Peran
Musik Tradisional
Musik yang telah lama hidup dan berkembang di Negara Indonesia yang
tercinta ini, diciptakan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia dan
memiliki nsifat turun-temurun secara tradisional
dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya.
Dari proses pewarisan yang turun temurun
inilah musik jenis ini hidup dan berkembang
sampai saat ini. Musik-musik ini sering disebut
dengan istilah musik tradisioal yang tersebar
di seluruh Indonesia. Karena musik tradisional
yang ada di Indonesia merupakan hasil karya
cipta setiap suku bangsa (Batak, Dayak, Mentawai,
Papua, Riau, Sunda, Jawa, Bali, dan sebagainya)
yang hidup di bumi ini. Maka banyaknya
jenis musik yang ada di tentukan oleh jumlah
suku bangsa Indonesia yang cukup banyak. Selain
itu, setiap suku bangsa yang hidup di Indonesia
memiliki jenis musik yang berbeda dengan
musik yang berkembang pada suku-suku bangsa
lainnya di Negeri ini. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa musik tradisional adalah merupakan
kekayaan dan cirri khas dari masyarakat
suku dan daerah pemiliknya.
Berdasarkan jenisnya musik terbagi
menjadi dua, yaitu musik tradisional dan musik
modern. Musik tradisional disebut juga misik
daerah , yaitu merupakan jenis
mUsik yang muncul atau lahir dari
budaya daerah secara turun temurun. Biasanya
lirik lagu tradisional bersifat sederhana. Demikian
pula dengan peralatan yang digunakan masih
bersifat sederhana, seperti gamelan, angklung,
dan rebana.
Hampir setiap daerah di wilayah
nusantara memiliki musik
daerah atau musik traisional dengan
lagu serta peralatan yang berbeda-beda. Pada
numumnya, musik daerah di Indonesia masih sedrhana
dan kental dengan unsure kedaerahannya.
Indonesia adalah negara yang besar,
Negara yang kaya akan nilai budaya dan tradisi,
salah satu suku di
Indonesia adalah suku Sunda yang berada di
pulau Jawa, tepatnya di Jawa Barat. Suku Sunda juga
memiliki kesenian tradisional yang khas dan beragam,
selain itu suku Sunda memiliki alat musik tradisional
seperti rebab, kecapi, karinding, angklung
dan suling.
Pada saat ini, suling kurang
diminati oleh anak-anak, karena saat ini banyak alat musik modern yang lebih banyak digunakan. Masalah
lain yang menyebabkan hal
tersebut adalah karena kurangnya
media pembelajaran alat musik suling dan
kurikulum pelajaran alat musik tradisional kepada
anak-anak.
Musik tradisional adalah musik yang
hidup di masyarakat secara turun temurun dan
dipertahankan sebagai sarana
hiburan, maka keberlangsungannya dalam
konteks saat ini yaitu upaya pewarisan secara turun
temurun masyarakat sebelumnya untuk masyarakat
selanjutnya dan komponen yang saling mempengaruhi
di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan
masyarakat penikmatnya.
Musik Nusantara adalah seluruh
musik yang berkembang di
Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan
ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun
gaya melodinya. Musik
Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam,
musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.
Menurut Purba (2007:2) , musik
tradisional tidak berarti bahwa
suatu musik dan beragam unsur di dalamnya bersifat
kolot, kuno atau ketinggalan zaman. Tetapi musik
tradisional adalah musik yang bersifat khas dan mencerminkan
kebudayaan suatu etnis atau masyarakat.
Musik tradisional nusantara adalah
seluruh musik yang dimainkan
dan berkembang di negeri ini yang memiliki
ciri khas seni tradisional, misalnya untuk daerah Jawa
memiliki musik langgam Jawa, begitu juga dengan daerah-daerah
lain yang tentunya mempunyai jenis musik
tradisional sendiri.
Musik tradisional nusantara sangat memperlihatkan ciri Indonesia baik dari
segi melodi maupun gaya
bahasanya, jenis musik tradisional nusantara
dapat mengangkat nama bangsa dengan cirri khas
musiknya. Dari masa-kemasa perkembangan musik nusantara
terus mengalami perubahan, sehingga sampai di
masa sekarang tak heran kalau ada aliran musik yang merupakan pengembangan dari musik
nusantara jaman dulu.
Indonesia dengan kebinekaannya
memiliki beraneka ragam musik tradisional. dalam
konteks wawasan nusantara di bidang budaya,
keanekaragaman musik
tradidional itu dimasukan ke dalam istilah "Musik Tradisional Nusantara atau Musik Daerah
(musik tradisi rakyat). Tradisi
musik rakyat sejak dahulu telah dikembang
dalam istana-istana kerajaan. Meliputi kerajaan
kerajaan di Jawa, Bali, dan kalimantan. Dalam tradisi
pementasannya dibagi menjadi tradisi kerakyatan (tradisi
kecil) dan tradisi istana (tradisi besar).
Peran musik tradisional nusantara
pada masyarakat mempunyai peranan yang cukup
penting, baik yang bersifat profan (seni
pertunjukan) maupun sakral
(non profan). Dalam hal tertentu musik tradisional dapat berperan sebagai sarana pembawa
berita atau alat komunikasi.
Misalnya orang bernyanyi atau berpantun serta
berpidato dengan di dahului oleh bunyi-bunyian alat
tertentu, seperti kentongan, bedug dan lain-lain. bunyi
yang dihasilkan oleh alat musik ini biasanya merupakan
tanda yang sudah dimengerti atau disepakati oleh
masyarakat. sementara itu peran sakral dari alat musik
ataupun nyanyian, umumnya digunakan dalam ritual-ritual
yang berhubungan dengan dewa ataupun arwah
nenek moyang. misalnya alat musik atau nyanyian
dalam upacara keagamaan seperti mengiringi pembacaan
doa-doa dan mantra mantra.
Umumnya alat musik tradisional yang
diciptakan oleh suku-suku
bangsa indonesia digunakan sebagai sarana
untuk mengungkapkan ekspresi diri dalam rangka melengkapisarana
hidupnya. alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan alat musik tradisional awalnya sangat sederhana,
yaitu menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungannya,
seperti kayu, bambu, kulit kerang dan sebagainya
yang disajikan dengan cara meniup, memukul,menggesek
atau memetik. Perkembangan alat musik
melalui suatu proses evolusiyang bergantung juga kepada
faktor-faktor sejarahnya. ketika manusia menghendaki
lahirnya bunyi, kemudian diciptakanlah berbagai
cara membunyikan dengan meniup, ataupun dengan
cara-cara lain.
Pada awal-awal penciptaannya, alat musik dipergunakan sebagai sarana ekspresi dan
kemudian berkembang untuk digunakan pada upacara
ritual, pengiring peperangan, isyarat
perdamaian, ungkapan kesedihan-kegembiraan, cetusan kemenangan dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan
zaman dan peradaban
manusia, maka peran musikpun mengalami perkembangan
yang semakin melebar. musik pada zaman
dahulu digunakan sebagai sarana komunikasi, upacara
ritual, adat dan keagamaan, maka pada periode selanjutnya
musik dapat pula digunakan sebagai sarana hiburan,
kegemaran, propaganda, tontonan atau sajian artistik
dalam pertunjukan, peragaan, kampanye dan penyampaian
informasi lainnya.
Musik tradisional adalah musik yang berkembang di daerah sekitar musik itu
berasal. Contoh di Indonesia adalah musik
gamelan. Musik tradisional disebut juga musik
daerah, yaitu merupakan jenis musik yang muncul
atau lahir dari budaya daerah secara
turun-menurun.
Peran
Musik Tradisional:
1.
Peran
Individual
Melalui musik
seseorang dapat mengungkapkan
atau mengekspresikan gejolak
jiwa, perasaan, atau kegalauan yang
terpendam dalam dirinya. Melalui syair
lagu yang diubahnya, seniman musik
dapat mengkritik atau memprotes kondisi
yang ada dilingkungannya, serta dapat
pula mengungkapkan rasa cinta dan
kekagumannya terhadap sesame manusia,
alam, dan sang pencipta. Jadi seni
apapun termasuk seni musik yang dapat
dipakai sebagai media ekspresi yang
dapat membaerikan kepuasan batin bagi
pencipanya.
Melalui music
kita dapat mengakrualisasikan potensi
diri, mengungkapkan perassaan, pikiran,
gagasan, cita-cita, masyarakat, dunia dan
tuhan. Pengungkapan perasaan melalui music
juga dapat menjadi salah satu terapi kesehatan
yang disebut katarsis.
Bagi para
seniman musik (baik pencipta lagu maupun pemain
musik), musik adalah media untuk mengekspresikan
diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan
potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka
mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita-
cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
2.
Peran
Sosial
Musik memiliki
peran yang besar dalam
kehidupan manusia. Hal itu dapat
kita saksikan dimana musik sering diperdengarkan
pada sebuah upacara adat,
upacara kenegaraan, penyambutan tamu,
pesta, dan lain-lain. Apakah yang akan
terjadi apabila suatu pesta rakyat tanpa
musik? Tentunya pesta itu tidak akan
meriah. Sebuah pertunjukan tari akan
kacau apabila secara tiba-tiba musik
yang mengiringinya berhenti ditengah
jalan. Hal yang sama akan terjadi
pada gereja tanpa lonceng atau litany,
atau masjid tanpa bedug. Hal tersebut
tentunya akan kehilangan roh kekhidmatannya.
Bagi masyarakat,
kehadiran seni musik memiliki
bermacam-macam peran social,
diantaranya sebagai berikut:
a.
Media Rekreasi atau Hiburan
musik juga
digunakan sebagai hiburan,baik oleh masyarakat
maupun kaum bangsawan.Seni music banyak
menjadi pilihan untuk mendapatkan kesenangan.
Sebuah pagelaran
musik ternyata mampu menciptakan kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaruan kondisi yang telah ada. Dalam hal ini, musik memasuki psikologi kegembiraan massa sehingga mampu menghilagkan perasaan jenuh dan bosan terkurung dalam kerutinan kehidupan. Melalui syair dan iringan musik, kita dapat menikmati keindahannya.
Dalam hal ini musik
berfungsi sebagai cara untuk
menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas
sehari – hari sekaligus sebagai sarana rekreasi
dan pertemuan dengan warga masyarakat
lainya.
Umumnya
masyarakat Indonesia sangat antusias
dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan
musik di daerah mereka, mereka akan berbondong-
bondong mendatangi tempat pertunjukan untuk
menonton.
Pada jaman
dahulu, pada masa kerajaan memerintah di daerah-daerah
di Indonesia, setiap ada tamu kerajaan yang
datang maka akan disambut oleh iringan-iringan musik
tradisional sebagai upacara penyambutan dan sebagai
sarana penghibur bagi para tamu kerajaan untuk melepas
lelah.
b.
Media Komunikasi
Selain
menggunakan bahasa verbal
atau visual, jalinan komunikasi antaretnis,
bahkan antarnegara bias dilakukan
dengan seni musik. Saat ini terdapat
fenomena baru dalam mempertemukan
karya pemusik tradisional
dengan pemusik modern yang disebut
dengan kolaborasi. Melaliu bahasa
musik, syair lagu serta alunan musik,
pesan-pesan tertentu dapat disampaikan
dengan lebih indah.
Di berbagai
daerah di Indonesia, terdapat musik
yang mempunyai arti tertentu bagi warganya, pola dan ritme tertentu
menjadi tanda atas auatu peristiwa atau
kegiatan.
Di beberapa
tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang
memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya.
Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola
ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya
atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang
umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah
kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.
Pada jaman
dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi
antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan,
hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa
pada saat peperangan. Bunyi dan ritme gendering disini
bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan
sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme
untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada
pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas jelas
sekali bahwa musik dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi.
c.
Media Pendidikan
Diantara tujuan
pendidikan adalah membentuk
manusia berbudi pekerti
luhur. Secara filosofis titik tekannya
adalah obyek nilai dan moral pada
diri anak tersebut. Seni dapat dimanfaatkan
untuk membimbing dan mendidik
mental serta tingkah laku seseorng
agar berubah menjadi kondisi yang
lebih baik, antara lain memperhalus
perasaan, bersikap santun, berprilaku
lemah lembut, bermoral mulia,
dan berbudi pekerti luhur.
Kesukaan
terhadap nilai – nilai seni dan budaa harus
ditanamkan sejak dini supaya nilai – nilai
yang ada tetap terjaga kelestarianya.
d.
Media Pemujaan
Musik (vocal)
memainkan peranan penting
alam kegiatan beribadah atau
kegiatan keagamaan, seperti
pemujaan kepada kepada sang Pencipta
seperti yang dilakukan di Pura, Gereja,
atau Masjid. Dalam agama islam, lagu-lagu
pujian banyak diiringi dengan pukulan
rebana, sedangkan di Gereja didiringi
dengan piano, gitar atau alat musik lainnya.
3. Peredam Emosi Dan Kemarahan
Cara untuk
mengungkapkan kemarahan, para leluhur
orang jawa khususnya telah samapai pada
tingkat yang halis yakni melalui musik dan
alat musik gending. Orang dapat mengungkapkan
kemarahan, benci, rindu, jatuh
cinta, mengkritik, memuji, protes pada raja,
menyindir ahli agama dan sebagainya tanpa
melalui orang yang dituju.
4.
Upacara Budaya
Misal: upacara
kematian, kelahiran, pernikahan,
serta upacaranya keagamaan, di beberapa
daerah bunyi – bunyian yang dihasilkan
oleh instrument musik tertentu diyakini
mempunyai kekuatan magis.
Musik di
Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara-
upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara
keagamaan dan kenegaraan. Bunyi-bunyian dan nada-nada
yang dihasilkan sangat memungkinkan untuk mendukung
upacara budaya ( Ritual). Di beberapa daerah,
bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu
diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu,
instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Dari penjelasan di atas
maka dapat dikatakan bahwa
musik tradisional dapat berfungsi sebagai
sarana dalam suatu upacara budaya (Ritual).
Musik
tradisional bisa digunakan untuk mendukung kegiatan
upacara adat,contoh didaerah jawa barat dalam upacara
seperti upacara menenem padi (ngaseuk pare)contoh
alat musiknya angklung, yang digunakan dan
dimainkan dalam acara upacara adat untuk menghormati
Dewi Sri-sang Dewi kesuburan-agar melimpahkan
berkah kesuburan pada tanaman pertanian tersebut.
5.
Sarana Ekonomi
Musik tidak
hanya sekedar sebagai media ekspresi
dan aktualisasi diri, tetapi dapat juga dijadikan
sember penghasilan. Bagi seorang seniman yang bisa memainkan
alat music ataupun mencipta
lagu,maka mereka bisa bermain music dalam
suatu pertunjukan dan mendapatkan upah.
Bagi para musisi
dan artis professional, musik adalah sarana
penghidupan ekonomi mereka. Mereka dihargai lewat
karya (lagu) yang mereka buat dan yang mereka mainkan.
Semakin bagus dan semakin populernya suatu karya
seni musik maka akan semakin tinggi penghargaan yang
diberikan baik penghargaan dalam bentuk materiil maupun
moral.
Dalam dunia
industri musik, para musisi yang bekerja sama
dengan industri rekaman, mereka akan merekam hasil
karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat
(Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran.
Dari hasil
penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam
media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan
yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya
dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bias dilakukan
di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar
Indonesia yang dapat menghasilkan pendapatan bagi
mereka.
6.
Sarana
Penyembuhan (Terapi Kesehatan)
Ketika seseorang
mendengarkan music, gelombang
listrik yang ada di otak dapat diperlambat
atau dipercepat dan pada saat kinerja
system tubuh pun mengalammi perubahan.
Musik juga mampu mengatur hormone-hormon
yang mempengaruhi stress seseorang.
Dengan mendengarkan music kesukaan,
seseorang akan mampu terbawa kepada
suasana hati yang baik dalam waktu yang singkat. Namun kita juga harus jeli memilih genre music yang baik misalnya
dari segi melodi.
7.
Sarana Musikalisasi Puisi
Penggunaan music
pada pementasan puisi dapat
memberikan kesan hidup dan tidak monoton.
8.
Sebagai Pengiring Tarian
Musik dan tarian
masing-masing mempunyai pola dan ritme
yang saling berhubungan, suatu tarian tanpa diiringi
irama musik maka akan terasa hampa (kosong) dan
menyulitkan bagi sang penari karena mereka tidak mempunyai
gambaran ritme dan tempo yang akan mereka
gunakan untuk menuntun mereka dalam menari.
Di berbagai
daerah di Indonesia, bunyi-bunyian atau musik
diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian-
tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah
di Indonesia hanya bisa diiringi oleh music daerahnya
sendiri. Selain musik daerah, musik- music pop
dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian-tarian modern, seperti dansa,
poco- poco, dan sebagainya.
9.
Sarana
Perang
Pada point nomer
empat telah disinggung sedikit bahwa Pada
jaman dahulu, musik digunakan sebagai sarana komunikasi
antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan,
hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa
pada saat peperangan. Bunyi dan ritme gendering disini
bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan
sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme
untuk menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada
pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa musik dapat digunakan untuk
membantu strategi dalam berperang.
Selain digunakan
sebagai strategi dalam berperang, musik
juga dapat membangkitkan semangat juang para prajurit.
Dalam setiap kesatuan militer pasti mempunyai Mars
yang selalu mereka nyanyikan untuk meningkatkan dan
membangkitkan semangat dalam peperangan.
Zaman
dahulu,pada saat perang pemain musik tidak boleh
dibunuh karena pemain musik dalam medan perang
dilindungi Undang-undang,sebelum perang pemain
musik atau pemukul gendang dibunyikan sebagai pembangkit
semangat tempur.
Karya-Karya
Musik Tradisional
Musik tradisional merupakan
kekayaan budaya dan identitas setiap daerah dan
bangsa di belahan
nusantara. Setiap daerah memiliki cirri khas
musik tersendiri. Musik tradisional juga dinamakan
musik daerah.
Berdasarkan sifat dan
keberasalannya, musik
tradisional Nusantara dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1.
Musik Rakyat
Musik Rakyat
merupakan musik daerah yang lahir
dan diolah oleh masyarakat pedesaan, hidup dan
berkembang di tengah-tengah rakyat, disukai dan
tersebar sampai ke rakyat jelata.Ciri utama musik
rakyat yaitu memiliki bentuk dan teknik sederhana
serta tidak dikenal penciptanya ( NN = no name
). Tema musik rakyat banyak mengambil darikehidupan
sehari-hari masyarakat. Contoh musik
rakyat misalnya musik untuk pernikahan, kematian,
berladang berlayar, dan sebagainya.
2.
Musik Klasik
Musik
tradisional klasik merupakan musik rakyat
pilihan yang dikembangkan di pusat-pusat pemerintahan
masyarakat lama seperti ibukota kerajaan
atau kesultanan.Peran musik klasik yaitu diterapkan
pada upacara-upacara kerajaan. Musik ini
telah tertata dengan aturan-aturan yang baku seperti,
pemakaian notasi, syair, penggayaan vocal (cengkok).
Instrumen musik di beberapa daerah
:
1.
Musik Daerah Jawa Tengah : Gamelan Jawa
2.
Musik Daerah Bali : Gamelan Bali, Celempungan ; instrumennya berupa celempungan (bambu besar yang diberi dawai), kecapi, rebab, gendang, gong., Kliningan ; alat musik berupa gamelan dan seperangkat gendang. Calung ; alat musik berupa seperangkat bambu yang dipukul. Angklung ; alat musik dari bambu yang cara memainkannya dengan dikocok. Tarling ; instrumennya bermula dari gamelan bambu dan kecapi, lalu meningkat menjadi gamelan besi atau perunggu, gitar, dan suling. Nama tarling diambil dari singkatan gitar dan suling.
3.
Musik Daerah Jakarta: Gambang Kromong ; instrumennya terdiri dari biola, rebab, bonang, krecek, gendang, gong,dan gambang. Tanjidor ; instrumennya berupa terompet dan bas drum.
Siapa yang pernah tahu berapa
jumlah pasti alat musik
tradisional Indonesia. Sungguh sebuah kekayaan
intelektual milik budaya Indonesia yang tak
ternilai harganya. Namun dilain pihak banyak pula
yang tidak mengetahui bahkan sama sekali belum
pernah mendengar alat musik tradisional tersebut
dimainkan, ditengah derasnya industry musik
modern alat musik tradisional ini semakin terpinggirkan.
Alat musik tradisional yang
merupakan alat musik khas
Indonesia memiliki banyak ragam dari berbagai
daerah di Indonesia, namun banyak pula dari
alat musik tradisional Indonesia ‘dicuri’ oleh negara
lain untuk kepentingan penambahan budaya dan
seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta
seni budaya dari Indonesia.
Keunikan
Musik Dan Karakteristik Musik Tradisional
Tiap-tiap daerah memiliki keunikan
dalam seni musiknya. Keunikan atau ciri khas
tersebut dapat dilihat dari instrument ,melodi, ritme, harmoni, warna, maupun bangunan karya musik etnis nusantara
adalah "kenthongan". Berikut ini
jenis-jenis seni musik tradisional
dan ciri khasnya :
1.
Gamelan Jawa
Gamelan Jawa
merupakan seperangkat instrumen
sebagai pernyataan musikal yang sering disebut
dengan istilah karawitan. Karawitan berasal
dari bahasa Jawa rawit berarti rumit,berbelit-belit,tetapi
rawit juga berarti halus,cantik,berliku-liku
dan enak. Kata Jawa karawitan
khususnya dipakai untuk mengacu kepada
musik gamelan,musik Indonesia yang bersistem
nada non diatonis(dalam laras selendro dan
pelog) yg garapan-garapannya menggunakan sistem
notasi,warna suara, ritme, memiliki peran, pathet
dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia,
vokalia,dan campuran yg indah didengar.
2.
Gamelan Bali
Gamelan adalah
ensembel musik yang biasanya
menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana
merupakan satu kesatuan utuh yg diwujudkan
dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri
berasal dari bahasa Jawa gamel yg berarti memukul/menabuh,diikuti
akhiran an yg menjadikan kata
benda. Orkes gamelan kebanyakan
terdapat dipulau Jawa,Madura,Bali,dan Lombok
di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan
bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini,dan
di Jawa lewat abad ke-18,istilah gong lebih dianggap
sinonim dengan gamelan.
3.
Gambang Kromong
Sebutan Gambang
Kromong di ambil dari nama
dua buah alat perkusi,yaitu gambang dan kromong.
Bilahan gambang berjumlah 18 buah,biasa terbuat
dari suangking,huru batu atau kayu jenis lain
yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya
dibuat dari perunggu atau besi,berjumlah 10
buah(sepuluh pencon). Orkes Gambang Kromong merupakan
perpaduan yg serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara
fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat
musik gesek yaitu
Tehyan,Kongahyan,dan Sukong,sedangkan alat musik
lainnya yaitu gambang,kromong,gendang,kecrek,dan
gong merupakan unsur pribumi. Perpaduan kedua
unsure kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendarahaan lagu-lagunya.
4.
Tajidor
Tajidor adalah
sebuah kesenian Betawi yg berbentuk
orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad
ke-19. Alat-alat musik yg digunakan biasanya terdiri
dari penggabungan alat musik tiup,alat-alat musik
gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian
ini digunakan untuk mengantar pengantin atau
dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya
kesenian ini diadakan di suatu tempat yang
akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas
layaknya sebuah orkes. Kesenian Tajidor juga terdapat
di Kalimantan Barat,sementara di Kalimantan
Selatan sudah punah.
5.
Kolintang
Kolintang adalah
alat musik khas daerah Sulawesi
Utara. Kolintang berasal dari Minahasa. Kolintang
terbuat dari kayu lokal yang ringan namun
kuat seperti telur,bandaran,wenang,kanikik kayu
cempaka,dan yang mempunyai konstruksi fiber
paralel. Nama kolintang berasal dari suara tong(nada
rendah),ting(nada tinggi),dan tang(nada biasa).
Dalam bahasa daerah,ajakan "Mari kita lakukan
TONG TING TANG" adalah "Mangemo kumolintang".
Ajakan tersebut akhirnya berubah menjadi
kata kolintang.
6.
Angklung
Angklung adalah
alat musik tradisional Indonesia
yg berasal dari Tanah Sunda,terbuat dari bambu,yang
dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi
disebabkan oleh benturan badan pipa bambu)
sehingga menghasilkan bunyi yg bergetar dalam
susunan nada 2,3,sampai 4 nada dalam setiap ukuran,baik
besar maupun kecil. Laras(nada) alat musik
angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan
adalah salendro dan pelog.
Beberapa
Alat Musik Tradisional Indonesia
a.
Tanjidor
Tanjidor adalah
salah satu musik tradisionalnBetawi
yang sekarang sudah mulai jarang ditemukan.
Tanjidor adalah salah satu jenis musik yang
banyak mendapat pengaruh dari musik Eropa. Kata
"tanjidor" adalh kata dalam bahasa Portugis tangedor, yang artinya "alat - alat
musik berdawai". Dalam
kenyataanya, arti kata tanjidor tidak sesuai dengan
alat - alat musik yang dimainkan, dalam tanjidor,
alat - alat musik yang dimainkan kebanyakan
adalah alat musik tiup seperti, karinet, trombon,
piston, seksofon. Secara lengkap instrumen
musik yang digunakan dalam orkes tanjidor
adalah klarinet, pistone, trombon, terompet,
seksofon tenor, seksofone bass, drum, simbal,
side drum. Biasanya pemain tanjidor terdiri dari
10 - 7 orang pemain musik dan 1 - 2 orang penyanyi.
Musik yang muncul pada abad ke-18 ini, pada
zaman dahulu sering dimainkan oleh para sekelompok
petani yang menghabiskan waktunya setelah
musim panen. Mereka biasanya menunjukan
kebolehan mereka dengan cara mengamen
dari rumah ke rumah, dari restoran ke restoran.
Pada zaman
dahulu tanjidor juga sering ditampilkan
dalam acara - acara besar, seperti acara
Hari besar islam, parayaan cina yang sering disebut
"Cap Go Meh", atau bisa ditemukan juga pada
hari sedekah bumi yang menjadi tradisi masyarakat
petani Cirebon. Namun pada akhir - akhir
ini musik tanjidor sudah jarang sekali ditampilkan,
munkin hanya sesekali saja, biasanya untuk
sekarang - sekarang ini tanjidor hanya ditampilkan
pada waktu Penyambutan tamu agung, Perhelatan/pengarakan
pengantin. Adapun lagu - lagu
yang sering dimainkan dalam orkes tanjidor adalah
Kramton dan Bananas (yang merupakan lagu Belanda),
Cente Manis, Keramat Karam, Merpati Putih,
Surilang. Adapun lagu yang terkenal adalah Warung
Pojok.
b.
Rinding
Alat Musik
Tradisional Desa Beji Desa Beji memiliki
alat musik tradisional yang bernama Rinding.
Masyarakat Desa Beji meyakini bahwa Rinding
merupakan alat musik warisan para leluhur,
khususnya Kecamatan Ngawen dan sekitarnya.Bahan
baku Rinding adalah bambu. Rinding
berukuran panjang sekitar 20 centimeter dan
lebar sekitar 5 centimeter. Untuk menghasilkan suara,
Rinding dimainkan dengan cara ditempelkan di
mulut dan ditiup. Bunyi musik akan tercipta dengan
menarik tali berulang-ulang sesuai nada. "Tidak
semua orang dapat memainkan Rinding. Orang
tua kami mengatakan bahwa Rinding merupakan
alat musik untuk menghormati arwah para
leluhur," kata Sudiyo (70), sesepuh pengelola Hutan Wonosadi. Rinding hanya dimainkan
pada saat acara Sadranan di Hutan Wonosadi.
Sadranan merupakan ritual yang dilakukan setahun
sekali setelah panen.(BJ-33)
c.
Rebana
Rebana merupakan
alat musik islami, terbuat
dari papan kayu pilihan, dibulatkan dengan pisau
khusus dan dilobangi dengan mesin bubut dengan
desain khusus pula. Pada sisi sebelahnya dipasang
kulit yang sudah dikeringkan dan disamak putih.
Eksistensi
Rebana di desa Kaliwadas, kecamatan
Bumiayu, Jawa tengah berawal dari keuletan
Bapak Madali ( alm ) dan Bapak Toip sebagai
pembantu dalam membuat alat musik pengiring
Sholawat ini pada tahun 1950-an. Saat itu pembuatan
rebana boleh dibilang masih sebagai pengisi
waktu luang disela – sela kesibukan mereka bertani.
Pembeli serta penikmat suaranya yang khas
pun masih terbatas orang – orang berusia tua dan
di daerah terdekat saja. Jenis
rebana saat itu hanya ada 2 macam :
1.
Rebana Syaraka dengan diameter 38 – 39 cm, tinggi 10 cm terbuat dari kayu mangga, laban hingga sawo dan
2.
Rebana Jawa Klasik yang terbuat dari kayu kelapa ( Glugu ) sebagai adaptasi alat musik yang konon dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga.
Tahun 1970-an H.
Sulaiman ( alm ) seorang pengusaha
dari Tasikmalaya yang membuka tokoh aksesoris
dari kerang – kerang laut di jalan pasar ikan,
Jakarta datang berkunjung. Beliau sempat tertarik
melihat ketekunan dan kerajinan Bapak Toip
yang notabene ayah kami dalam membuat rebana
sehingga kemudian mengajaknya membuka usaha
sendiri dan memberinya modal yang kelak menjadi
modal gratis !
Kemudian dari
tokoh dengan nama “Setia” inilah
kemudian rebana dikenal luas. Puncak kejayaannya
terjadi pada tahun 1999 hingga sekarang.
d.
Angklung
Angklung adalah
alat musik multitonal (
bernada ganda ) yang secara tradisional berkembang
dalam masyarakat berbahasa Sunda di pulau
Jawa bagian Barat. Alat musik ini dibuat dari bambu,
dibunyikan dengan cara digoyangkan (
bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu
) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar
dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam
setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras
( nada ) alat musik angklung sebagai musik tradisi
Sunda kebanyakan adalah Salendro dan Pelok.
Angklung
terdaftar sebagai Karya Agung Warisan
Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari
UNESCO sejak November 2010.
Tidak ada
petunjuk sejak kapan angklung digunakan,
tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan
dalam kultur Neolitikum yang berkembang
di Nusantara sampai awal penanggalan Modern,
sehingga angklung merupakan bagian dari relic
pra – Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai
angklung baru muncul merujuk
pada masa Kerajaan Sunda ( abad ke – 12 sampai
abad ke – 16 ). Asal – usul terciptanya musik bamboo,
seperti angklung berdasarkan pandangan hidup
masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber
kehidupan dari padi ( pare ) sebagai makanan
pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan
terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang
dewi padi pemberi kehidupan ( hirup – hurip
).
Masyarakat
Baduy, yang dianggap sebagai sisah
– sisah masyarakat sunda asli, menerapkan angklung
sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman
Padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga,
Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak
lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berasal
dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan
untuk memikat dewi Sri turun kebumi agar
tanaman Padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bamboo
yang biasa digunakan sebagai alat
musik tersebut adalah bambu hitam ( awi wulung
) dan bambu putih ( awu temen ). Tiap nada (
laras ) dihasilkan dari bunyi bambunya yang terbentuk
bilah ( wilahan ) setiap ruas bamboo dari ukuran
kecil hingga besar.
Dikenal oleh
masyarakat Sunda sejak masa Kerajaan
Sunda diantaranya sebagai pengunggah semangat
dalam pertempuran. Peran angklung sebagai
pemompa semangat rakyat masih terus terasa
sampai pada masa penjajahan, sebab itu pemerintah
Hindia Belanda sempat melarang masyarakat
menggunakan angklung, pelarangan itu sempat
membuat popularitas angklung menurun dan
hanya dimainkan oleh anak – anak pada waktu itu.
Selanjutnya lagu
– lagu persembahan terhadap
Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring
bunyi tabuh yang terbuat dari batang – batang
bamboo yang dikemas sederhana yang kemudian
lahirlah struktur alat musik bambu yang kita
kenal sekarang bernama angklung. Kemudian pula
pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan
permainan angklung. Terutama pada
penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara
padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan
yang sifatnya arak – arakan atau helaran,
bahkan disebagian tempat menjadi iring – iringan
Rengkonh dan Dongdang serta Jampana (
usungan pangan ) dan sebagainya.
Dalam
perkembangannya, angklung berkembang
dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke
Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah
misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand,
antara lain ditandai penyerahan angklung,
lalu permainan musik bambu ini pun sempat
menyebar disana. Bahkan sejak 1966, Udjo Ngalagena_
tokoh angklung yang mengembangkan teknik
permainan berdasarkan laras – laras pelog, salendro,
dan madenda_mulai mengajarkan bagaimana
bermain angklung kepada banyak orang dari
berbagai komunitas.
e.
Bonang
Barung
Bonang adalah
alat musik yang digunakan di Jawa
Gamelan. Ini adalah kumpulan gong kecil (kadang
– kadang disebut “ ceret” atau “pot” ) ditempatkan
secara horizontal ke string dalam bingkai
kayu ( Rancak ), baik 1 atau 2 baris lebar. Semua
ceret memiliki bos pusat, tapi disekitarnya yang
lebih rendah bernada datar yang memiliki kepala,
sedangkan yang lebih tinggi memiliki melengkung
1. Masing – masing sesuai untuk pitch tertentu
dalam skala yang sesuai. Mereka biasanya memukul
dengan tongkat berlapis ( tabuh ).
Bonang dapat dipalsukan terbuat dari perunggu,
di las dan dingin dipalu
besi, atau kombinasi dari logam. Selain
berbentuk gong bentuk ceret, ekonomis dipalu
boning yang terbuat dari besi atau plat kuningan
dengan mengangkat bos sering ditemukan di
Desa Gamelan, di Suriname Gamelan gaya, dan dalam
beberapa gamelan Amerika.
Bonang barung
yang bernada 1 oktaf dibawah
boning panerus, dan juga secara umum mencapai
2 oktaf, kira – kira kisaran yang sama seperti
demung dan saron digabungkan. Ini adalah salah
satu instrument yang paling penting dalam ansambel,
karena memberikan banyak isyarat untuk
pemain lain dalam gamelan.
Bagian – bagian
yang dimainkanoleh boning barung
lebih kompleks dari pada banyak instrument
dalam gamelan, dengan demikian, pada umumnya
dianggap sebagai instrument mengelaborasi.
Kadang – kadang memainkan melodi berdasarkan
balungan, meskipun umumnya diubah dengan
cara yang sederhana. Namun, juga dapat dimainkan
pola yang lebih kompleks yang diperoleh dengan
menggabungkan barung dan panerus patters,
seperti saling silih bergantinya bagian (
imbal ) dan interpolasi dari pola melodi jerau (
sekaran ). Tunggal, i-berbentuk, baris, boning juga merupakan instrument melodi terkemuka di
Sunda Degung. Boning mirip dengan Bali reong.
Kesimpulan
Musik tradisional adalah musik yang berkembang di daerah sekitar musik itu
berasal. Musik tradisional disebut juga musik
daerah, yaitu merupakan jenis
musik yang muncul atau lahir dari budaya
daerah secara turun-menurun. Musik tradisional
sangat banyak perannya dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam segi individual, sosial,
pendidika, agama dan lain sebagainya. Alat Musik
Tradisional ini merupakan suatu cirikhas sebuah
bangsa, maka menjaga, memelihara dan melestarikan
budaya dengan alat alat musik tradisional
merupakan kewajiban dari setiap individu,
dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan
yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap
suku bangsa. Alat Musik tradisional juga dapat
di kolaborasikan dengan musik moderen yang tidak
kala menarik untuk di saksikan.
Saran
Alat Musik Tradisional jangan
pernah di tinggalkan
karena musik tradisional adalah warisan nenek
moyang suatu bangsa yang di turunkan secara
turun temurun. Sebagai generasi muda penerus
bangsa, kita memiliki kewajiban dalam melestarikan
budaya serta mempelajari budaya, terutama
budaya Indonesia sendiri, sehingga budaya
atau tradisi yang berasal dari Indonesia tidak
hilang bersama dengan berkembangnya zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya