animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Minggu, 30 Juli 2017

KTI "Pengaruh Konsentrasi Lama Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica) Dalam Basis Krim Terhadap Kesembuhan Luka Bakar



PENGARUH KONSENTRASI LAMA PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella Asiatica) DALAM BASIS KRIM TERHADAP KESEMBUHAN LUKA BAKAR


KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Semester
Tahun Ajaran 2015-2016
Description: SMA Negeri 02 Bengkulu Tengah.png

Disusun Oleh
Nama                           : Efriyanti Gultom
Kelas                           : XI IPA 1
Guru Pembimbing       : Lika Citra Dewi, S.Pd
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia





Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Bengkulu Tengah
SMA Negeri 2 Bengkulu Tengah
Tahun Ajaran 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang sensitif terhadap rangsangan dari lingkungan luar dan berfungsi sebagai pelindung dari sengatan sinar UV (Ultra Violet), bakteri, mikroba, dan partikel debu sehingga kulit mudah mengalami iritasi seperti luka selama aktivitas yang dilakukan manusia tidak terlepas dari pemakaian listrik, bahan-bahan kimia, minyak tanah, bensin, gas dan beberapa unsur lainnya yang begitu dekat dan akrab dengan api, yang dimana tanpa disadari secara tidak langsung dapat membahayakan dan menimbulkan korban jiwa seperti peristiwa kecelakaan luka bakar.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Pemanfaatan daun pegagan sebagai obat luka bakal belum di optimalkan. Masyarakat terdahulu menggunakan daun pegagan sebagai obat luka hanya terbatas pada pengobatan luka gores (insisi) yang pembuatannya dan cara menumbuk daun pegagan dan ditempelkan ke bagian kulit yang terkena luka. Sementara krim luka bakar dengan aktifitasnya ekstrak daun pegagan belum ada”. Dari rumusan masalah itu, muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:
*   Apakah konsentrasi pemberian ekstrak daun pegagan (Centella Asiatica) dalam krim terhadap tingkat kesembuhan luka bakar?
*   Apakah lama waktu pemberian ekstrak pegagan (Centella Asiatica) dapat mempercepat waktu penyembuhan luka?

C.           Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pemberian ekstrak daun pegagan (Centella Asiatica) dalam basis krim terhadap kesembuhan luka bakar melalui pengamatan histopatologik (mikroskopik).





BAB II
KAJIAN ATAU PERCOBAAN

A.           Alat dan Bahan
1.    Alat
*   Gelas ukur
*   Gelas kimia
*   Corong
*   Blender
*   Oven
*   Spatula
*   Cawan penguap
*   Tabung raksi
*   Mortir
*   Mikroskop cahaya binokuler pembesaran 450x
*   Lempeng logam berdiameter 0,7 cm
*   Gunting cukur
*   Penggaris
*   Sarung tangan steril
*   Pemanas api
*   Kas lab
*   Pipa paralon
*   Pipet tetes
*   Kertas saring
*   Kaki tiga
*   Lampu spiritus
*   Batang pengaduk
*   Sudip
*   Tempat krim
*   Neraca digital
*   Aluminium foil
*   Ayakan 60 mesh
*   Pemanas air
*   Kompor listrik
*   Labu erlenmeyer
*   Arteri clamed
*   Pembalut kasa konvensional (PKK)
*   Plester
*   Inkubator
*   Mikrotom
*   Enbedding set
*   Waterbath

2.    Bahan
*   Simplisia daun pegagan
*   Ekstrak daun pegagan yang telah dikentalkan sebanyak 2 gram
*   Aquades
*   Alkohol 95%
*   HCL2N
*   Besi (III) klorida 1%
*   Asam asetat anhidrat
*   Larutan mayer
*   Larutan dragendorff
*   H2SO4 pekat
*   NaOH1N
*   Basis krim (Asam stearat, paraffin liquid, cetaceum, cera alba, TEA (trieatanolamin), metil paraben 0,01%, propil paraben 0,03%, gliserin, oleum rossae, dan aquades)
*   Salep SSD (silver sulfadiazine)
*   Tikus

B.            Prosedur Percobaan
1.    Pembuatan Ekstrak Daun Pegagan
Daun pegagan yang telah dikumpulkan dibersihkan dari kotoran dengan air bersih, ditiriskan di atas nampan yang dilapisi dengan kertas koran selanjutnya ditimbang dengan berat basah sebesar 500 gr, kemudian dikeringkan dengan oven bersuhu 100oC selama 30 menit. Setelah kering ditimbangkan sebagai berat kering sebesar 200 gram. Sampel yang telah dikering diserbuk dengan blender dan di haluskan dengan ayakan 60 mesh dan menghasilkan berat simplisia 80 gram.
2.    Pengambilan Kulit
Pengambilan kulit dilakukan setelah tikus dikorbankan dengan menggunakan chloroform overdosis. Daerah punggung yang akan diambil kulitnya dibersihkan dari bulu yang menemprl dan kulit digunting dengan ukuran ± 0,5 cm2. Kulit yang diperoleh kemudian didefiksasi dengan larutan Netral Buffer Formalin 10% selama ± 48 jam. Dan selanjutnya dibuat sediaan histopatologik (mikroskopik).
3.    Pengamatan Mikrokopik
Basis krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 1%, 3%, dan 5% diuji efektifitasnya terhadap kesembuhan luka bakar pada tikus. Parameter mikrokopik yang diamati adalah hilangnya kongesti, pendarahan, nekrosis, dan infiltrasi sel radang. Pengamatan parameter mikroskopik dilakukan pada hari ke-7 dan hari ke-14. Skoring dilakukan dengan acuan sebagai berikut:
Parameter skoring histopatologik (mikroskopik):
0 = Tidak ditemukan adanya perubahan
1 = Ditemukan adanya kongesti
2 = Ditemukan adanya pendarahan
3 = Ditemukan adanya nekrosis
4 = Ditemukan adanya infiltrasi sel radang
4.    Uji Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia
*   Pemeriksaan flavonoida
Sebanyak 10 gam serbuk simplisia ditambahkan air panas, didihkan selama 5 menit dan saring dalam keadaan panas.
*   Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia, di masukkan ke dalam tabung reaksi.
*   Pemeriksaan tannin
Sebanyak 0,5 gram serbuk simplisia, di sari dengan 50 ml air suling lalu di panaskan.
*   Pemeriksaan steroida dan triterpenoida
Sejumlah 1 gram serbuk dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam kemudian disaring.





C.           Hasil Percobaan
Pada hari ke-7 pasca pengobatan, masih ditemukan adanya kongesti, pendarahan, nekrosis, dan infiltrasi sel radang pada semua kelompok. Pada hari ke-14 pasca pengobatan pada kelompok yang diobati dengan salep SSD, krim eksrak daun pegagan konsentrasi 1%. Krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 3%, dan krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 5%, telah menunjukkan adanya perkembangan kesembuhan luka yang ditandai dengan tidak ditemukannya lagi pendarahan dan nekrosis. Sementara itu, kongesti dan infiltrasi sel radang sudah tidak ditemukan lagi pada kelompok yang diobati dengan krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 3% dan krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 5%. Namun, pada kelompok yang diobati dengan salep SSD dan krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 1%, masih terlihat adanya kongesti dan infiltrasi sel radang. Sedangkan kongesti, pendarahan, nekrosis, dan infiltrasi sel radang masih ditemukan pada kelompok yang tidak diobati sehingga tidak menunjukkan adanya perkembangan kesembuhan luka dari pemeriksaan histopatologik sebelumnya.
Berdasarkan kriteria skoring kesembuhan luka bakar, nilai skoring dapat dijelaskan sebagai berikut:
0 = Tidak ditemukan adanya perubahan
1 = Ditemukan adanya kongesti
2 = Ditemukan adanya pendarahan sel radang
3 = Ditemukan adanya nekrosis
4 = Ditemukan adanya infiltrasi
            Pada hari ke-7 pasca pengobatan, masih ditemukan adanya kongesti pada setiap kelompok. Berkurangnya rataan kongesti sudah terlihat pada hari ke-14 pasca pengobatan pada masing-masing kelompok perlakuan. Besarnya penurunan rataan kongesti terlihat pada perlakuan 2 (krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 3%) dan perlakuan 3 (krim ekstrak daun pegagan konsentrasi 5%).







BAB III
PEMBAHASAN

Pemberian konsentrasi ekstrak daun pegagan dala, basis krim tidak berpengaruh nyata terhadap hilangnya kongesti dan pendarahan. Kongesti timbul dimana terdapat darah secara berlebihan (peningkatan jumlah darah) dalam pembuluh darah pada daerah luka. Peningkatan darah menyebabkan terbendungnya pembuluh darah sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah.
Pada kondisi vena yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatic intravascular (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung), menimbulkan perembesan cairan-cairan plasma ke dalam ruang interstitum.
Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi oedema). Pendarahan pada umumnya menunjukkan ekstravasasi darah akibat robeknya pembulu darah. Pendarahan kapiler dapat terjadi pada keadaan kongesti kronis.
sebaliknya, konsentrasi ekstrak daun pegagan dalam basis krim berpengaruh sangat nyata terhadap hilangnya nekrosis dan infiltrasi sel radang. Pada hari ke-14 pasca pengobatan luka bakar yang diobati dengan salep SSD, krim ekstrak daun pegagan 1%, 2%, dan 5% sudah tidak ditemukan lagi adanya nekrosis. Hal ini menunjukkan bawa ekstrak daun pegagan berpotensi sebagai obat luka bakar.
Berdasarkan referensi yang terkait, pegagan berperan dalam menstimulasi sintesis collagen (perbaikan jaringan). Kolagen berperan sangat penting pada setiap penyembuhan luka. Kolagen merupakan suatu substansi protein yang berwarna keputih-putihan yang menambah daya rentang pada luka.
Saat jumlah kolagen meningkat, maka daya rentang luka juga akan meningkat, oleh karena itu peluang bahwa luka akan semakin terbuka menjadi semakin menurun. Vitamin C mempunyai peran penting dalam sintesis kolagen. Tanpa adanya vitamin C maka kolagen muda yang di ekskresikan ke daerah luka oleh fibroblast berjumlah sedikit.
Jika asupan vitamin C berkurang, pembentukan kolagen terganggu sehingga sel-sel tidak bisa saling melekat. Kolagenisasi terjadi pada fase proliferasi dalam proses kesembuhan luka yang umumnya memerlukan waktu 3 sampai 21 hari setelah terjadinya luka. Dengan adanya kolagen akan memicu regenerasi sel yang baru dan mengganti jaringan yang rusak (nekrotik) untuk kembali dalam keadaan normal akibat tekanan dari luar berupa panas yang ditimbulkan akibat luka bakar.
Luka bakar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, biasanya akan menyebabkan infeksi selama 24 – 28 jam. Dalam kondisi yang lebih berat, akan muncul bakteriemi atau septikemi yang kemudian akan terjadi penyebaran infeksi ketempat yang lain. Luka akan tetap terbuka hingga terisi oleh jaringan parut. Luka terbuka yang besar biasanya lebih banyak mengeluarkan cairan dari pada luka tertutup.
Saponin pada daun pegagan memiliki kemampuan sebagai pembersih sehingga efektif untuk luka terbuka. Dengan demikian, saponin berperan sebagai antiseptik untuk meminimalisir infeksi akibat bakteri pada daerah luka terbuka. Apabila luka bakar tidak steril maka sering terjadi kontaminasi pada kulit yang mati.
Kontaminasi kulit yang mati tersebut merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi karena itu penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal dianjurkan. Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrim, dan cedera mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat menyebabkan rusaknya sel. Tanpa adanya faktor intrinsik (perubahan genetik/mutasi), dan faktor ekstrinsik, sel-sel tidak akan mati sebelum waktunya.
            Nekrosis melibatkan sekelompok sel. Nekrosis akan mengalami kehilangannya integritas membran. Pada nekrosis sel akan membengkak untuk kemudian mengalami lisis yang selanjutnya akan dimakan oleh makrofag yang dimana selanjutnya nekrosis akan memicu infiltrasi sel radang.
            Konsentrasi ekstrak daun pegagan dalam basis krim berpengaruh sangat nyata terhadap hilangnya infiltrasi sel radang. Pada hari ke-14 pasca pengobatan luka bakar yang krim ekstrak daun pegagan 3% dan krim ekstrak daun pegagan 5% sudah tidak ditemukan lagi adanya infiltrasi sel radang. Sedangkan, pada kelompok yang diobati dengan salep SSD, yang tidak dapat diobati serta krim ekstrak daun pegagan kosentrasi 1%, belum menunjukkan adanya penurunan rataan infiltrasi sel radang.
Hal ini bisa disebabkan karena jumlah ekstrak daun pegagan dalam basis krim konsentrasi 1% tergolong sedikit jika dibandingkan dengan jumlah ekstrak daun pegagan dalam basis krim konsentrasi 3% dan 5%. Hal tersebut mempengaruhi interaksi sedikit atau banyaknya senyawa aktif pada daun pegagan terhadap respon tubuh pada daerah yang terinfeksi luka. Adapun kandungan pada daun pegagan, yaitu madecassoside yang berfungsi sebagai antiinflamasi.


Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan pada jaringan, yang berfungsi untuk menghancurkan, mengurangi baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu. Tanda dari inflamasi adalah kemerahan, panas, nyeri, dan pembengkakan serta kelainan fungsi. Respon peradangan atau inflamasi adalah suatu reaksi lokal terhadap jaringan yang mengalami luka dan bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuh serta merupakan proses penting dari kesembuhan luka.




























DAFTAR PUSTAKA


Riyanto, Harun. 2007. Penanganan Luka Bakar. Edisi 72/Tahun VII/Januari 2007. Jakarta. Akses tanggal 5 Juni 2012

Ismail. 2006. Luka Bakar. Bengkulu. Akses tanggal 5 Juni 2012

Wijayakusuma. 2000. Tanaman Obat Bermanfaat. Sumatera Utara

Moendjat, Yefta. 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Akses tanggal 10 Juli 2012

Oswari. 2000. Bedah Dan Perawatannya. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Akses tanggal 10 Juli 2012

Sunanto, SKM. M. Kes. 2010. Proses inflamasi Atau Peradangan. Surabaya. Akses tanggal 20 Juni 2012

Miller, Jeff. 2005. Baik Dan Buruk Antioksidan. Akses tanggal 17 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...