animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Minggu, 16 Juli 2017

Cerpen "Petualangan"



Petualangan

          Jam masih menunjukkan pukul 05:15 tapi Raka, Roy, Mondi, dan Boy sudah bergegas pergi ke rumah Dino, maklum saja mereka ingin menumpang sebuah mobil untuk pergi mendaki sebuah gunung. Setelah sampai di rumah Dino mereka langsung naik ke mobil milik Doni untuk segera berangkat, di atas mobil mereka bercakap-cakap.
          “Aku sangat bersemangat”, sahut Raka.
          “Aku pun begitu”, sambung Boy dan Roy kompak.
          “Jangan terlalu bersemangat”, Mondi memotong.
          “Benar itu”, Dino menambahkan.
          Langsung saja Raka, Roy, dan Boy menoleh ke arah Mondi dan Dino, dengan muka penasaran.
          “Apa salah bila kami bersemangat untuk pendakian pertama kami?”
          “Bukan maksudku untuk mematahkan semangat kalian, tetapi banyak orang yang tidak sampai ke puncak gunung tersebut karena terlalu bersemangat”, Mondi menjawab.
          “Benar mereka terlalu bersemangat sampai menganggap akan mudah mendaki gunung tersebut”, sambung Dino.
          Selama di perjalanan banyak hal yang ditanyakan oleh ketiga pendaki pemula tersebut kepada dua seniornya itu, mereka berlima merupakan murid di sebuah sekolah menengah atas yang sedang melakukan liburan semester, tak terasa perjalanan selama satu jam lebih telah mereka lalui sampai mereka di sebuah desa.
          “Sudah sampai anak-anak”, sahut om Doni.
          “Apa, sudah sampai?”, Roy menjawab.
          “Tapi dimana gunungnya?”, Raka bertanya.
          “Dari sini kalian harus berjalan ke sebuah desa yang bernama Sekayun dari sana akan kelihatan gunung yang akan kalian naiki”, jawab om Doni.
          “Apa!!! Jadi perjalanan kami ke gunung masih jauh dan harus di tempuh dengan jalan kaki”, Boy memotong percakapan dengan ekspresi terkejut.
          “Sudah ayo kita turun dan melanjutkan perjalanan”, sahut Mondi.
          “Oke om pergi dulu ya anak-anak”.



          Mereka berlima pun melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, di perjalanan banyak mereka temui warga yang sedang berladang, dan juga binatang-binatang liar, sampai mereka tiba di sebuah desa dan dapat melihat gunung yang akan mereka naiki nanti, tapi tiba-tiba terdengar teriakan dari Boy.
          “Aduh kakiku keram!!!”, teriak Boy.
          “Ada apa Boy?”, tanya Raka.
          “Kaki aku keram Raka”.
          “Makanya sebelum berjalan jauh itu lakukan pemanasan terlebih dahulu, cepatlah berbaring biar aku urut kakimu yang keram itu”, saut Mondi.
          (Lantas berbaringlah Boy)
          “Kita istirahat dulu sebentar di sini sambil menunggu kaki Boy tidak keram lagi pula perjalanan ke puncak gunung tinggal setengah perjalanan lagi”, sambung Dino.
          Maka istirahatlah lima orang sahabat itu di sebuah pondok tua, di sana mereka menyantap bekal yang telah mereka bawa dari rumah dengan penuh rasa lapar, lelah dan semangat. Setelah mereka selesai menyatap bekal dan kai Boy sudah tidak keram lagi, lima sejoli itu melanjutkan lagi perjalanan mereka sampai di bawah kaki gunung.
          “Wah sungguh tinggi gunung ini”, ucap Raka.
          “Benar sangat tinggi gunung ini” sambung Roy.
          “Ayo cepat kita mendaki gunung ini aku sudah tidak sabar lagi untuk sampai ke puncaknya”, sahut Boy.
          “Sabar kita tidak boleh gegabah”, jawab Mondi dan Dino kompak.
          Setelah dengan sedikit pemanasan lima sejoli itu melanjutkan perjalanan mendaki gunung, dengan penuh semangat mereka mendaki gunung sambil bernyanyi-nyanyi, setelah melewati jalur yang sangat curam mereka hampir sampai ke puncaknya hanya tinggal melewati jalan yang sangat licin, curam dan hanya berpegangan pada tali kecil yang di ikat pada pohon, dan juga umur tali itu sudah tua, satu per satu mereka melewati tali itu dengan hati-hati sampai hanya tinggal Raka dan Mondi belum melewatinya.
          “Naiklah duluan”, sahut Mondi.
          “Aaaaaakkkku takut Mondi”, jawab Raka dengan gemetar.
          “Tak usah takut kan ada aku di bawah”, jawab Mondi.
          Dengan perlahan-lahan Raka mulai melewati tali tersebut tapi tiba-tiba brakkkkkkkk!!! Raka terpeleset dan pegangan talinya terlepas, Raka terjatuh dan tersangkut di sebuah akar yang kiri-kananny hanya ada jurang yang sangat curam.
          “Raka!!!!!!!”, panggil teman-temannya.
          Semua teman-temannya cemas yang melihat Raka yang nyawanya du ujung tanduk.
          “Cepat tolong Raka”, sahut Roy kepada Boy.
          “Aku tidak berani”, jawab Boy.
          “Sini biar aku yang menolong Raka”, jawab Mondi.
          Dengan perasaan yang berani bercampur cemas Mondi perlahan-lahan menarik tangan Raka dengan bantuan teman-teman yang lain. Akhirnya Raka selamat.
          “Terima kasih Mondi kau telah menolongku, jika saja kau tidak cepat menolongku mungkin aku akan jatuh ke bawah sana, sekali lagi terima kasih Mondi”, sahut Raka yang masih diliputi rasa cemas.
          “Iya Raka sama-sama kitakan pergi sama-sama jadi kita harus ke puncak gunung dan pulang pun sama-sama, apa kau ada yang terluka Raka?”, jawab Mondi.
          “Alhamdulillah tidak ada cuma bajuku saja yang sedikit robek”.
          “Oooh... syukurlah”
          Akhirnya lima sejoli itu melanjutkan perjalanan ke puncak gunung, dengan lebih berhati-hati merek berlima pun akhirnya melewati jalan yang sangat licin dengan tali kecil tersebut, dan akhirnya sampai ke puncak gunung dengan selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...