animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Selasa, 04 Juli 2017

Peran Tari Tunggal Nusantara



Peran Tari Tunggal Nusantara

Ungkapan ekspresi yang terdalam, banyak diwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satu di antaranya dalam bentuk gerakan, yaitu tarian. Ungkapan ekspresi tersebut berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Penciptaan tari Nusantara pada umumnya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritual.
A.          Fungsi Tari Tunggal Nusantara
1.            Dari segi spiritual :
Banyak tari Nusantara yang diciptakan sebagai media untuk kegiatan yang bersifat ritual dan sakral serta banyak mengandung unsur magis. Selain itu, tari-tarian diciptakan untuk memperoleh kepuasan batin (spiritual) di mana tari-tarian tersebut berperan sebagai sarana pertunjukan yang tidak jarang di dalamnya mengandung pula unsur-unsur pendidikan, norma, nilai atau pesan-pesan untuk kepentingan tertentu.
2.            Dari segi material :
Banyak tari Nusantara yang dijadikan seni pertunjukan komersial sehingga para pelaku yang terlibat dalam seni pertunjukan tersebut memperoleh keuntungan material.

B.          Peran Tari Tunggal Nusantara
Tari tunggal mempunyai peran sebagai berikut:
1. Sebagai media ekspresi
2. Sebagai media komunikasi
3. Sebagai media berpikir kreatif
4. Sebagai media mengembangkan bakat
Dalam penyajiannya Tari tunggal dibawakan oleh seorang penari. Tari tunggal juga dapat dibawakan oleh lebih dari satu orang, secara berpasangan ataupun massal.






Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 845) “peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan”.
Soekanto (1984: 237) “Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)”. Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.
Nasution (1994: 74 ) menyatakan bahwa “peranan adalah mencakup kewajiban hak yang bertalian kedudukan”. Lebih lanjut Setyadi (1986 : 29 ) berpendapat ”peranan adalah suatu aspek dinamika berupa pola tindakan baik yang abstrak maupun yang kongkrit dan setiap status yang ada dalam organisasi”.
Usman (2001 : 4 ) mengemukakan “ peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah suatu pola tindakan yang dilakukan oleh aparat desa baik secara individual maupun secara bersama-sama yang dapat menimbulkan suatu peristiwa.
Menurut (Berlo1961: 153) Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan :
(1)        ketentuan peranan,
(2)        gambaran peranan, dan
(3)        harapan peranan. Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku yang harus ditampilkan oleh seseorang dalam membawa perannya
1.            Seni Tari Sebagai Media Ekspresi
Tari sebagai media ekspresi adalah salah satu peran tari selain sebagai media komunikasi , media berpikir kreatif dan media mengembangkan bakat .  Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan si pencipta tari. Masalah ungkapan tari sebagai ekspresi subyektif juga dikemukakan oleh La Meri, di sini ungkapan dimaksud lebih diubah proporsinya menjadi bentuk obyektif. Di sisi lain diungkapkan oleh Soedarsono, tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah.
Selanjutnya, pola dan struktur dari alur gerakan lebih berirama. Porsi alur gerak anggota tubuh diselaraskan dengan bunyi musik atau gamelan. Di mana bunyi gamelan diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tari.
Fungsi seni sebagai media ekspresi adalah fungsi yang utama dari kehadirannya. Pernah dalam suatu masa, fungsi ini adalah fungsi yang sangat ditonjolkan, bahkan mutlak, tidak dapat dicampuri oleh fungsi-fungsi yang lain. Seakan-akan adalah hal yang tabu bilamana seni itu dicampuri dengan soal dan masalah lain.
Seni sebagai satu-satunya media untuk mengekspresikan isi hati seniman, agar dapat diterima oleh masyarakat penikmat seni tari, sejak kelahirannya yang pertama hingga sekarang mengalami perkembangan. Dari mula-mula yang primitif hingga sekarang seni modern. Namun fungsi utama ini tetap tidak pernah berubah, semakin terampik dan berbakat seorang seniman menggunakan seni untuk mengekspresikan isi hatinya, semakin tinggi dan bermutu seni yang dia hasilkan dan semakin besar pula nama seniman itu. banyak nama-nama besar, baik dalam bidang seni rupa, musik, tari, karawitan, pedalangan atau sastra, yang adalah seniman dengan ketrampilan dan bakatnya dalam mengekspresikan jiwanya melalui seni. Jadi kebesaran para seniman itu selalu terletak pada fungsi seni.
Manusia mengenal berbagai media ekspresi. Media ekspresi yang mengandung unsur artistik itu merupakan seni sedangkan yang tidak mengandung dan mengedepankan unsur artistik merupakan non seni. Berbagai media ekspresi itu pada dasarnya merupakan isyarat. Isyarat itu dapat menggunakan badan atau diri manusia itu sendiri dan isyarat yang menggunakan peralatan.
Adapun isyarat-isyarat yang menggunakan badan manusia itu sendiri misalnya dengan mengeluarkan suara seperti bersiul, berteriak, berkata. Dengan menggerakkan badan seperti melambai, menggeleng, menginjak-injakkan kaki dan menari. Isyarat yang menggunakan media misalnya memukul-mukul sesuatu, meniup sesuatu dan sebagainya.



Apabila sarana-sarana ekspresi itu disertai unsur artistic maka terjadilah seni, misalnya berkata yang disertai unsur artistik akan menjadi sastra, baik secara tertulis atau diucapkan. Berbunyi yang disertai dengan unsure artistik akan melahirkan musik dan nyanyi. Gerakan yang disertai unsur artistik akan melahirkan tari.
Demikianlah seni tari sebagai media ekspresi yang telah membawa seniman ke puncak kebesarannya. Sebaliknya, berkat seniman yang memanfaatkan seni tari untuk media ekspresinya, maka seni tari menjadi meningkat makin maju dan bermutu tinggi.

2.            Seni Tari Sebagai Media Komunikasi
Tari sebagai media media komunikasi adalah salah satu peran tari selain sebagai media ekspresi, media berpikir kreatif dan media mengembangkan bakat . Seni merupakan alat komunikasi yang halus sebab simbolis yang terkandung dalam karya seni yang bersangkutan sehingga dalam seni dituntut lebih banyak persyaratan untuk dapat mengungkapkan misi yang akan di sampaikan.
Pengertian apresiasi tidak terbatas pada kemampuan mengungkap misi, baik yang menyampaikan atau yang menerima misi (pemirsa atau pemerhati seni). Pada prinsipnya, apresiasi seni adalah aktivitas mental yang mencakup penghargaan yang bersifat subjektif, namun bagi kritikus seni penilaian sebuah karya tetap akan menjurus pada objektivitas.
Tarian daerah biasanya diciptakan untuk kepentingan sosial. Tari ini digunakan sebagai sarana pergaulan, komunikasi dan hiburan. Tarian ini sering ditampilkan dalam suatu perayaan. Dengan fungsi tari menjadi dekat rakyat kecil sehingga tarian untuk sosial kebanyakan digunakan tarian rakyat.
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, atau unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya. Tari pada kenyataan sesungguhnya adalah penampilan gerak tubuh, oleh sebab itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk mendapat makna gerak.

Tari adalah salah satu cabang seni yang memperoleh perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal itu menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja. Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.
Penampilan suatu seni tari menyampaikan pesan yang ada dalam setiap gerakannya. Contoh seni tari yang digunakan sebagai media komunikasi yaitu Tari Pakarena dari Sulawesi Selatan yang digunakan untuk mengucapkan selamat datang kepada para tamu. Contoh lainnya merupakan Tari Topeg Cirebonan, tari ini mengandung simbol-simbol yang melambangkan berbagai aspek kehidupan seperti nilai kepemimpinan, kebijaksanaan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa. Dalam hubungan ini maka seni Tari Topeng ini dapat digunakan sebagai media komunikasi yang sangat positif sekali.

3.            Seni Tari Sebagai Media Berpikir Kreatif
Tari sebagai media berpikir kreatif adalah salah satu peran tari selain sebagai media ekspresi, media komunikasi dan media mengembangkan bakat . Kecerdasan manusia meliputi tujuh aspek, yaitu logika, bahasa, visual, kinestik, musik, intrapersonal, dan interpersonal. Ketujuh aspek itu perlu memperoleh perhatian yang seimbang dalam pendidikan sehingga murid akan bisa lebih berpikir kreatif. Seni tari, sebagai salah satu pendidikan seni di sekolah, dapat mengembangkan kemampuan dalam aspek kinestik. Seni tari bisa menjadi sebuah media untuk bisa berpikir kreatif.





Era global yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan individu- individu yang kreatif dan produktif. Oleh sebab itu, kreatifitas perlu ditumbuhkambangkan khususnya pada anak-anak usia dini, sebab pada usia itu berlangsung periode puncak perkembangan kreatifitas. Pada saat inilah krastivitas secara alamiah muncul sangat tinggi, tercermin dalam perilaku anak yang selalu ingin tahu dan senang bertanya serta mempunyai daya khayal tinggi.
Secara umum sudah banyak dipahami bahwa dalam rangka mengembangkan kreatifitas, peran pendidik sangatlah penting. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kreatifitas, baik dirumah atau disekolah. Upaya itu mangacu pada hakekat kretivitas, peranan pendidik dalam pengembangan kreatifitas, dan upaya peningkatan kreatifitas anak pada usia dini. Anak yang kreatif dan cerdas tidak akan jadi dengan sendirinya, melainkan harus diarahkan. Salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreatifitas anak. Disisi lain kreatifitas yang mensyaratkan kebebasan tak akan berkembang apabila si anak tidak diberi kesempatan. Kesempatan tanpa bataspun dapat berakibat buruk dan justru tidak menunjang kreatifitas, sebaliknya disiplin yang kaku tanpa toleransi akan berpotensi mematikan kreatifitas. Oleh sebab itu, kebebasan dan disiplin harus dimainkan secara serasi agar dapat mengembangkan potensi secara optimal.
Untuk menjadikan bibit unggul yang berkualitas suasana kasih sayang dan stimuli mental diperlukan untuk merangsang daya kreatifitas anak. Rangsangan itu bias dengan musik, mengunjungi pameran, menonton pertunjukan wayang, olah raga dan lain-lain. Aktifitas berkesenian baik di ruangan kelas ataupun di luar kelas, pada dasarnya dapat merangsang perkembangan jiwa anak. Kelancaran dalam mengungkapkan perasaan dalam bentuk seni yang tidak harus mementingkan hasil sebagai tujuan, dapat mendorong fungsi-fungsi jiwa anak berkembang aktif. Fungsi jiwa anak seperti merasakan, berfantasi, berfikir, berkehendak dan kemampuan motorik dalam merespon yang ada, akan terbina dan melatih kepekaan. Ketajaman inderawi yang diasah melalui kegiatan seni yang mengedepankan proses, pada gilirannya dapat membantu jiwa anak tanggap pada lingkungan sekitarnya. Sebab aspek emosional yang dominan dalam kegiatan seni akan tersalurkan secara wajar.
Keragaman rangsang itu dapat memberi kontak langsung dengan potensi unggul yang dimiliki anak pada usia dini guna meningkatkan kecerdasan serta krativitas. Imajinasi merupakan kata kunci kreatifitas. Tanpa imajinasi kreatifitas tak akan berkembang. Jangan heran, ada banyak penemuan-penemuan ilmiah yang berawal justru dari imajinasi.
Dalam upaya memberdayakan seni tradisi sebagai media pengembangan kreatifitas, selain kesiapan pendidik dan anak didik beberapa hal yang perlu diperhatian adalah, tersedianya sarana penunjang, lingkungan yang mendukung, memberi kesempatan bebas, keterbukaan, dan penghargaan. Jika berbicara seni tradisi akan berhadapan dengan dua substansi yaitu benuk fisik dan non fisik. Bentuk fisik merupakan yang terlihat oleh indera kita seperti, geraknya, komposisi ruangnya, busananya, rias busananya, dsb. Sedangkan bentuk non fisik merupakan isi, spirit, ceritera, rasa, kesan yang muncul dari peristiwa seni. Keduanya adalah sumber yang tak akan habis sebagai bahan pengembangan kreatifitas.
Setting budaya jawa yang masih ada sekarang sebetulnya mempunyai kekayaan, keragaman seni tradisi yang luar biasa banyaknya, yang semuanya dapat digunakan sebagai bahan dalam mengembangkan kreatifitas. Tradisi kita mempunyai kekuatan yang besar sebab berada dalam suatu lingkungan, dimana setting kulturnya jelas, yaitu kebudayaan “jawa”. Dan apabila kita membicarakan tradisi, jangan terimajinasi dengan pemikiran “tradisi” itu kuno, kolot, ketinggalan jaman, dan sebagainya. Tradisi akan selalu berjalan, berkembang sesuai dengan jamannya. Oleh sebab itu nilai-nilai yang terkandung di dalam seni, selalumacam - macam pula bentuk, gaya, corak, dan kualitas serta fungsinya. Permasalahannya adalah; masihkah kita memahami seni tradisi kita, jangan-jangan kita hidup dalam setting budaya jawa yang mempunyai seni tradisi banyak, tetapi kurang mengkaji substansinya, sehingga tumpuannya hanya pada ragangane saja. Karena kekurang pahaman kita, lalu menjadi gampang berubah moyak-mayik. Kalau kita ingin sesuatu yang esensial, kita harus mau mancari betul atau mengakaji sedalam-dalamnya. Sebagai contoh; kalau kita akan mengembangkan seni tari tradisi jawa sebagai sumber kreatifitas, idealnya kita harus mengaji esensi tari sedalam-dalamnya, “sastra gendinge” jangan hanya dari sisi geraknya saja. Sebab kalau hanya dari sisi gerak/jogedanya saja ragangannya tipis sekali. Gerak dalam tari tradisi gaya Sala itu terbatas sekali.
Seni tradisi secara mendasar mempunyai vokabuler-vokabuler yang lalu menyatu dalam keutuhan yang mapan, dan digunakan secara terus menerus dari generasi kegenerasi. Keragaman vokabuler inilah kekayaan tidak ternilai sebagai bahan yang dapat secara leluasa dikembangkan sesuai dengan penafsiran dan kreatifitas masing-masing. Seni tari apabila dicermati terdiri dari komponen-komponen, yang masing-masing komponen mempunyai vokabuler yang berbeda. Diantara komponen itu al: strukturnya, pendukungnya, geraknya, kostumnya, iringannya, propertinya, tata pentasnya, pola lantainya, fungsinya, latar belakang, ceritanya, dll. Dari komponen geraknya, tari tradisi jawa mempunyai vokabuler seperti; tanjak, lumaksana, srisik, besud, ulap-ulap, sabetan, nikel warti, sembahan dan masih banyak lagi. Demikian juga rias busana tari tradisi juga mempunyai vokabuler, seperti paesan, dodot, supit urang, panjen, dll. Beruntung sekali, bahwa gerak yang ada dalam seni tradisi jawa tidak ada pembedaan atau klasifikasi berdasar umur, dengan demikian membuat ruang gerak kreatif untuk keperluan kreatifitas anak-anak sangat leluasa.
Dalam laku kreatif, sebenarnya apa saja dapat digunakan sebagai sumber kreasi, termasuk seni tradisi. Namun yang perlu diperhatikan bahwa vokabuler atau bahan yang telah ada dalam tradisi merupakan sebagai sarana, sarana untuk kebutuhan ungkapan atau kepentingan tertentu, bukan sebagai tujuan. Apabila kita dapat memahami hal ini, maka perlakuan kita dalam mengolah bahan adalah wilayah kerja yang sangat leluasa, penuh interpretasi, serta selalu terformat dalam bingkai nilai yang aktual. Pengertian kreatifitas dalam pembelajaran seni itu sebenarnya tebanya sangat luas dan mempunyai modus, sistem, kerja, achievement, out put berbeda-beda. Keberhasilan sebuah pengembangan kreatifitas akan saling berkaitan antara individu dan komunitasnya.

4.            Seni Tari Sebagai Media Pengembangan Bakat
Seni adalah istilah yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita mendengar kata seni maka yang mungkin muncul dalam benak kita merupakan suatu karya seni entah berupa benda, musik, bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang seniman yang tentunya sangat berbakat dan mempunyai kreatifitas tinggi.
Tari sebagai media mengembangkan bakat adalah salah satu peran tari selain sebagai media ekspresi, media komunikasi dan media berpikir kreatif. Umumnya orang berpendapat bahwa bakat dibawa anak sejak lahir, namun bakat yang terpupuk sejak lahir akan lebih baik perkembangannya, sebaliknya walaupun berbakat tetapi tidak dipupuk maka pudarlah bakat itu. Pendidikan seni tari yang ideal memberikan kesempatan kepada anak yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan bakatnya sejak awal masa sekolah.
Bakat merupakan kemampuan alamiah untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum atau yang bersifat khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat umum, misalnya bakat intelektual umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat khusus, misalnya bakat akademik, bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial. Berkaitan dengan adanya perbedaan individual, setiap anak mempunyai bakat yang berbeda-beda.
Melalui seni tari kita dapat mengetahui bakat anak dalam bidang itu. Kemudian kita juga dapat mengembangkan bakat tari itu sehingga dapat meningkatkan kualitas diri anak itu. Dengan mempelajari seni tari, para murid dapat mengembangkan bakat dan minatnya untuk memilih karirnya di masa mendatang. Tidak terbatas menjadi seorang seniman tari, tetapi bidang pekerjaan lain yang terkait.
Kesenian memberikan ruang yang luas kepada seseorang untuk berimajinasi kreatif dan mengembangkan kreatifitas melalui proses kesenian khususnya seni tari. Di dalam penelitian yang dilakukan pakar seni, dibuktikan bahwa murid yang mempelajari kesenian pada biasanya memperlihatkan orisinalitas dan kreatifitas dalam hal lain. Dengan adanya latihan tari, kita dapat mengukur tingkat respon anak, sensifitas anak hingga minat anak. Biasanya dapat kita lihat pada raut muka, tatap mata dan perilaku anak saat latihan ini berlangsung. Akan tetapi penelitian ini akan memerlukan waktu tertentu sebab ekspresi anak bersifat temporal, tidak menentu, tergantung pada kondisi emosionalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...