SENI BUDAYA
MENGANALISIS
KONSEP, PROSEDUR, TOKOH, DAN NILAI
DISUSUN OLEH
VIONA LISMA DIANKA
SERLY PERMATASARI
KELAS
XI IPS 3
SMA NEGERI
2 BENGKULU TENGAH
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat sera salam senantiasa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena bimbingan dan jalan kemudahan dari Allah
makalah Prakarya dapat terselesaikan.
Terselesaikannya makalah ini juga atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada guru Seni Budaya. Semoga
bantuan dari Bapak/Ibu dan sdr/I menjadi suatu ladang amal dan diberikan
balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
“Tiada gading yang tak retak” sebagaimana makalah ini masih belum sempurna.
Namun demikian penyusun hanya bias berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Taba
Penanjung, 28 Januari 2019
Penulis
Pengertian
analisi dalam konteks apresiasi adalah Suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. pengertian apresiasi
seni lebih dalam lagi alat penilaian terhadap karya seni mudah dari mengenali
memberi nilai sehingga menghargai bentuk dari setiap individu yang menikmatinya
1.
Konsep
Dengan
seiring berkembangnya jaman, seni juga mengalami berbagai perubahan, ketika
berbicara mengenai seni memang tak akan ada batasan tersendiri karena seni itu
merupakan wujud ekspresi seseorang dalam menumpahkan imajinasinya yang
berisikan cerita, keindahan, serta curahan hati yang membuat sebuah karya seni.
Adapun konsep berkarya seni rupa
diantaranya yaitu:
a.
Melakukan
Pengamatan
Melakukan pengamatan mempunyai
maksud untuk melaksanakan pengamatan terhadap realitas internal spiritual di
dalam diri. Karena akan berkaitan dengan cita-cita, keinginan dan lainnya,
untuk itu pengamatan sangatlah penting.
b.
Menentukan
Tema
Kemudian ketika proses pertama sudah
dilakukan, kemudian tanyalah diri kalian pribagi bahwa kegiatan apakah yang
paling kuat dan bisa untuk dituangkan dalam sebuah karya seni lukis, sehingga
ini akan menjadi tema dalam karya seni yang akan dibuat.
c.
Membuat
Sketsa
Setelah tema mengenai gambaran apa
yang akan dilukis beres, maka buatlah sketsa dengan mengambilnya melalui ide
yang ditemukan, kepuasan dalam membuat karya seni lukis ialah ketika ide dapat
diwujudkan dalam sebuah karya seni lukis.
d.
Menganalisis
Sketsa
Sketsa selesai dibuat setelah itu
diperlukan analisis dari aspek visual, konseptual, bahan baku seni dan teknik
yang akan digunakan. Setelah tahap ini dilakukan, maka ekspresi diri seharunya
sudah cukup penuh dan mulai tuangkan ekspresi tersebut di sebuah lukisan.
e.
Menyajikan
Karya
Nah setelah semua tahap selesai
dilewati maka perlu penyajian karya seni lukisa untuk memperlihatkan hasil karya
yang telah dibuat dengan sebuah pameran. Sebelum lukisan dipamerkan, sebelumnya
lukisan harus dibubuhi ringkasan konsep, pembuatan label “judl, tahun, media,
nama pencipta, ukuran, foto karya seni “, dan deskripsi visual.
2.
Prosedur
Pengertian
analisis dalam konteks apresiasi adalah pengkajian yang cermat terhadap karya
seni rupa untuk mengetahui keberadaan karya yang sebenarnya. Penelaahan secara
mendalam dilakukan dengan cara menguraikan masalah pokok dengan bagian-bagian
karya seni, termasuk hubungan antar bagian dengan keseluruhan, sehinggga kita
memperoleh kesimpulan yang tepat ketika mengkaji karya seni rupa.
a.
Konsep
Dalam
menganalisis karya seni rupa aspek konsep berkaitan dengan aktivitas pengamatan
karya seni untuk menemukan sumber inspirasi, interes seni, interes bentuk,
penerapan prinsip estetik, dan pengkajian aspek visual, seperti struktur rupa,
komposisi, dan gaya pribadi.
b.
Unsur
Sementara,
ketika menganalisis unsur rupa kita mengkaji kualitas penggunaan garis, warna,
ruang, tekstur dan penyajian bentuk dalam karya seni rupa murni, desain dan
kriya.
c.
Prinsip
Selanjutnya
prinsip estetik kita analisis dengan mengkaji aspek:
1)
keselarasan (harmony),
2)
kesebandingan (proportion),
3)
irama (rythme),
4)
keseimbangan (balance), dan
5)
penekanan (emphasis) dalam karya seni
rupa.
Termasuk
kaitannya dengan prinsip estetik yang dianut perupa, misalnya kita perlu
menetapkan apakah perupa menggunakan pendekatan estetika pramodern, estetika
modern, atau estetika posmodern.
d.
Bahan
Gagasan
seni memerlukan penggunaan bahan baku seni tertentu. Setiap bahan memerlukan
pengolahan dan penggunaan alat dan teknik yang sesuai dan serasi. Misalnya
patung yang dipersiapkan sebagai elemen estetik sebuah taman, tidak akan
menggunakan bahan kayu dengan teknik pahat, tetapi menggunakan bahan perunggu
dengan teknik cor, karena bahan inilah yang tahan terhadap perubahan cuaca.
e.
Teknik
Analisis
teknik adalah tahapan penting dalam penilaian seni, karena informasi tersebut
merupakan bukti proses pembuatan karya seni untuk menafsirkan nilainya.
Mari
kita amati dengan saksama gambar karya seni patung di atas, kemudian kita tulis
hasil pengamatan tersebut pada lembar observasi berikut ini
Dengan
bantuan tabel tersebut kita akan dengan mudah memberikan analisi.
3.
Fungsi
Seni
rupa berdasarnya fungsinya itu di bagi menjadi 2 yaitu: fungsi individu dan
fungsi sosial. Tentu saja keduanya ini sangat berbeda.
a.
Fungsi
Individu
Fungsi
seni rupa individu yaitu bersifat untuk memuaskan diri sendiri. Artinya
seseorang menciptakan karya seni itu hanya untuk mengekspresikan dirinya untuk
memuaskan batin.
Tentu
saja hasil karyanya akan memancarkan aura yang sangat mendalam karena merupakan
hasil luapan ekspresi dari seseorang entah itu sedih, senang, dan lain
sebagainya.
b.
Fungsi
Sosial
Sedangkan
fungsi rupa sosial dari seni merupakanyang memberikan kepuasan banyak orang,
misalnya saja seni dalam bidang rekreasi yang bisa dinikmati banyak orang, seni
dalam komunikasi agar bisa menarik di hadapan banyak orang, serta seni di
bidang rohani.
4.
Tokoh
Seni rupa adalah salah satu cara
untuk mengekspresikan diri dengan bebas sebebas-bebasnya tanpa mengkhawatirkan
pandangan orang lain dan tanpa dicampuri oleh sudut pandang orang lain. Para
pemula apalagi tokoh seni rupa tahu bahwa seni rupa atau seni lukis ini bukan
sebuah karya seni yang simpel dan sederhana, justru merupakan sebuah karya yang
melalui proses penciptaan yang rumit.
Sebuah karya seni bisa dikatakan
memiliki nilai seni apabila ia sudah memiliki semua unsur-unsur seni rupa,
serta memenuhi delapan prinsip seni rupa yang utama, yaitu kesebandingan,
gradiasi, kesatuan, keselarasan, irama, keseimbangan, penekanan dan komposisi.
Di Indonesia sendiri, seni rupa
adalah salah satu jenis karya seni yang paling banyak ditemui. Bahkan tidak
sedikit tokoh seni rupa Indonesia yang terkenal sampai ke seluruh penjuru dunia
berkat hasil lukisan mereka yang memiliki makna luar biasa. Setiap pelukis
tersebut memiliki aliran sendiri dalam melukis, yang sesuai dengan hasrat dan
minat yang mereka miliki.
Aliran seni rupa terbagi setidaknya
menjadi dua puluh jenis, beberapa diantaranya adalah naturalisme, romantisme,
realisme, impresionisme, ekspresionisme, kubisme, dadaisme, fauvisme,
surealisme, futurisme, konstruktivisme, kotemporer atau post modern, pop art,
neo klasik, abstraksionisme, primitif, pointilisme, pitture metafisika, optik,
dan gotik.
Kehadiran seni rupa di
Indonesia dimulai sejak zaman pra sejarah, terbukti dari berbagai gambar-gambar
di dinding gua, kulit hewan yang telah disamak dan juga di daun lontar. Selama
masa-masa zaman penjajahan, seni lukis di Indonesia mulai berkembang ke
arah lebih modern.
Pada saat itu seni rupa Eropa Barat
yang cenderung mengusung tema romantisme pun jadi populer di Indonesia. Adalah
Raden Saleh Syarif Bustaman menjadi seorang Indonesia yang beruntung mampu
mempelajari teknik melukis Romantisme yang dipraktekkan oleh seorang pelukis
berkebangsaan Belanda. Hingga akhirnya beliau menjadi pelukis Indonesia pertama
yang terkenal di seantero Indonesia dan bahkan sampai menjadi pelukis istana di
beberapa negara Eropa berkat kemampuannya yang mengagumkan.
Selain Raden Saleh, masih banyak
sekali tokoh seni rupa Indonesia yang membawa aliran masing-masing dan nama
Indonesia sampai ke luar negeri. Berikut adalah beberapa tokoh seni rupa
Indonesia yang harus kita ketahui dan apresiasi karyanya yang abadi :
1. Abdullah Suriosubroto
Seorang pelukis pertama Indonesia di
abad ke 20, lahir tahun 1878 dan awalnya sempat kuliah kedokteran di Batavia,
hanya saja setelah ia melanjutkan kuliah ke Belanda justru banting setir ke
melukis. Pecinta pemandangan alam ini memiliki aliran seni sendiri yakni Mooi
Indie, hanya saja jika diperhatikan betul secara garis besar mirip dengan
naturalisme. Contoh lukisannya yang terkenal adalah Bambu Woods.
2. Affandi Koesoema
Terlahir sebagai pemuda Cirebon
tahun 1907 dan meninggal tahun 1990. Seorang pelukis yang rendah hati dan
bahkan tak tahu aliran apa yang ia geluti. Ia hanya menumpahkan warna-warna cat
secara acak di atas kanvas, lalu menyelesaikan lukisannya dengan menggunakan
jemari bukannya kuas seperti pelukis lain. Dunia menyebutnya maestro, sementara
ia hanya menyebut dirinya sebagai tukang lukis saja. Sampai wafat, ia sudah
melukis lebih dari 2000 lukisan salah satunya adalah Kebun Cengkeh, Perahu dan
Matahari, Andong Jogja dan masih banyak lagi.
3. Barli Sasmitawiyana
Seorang pelukis yang terlahir tahun
1921 dan menutup usia tahun 2007 silam, mulai melukis pada tahun 1930 saat
usianya masih 9 tahunan di sebuah studio milik pelukis Belgia yang tinggal di
Bandung yakni Jos Pluimentz. Ia menempuh pendidikan seni di Paris tahun 1950
dan saat pulang ke Indonesia membuka Sanggar Rangga Gempol di Dago, Bandung.
Beberapa lukisannya adalah Affandi dan Istri Pulang Melukis Pohon Apel,
Bobotoh, Penari Kipas 2 dan masih banyak lainnya.
4. Basuki Abdullah
Pelukis ini adalah pelukis Istana
Merdeka di tahun 1974, merupakan putra dari pelukis abad 20 Indonesia yakni
Abdullah Suriosubroto. Terlahir tahun 1925 dan wafat tahun 1993. Termasuk ke
dalam jajaran maestro lukis Indonesia dengan aliran realis, ia bahkan terkenal
sebagai pelukis yang mampu melukiskan kecantikan wanita dengan sangat sempurna.
Pada sebuah kompetisi di Belanda, ia mengalahkan 87 orang pelukis Eropa dan
mengharumkan Indonesia.
5. Delsy Syamsumar
Terlahir di Medan tahun 1935 dan
pindah ke Sumatera pada masa perang revolusi sampai usianya SMA. Kala itu,
bakat melukisnya sudah nampak sejak usia 5 tahun, ia juga selalu mendapat nilai
sempurna untuk seni rupa. Di usianya yang ke 17 tahun ia membuat komik
perjuangan yang dikirim ke majalah Aneka, dan kelak berkat komik itulah namanya
terkenal sampai ke seluruh Indonesia. Berkat itu pula ia hijrah ke Jakarta
dengan difasilitasi oleh penerbit dan produktif menelurkan banyak hasil karya
bernilai tinggi. Beberapa contohnya adalah Heroisme Cut Mutia, Kereta Api
Terakhir Yogyakarta dan komik Si Semut.
6. Hendra Gunawan
Pelukis yang juga seorang seniman
Sunda. Lahir tahun 1918 dan wafat di Bali tahun 1983. Awal mula keputusannya
melukis setelah bertemu dengan Affandi, ia juga mengenal Abdullah Suriosubroto
dan Barli. Bukan cuma melukis, namun ia juga membentuk sebuah sanggar yakni
Sanggar Pusaka Sunda tahun 1940. Beberapa hasil lukisannya yang melegenda
adalah Jual Beli di Pasar, Perempuan Menjual Ayam, Sketsa, Bisikan Iblis.
7. Henk Ngantung
Memiliki nama lengkap Hendrik
Hermanus Joel Ngantung terlahir tahun 1921 di Manado, dan wafat tahun 1991.
Bukan cuma seorang pelukis, namun juga seorang wakil gubernur periode 1960-1964
dan gubernur Jakarta tahun 1964-1965. Ia mempelajari lukisan dari Chairul Anwar
dan Asrul Sani. Perjalanan politiknya tidak berhasil, misi mengubah Jakarta
menjadi kota budaya pun gagal sampai ia akhirnya lepas masa jabatan dan tinggal
dalam kemiskinan dengan sejumlah penyakit seperti jantung dan glaukoma. Pameran
pertama dan terakhirnya disponsori oleh pengusaha Ciputra. Lukisannya Digiring
ke Kandang menjadi lukisan terbaik tahun 1942.
8. I.B Said
Terlahir tahun 1934 dan merupakan
salah satu pelukis istana. Mendapatkan tugas khusus dari Presiden Soekarno
untuk melukis wajah-wajah tamu kenegaraan yang datang ke Indonesia dan totalnya
melukis 300 wajah.
Sampai usianya yang ke 74 tahun, ia
masih melukis di istana. Pada masa pemerintahan Bung Karno, pelukis hanya
berjumlah sekitar 20 orang saja dan membuat 10 foto untuk dipajang di beberapa
titik dalam istana. Hasil karya I.B Said adalah Segitiga Senen Tinggal Kenangan
dan berbagai foto wajah tamu negara.
9. Popo Iskandar
Pelukis yang juga seorang dosen di
IKIP Bandung (UPI) ini terlahir tahun 1926 dan wafat tahun 2000. Be;ajar seni
rupa pada Barli Samitawinata dan Hendra Gunawan. Memiliki aliran sendiri dan
sangat suka melukis kucing sehingga ia mendapatkan julukan sebagai pelukis
kucing. Tak hanya melukis kucing, ia juga melukis hewan lainnya dan hanya
menggunakan tiga warna saja. Lukisannya adalah Young Leophard, Bulan di Atas
Bukit, Bunga, Cat dan lain sebagainya.
10. Djoko Pekik
Seorang pelukis yang sempat ditahan
paska serangan G30/S PKI ini lahir di Grobogan tahun 1931, ia mengikuti sebuah
pameran di Amerika Serikat tahun 1986 dan saat itu namanya langsung populer di
Indonesia.
Banyak kolektor seni berburu hasil
lukisannya yang memang sangat ekspresif dan penuh dengan curahan perasaannya
setulus hati seperti Go To Hell Crocodile, Becak Driver is Being Baby dan Yes I
am a Whore. Saking digilainya dan langkanya lukisan hasil Djoko Pekik, salah
satu hasil lukisannya bahkan sampai ada yang dibeli dengan harga 1 milyar!
Akan tetapi, seiring dengan
berjalannya waktu dan Indonesia yang mendapatkan kemerdekaannya dengan
sepenuhnya, masyarakat kalangan non bangsawan pun diperbolehkan untuk
mempelajari berbagai hal dengan sebebasnya. Saat ini semakin banyak
tokoh seni rupa Indonesia modern yang muncul dan berkarya, serta
mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
5.
Nilai
estetis
Nilai
estetis secara teoretis dibedakan menjadi (1) objektif/intrinsik dan (2)
subjektif/ ekstrinsik. Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni.
Aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas integratif
tatanan formal karya seni yang mengutamakan relasi antar unsur visual yang
terjalin padu dalam sebuah karya seni (pendekatan formalis).
Nilai
subjektif menelusuri nilai estetis dengan menjawab pertanyaan;
Apakah lukisan ini memukau dan hadir dalam kehidupan pribadi saya? Efek apakah yang diberikannya pada saya? Jika demikian sejauh mana?
Apakah lukisan ini memukau dan hadir dalam kehidupan pribadi saya? Efek apakah yang diberikannya pada saya? Jika demikian sejauh mana?
Pengalaman
mengamati dan menikmati karya seni demikian biasanya melukiskan pengembaraan
imaji, emosi, suasana kejiwaan yang hidup dalam diri pengamat (pendekatan
impresionis). Nilai estetis dikaji berdasarkan upaya menelusuri aspek sosial,
psikologis dan historis karya seni.
Pengkajian
dilakukan dengan mempelajari asal-usul karya seni dan pengaruh yang menimpanya
(pendekatan kontekstualis). Bila seni dipandang sebagai sarana memajukan dan
mengembangkan tujuan moral, agama, politik dan lain-lain, maka seni adalah alat
untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai seni terletak pada manfaaat dan
kegunaannya (pendekatan instrumentalis).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.maolioka.com/2018/05/cara-menganalisis-jenis-tema-fungsi-dan.html