MENJELASKAN LIMA BENANG MERAH
DALAM PERSALINAN
DISUSUN OLEH
1.
Wena Karika
NPM.
1826030019
2.
Mutiara Indah Lestari
NPM. 1826030034
3.
Qarima Sulistia Wardani
NPM.
1826030036
4.
Gina Utari
NPM.
1826030059
DIII KEBIDANAN
STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan
adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan
plasenta dan rahirn ibu. Bab ini akan memberikan gambaran mengenai kala satu
persalinan dan asuhan bagi ibu selama waktu tersebut, dan juga mendefinisikan
proses fisiologis persalinan normal. Juga dijelaskan bagaimana cara memberikan
asuhan sayang ibu selama persalinan, melakukan anamnesis dan melakukan
pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu, dikaji pula tentang
deteksi dini dan penatalaksanaan awal berbagai masalah dan penyulit, kapan dan
bagaimana cara merujuk ibu.
Di
sini juga akan dijelaskan tentang penggunaan partograf. Partograf adalah alat
bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana
persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap
persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi dini masalah dan penyulit
untuk sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam
kondisi optimal. Partograf tidak digunakan Selama fase laten persalinan,
instrumen ini merupakan salah satu komponen dan pemantauan dan penatalaksanaan
proses persalinan secara lengkap. Pada prinsipnya, setiap penolong persalinan
diwajibkan untuk rnemantau dan mendokumentasikan secara seksama kesehatan dan
kenyamanan ibu dan janin dan awal hingga akhir persalinan.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini penulis akan membahas mengenai :
1. Menjelaskan
langkah-langkah keputusan klinik
2. Menjelaskan
asuhan sayang ibu dan bayi
3. Menjelaskan
sayang ibu selama kala I persalinan
4. Menjelaskan
persiapan kala I
5. Menjelaskan
indikasi-indikasi untuk melakukan tindakan dan atau rujukan segera selama kala
I persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Langkah-Langkah Keputusan Klinik
Membuat
keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat,
komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang
memberikan pertolongan. Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui
serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil
dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan
invervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya
untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien (Varney, 1997).
Semua
upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan
dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya
kepada pasien atau klien. Pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak
dapat menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan dapat memberikan hasil
maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila
tidak disertai dengan perilaku yang terpuji.
Langkah
dalam membuat keputusan klinik:
Semua pihak yang terlibat mempunyai
peranan penting dalam setiap langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama
(misalnya, riwayat persalinan), data subyektif yang diperoleh dari anamnesis
(misalnya, keluhan pasien), dan data obyektif dari pemeriksaan fisik (misalnya,
tekanan darah) diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus.
Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk
melakukan analisis yang pada akhirnya, akan menghasilkan keputusan klinik yang
tepat. Data subyektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang
dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Data subyektif juga
meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang
status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau sangat sakit. Data
obyektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan/ pengamatan
terhadap ibu atau bayi baru lahir.
Pengumpulan
data dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
dan observasi langsung:
Berbicara dengan ibu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi dan mencatat riwayat kesehatan ibu.
Termasuk juga mengamati perilaku ibu dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit,
merasakan nyaman atau nyeri.
b. Pemeriksaan
fisik:
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi.
c. Pemeriksaan
penunjang:
Pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen,
dan sebagainya.
d. Catatan
medik.
Setelah data dikumpulkan, penolong
persalinan melakukan analisis dan mengikuti algoritma diagnosis. Peralihan dari
analisis data menuju pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu proses yang linear
(berada pada suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar)
yang berlangsung terus menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau
dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secara terus menerus.
Untuk
identifikasi masalah dan membuat diagnosis, diperlukan:
· Data
yang lengkap dan akurat
· Kemampuan
untuk menginterpretasi/ analisis data
· Pengetahuan
esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada.
Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah
atau nomenklatur (istilah
yang dikenal/ biasa dipakai) spesifik kebidanan yang mengacu pada data utama,
analisis dan subyektif dan obyektif yang diperoleh. Diagnosis menunjukkan
variasi kondisi yang berkisar antara normal dan patologik yang memerlukan upaya
korektif untuk menyelesaikannya. Masalah dapat memiliki dimensi yang luas dan
mungkin berada di luar konteks sehingga sulit untuk segera diselesaikan.
Masalah obstetrik merupakan bagian dari diagnosis sehingga selain upaya
korektif dalam penatalaksanaan, juga diperlukan upaya penyertaan untuk
mengatasi masalah.
Bagian ini dianalogikan dengan proses
diagnosis kerja setelah mengembangkan berbagai kemungkinan lain (diagnosis
banding). Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap diagnosis tetapi dapat pula merupakan masalah utama yang paling
terkait dengan beberapa masalah penyerta atau faktor lain yang berkontribusi
dalam terjadinya masalah utama.
Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong
persalinan yang terampil, akan segera mengetahui bahwa seorang pasien adalah
primigravida dalam fase aktif persalinan (diagnosis). Tetapi apabila sang ibu
juga mengalami anemia (masalah) maka identifikasi penyebab masalah ini tidak
mudah seperti membuat diagnosis di atas. Hal tersebut memerlukan analisis
lanjutan untuk menentukan apakah anemia tadi disebabkan oleh definisi zat besi
(kurang asupan), investasi parasit (malaria, cacing, dsb) atau budaya setempat
(faktor sosial dan rendahnya pendidikan) yang melarang ibu hamil mengkonsumsi
makanan bergizi (malnutrisi). Dengan kata lain, walaupun sudah ditegakkan
diagnosis kerja tetapi bukan berarti bahwa tidak ada masalah lain yang dapat
menyertai atau mengganggu upaya pertolongan yang akan diberikan oleh seorang
penolong pesalinan.
Petugas kesehatan di lini depan atau
bidan di desa, tidak hanya diharapkan terampil membuat diagnosis bagi pasien
atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi
yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenai situasi
tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan budaya masyarakat
setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan
segera sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya apabila situasi gawat
darurat memang terjadi.
Upaya ini dikenal sebagai kesiapan
menghadapi persalinan dan tanggap terhadap komplikasi yang mungkin
terjadi (birth preparedness and complication readiness). Dalam
uraian-uraian berikutnya, petugas pelaksana persalinan akan terbiasa dengan
istilah rencana rujukan yang harus selalu disiapkan dan didiskusikan diantara
ibu, suami dan penolong persalinan.
Rencana asuhan atau intervensi bagi ibu
bersalin dikembangkan melalui kajian data yang telah diperoleh, identifikasi
kebutuhan atau kesiapan asuhan dan intervensi, dan mengukur sumberdaya atau
kemampuan yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat
ditangani secara baik dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit
potensial dapat mengganggu kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam
keselamatan ibu dan bayi.
Rencana asuhan harus dijelaskan dengan
baik kepada ibu dan keluarganya agar mereka mengerti manfaat yang diharapkan
dan bagaimana upaya penolong untuk menghindarkan ibu dan bayinya dari berbagai
gangguan yang mungkin dapat mengancam keselamatan jiwa atau kualitas hidup
mereka.
Setelah membuat rencana asuhan,
laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan aman. Hal ini akan
menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu dan/ atau bayinya
yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan
pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan apa yang sedang dihadapi sehingga
mereka dapat membuat pilihan yang baik dan benar. Pada beberapa keadaan,
penolong sering dihadapkan pada pilihan yang baik dan benar. Pada beberapa
keadaan, penolong sering dihadapkan pada pilihan yang sulit karena ibu dan
keluarga meminta penolong yang menentukan intervensi yang terbaik bagi mereka.
Penjelasan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan hak klien, memerlukan
pengertian dan kerja sama yang baik dari ibu dan keluarganya. Jelaskan bahwa
kewajiban petugas adalah memberikan konseling, penjelasan objektif dan
mudah dimengerti agar klien dan keluarga memahami situasi yang dihadapi dan
mampu membuat keputusan untuk memperoleh hasil yang terbaik bagi ibu, bayi dan
keluarga.
Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi pilihan adalah:
· Bukti-bukti
ilmiah
· Rasa
percaya ibu terhadap penolong persalinan'
· Pengalaman
saudara atau kerabat untuk kasus yang serupa
· Tempat
dan kelengkapan fasilitas kesehatan
· Biaya
yang diperlukan
· Akses
ke tempat rujukan
· Luaran
dari sistem dan sumberdaya yang ada.
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan
kemudian dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji
ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan saat itu. Proses
pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan
diri, melaksanakan asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler
(melingkar).
Lanjutkan evaluasi asuhan yang diberikan
kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika pada saat evaluasi ditemukan status ibu
atau bayi baru lahir telah berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan tersebut.
Asuhan atau intervensi dengan membawa
manfaat dan teruji efektivitasnya apabila masalah yang dihadapi dapat
diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap diagnosis yang
telah diberikan. Apapun jenisnya, asuhan dan intervensi yang diberikan harus
efisien, efektif, dan dapat diaplikasikan pada kasus serupa dimasa datang. Bila
asuhan atau intervensi tidak membawa hasil atau dampak seperti yang diharapkan
maka sebaiknya dilakukan kajian ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan
hingga pada akhirnya dapat memberikan dampak seperti yang diharapkan.
B. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
Asuhan
Sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan
sang ibu. Cara proses paling mudah membahayakan mengenai Asuhan Sayang Ibu
adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang
ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk
keluarga saya yang sedang hamil?”.
Beberapa
prinsip dasar Asuhan Sayang Ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan
keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama
persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses
persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa
aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al., 2000). Disebutkan pula bahwa hal
tersebut di atas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunan,
dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin et. al., 2000).
Asuhan
Sayang Ibu dalam Proses Persalinan
1. Panggil
ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga martabatnya
2. Jelaskan
semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut
3. Jelaskan
proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
4. Anjurkan
ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
5. Dengarkan
dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6. Berikan
dukungan, besarkan dan tentramkan hatinya serta anggota-anggota keluarganya
7. Anjurkan
ibu untuk ditemani suami dan/ atau anggota keluarga lain selama persalinan dan
kelahiran bayinya
8. Ajarkan
suami dan anggota-anggota keluarga tentang bagaimana mereka memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
9. Laksanakan
praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara konsisten
10. Hargai
privasi ibu
12. Anjurkan
ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
13. Anjurkan
ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia menginginkannya
14. Hargai
dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
15. Anjurkan ibu untuk
memeluk bayinya sesegera mungkin untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi, insiasi
menyusu dini dan membangun hubungan psikologis
16. Membantu
memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi lahir
17. Siapkan
rencana rujukan (bila perlu)
18. Mempersiapkan persalinan
dan kelahiran bayi dengan baik dan mencukupi semua bahan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada
setiap kelahiran.
Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada
Masa Pasca Persalinan
1. Anjurkan
ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
2. Bantu
ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI sesuai dengan yang
diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif
3. Ajarkan
ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan
4. Anjurkan
suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi
5. Ajarkan
ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan
anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul atau kekhawatiran.
Banyak
penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu di Indonesia tidak mau meminta pertolongan
tenaga terlatih untuk memberikan asuhan persalinan dan melahirkan bayi.
Sebagian dari mereka beralasan bahwa penolong terlatih tidak memperhatikan
kebutuhan atau kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu dalam
persalinan dan kelahiran bayinya.
Penyebab
lain dari kurangnya utilisasi atau pemanfaatan fasilitas kesehatan adalah
peraturan yang rumit dan prosedur tak bersahabat/ menakutkan bagi para ibu.
Contohnya adalah tak memperkenankan ibu untuk berjalan-jalan selama proses
persalinan, tidak mengizinkan anggota keluarga menemani ibu, membatasi ibu
hanya pada posisi tertentu selama persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan
ibu dari bayinya segera setelah bayi dilahirkan.
C. Asuhan Sayang Ibu Selama Kala I Persalinan
· Memberi
dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan mensyukuri anugerah
yang telah diberikan oleh Allah SWT dan optimis bahwa ibu bisa mendidik anak
dengan baik
· Mengatur
posisi yang nyaman bagi ibu
· Cukup
asupan cairan dan nutrisi
· Keleluasaan
untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil
· Penerapan
prinsip pencegahan infeksi yang sesuai
D. Persiapan Asuhan Kala I
a.
Ruangan yang hangat dan bresih, memiliki
sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan angin.
b.
Sumber air bersih dan mengalir untuk
cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
c.
Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang
dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum
dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
d.
Kecukupan air bersih, klorin, deterjen,
kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan,
lantai, perabotan, dekomentasi dan proses peralatan.
f.
Tempat yang lapang untuk ibu
berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan.
Pastikan ibu mendapatkan privasi yang diinginkannya
g.
Tempat tidur yang bersih untuk ibu.
i.
Meja untuk tindakan resusitasi BBL.
3. Persiapan
perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan.
a. Rencanakan
bersalin di polindes, Puskesmas, RB, RS, dan BPS.
c. Menyiapkan
untuk donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu.
e. Menyiapkan
kendaraan/alat transportasi jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke RS.
f. Menyiapkan
perlengkapan dan peralatan ibu dan bayi.
E. Indikasi-Indikasi Untuk Melakukan Tindakan dan
atau Rujukan Segera Selama Kala 1 Persalinan
1. Riwayat
bedah besar
2. Perdarahan
Per Vaginam
3. Persalinan
kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban
Pecah disertai dengan mekonium kental
5. Ketuban
pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban
pech pada persalinan kurang bulan (UK kurang dari 37 mggu)
7. Ikterus
8. Anemia
Berat
9. Tanda/gejala
infeksi
10. Pre
eklamsi/ Hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi
fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat
Janin
13. Primipara
dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5
14. Presentasi
bukan belakang kepala
15. Presentasi
ganda (majemuk)
16. Kehamilan
ganda atau gemeli
17. Tali
pusat menumbung
18. Syok
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membuat
keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif
dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan
pertolongan. Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian
proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah
kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan invervensi
berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya
untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien (Varney, 1997).
Semua
upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan
dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya
kepada pasien atau klien. Pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak dapat
menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan dapat memberikan hasil maksimal
atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila tidak
disertai dengan perilaku yang terpuji.
B. Saran
Jika
dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon
maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR/
POGI, dan JHPIEGO. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. JNPK.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC.
Saifuddin, Abdul Bari.
2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Mochtar, R, 1998, Sinopsis
Obstetri, Edisi 2 Jilid 1, EGC, Jakarta.
Sarwono, P, 2003, Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, YBP SP, Jakarta.
Scoot, J, dkk, 2002, Dandorft Buku
Saku Obstetri Dan Ginekologi, Cetakan I, Widya Merdeka, Jakarta.
AJO_QQ poker
BalasHapuskami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 8 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
-bandar 66 (new game )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
PROMO MENARIK
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) |
Whatshapp : +855969190856