat Indonesia. Saat itu juga
Masyumi mengeluarkan maklumat yang berbunyi :” 60 Milyoen kaum muslimin
Indonesia siap berjihad fi sabilillah “, Pernyataan ini direkam dengan baik
oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945. Organisasi ini dipimpin
oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari. Tergabung dalam
organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, dan Sarekat Islam.
Tokoh-tokoh lain yang penting misalnya Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Wahab dan
tokoh-tokoh muda lainnya misalnya Moh. Natsir, Harsono Cokrominoto, dan Prawoto
Mangunsasmito.
7. Mathla’ul Anwar
Organisasi
ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam bidang sosial
keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH. M. Yasin. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan pendidikan Islam khususnya di kalangan masyarakat sekitar Menes
Banten. Aspirasi politik organisasi ini pernah disalurkan melalui Sarekat Islam
(SI), tapi perkembangan selanjutnya organisasi ini menjadi netral, artinya
tidak ikut dalam kegiatan politik, tapi hanya mengkhususkan diri pada kegiatan
sosial dan pengembangan pendidikan Agama.
8. Persatuan Islam (Persis)
Persis
adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan pada tanggal 17
September 1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam dan Muhammad Yunus, dua
saudagar dari kota Palembang. Organisasi ini diketuai pertama kali oleh A.
Hassan, seorang ulama yang terkenal sebagai teman dialog Bung Karno ketika ia
dipenjara. Bung Karno banyak berdialog dengan A.Hassan lewat surat-suratnya.
Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari HOS Cokroaminoto, juga
banyak berasal dari A.Hassan ini.
9. Organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Kepemudaan Islam
Organisasi
pelajar, mahasiswa dan kepemudaan Islam sangat besar sekali peranannya dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan memajukan bangsa Indonesia. Jong
Islamiten Bond (JIB) misalnya lahir tahun 1925 yang telah melahirkan
tokoh-tokoh nasional seperti M. Natsir, Moh.Roem, Yusuf Wibisono, Harsono
Tjokroaminoto, Syamsul Ridjal dan lain sebagainya.
Dari
masa-masa tahun enam puluhan hingga kini peran kepemudaan Islam lebih
didominasi oleh berbagai organisasi-organisasi seperti HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam) lahir 5 Pebruari 1947, PII (Pelajar Islam Indonesia), PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).
Organisasi-organisasi pelajar dan kemahasiswaan tersebut telah melahirkan
banyak pemimpin nasional.
10. Departemen Agama
Departemen
Agama dulu namanya Kementerian Agama. Didirikan pada masa Kabinet Syahrir yang
mengambil keputusan tanggal 3 Januari 1946, dengan Menteri Agama yang pertama
adalah M. Rasyidi. Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan pada
tahun 1967 sebagai berikut:
a.
Mengurus
serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.
b. Mengikuti dan memperhatikan hal yang
bersangkutan dengan agama dan keagamaan.
c. Memberi penerangan dan penyuluhan
agama.
d. Mengurus dan mengatur Peradilan Agama
serta menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan hukum agama.
e. Mengatur, mengurus dan mengawasi
penyelenggaraan Ibadah Haji.
f. Mengurus dan memperkembangkan IAIN,
Perguruan Tinggi Agama Swasta dan Pesantren serta mengurus dan mengawasi
pendidikan agama pada perguruan-perguruan tinggi agama Islam.
11. Peran Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga
Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia adalah pesantren. Kehadiran pesantren
ini hampir bersamaan dengan kehadiran Islam di Indonesia itu sendiri.
Dari
awal keberadaannya pesantren telah menunjukkan perannya yang sangat besar dalam
pembinaan bangsa. Islam sebagai pandangan hidup membawa konsep baru tentang
Tuhan, kehidupan, waktu, dunia dan akhirat, bermasyarakat, keadilan, harta dan
lain-lain. Dengan pandangan hidup tersebut, masyarakat lalu mengembangkan
semangat pembebasan dan perlawanan terhadap penjajah. Pemberontakan petani di
Banten tahun 1888 Perang masyarakat Aceh melawan Belanda tahun 1873 dan
perang-perang lainnya di seluruh daerah di Indonesia hampir tidak terlepas dari
peran pesantren dan santrinya.
Keistimewaan
atau ciri khas pesantren hingga bisa eksis sampai saat ini antara lain adalah
a.
Penguasaan
bahasa asing terutama bahasa Arab.
b. Penguasaan kitab-kitab kuning yang
merupakan sumber penting ilmu-ilmu keislaman.
c. Penanaman jiwa mandiri, sebab
biasanya para santri tinggal di asrama. Mereka harus hidup mandiri tanpa dekat
dengan orang tua.
d. Penanaman hidup disiplin, menghargai
teman, hormat sama guru (kyai) dan sabar serta istiqomah dalam melaksanakan proses
pembelajaran
12. Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Majlis
Ulama ini sebenarnya sudah berdiri sejak jaman pemerintahan Soekarno, tetapi
baru di tingkat daerah. Di Jawa Barat misalnya majlis ini berdiri tanggal 12
Juli 1958. Pada tanggal 21 sampai 27 Juni 1975 diadakan Musyawarah Nasional I
Majlis Ulama seluruh Indonesia di Jakarta yang dihadiri oleh wakil-wakil Majlis
Ulama propinsi. Ketika itulah Majlis Ulama tingkat Nasional berdiri dengan nama
Majlis Ulama Indonesia (MUI). Fungsi MUI antara lain :
a.
Memberi fatwa dan nasihat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada pemerintah dan umat Islam umumnya sebagai
amar ma’ruf nahi munkar, dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional.
b. Mempererat ukhuwah Islamiyah dan
memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan antar umat beragama dalam
mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Mewakili umat Islam dalam konsultasi
antara umat beragama.
d. Penghubung antara Ulama dan Umara
(pemerintah) serta menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintah dan umat
guna menyukseskan pembangunan nasional.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Setelah Islam datang
ke Indonesia banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang
menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat
memiliki derajat yang sama.
Islam juga membawa
perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga
bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.
2. Saran
Kami yakin dalam
penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon kepada
para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin
komentarnya demi kelancaran tugas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Hamid, 1994. perkembangan islam di Indonesia,Jakarta,Erlangga
Ahmad
Slamet, 1993. perkembangan islam di Indonesia,Surabaya,grafindo
Zainal syahrifin,1990,perkembangan islam di
Indonesia,Jakarta,Tiga serangkai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya