LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR
AGRONOMI
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
KACANG HIJAU
DISUSUN OLEH
Nama : Anggi Kusumah
NPM : E1D017102
Shift : Jumat, Jam 08.00
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Catur Herison, M.Sc.
Co-Ass : 1. MGS. Gathan
E1J015052
2. Nugra Heni Safitri
E1J015050
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang hijau memiliki potensi yang
tinggi untuk dikembangkan dimana kacang hijau memiliki kelebihan baik dari segi
budidaya dan ekonomi. Namun menurut data BPS tahun 2014 produktivitas dan
produksi kacang hijau kurun waktu 2011-2013 mengalami tren penurunan.
Produktivitas kacang hijau nasional pada tahun 2013 mencapai 11,24 kuintal/Ha sedangkan
produksi kacang hijau mencapai 20.467 ton. Sesuai data tersebut dapat diketahui
terdapat permasalahan yang menyebabkann rendahnya tingkat produksi kacang hijau
secara kuantitas maupun kualitas.
Tanaman pangan
merupakan segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein.
Indonesia adalah Negara agraris tempat tum,mbuh berbagai jenis tanaman pangan.
Walaupun saat ini banyak sekali tanaman budidaya pertanian yang diekspor namun
dulunya Indonesia pernah dikenal sebagai Negara swasembada pangan. Hamper
seluruh rakyat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Jenis
tanaman pangan lainnya adalah tanaman yang dapat diolah menjadi makanan lain
atau jenis makanan holtikultura. Salah satu contoh jenis tanaman ini adalah
kacang hijau. Kacang hijau dapat diolah menjadi bubur, tahu, ataupun makanan
lainnya. Tanaman holtikultura juga merupakan bagian dari pertanian yang
memiliki peranan penting bagi dunia industry di Indonesia.
Kacang hijau
merupakan tanaman pangan yang mengandung protein nabati cukup tinggi. Selain
mengandung protein nabati, kacang hijau banyak mengandung itamin, mineral
hingga omega-3 yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Kacang hijau merupakan
tanaman yang banyak dibudidayakan pada musim kemarau, karena tanaman kacang
hijau tidak dapat tergenang oleh air. Kacang hijau memiliki umur yang pendek
dan dapat membantu mengembalikan kesehatan dan kesuburan tanah.
Di Indonedia
sendiri budidaya kacang hijau masih urang diminati, kondisi ini terjadi karena
kacang hijau sendiri belum tremasuk bahan pangan yang banyak dikonsumsi
masyarakat dibandingkan kedelai, padi, dan jagung. Kacang hijau sendiri sangat
baik untuk masa pertumbuhan bayi karena kandungan protein dan omega-3 yang
cukup tinggi. Dengan kandungan yang banyak bermanfaat tersebut seharusnya
kacang hijau dapat lebih banyak dikonsumsi lagi.
Atas
dasar pentingnya dan perlunya peningkatan konsumsi kacang hijau di Indonesia.
Maka sangat dirasakan sekali juga perlu perbanyakan budidaya tanaman kacang
hijau. Sehingga perlu diketahui bagaimana cara menanam dan membudidayakan
tanaman kacang hijau agar tumbuh optimal. Pada dasaranya tanaman akan tumbuh
optimal pada media tanam yang cocok untuk tanaman tersebut. Tanamn kacang hijau
memiliki spesifikasi sendiri dengan tanah dan faktor tumbuhnya, yang harus
diketahui.
Kacang Hijau (Vigna radiata L.) adalah anggota family Fabaceae, kacang-kacangan
tropis. Kacang hijau (Vigna radiata L.)
memiliki daun trifoliate dengan panjang yang bervariasi mulai satu sampai lima
meter. Biji kacang hijau terutama digunakan sebagai makanan yang kaya akan
lisin dan protein sedangkan bagian batang, daun, dan kulit kacang hijau dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Khan et
al., 2012).
Tanaman kacang hijau dapat tumbuh pada kawasan tropis serta berada
pada dataran rendah dengan ketinggian antara 5 hingga 700 m diatas permukaan
laut. Jika kacang hijau ditanam
pada ketinggian 750 m diatas permukaan laut, maka
akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan, umumnya kacang hijau tidak
dapat memberikan produksi yang banyak pada ketinggian diatas 750 m diatas
permukaan laut. Tanaman kacang hijau membutuhkan kelembaban udara sekitar
50% hingga 89 %. Tidak hanya itu, tanaman kacang hijau membutuhkan kurang
lebih 10 jam perharinya untuk dapat terpapar sinar matahari. (Jonnie, 2014).
Produksi kacang
hijau di Indonesia masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan domestik. Menurut
Balitkabi Litbang Deptan (2012), budidaya kacang hijau di Indonesia masih
terkendala oleh lahan yang luas dan mahalnya tenaga kerja mengharuskan
melakukan mekanisasi. Dengan mekanisasi, jarak tanam yang umum adalah 90 cm
antar baris dan jarak dalam baris sembarang, yang penting populasi yang ingin
dicapai adalah 20-30 tanaman/m2. Pemupukan tidak banyak
dipermasalahkan karena sudah menggunakan pedoman sesuai kesuburan tanah.
Meskipun potensi hasil dari varietas yang ada dapat mencapai 2,7 t/ha, tetapi
produksi riil yang bisa dicapai 1,2-1,9 t/ha. Berdasarkan pengamatan di
lapangan, pertumbuhan pertanaman bagus, asal dengan teknik budidaya yang baik.
Hasil di Indonesia bisa mencapai 1,7 t/ha dengan umur panen 56-60 hari.
Penelitian untuk peningkatan produksi yang dianggap inovatif adalah menambah
populasi tanaman, dari 2 baris setiap 90 cm menjadi 4 baris setiap 90 cm. Umur
panen 105-115 hari sudah dianggap pendek sehingga breeding kearah umur yang
lebih genjah tidak mendapat perhatian serius.
Kacang hijau
merupakan komoditas potensial yang memiliki kelebihan baik dari segi
agronomis maupun ekonomis. Cara budidayanya mudah, dapat ditanam pada tanah
yang kurang subur, lebih tahan kekeringan, dapat dipanen umur 60 hari, dan
harga jual relatif tinggi dan stabil. Indonesia merupakan penghasil
kacang hijau terbesar ke empat di dunia setelah India, Thailand, dan
Cina, dengan luas panen sekitar 300.000 ha/tahun. Kacang hijau
di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman
pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Karena sangat
pentingnya kacang hijau, kebutuhan akan kacang hijau pun terus meningkat.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan kacang hijau di Indonesia, tentunya
peningkatan kuantitasnya pun sangat diharapkan.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan
penanaman kacang hijau, membuat sarana pengatur jarak tanam, menentukan benih
yang baik sebagai bahan tanam, menentukan letak lubang tanam sesuai dengan
jarak tanam, dapat menempatkan pupuk dasar pada petakan tanaman, dapat
melakukan pengamatan kualitatif dan kuantitatif secara benar terhadap setiap
peubah pertumbuhan tanaman dan dapat mengkorelasikan antar data peubah ke dalam
bentuk informasi sederhana dan lengkap, dapat menentukan saat panen berdasarkan
kriteria panen tanaman kacang hijau, serta dapat mengukur variabel hasil yang
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Produksi
dan produktivitas kacang hijau nasional masih rendah. Faktor penyebabnya antara
lain belum meluasnya penggunaan varietas unggul dan teknologi budidaya hasil
penelitian para pakar dibidannya para petani. Varietas unggul kacang hijau akan
menunjukkan keunggulan bila tanaman di tanam pada daerah agroekologi yang
sesuai. Serta disertai dengan penerapan yang sesuai dengan kondisi (rukmana,
2008)
Manfaat
kacang hijau sebagai makanan rakyat sangat penting, karena jenis kacang ini
banyak mengandung vitamin terutama vitamin B1. Zat ini sangat diperlukan karena
merupakan tambahan berharga bagi makanan rakyat yang relatif kurang vitamin. Di
samping sebagai bahan makanan manusia, kacang ini dapat digunakan sebagai
makanan ternak. Dari beberapa segi inilah terasa pentingnya mempopulerkan
tanaman kacang hijau yang mempunyai potensi besar ini (Purwono, 2008).
Adapun klasifikasi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus)
adalah sebagai berikut:
Kerajaan
(Kingdom) : Plantae
(tumbuhan).
Divisi
(Divisio) :
Spermatophyta (tanaman berbiji).
Sub divisi
(Sub Divisio) : Angeaspermae
(biji berada dalam buah).
Kelas
(Class) :
Dicotyledoneae (biji berkeping dua).
Bangsa
(Ordo) :
Leguminales.
Suku
(Family) :
Leguminoceae (kacang-kacangan).
Sub famili
(Sub Family) : Papilionoideae.
Marga
(Genus) :
Phaseoulus.
Jenis
(Spesies) : Phaseolus radiatus L.
(Cahyono, 2010).
Perakaran tanaman kacang hijau tersusun
atas akar tunggang, akar serabut, dan akar lateral. Akar tunggang merupakan
akar primer yang tumbuh paling awal dari benih yang tumbuh. Akar tunggang
tumbuh ke pusat bumi mencapai kedalaman 1m lebih. Akar lateral merupakan akar
sekunder atau cabang-cabang akar yang tumbuh pada akar primer. Akar sekunder
ini tumbuh tersebar menyamping (horizontal) dekat dengan permukaan tanah dengan
lebar mencapai 40 cm lebih. Akar serabut merupakan akar-akar rambut yang tumbuh
pada akar lateral (Cahyono, 2010).
Tanaman kacang hijau berakar
tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes dan xerophytes.
Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe
pertumbuhannya menyebar. Sementara xerophytes
memiliki akar cabang lebih sedikit dan
memanjang kea rah bawah (Wirda, 2011).
Batang kacang hijau berbentuk bulat
dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelatan
atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada
daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa
daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1m.
cabangnya menyebar ke semua arah (Purwono, 2008).
Daun
Daun
kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai.
Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda
hingga hijau tua. Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada
daunnya sendiri (Purwono, 2008).
Bunga tanaman kacang hijau berbentuk
menyerupai kupu-kupu dengan mahkota bunga berwarna kuning keabu-abuan atau
kuning muda, tergantung varietasnnya. Bunga ini termasuk bunga sempurna atau
berkelamin dua (hermaphrodit), yaitu
setiap bunga terdapat benang sari (sel kelamin jantan) dan kepala putik (sel
kelamin betina). Bunga bersifat bilateral simetri (zygomorphus). Bunga tanaman
kacang hijau tumbuh secara berkelompok dan muncul pada setiap ketiak daun
(ruas-ruas batang) (Cahyono, 2010).
Buah
Buah
kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm. Setiap polong
berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau pipih
dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau, setelah tua
berubah menjadi kecokelatan atau kehitaman. Polongnya mempunyai rambut-rambut
pendek atau berbulu (Purwono, 2008).
Biji berbentuk bulat kecil berwarna
hijau sampai hijau gelap. Warna tersebut merupakan warna dari kulit bijinya.
Biji kacang hijau berkeping dua dan terbungkus oleh kulit, keeping biji, pusar
biji (hilium), dan embrio yang terletak diantara keeping pusar biji atau hilum
merupakan jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Keping biji mengandung
makanan yang akan digunakan sebagai makanan untuk calon tanaman yang sedang
tumbuh (Dodik, 2012).
Iklim
secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Iklim
juga berpengaruh terhadap perkembangan mikroba (patogen) dan hama yang
mengganggu pertumbuhan tanaman. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
kacang hijau berkisar antara 25oC-27oC. Akan tetapi
tanaman kacang hijau masih bisa tumbuh baik pada suhu udara hingga 35oC
dan dibawah 25oC hingga 20oC (Cahyono, 2010).
Kacang hijau dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk beberapa penyakit.
Kandungan asam amino dan protein dapat membantu dalam pembentukan sel-sel baru.
Kacang hijau selain digunakan sebagai obat dapat pula digunakan sebagai bahan
kosmetik. Selain itu juga dapat digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir,
beri-beri, demam nifas, kepala pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing
kurang lancar, kurang darah, jantung mengipas, dan kepala pusing (Shaheen,
2012).
Menurut Taunk (2012) Produksi kacang hijau diharapkan dapat mengalami
peningkatan. Peningkatan produksi kacang hijau dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti persilangan. Kebutuhan maupun produksi perlu terjadi keseimbangan.
Produksi yang dihasilkan masih rendah karena budidaya yang kurang. Selain itu
di dunia produksi kacang hijau kira-kira mencapai 5,5 per ha. Di india
kebutuhan kacang hijau antara produsen maupun kontributor mencapai 75%.
Unsur
K pada K2O memiliki peran sebagai pembentukan pati, pengaktif enzim,
pembentuk stomata, dan memperbaiki kekebalan tanaman dari patogen. Unsur K
termasuk dalam unsur hara makro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara
k banyak dibuhkan tanaman ketika memasuku fase generatif. Pada dasarnya pupuk
Kalium diberikan diawal pertanaman bersamaan dengan pupuk P. Unsur P dan K
diberikan pada awal pertanaman karena kedua jenis pupuk ini adalah jenis yang
lama larut dalam air sehingga lama untuk dapat terserap tanaman (Hermawati,
2008).
Unsur
hara makro dan mikro dibuhkan oleh kacang hijau dengan jumlah tertentu untuk
mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Terdapat jenis unsur hara
mikro bila berlebihan akan merugikan tanaman. Salah satu jenis unsur hara mikro
Co dapat berpengaruh buruk terhadap tanaman. Co yang berlebihan akan menghambat
pertumbuhan akar, menhambat perpanjangan dan pembelahan sel, dan yang lebih
buruk lagi akan menghambat serapan dan perpindahan air dan nutrisi dari tanah
ke tumbuhan (Jaleel, 2009).
Penyiangan
dari gulma-gulma disekitaran tanaman akan membantu pertumbuhan tanaman kacang
hijau. Penyiangan memiliki fungsi mengurangi kompetisi mendapatkan air dan
nutrisi antara tanaman utama dengan gulma. Terdapat beberapa cara dlam
penyainagn lahan yaitu secara mekanik dan kimia (Yugi, 2012).
Pembuatan
parit dan pemberian bahan organik pada penanaman kacang hijau dapat membantu
dalam pertumbuhan tanaman. Bahan organik berperan untuk meningkatkan infiltrasi
dan mengurangi evaporasi sehingg lengas tanah tetap tersedia, tanah senantiasa
tersedia, dan sekaligus sebagai draenase saat kelebihan air akibat hujan lebat.
Lengas tanah tersedia saat tanaman membutuhkan dapat meningkatkan aktifitas
metabolisme sel, sebaliknya jika lengas tanah rendah akan menjadi faktor
pembatas (Edy, 2011).
Kesesuaian suatu jenis tanaman
dengan tanaman yang lain di-tentukan oleh sifat agronomi tanaman itu sendiri
yang saling berinteraksi dengan lingkungan, sehingga untuk memperoleh
pertumbuhan yang baik dari suatu jenis tanaman diperlukan lingkungan yang
op-timum. Dalam hal ini waktu tanam suatu jenis tanaman optimum untuk suatu
pola tumpangsari, artinya bahwa terdapat wak-tu tanam tertentu yang memberikan
pro-duksi yang baik pada suatu pola tum-pangsari (Syaifuddin, 2011).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1.
Tali rafia
2.
Meteran
3.
Spidol
4.
Gunting
5.
Ajir
6.
Tugal
7.
Cangkul
8.
Parang
9.
Gembor/Ember
10.
Alat Tulis
11.
Meteran Kain
12.
Jangka Sorong
13.
Timbangan
3.1.2 Bahan
1. Benih
Kacang Hijau
2. Pupuk
Urea
3. Pupuk
SP 36
4. Pupuk
KCL
5. Pestisida
Furadan 3G
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Membuat Alat
Bantu Jarak Tanam (Cablak/Caplak)
1. Menyiapkan
1 utas tali rafia sepanjang 3,5 meter dan 2 utas tali lain sepanjang 2,5 meter.
Kedua tali ini akan menjadi tali utama. (Luas lahan 3 m x 2 m, sisa 0,5 m
adalah tali yang dilebihkan untuk pengikat ajir pada kedua ujung, masing-masing
25 cm).
2. Menyiapkan
potongan tali rafia sepanjang 15 cm. Warna tali rafia yang berbeda dari tali
yang digunakan pada nomor 1 akan lebih baik. Tali-tali kecil ini berfungsi sebagai
tali penanda jarak tanam. Bisa juga digunakan marker lain (misal spidol
permanen atau tip ex).
3. Mengukur
dari kedua ujung tali utama jarak 25 cm, diberi penanda dengan spidol (ini
digunakan untuk pengikat ajir). Selanjutnya sesuai dengan jarak tanam dari
komoditi yang ditanam, diberi tanda dengan spidol hingga selesai di ujung tali.
Simpul pertama berjarak setengah jarak tanam.
3.2.2
Menghitung
Kebutuhan Benih dan Mempersiapkan Benih
1. Mengambil
benih yang akan ditanam, membersihkan benih dari kotoran, biji lain, pasir, dan
sebagainya.
2. Memilih
benih yang utuh, tidak berlubang dan tidak berjamur.
3. Menghitung
jumlah benih yang dibutuhkan untuk petakan.
3.2.3
Menghitung
Dosis Pupuk
1. Dosis
pupuk umumnya disebutkan untuk luasan area per hektar. Misalnya Urea 200 kg Ha-1,
dosis pupuk kandang 10 ton Ha-1 dan sebagainya. Menghitung kebutuhan
pupuk pada luasan lahan yang kita tanami.
2. Kebutuhan
pupuk x Dosis Pupuk per Hektar.
3. Menghitung
dosis pupuk Urea, SP-36, dan KCL pada lahan. Selanjutnya, menyerahkan hasil
perhitungan kepada Co-Ass. Co-Ass menyiapkan pupuk pada saat tanam.
3.2.4 Cara Kerja pada
Saat Penanaman
3.2.4.1 Membuat Lubang
Tanam
1. Membersihkan
petakan dari gulma yang tumbuh
2. Menentukan
letak lubang tanam pertama berdasarkan jarak yang akan diaplikasikan, dengan
menetapkan letak tanaman sudut = ½ x jarak tanam.
3. Merentangkan
tali cablak ukuran 2,5 meter yang telah disiapkan sebelumnya pada kedua sisi
lahan. Mengikatkan bagian ujungnya pada ajir.
4. Tali
cablak ukuran 3,5 meter digunakan untuk panduan menugal direntangkan dengan
arah tegak lurus pada tali pertama.
5. Membuat
lubang tanam dengan kedalaman 5-7 cm sesuai jarak tanam dengan meggunakan tugal
tepat pada simpul tali jarak tanam.
3.2.4.2 Menanam dan
Melakukan Pemupukan Dasar
1. Memasukkan
Furadan 3G sekitar 10 butir per lubang tanam.
2. Memasukkan
benih sebanyak 2 butir pada setiap lubang tanam.
3. Setelah
selesai menanam satu barisan, dipindahkan tali cablak 3,5 m ke tanda jarak
tanam berikutnya.
4. Melakukan
pemupukan dasar (campuran Urea, SP-36, dan KCL) dengan cara membuat alur
terlebih dahulu berjarak 10 cm sejajar dengan barisan tanaman, kemudian
menaburkan pupuk, lalu ditimbun.
5. Menutup
lubang tanam dengan tanah yang remah.
6. Melakukan
pengairan dengan cara menyiram pada setiap alur lubang tanam hingga tanah cukup
basah.
7. Membuat
label nama praktikan, NPM, dan Shift praktikum pada petakan dengan map plastik
berukuran 30 cm x 15 cm.
3.2.5 Panen
1. Melakukan
pemanenan bagian vegetatif dan bagian ekonomis tanaman apabila sudah
menunjukkan tanda-tanda siap panen dan sudah waktunya panen.
2. Melakukan
pengukuran :
1. Menimbang
berat segar batang, daun, dan akar pertanaman sampel dengan timbangan duduk.
2. Menimbang
bagian ekonomis dengan menggunakan timbangan digital.
3. Mengukur
panjang dan diameter buah dengan jangka sorong.
4. Menimbang
seluruh hasil panen per petak dengan menggunakan timbangan duduk.
3.3 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan
Pelaksanaan praktikum Teknik
Budidaya Tanaman Kacang Hijau dilakukan pada tanggal 3 September 2018 sampai
tanggal 23 November 2018, dilakukan di Lahan Laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanaian, Universitas Bengkulu.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Daya Tumbuh,
Penjarangan, Penyulaman dan Penentuan Sampel
No
|
|
Keterangan
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.
|
Gambar
Kecambah :
|
Keterangan
gambar :
1.
Akar
2.
Daun
3.
Cotyledon
4.
Epikotil
Tipe
Kecambah : Dikotil
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Perhitungan
Daya Tumbuh :
Dari
100 benih yang di tanam, 89 benih yang hidup. 11 tanaman yang mati.
|
Persen
Daya Tumbuh :
Daya
Tumbuh = = 89%
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Denah
Penentuan Sampel :
Populasi
Tanaman =
|
4.1.2 Pengamatan
Pertumbuhan Vegetatif
4.1.2.1 Pengamatan I
No
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Jumlah
Cabang
|
1.
|
8 cm
|
6 Helai
|
2 Cabang
|
2.
|
13 cm
|
9 Helai
|
1 Cabang
|
3.
|
12 cm
|
8 Helai
|
2 Cabang
|
4.
|
11 cm
|
5 Helai
|
2 Cabang
|
5.
|
12 cm
|
6 Helai
|
3 Cabang
|
6.
|
6 cm
|
4 Helai
|
3 Cabang
|
7.
|
16 cm
|
6 Helai
|
4 Cabang
|
8.
|
13 cm
|
7 Helai
|
3 Cabang
|
9.
|
16 cm
|
5 Helai
|
3 Cabang
|
10.
|
10 cm
|
5 Helai
|
2 Cabang
|
4.1.2.2 Pengamatan II
No
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Jumlah
Cabang
|
1.
|
15 cm
|
11 Helai
|
4 Cabang
|
2.
|
15 cm
|
4 Helai
|
3 Cabang
|
3.
|
15 cm
|
6 Helai
|
2 Cabang
|
4.
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
24 cm
|
5 Helai
|
3 Cabang
|
6.
|
11 cm
|
7 Helai
|
3 Cabang
|
7.
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
17 cm
|
5 Helai
|
3 Cabang
|
9.
|
17 cm
|
3 Helai
|
3 Cabang
|
10.
|
12 cm
|
5 Helai
|
2 Cabang
|
4.1.2.3 Pengamatan III
No
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Jumlah
Cabang
|
1.
|
16 cm
|
1
|
4 Cabang
|
2.
|
15 cm
|
-
|
4 Cabang
|
3.
|
-
|
-
|
-
|
4.
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
24 cm
|
-
|
3 Cabang
|
6.
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
18 cm
|
2 Helai
|
3 Cabang
|
9.
|
17 cm
|
-
|
4 Cabang
|
10.
|
14 cm
|
3 Helai
|
4 Cabang
|
4.1.2.4 Pengamatan IV
No
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Jumlah
Cabang
|
1.
|
17 cm
|
1 Helai
|
4 Cabang
|
2.
|
15 cm
|
-
|
5 Cabang
|
3.
|
-
|
-
|
-
|
4.
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
24 cm
|
-
|
3 Cabang
|
6.
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
18 cm
|
3 Helai
|
4 Cabang
|
9.
|
18 cm
|
-
|
4 Cabang
|
10.
|
14 cm
|
3 Helai
|
5 Cabang
|
4.1.2.5 Pengamatan V
(Panen)
No
|
Tinggi
Tanaman
|
Jumlah
Daun
|
Jumlah
Cabang
|
Jumlah
Buah
|
Bobot
Segar Tanaman
|
Luas
Daun (Gravimetri)
|
1.
|
17 cm
|
2 Helai
|
4 Cabang
|
5 Buah
|
78 Gram
|
168,49 cm2
|
2.
|
15 cm
|
-
|
5 Cabang
|
7 Buah
|
77 Gram
|
182,19 cm2
|
3.
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5.
|
24 cm
|
-
|
4 Cabang
|
3 Buah
|
81 Gram
|
169,86 cm2
|
6.
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7.
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8.
|
18 cm
|
4 Helai
|
4 Cabang
|
7 Buah
|
83 Gram
|
160,27 cm2
|
9.
|
18 cm
|
3 Helai
|
4 Cabang
|
6 Buah
|
81 Gram
|
172,60 cm2
|
10.
|
15 cm
|
4 Helai
|
5 Cabang
|
6 Buah
|
80 Gram
|
173,97 cm2
|
Perhitungan Luas Daun
Gravimetri:
Sampel
1: cm2 = 168,49 cm2
Sampel
2: cm2 = 182,19 cm2
Sampel
3: (Tanaman Sudah Mati)
Sampel
4: (Tanaman Sudah Mati)
Sampel
5: cm2 = 169,86 cm2
Sampel
6: (Tanaman Sudah Mati)
Sampel
7: (Tanaman Sudah Mati)
Sampel
8: cm2 = 160,27 cm2
Sampel
9: cm2 = 172,60 cm2
Sampel
10: cm2 = 173,97 cm2
4.1.2.6 Grafik
Pengamatan
4.1.2.6.1 Tinggi
Tanaman
4.1.2.6.2 Jumlah Daun
4.1.2.6.3 Jumlah Cabang
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau
sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang harus diperhatikan adalah pemilihan varietas kacang hijau. Faktor-faktor
eksternal seperti nutrisi (unsur hara), tinggi tempat, penyinaran, suhu,
kelembaban dan pH tanah. Nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan kacang hijau
harus seimbang. Kacang hijau tidak menghendaki pemberian urea yang berlebihan
karena akan menghambat pertumbuhan dari bintil akar. Kacang hijau sudah
mendapatkan suplai nitrogen dari bintil akar tersebut sehingga tidak
membutuhkan suplai urea yang terlalu banyak. Kacang
hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya.
Tanaman kacang hijau dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 700 m (5
– 700 m dpl). Di daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl produksi kacang
hijau menurun. Kacang hijau dapat tumbuh baik
pada suhu udara optimal antara 25 – 270C. Pada dasarnya kacang hijau
menyukai daerah yang memiliki kelembapan udara antara 50 – 89%. Selain itu,
tanaman ini memerlukan cahaya matahari lebih dari 10 jam/hari. Sesuai
dengan literatur menurut (Cahyono) yaitu Iklim secara langsung
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Iklim juga
berpengaruh terhadap perkembangan mikroba (patogen) dan hama yang mengganggu
pertumbuhan tanaman. Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kacang
hijau berkisar antara 25oC-27oC. Akan tetapi tanaman
kacang hijau masih bisa tumbuh baik pada suhu udara hingga 35oC dan
dibawah 25oC hingga 20oC (Cahyono, 2010).
Daerah yang memiliki
curah hujan 50 – 200 mm/bulan merupakan daerah yang baik untuk budidaya tanaman
ini. Curah hujan tinggi menyebabkan tanaman mudah rebah dan terserang penyakit. Jenis tanah yang dikehendaki kacang hijau adalah tanah liat
berlempung atau lempung yang mengandung bahan organic tinggi, memiliki tata air
dan udara yang baik. Jenis tanah yang dianjurkan adalah ultisol, latosol, dan
lahan sawah menjelang penanaman padi pada musim kemarau. Keasaman tanah yang
diperlukan untuk tumbuh optimal, yaitu pH tanah antara 5,8 – 6,5. Tanah dibawah
pH 5,8 perlu diberikan pengapuran.
Tanaman
kacang hijau merupakan tanaman palawija yang akan tumbuh baik pada daerah
dataran rendah. Setiap jenis tanaman memiliki spesifikasi tersendiri tentang
suplai hara yang dibutuhkan. Pemberian pupuk organik, urea, SP-36 dan KCl dapat
diberikan dalam dosis tertentu. Pemberian bahan organik pada saat budidaya
dapat memperbaiki sifak fisik, kimia dan biologi tanah.
Hal
ini dapat membantu pertumbuhan tanaman kacang hijau. Pupuk urea sebenarnya
tidak terlalu dibutuhkan oleh jenis legum, hal ini terjadi karena pada dasarnya
tanaman legum sudah bersimbiosis dengan rhizobium yang membantu untuk
mendapatkan nitrogen bebas dari udara. Pemberian pupuk urea berguna untuk
memaksimalkan pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman, dengan pemberian pupuk
urea yang seimbang dapat membantu pertumbuhan kacang hijau, tapi dengan
aplikasi pupuk urea yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan bintil akar
dan akan merugikan tanaman. Menurut Hermawati (2008) Unsur K pada
KCl memiliki peran sebagai pembentukan pati, pengaktif enzim, pembentuk
stomata, dan memperbaiki kekebalan tanaman dari patogen. Unsur K termasuk dalam
unsur hara makro yang banyak dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara k banyak
dibuhkan tanaman ketika memasuku fase generatif. Pada dasarnya pupuk Kalium
diberikan diawal pertanaman bersamaan dengan pupuk P. Unsur P dan K diberikan
pada awal pertanaman karena kedua jenis pupuk ini adalah jenis yang lama larut
dalam air sehingga lama untuk dapat terserap tanaman.
Sistem
budidaya tanaman mengajurkan adanya pengendalian gulma dan penjarangan apabila
pada satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Penjarangan dilakukan
untuk mengurangi terjadinya kompetisi untuk menyerap unsur hara. Hal ini
bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan memaksimalkan produksi tanaman.
Dengan satu lubang per tanaman dapat mengoptimalkan serapan hara, pemerataan
paparan radiasi sehingga tanaman dapat
tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Pengendalian gulma juga berguna untuk
mengurangi kompetisi. Perlu diketahui bahwa gulma dapat menyerap 2kali lipat
lebih banyak menyerap unsur hara dibandingkan tanaman utama. Hal ini dapat
merugikan tanaman utama sehingga diperlukan pengendalian gulma. Selain itu,
gulma juga sebagai inang alternatif dari hama dan penyakit tertentu, jadi
dengan pengendalian gulma inid apat mengurangi resiko serangan hama dan
penyakit terhadap tanaman utama.
Varietas
dan pemilihan waktu berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang tanah. Berbeda
varietas yang di tanam akan berbeda pula pertumbuhan dan hasil produksi tanaman
kacang hijau. Menurut Purnomo (2010) kacang hijau memiliki potensi hasil
mencapai 1,96 t/ha, namun memiliki potensi hasil mencapai 1,76 t/ha. Hal ini
dapat menjelaskan pada perbedaan varietas tanaman akan membedakan hasil produksi
tanaman pula. Pemilihan waktu tanam memang sangat penting dilakukan. Tanaman
kacang hijau tidak menghendaki ada air yang terlalu banyak, air yang terlalu
banyak akan mengahambat pertumbuhan tanaman. Dengan itu pemilihan waktu yang
baik untuk penanaman kacang hijau adalah awal masuk musim kemarau atau pada
bulan april dan dapat dipanen paling lama awal bulan september. Menurut Purwono dan Purnamawati (2010)
tanaman kacang hijau memiliki umur yang relatif pendek yaitu 60 hari sejak
tanam.
Berdasarkan data yang dihasilkan
selama pengamatan dilapang didapatkan hasil pengamata. Pada pengamatan I
menghasilkan tinggi tanaman mencapai 16 cm dengan jumlah daun mencapai 9 helai
dan jumlah cabang mencapai 4 cabang. Pada pengamatan II tinggi tanaman mencapai
24 cm dengan jumlah daun mencapai 11 helai dan jumlah cabang mencapai 4 cabang.
Pada pengamatan III menghasilkan tinggi tanaman mencapai 24 cm dengan jumlah
daun mencapai 3 helai dan jumlah cabang mencapai 4 cabang. Pada pengamatan IV
menghasilkan tinggi tanaman mencapai 24 cm dengan jumlah daun mencapai 3 helai
dan jumlah cabang mencapai 5 cabang. Pada pengamatan V menghasilkan tinggi
tanaman mencapai 24 cm dengan jumlah daun mencapai 4 helai dan jumlah cabang
mencapai 5 cabang.
Pada saat panen, jumlah buah pada
sampel 1 sebanyak 5 buah, pada sampel 2 sebanyak 7 buah, pada sampel 3 dan 4
tanamannya sudah mati, pada sampel 5 sebanyak 3 buah, pada sampel 6 dan 7
tanamannya sudah mati, pada sampel 8 sebanyak 7 buah, pada sampel 9 sebanyak 6
buah, dan pada sampel 10 sebanyak 6 buah.
Pada saat penimbangan bobot segar
tanaman, hasil yang didapatkan adalah pada sampel 1 bobotnya 78 gram, pada
sampel 2 bobotnya 77 gram, pada sampel 3 dan 4 tanamannya sudah mati, pada
sampel 5 bobotnya 81 gram, pada sampel 6 dan 7 tanamannya sudah mati, pada
sampel 8 bobotnya 83 gram, pada sampel 9 bobotnya 81 gram, dan pada sampel 10
bobotnya 80 gram.
Pada pengukuran dan perhitungan luas
daun (gravimetri). Hasil yang didapatkan adalah pada sampel 1 luas daunnya
168,49 cm2, pada sampel 2 luas daunnya 182,19 cm2, pada
sampel 3 dan 4 tanamannya sudah mati, pada sampel 5 luas daunnya 169,86 cm2,
pada sampel 6 dan 7 tanamannya sudah mati, pada sampel 8 luas daunnya 160,27 cm2,
pada sampel 9 luas daunnya 172,60 cm2, dan pada sampel 10 luas
daunnya 173,97 cm2.
Berdasarkan hasil data tersebut didapatkan hasil
terbaik yang terpisah, pada indikator bagian tinggi tanaman, jumlah cabang, dan
jumlah daun hasil yang terbaik terdapat pada pengamatan I. Hal ini mungkin saja terjadi
karena jumlah pemberian pupuk berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Perlakuan kontrol menghasilkan tinggi dan jumlah daun yang terbaik, hal ini
dapat terjadi karena bantuan simbiosis akar tanaman dengan bakteri rhizobium
yang membantu suplai nitrogen. Dengan tanpa aplikasi pupuk urea, bakteri
rhizobium tersebut dapat berkembang dengan maksimal sehingga dapat menyuplai
kebutuhan hara nitrogen untuk tanaman kacang hijau.
Pengamatan I mendapatkan hasil tinggi
tanaman dan jumlah daun yang terbaik. Hal ini dapat terjadi karena suplai unsur
hara yang masih kurang sehingga memaksa pertumbuhan akar untuk mencari sumber
unsur hara yang dibutuhkan dengan cara memperbanyak dan memperpanjang akar
tanaman, pemberian aplikasi pupuk urea ternyata mempengaruhi pertumbuhan
rhizobium pada akar, sehingga pertumbuhan
bintil terganggu. Hal ini sesuai dengan
literatur menurut (Wirda) yaitu Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem
perakarannya dibagi menjadi dua, yaitu mesophytes
dan xerophytes. Mesophytes mempunyai
banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar.
Sementara xerophytes memiliki akar
cabang lebih sedikit dan memanjang kea
rah bawah (Wirda, 2011).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada saat penanaman
kacang hijau sebaiknya dilakukan sesuai dengan urutannya dan kita harus
mengetahui langkah-langkahnya terlebih dahulu supaya bisa mendapatkan hasil
yang maksimal yaitu membuat alat bantu jarak tanam (cablak/caplak) sesuai
dengan tanaman yang akan ditanam seperti kacang hijau dengan jarak tanam 20 cm
x 30 cm, menghitung kebutuhan benih dan mempersiapkan benih, menghitung dosis
pupuk, membuat lubang tanam, menanam dan melakukan pemupukan dasar, serta
memelihara tanaman dengan baik. memilih benih yang baik yaitu dengan metode
merendam dan melihat fisiknya, menentukan lubang tanam lubang sesuai jarak
tanam dengan menggunakan cablak dari tali, sehingga jarak tanaman terlihat rapi
dan tidak mengganggu tanaman satu sama lain. Menempatkan pupuk dasar pada
petakan tanaman harus bersamaan dengan benih supaya jamur atau pun serangga
yang ada di dalam tanah tidak mengganggu benih yang ditanam. Dengan penanaman
kacang hijau ini didapatkan hasil pengamatan, baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif seperti pengamatan jumlah daun, tinggi batang, jumlah
cabang, jumlah buah, bobot segar tanaman, serta luas daun secara grafimetri
sehingga bisa dibandingkan ataupun di aplikasikan ke dalam bentuk infomasi sederhana maupun
informasi yang lengkap. Kita dapat menentukan kapan kacang hijau harus dipanen
yaitu ketika buah kacang hijau sudah berwarna hitam.
5.2 Saran
Diharapkan pada saat pemeliharaan tanaman di
sediakan pestisida, karena tanaman yang ditanami sangat rentan dengan hama. Dan
diharapkan praktikan memperhatikan perawatan dan pemeliharan tanaman. Sebab
perawatan dan pemeliharan tanaman sangat menentukan pertumbuhan tanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, M and Khan, M. Saghir.
2011. Response of Greengram [Vigna
radiata (L.) Wilczek] Grown in Herbicide-Amended Soil to Inoculation with
Bradyrhizobium sp. (Vigna) MRM6. J. Agr. Sci. Tech. 13(1) : 1209-1222
Atman. 2008. Teknologi Budidaya
Kacang Hijau di Lahan Sawah. Ilmiah Tambua 7(1): 89-95.
Cahyono, B. 2010. Kacang
Hijau. Penerbit Aneka Ilmu : Semarang.
Chusnia, wilda.,dkk. 2010. Kajian Aplikasi Pupuk Hayati Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Erlangga : Jakarta
Edy, dkk. 2011. Respon Tanaman Jagung Tumpangsari Kacang Hijau Terhadap Perlakuan Parit
pada Lahan Kering. Agrotropika 16(1)
: 38-44.
Hasibuan, R dkk. 2011. Pertumbuhan dan hasil kacang hijau (vigna radiata l)Varietas no 129
pada beberapa dosis bantuan fosfat di medium gambut. Erlangga : Jakarta
Hemawati Tiur. 2008. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna
radiata L.Wilczek). pada Beberapa Takaran Pupuk Kandang Ayam Cair. Agronomy 12(2): 7-9.
Jaleel, C. Abdul et al. 2009. Antioxidant Potensials Protect Vigna
RadiataI (L.) Wilczek Plants from Soil Cobalt. Plant Omnics Journal 2(3) : 120-126.
Purwono. 2008. Kacang
Hijau. Penerbit Penebar Swadaya : Jakarta.
Shaheen et al. 2012. Comparative nutritional analysis between
Vigna radiata and Vigna mungo of
Pakistan. African journal of Biotechnology 11 (25) : 6694-6702.
Syaifuddin. 2010.Perbedaan Waktu Tanam Kacang Hijau Dalam Pertanaman Jagung. Agrisistem
6(1): 1-7.
Taunk J, et al. 2012. Genetic
diversity among greengram (Vigna radiata (L.)) genotypes varying in
micronutrien content using RAPD markers. Biotechnology 11 : 48-53.
Yugi R, Ahadiyat dan Tri Harjoso, 2012. Karakter Hasil Biji Kacang Hijau Pada
Kondisi Pemupukan P dan Intensitas Penyiangan Berbeda. J. Agrivigor 11(2):137-143
FOTO-FOTO
SAAT PENGAMATAN
PENGAMATAN
BUDIDAYA KACANG HIJAU
Minggu
Pertama
Pemilihan
Sampel Tanaman
Kacang
Hijau Sudah Berbunga dan Berbuah
Kacang
Hijau Sudah Dipanen Sementara
Hasil
Panen Sementara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya