animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Minggu, 16 Juli 2017

Cerpen "Cerita Hidupku yang Pilu"



Cerita Hidupku yang Pilu

          Namaku Sherin Erika Ningtias, aku tinggal di desa Jambu, aku anak dari almarhum Barlian Joni dengan Aswani. Aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Febyan Dwi Putri. Ayahku meninggal karena sakit paru-paru. Menurut dokter paru-paru yang sebelah kiri sudah habis karena dinamakan kuman TBC. Kami sekeluarga sudah berusaha mengobati ayahku dengan berbagai cara, Namun Allah berkehendak lain.
          Pada saat ayahku meninggal, aku masih berumur 10 tahun. Dimana aku masih sangat membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah. Tapi aku selalu berpikir positif, mungkin karena aku belum tahu benar apa arti sesungguhnya dari semua ini.
          Setelah ayahku meninggal aku mendapatkan kasih sayang dari pakdeku, namun semua itu tidak berlangsung lama, setelah 1 tahun lewat 3 hari ayahku meninggal, pakdeku ikut menyusul ayahku pergi, sakit yang diderita pakdeku hampir sama dengan penyakit ayahku dulu, disaat itulah aku merasa sangat sedih, padahal aku selalu berharap bahwa pakdeku bisa berkumpul dengan kami lagi.
          Sepertinya cobaan selalu datang kepadaku baru 1 tahun pakdeku meninggal adik kandung pakdeku juga ikut pergi, meninggalnya pakdeku yang kedua ini sangat mengguncang keluarga kami terutama nenekku, bagaimana tidak nenekku sangat menyayanginya. Disaat nenekku naik haji, pakdelah yang selalu menemani nenekku. Pakdeku yang meninggal pertama mungkin nenekku masih bisa menahan dukanya karena waktu pakdeku sakit neneklah yang selalu bolak-balik dari desa Jambu ke Penembang, dan waktu pakdeku yang pertama meninggal nenek ada disampingnya pada saat ia sakratul maut. Tapi untuk yang kali ini pakdeku meninggal tanpa sakit. Dan waktu nenekku sampai di Bumi Ayu IV nenekku hanya bisa melihat pakdeku sudah ditutupi kain.
          Pada saat nenekku tiba disana ia belum tersadar bahwa pakdeku sudah tiada sehingga ia mengatakan sudah parah sekali penyakit pamanmu ini cu, pada salah seorang bibiku langsung mengatakan bahwa pakdeku sudah meninggal, setelah mendengar itu, nenekku langsung berteriak dan berlari menuju jasad pakdeku. Lama nenekku menyembuhkan dukanya. Mungkin duka nenekku tidak bisa disembuhkan dengan apapun.


          Sampai saat ini aku sering sekali melihat nenekku bersedih, sering sekali aku melihat nenekku memandangi foto pakdeku sambil menangis, terkadang aku sedih melihatnya, dan aku seringkali mendengar nenekku mengatakan bahwa benar-benar sudah tiada pakdemu Rin. Terkadang ingin aku bertanya bagaimana caranya supaya duka nenek hilang. Sering sekali nenek mengomel tanpa sebab. Mungkin karena tidak tahan menahan dukanya sehingga nenek melampiaskannya dengan cara mengomel.
          Sepertinya cobaan tidak mau pergi dari kami ditahun 2013 kakek kandungku yaitu ayah dari ayahku meninggal. Hatiku sangat hancur apalagi aku sudah 6 bulan tidak melihat kakekku. Aku tidak menyangka kalau aku akan melihat kakekku pada saat ia terbujur kaku untuk yang pertama dan terakhirnya. Rasanya seperti mimpi sering kali aku mengatakan pada diriku tolong bangunkan aku dari mimpi ini aku nggak mau lagi bermimpi, tapi inilah kenyataannya semua bukan mimpi. Lama aku memendam duka itu sampai saat ini pun aku sering sekali menangis jika teringat dengan kakek.
          Terkadang aku berpikir Allah tidak adil terhadap hidupku, kenapa tuhan mengambil semua orang yang aku sayang. Kenapa aku tidak sama dengan kehidupan orang lain. Sering sekali aku mengatakan, ambil semua dariku tuhan, ambil jika memang itu yang engkau inginkan. Aku tahu, aku tidak pantas mengatakan semua itu. Tapi aku sedih mengapa aku kehilangan semua orang-orang yang aku sayangi. Aku selalu berharap ketika aku datang ke Datar Lebar aku bisa melihat seorang laki-laki yang sudah berusia senja sedang duduk di teras rumah sambil minum kopi dan mengatakan kesini kamu tadi cu. Dan aku selalu berharap bahwa setiap kali aku kesana ia yang menyambutku sambil tersenyum. Sering sekali aku menunggu di depan rumah sambil memandangi bukit-bukit yang ada di sekeliling, dan saat itulah aku tersadar bahwa kakekku benar-benar sudah tiada.
          Pernah sekali aku pulang dari sekolah, pada saat itu aku sendiri di rumah. Pada saat aku membuka pintu aku seperti melihat bayangan ayahku. Ketika aku melihatnya, aku langsung menangis dan terduduk, aku menangis sejadi-jadinya sambil aku mengatakan kembali ayah aku mohon. Tapi aku sadar ayahku takkan kembali lagi.




          Saat ibu mengomel ia seringkali mengatakan bahwa kamu itu sudah yatim. Waktu kakekmu meninggal dulu kami sudah besar dan sudah menikah. Mendengar semua itu, aku hanya bisa terdiam. Tapi dalam hati aku mengatakan iya aku memang anak yatim, aku memang tidak seberuntung kalian, tapi kalian harus tahu, tidak ada orang yang mau jadi anak yatim di dunia ini. Tanya pada semua orang yang tidak mempunyai ayah, pasti mereka akan menjawab sama seperti apa yang aku jawab.
          Jika aku tahu akan menjadi anak yatim mungkin aku tidak mau dihidupkan di dunia ini. Kalian tidak tahu betapa irinya aku disaat semua orang bisa membanggakan ayah mereka, sedangkan aku hanya bisa ikut tertawa saja. Aku juga ingin membanggakan ayahku, aku juga ingin menceritakan kepada semua teman-temanku bahwa aku kemarin diajak jalan-jalan sama ayahku kesanalah, kesitulah. Kapan aku bisa seperti itu, kapan? Mungkin seumur hidup aku tidak akan bisa mengatakan seperti itu. Aku tidak mengapa punya keluarga yang pas-pasan, asalkan aku punya keluarga yang lengkap.
          Ada sebuah catatan di buku agenda ayahku, ia membuatnya pada saat ia masih sakit. Buku itu adalah buku kerjanya yang diberikan kepala sekolah tempat dimana ayahku biasa mengajar. Disana ia mencatat apapun yang ia kerjakan setiap harinya. Tulisan yang begitu rapi dan kepala sekolahnya pun sering memuji tulisan ayahku yang begitu rapi dan disaat itulah aku membuka sebuah catatan ayahku.
    Pada hari Senin 8 Februari 2010± pukul 12.00. Bapak kepala sekolah Muassahiding beserta pak Marwan, pak Fauzi Yanto dan ibu Cica Herlina ditemani anak-anak kelas IV ditambah perwakilan dari kelas V dan VI berkunjung kerumah. Bahagia rasanya dikunjungi teman sejawat dan murid-murid. Mereka terus memberikan dorongan dan do’a supaya lekas sembuh dan bisa berkumpul seperti dulu untuk melaksanakan tugas sebagaimana biasanya.
    Namun dibalik rasa bahagia itu ada rasa sedih yang mendalam yang tidak-tidak bisa dituliskan dengan angan-angan dan tak bisa terungkap dengan kata-kata. Mungkinkah kita bisa berkumpul dan tertawa seperti dulu lagi? Hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.
         

Air mataku pun mengalir tiada hentinya. Jawaban itu semua sangat menyakitkan hati, dalam setiap sujudku aku selalu berdo’a agar Allah selalu membuat ayahku tersenyum dan satu hal yang tak terlupakan ialah aku selalu berharap bahwa di akhirat nanti aku bisa melihat ayahku lagi, walaupun itu hanya sekilas atau pun dari jarak jauh, itu pun sudah cukup untukku. Tapi jika boleh meminta lebih aku akan berharap bahwa aku bisa berkumpul, tertawa dan aku akan memeluk ayahku sambil membisikkan aku sangat menyayangimu ayah.
Terus menangisi kepergian ayah itu mugkin tidak ada gunanya, kini aku hanya bisa berdo’a untuknya, yang harus aku lakukan saat ini ialah belajar dan sekolah dengan baik supaya aku bisa membanggakan orang-orang yang saat ini ada di sekelilingku. Aku janji tidak akan pernah mengecewakan kalian my family.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...