MAKALAH
SPECIMEN URINE
DISUSUN OLEH
1.
Wena Kartika
NPM. 1826030019
2.
Mutiara Indah Lestari
NPM.
1826030034
3.
Qarina Sulistia Wardani
NPM.
1826030036
4.
Gina Utari
NPM.
1826030059
STIKES
TRI MANDIRI
SAKTI
A.
Pengertian Urine
Urine
atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Pengeluaran urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara
umum urine berwarna kuning. Urine encer warna kuning pucat
(kuning jernih), urine kental berwarna kuning pekat, dan urine baru/segar
berwarna kuning jernih. Urine yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning
keruh.Urine berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urine
berkisar antara 4,8 – 7,5, urine akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi
banyak protein, dan urine akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak
sayuran. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan
urine diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam
hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme
lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormon, zat
toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel
darah Kristal kapur dsb). Volume urine normal per hari adalah 900 – 1400 ml,
volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika
(teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
B. Tujuan Dari Pemeriksaan Spesimen Urine
Untuk
mengetahui adanya kelainan urine secara langsung. Urine akan diambil
sebagai spesimen atau sampel laboratorium apabila diperlukan. Beberapa kasus
yang memerlukan sampel urine adalah diabetes, proteinuria, dan adanya gangguan
ginjal.
Untuk
membantu penegakan dini diagnosa awal. Urine terdiri dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi
organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh
melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang
tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen
yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos.
C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Urinasi
a.
Faktor Internal
Hormon antideuritik dikeluarkan oleh kelenjar
saraf hipofifis (neuroehipofisis). Pengeluaran hormon ini
ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus menerus
mengendalikan tekananan osmotik darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam
darah). Oleh karena itu, hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorpsi air
pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan
meningkat. Oleh karena cara bekerja dan pengaruhnya inilah, hormon tersebut
disebut sebagai hormon antideuritik. Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu
pada saat dalam keadaan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh (saat kehausan
atau banyak mengeluarkan keringat), konsentrasi air dalam darah akan turun.
Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan oleh darah
menuju ke ginjal. ADH selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga mengkatkan
permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar sel saluran pengumpul.
Dengan demikian air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke
dalam darah. Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi air dalam
darah. Namun akibatnya, urine yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih
pekat.
Hormon Insulin Hormon insulin adalah
hormon yang dikeluarkan oleh pulau langerhans dalam pankreas. Hormon insulin
berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus)
memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam
darah akan tinggi. Akibatnya terjadi gangguan reabsorpsi di dalam urine masih
terdapat glukosa.
Saraf Stimulus pada saraf ginjal akan
menyebabkan penyempitan duktus afferen. Hal ini menyebabkan aliran darah
ke glomerulus menurun dan tekanan darah menurun sehingga filtrasi kurang
efektif. Hasilnya urine yang diproduksi meningkat.
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam
membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
Pengeluaran urine usia balita lebih sering
karena balita belum bisa mengendalikan rangsangan untuk miksi dan makanan
balita lebih banyak berjenis cairan sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak
sedangkan pengeluaran urine pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40
tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap
tahun.
b.
Faktor Eksternal
1)
Zat-zat diuretik. Misalnya teh, kopi, atau
alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH berkurang
sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urine meningkat.
2)
Suhu lingkungan. Ketika suhu sekitar dingin,
maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah
yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ
tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin
banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
3)
Gejolak emosi dan stress. Jika seseorang mengalami
stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang
menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka
kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin
buang air kecil.
4)
Jumlah air yang diminum. Jumlah air yang
diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika meminum
banyak air, konsentrasi air dalam darah akan tinggi, dan kosentrasi protein
dalam darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan
seperti ini menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang.
Menurunnya filtrasi dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan
air, sehingga urine yang dihasilkan akan meningkat dan encer.
5)
Kondisi penyakit. Kondisi penyakit dapat
memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
6)
Life Style dan aktivitas. Seorang yang suka
berolahraga, urine yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat karena
cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energi sehingga cairan yang
dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.
D. Pemeriksaan Urine
Yang
dimaksud dengan pemeriksaan urine rutin adalah pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik dan kimia urine yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urine lengkap adalah pemeriksaan
urine rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin,
urobilinogen, darah samar dan nitrit.
1.
Pemeriksaan Makroskopik
Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual.
Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke
dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan
membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui
Warna, Kejernihan, bau,Volume pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein,
bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
Volume urine. Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi volume urine seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan
minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata di
daerah tropik volume urine dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa.
Bila didapatkan volume urine selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu
disebut poliuri. Bila volume urine selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah,
deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urine
selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal
Warna urin. Warna urine ditentukan oleh
besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu. Biasanya
warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu
disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika
didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun
ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya zat warna
abnormal, berupa hasil metabolisme abnormal, tetapi mungkin juga berasal dari
suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru
berubah setelah dibiarkan
Berat jenis urine. Pemeriksaan berat
jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'
Bau urine. Bau urine normal disebabkan
oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh
makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria.
pH urine. Penetapan pH diperlukan pada
gangguan keseimbangan asam basa, karena dapat memberi kesan tentang keadaan
dalam badan. pH urine normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH
pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada
infeksi oleh Escherichia coli biasanya urine bereaksi asam, sedangkan pada
infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan
menyebabkan urine bersifat basa
Buih. Buih pada urine normal berwarna
putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine tersebut mengandung
protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut
disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine
2. Pemeriksaan
Mikroskopik
Tes mikroskopik dilakukan
dengan memutar (centrifuge) urine lalu mengamati endapan urine di bawah
mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
unsur-unsur organik (sel-sel
: eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir;
2.
unsur anorganik (kristal,
garam amorf);
3.
elemen lain (bakteri, sel
jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).
Yang dimaksud dengan
pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit.
Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat
0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan
adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor,
batu ginjal.
Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah
lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan
adanya peradangan, infeksi atau tumor.
Epitel. Ini adalah sel yang menyusun
permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir
selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica
urinary), urethra dan vagina.
Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein
yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa
jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit,
silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder
hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan
silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih
berat pada tubulus ginjal.
Kristal. Dalam keadaan fisiologik /
normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat,
fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap
sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh
jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine
(tergantung banyak-sedikitnya minum).Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal
tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk
jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan.
Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.
Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai
silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang
yang ringan.
Benang lendir (mucus filaments). Ini
didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.
Spermatozoa. Bisa ditemukan dalam urine
pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.
Bakteri. Bakteri yang dijumpai
bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa
lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk
identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu
merupakan cemaran (kontaminasi) saja.
Sel jamur . Menunjukkan infeksi oleh
jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja.
Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila
dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki
maupun perempuan.
3.
Pemeriksaan Kimia Urine
Di samping cara konvensional, pemeriksaan
kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat,
tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip)
dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat
dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,
urobilinogen dan nitrit.
Pemeriksaan glukosa. Dalam urine dapat
dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat
dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi
mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin,
glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara
enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat
mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi
hanya sampai 250 mg/dl.
Benda- benda keton, dalam urin terdiri atas
aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah
menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan
reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl,
tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta
hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urine mengandung
bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang
berlebihan. Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif.
Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada
diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda
keton dalam jumlah yang tinggi.
Pemeriksaan bilirubin. Dalam urine
berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam,
yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari
p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai
adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urine akan
memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran
empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic
acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat
terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.
Pemeriksaan urobilinogen. Dengan reagens pita
perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 -
1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin
disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang
berlebihan di dalam tubuh. Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam
urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih
atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi
adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap
hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula
pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin
C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung
oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari
infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
E. Jenis Sampel Urine
Urine
sewaktu / urine acak (random). Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan
setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik,
atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel
skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan
rutin tanpa pendapat khusus.
Urine
pagi. Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum
makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin
serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic
gonadothropin) dalam urine.
Urine
tampung 24 jam. Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama
24 jam terus-menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya
digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum,
kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume
1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.
F. Wadah Spesimen
Wadah
untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak
mudah pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup
dengan rapat. Selain itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang
dapat mengubah komposisi zat-zat yang terdapat dalam urine
G. Prosedur Pengumpulan Sampel Urine
Pengambilan
spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang
tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi
penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar. Spesimen urine yang ideal
adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urine
dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran
pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra
agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah pengumpulan urine,
pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya
dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu membersihkan
daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan
tampon yang bersih sebelum menampung spesimen. Pasien yang tidak bisa berkemih
sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat). Orang-orang
tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urin, mereka
harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel, menampung urine
midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi
untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine
pada genitalia. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.
Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien gelisah,
diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra. Prosedur ini menyebabkan
1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung kemih. Untuk
menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter
dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit
sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera
kirim sampel urine ke laboratorium. Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar
analit dalam urine biasanya diperlukan sampel urine 24 jam.
1.
Cara pengumpulan urine 24 jam
adalah :
a.
Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang
urine pagi pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan
pada periode selanjutnya ditampung.
b.
Jika pasien ingin buang air besar, kandung
kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni
dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.
c.
Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu
yang tercatat pada wadah, pengumpulan urine dihentikan.
d.
Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama
periode pengumpulan.
2.
Cara pengambilan sampel urine
clean-catch pada pasien wanita :
a.
Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai
sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
b.
Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia
dengan satu tangan
c.
Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa
steril dengan arah dari depan ke belakang
d.
Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan
kasa steril yang lain.
e.
Selama proses ini berlangsung, labia harus
tetap terbuka dan jari tangan jangan menyentuh daerah yang telah
dibersihkan.
f.
Keluarkan urine, aliran urine yang pertama
dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan
agar urine tidak membasahi bagian luar wadah.
g.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium.
3.
Cara pengambilan urine
clean-catch pada pasien pria :
a.
Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai
sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
b.
Jika tidak disunat, tarik preputium ke
belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan
urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi
bagian luar wadah.
c.
Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke
laboratorium.
Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih
merupakan cara mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine
aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh.
1.
Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik
dengan Povidone iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan
alkohol 70%
2.
Aspirasi urine tepat di titik suprapubik
dengan menggunakan spuit
3.
Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara
aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas yang berkompenten)
4.
Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan
tutup rapat.
5.
Segera dikirim ke laboratorium.
H. Macam-Macam Pemeriksaan Sampel Urine
Bahan urine untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya
diambil pagi hari. Bahan urine dapat diambil dengan cara punksi suprapubik
(suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream
urine). Bahan urine yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah
yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
Punksi
Suprapubik. Pengambilan urine dengan punksi suprapubik dilakukan
pengambilan urine langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut
dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah
tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal
pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila
keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang
tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung
kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan
hasil biakan urine yang diperoleh dari punksi suprapubik.
Urine
Porsi Tengah . Urine porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis
merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan
ketidak nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat
kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk
persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur
false-negative.
Cara Pengambilan Dan
Penampungan Urin Porsi Tengah Pada Wanita:
1.
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan
daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air
sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi
dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk
membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai
2.
Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan
bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah
pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
3.
Bilas daerah tersebut dari arah depan ke
belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat.
Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan
labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa
yang telah dipakai ke tempat sampah.
4.
Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah
berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung
aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga
atau setengah wadah terisi.
5.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urine
dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urine yang tertumpah.
Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan
urine porsi tengah pada pria
1.
Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk
membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan
dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan
daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum
pembersihan selesai.
2.
Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan
dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang
kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3.
Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi
air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut
dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam
tempat sampah.
4.
Dengan tetap menahan prepusium ke belakang,
mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung
urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga
sampai setengahnya.
5.
Setelah selesai, tutup kembali wadah urine
dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah.
Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.
Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares
Stamey)
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin
empat porsi yaitu:
1.
Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin,
menunjukkan kondisi uretra.
2.
Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi
tengah, menunjukkan kondisi buli-buli.
3.
Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan
setelah masase prostat.
4.
Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase
prostat.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit
dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan
pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap
dilakukan.
Pemeriksaan Dipstik
Pemeriksaan
dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri
di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi
dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer
netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan
nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada
bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak
semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat
dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka
sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98%. Sedangkan nilai positive
predictive value kurang dari 80% dan negative predictive value mencapai
95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan
pemeriksaan mikroskopik urine dan kultur urine. Pemeriksaan dipstik digunakan
pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif,
maka urine tidak perlu dilakukan kultur.
Pemeriksaan Mikroskopik
Urine
Pemeriksaan
mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin.
Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah &; 10 / lapang pandang besar
(LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur. Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat
tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada
pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan Kultur Urine
Deteksi
jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur
urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang
tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh
merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah <
103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya
merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah
koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat
disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru.
Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien,
frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.1,5 Perlu diperhatikan
pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang
terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah
terkontaminasi.
Langkah-Langkah :
A. Sikap
dan Perilaku :
1.
Memberi salam kepada pasien dan keluarga
dengan sopan dan ramah
2.
Memperkenalkan diri
3.
Menjelaskan maksud dan tujuan serta
prosedur pelaksanaan
B. Perasat
:
1.
Menyiapkan alat, membawa kedekat pasien
2.
Jaga privasi pasien
3.
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4.
Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
5.
Memakai sarung tangan bersih
o Pasien
yang istirahat total di tempat tidur
1.
Memasang pengalas di bawah bokong pasien
2.
Memasang pispot di bawah bokong pasien
3.
Membantu pasien untuk cebok dulu sebelum
berkemih
4.
Membiarkan urine yang keluar permulaan,
dan menampung urine yang keluar berikutnya dengan bengkok atau wadah yang
disediakan sesuai kebutuhan.
5.
Membantu pasien untuk cebok
o Pasien
yang dapat berjalan
1. Memberitahukan
pasien untuk membiarkan saja urine yang keluar permulaan mengalir sedikit dan
menampung urine yang keluar berikutnya dengan bengkok/wadah yang disediakan
2. Memberi
etiket yang jelas dan mengisi formulir pengiriman, agar untuk segera dikirim ke
laboratorium
3. Membereskan
alat
4. Melepas
sarung tangan
5. Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih
6. Melakukan
dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, A.
1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Colby,
1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC
wilmar musram,
2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika, Jakarta.
Gandasubrata, R. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat. 2004
Check list Pembelajaran Mahasiswi Kebidanan UNRIYO.thn
ajaran 2016/2017:Yogyakarta.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^com
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajoqq^^com...
segera di add Whatshapp : +855969190856