BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari pewarisansifatdan variasi yang diwariskan.Teori
pewarisan sifat atau biasa disebut hukum heraditas pertama kali dicetuskan oleh
Gregor JohannMendel. Ia berpendapat bahwa sifat
– sifat dapat ditunkan dari
generasikegenerasi melalui
faktor penentu.Mendel menemukan prinsip
dasar tentang pewarisan sifat dengan cara
membiakan ercis kebun dalam percobaan yang
dirancang secara hati – hati.Mendel mengembangkan teori pewarisan sifatnya beberapa dasawarsa sebelum kromosom terlihat dengan mikroskop dan nilai
penting kromosom dipahami,Sejak itu teori Mendel belum diakui dan baru diakui saat ia
sudah meninggal seiring dengan perkembangan jaman.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana mendel
melakukan percobaannya sampai
ia menemukan hukum hereditas?
2.
Bagaimana persilangan yang ada dalam teoripewarisan sifat ?
3.
Bagaimana penyimpangan hukum mendel, tautan, gen letal, dan pewarisan sifat
yang terpaut kromosom seks
4.
Bagaimana penjelasan dari hukum Hardy- Weinberg ?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Mengetahui percobaan yang dilakukan oleh mendel sampai ia menemukan hukum
hereditas.
2.
Menjelaskan persilangan yang ada dalam
teori pewarisan sifat.
3.
Menjelaskan penyimpangan hukum mendel, tautan, gen letal, dan pewarisan sifat
yang terpaut kromosom seks.
4.
Menjelaskan tentang hukum
Hardy-Weinberg.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Materi
Genetik
Manusia sejak dulu sangat tertarik
pada pewarisan sifat atau hereditas. Manusia
telah mengetahui pentingnya pewarisan sifat
dalam keluarga, produksi tanaman, dan ternak.
Gregor Mendel adalah orang pertama yang
mempelajari pewarisan sifat
secara ilmiah. Sekitar 1857.
1.
Kromosom
Kromosom berasal
dari kata chrome artinya berwarna
dan soma artinya badan. Oleh karena itu, kromosom
dapat diartikan sebagai badan yang menyerap
warna. Kromosom terdapat pada nucleus (inti
sel) setiap sel. Kromosom dapat diamati pada tahap
metafase saat pembelahan mitosis maupun meiosis.
a)
Struktur
Kromosom
Kromosom terdiri
atas sentromer dan lengan kromosom.
Sentromer tidak mengandung gen dan merupakan
tempat melekatnya kromosom. Jika dilihat
menggunakan mikroskop, sentromer terlihat terang
karena kemampuan menyerap zat warna yang
rendah. Sentromer memiliki fungsi penting dalam
pembelahan sel mitosis dan meiosis yang akan
Anda pelajari pada bab berikutnya. Lengan kromosom
merupakan bagian kromosom yang mengandung
gen. setiap kromosom memiliki satu atau
dua lengan. Setiap lengan kromosom, terdapat benang
halus yang terpilin. Benang-benang halus tersebut
dikenal dengan kromatin. Benang-benang kromatin
juga merupakan untaian DA (deo yribonucleic
acid) yang berpilin dengan protein histon.
Bentuk ikatan DNA dan protein histon disebut
juga nukleosom.
b)
Bentuk
Kromosom
Kromosom
memiliki bentuk yang berbeda-beda. Berdasarkan panjanglengan yang dimilikinya kromosom dibedakan menjadi metasentrik, submetasentrik, akrosentrik, dan telosentrik
1) Metasentrik,
kromosom jenis ini memiliki panjang
lengan yang relative sama sehingga sentromer
berada di tengah-tengah kromosom.
2) Submetasentrik,
kromosom jenis ini memiliki satu
lengan kromosom lebih pendek sehingga letak sentromer
sedikit bergeser dari tengah kromosom.
3) Akrosentrik,
pada kromosom ini salah satu lengan
kromosom jauh pendek dibandingkan lengan kromosom
lainnya.
4) Telosentrik,
kromosom ini hanya memiliki satu buah
lengan saja sehingga letak sentromernya berada
di ujung kromosom.
c)
Jumlah
kromosom
Semua makhluk
hidup eukariotik memiliki jumlah
kromosom yang berbeda-beda. Pada sel tubuh
atau sel somatis, jumlah kromosom umumnya genap,
karena kromosom sel tubuh selalu berpasangan.
Jumlah kromosom sel somatic tersebut
terdiri atas 2 set kromosom (diploid, 2n), dari
induk jantan dan induk betina. Berikut ini tabel
jumlah kromosom beberapa makhluk hidup.
Pada sel gamet
atau sel kelamin, seperti sel telur
dan sel sperma, hanya memiliki setengah dari jumlah
kromosom sel tubuh. Jumlah kromosom sel gamet
hanya satu set atau haploid (n). Pada manusia
dengan jumlah kromosom sel somatis 46, sel
telur atau sel sperma hanya memiliki 23 kromosom.
Adanya fertilisasi (peleburan sel telur dan
sel sperma) mengembalikan jumlah kromosom sel
tubuh menjadi 46 buah.
d)
Tipe
Kromosom
Kromosom dalam
tubuh berdasarkan pengaruhnya
terhadap penentuan jenis kelamin dan sifat
tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Autosom,
disebut juga kromosom biasa atau kromosom
tubuh. Autosom tidak menentukan jenis kelamin
organisme. Pada manusia dengan jumlah kromosom
sel somatis 46 buah, memiliki 44 autosom.
Selebihnya, 2 kromosom, adalah kromosom
kelamin. Penulisan autosom dilambangkan
dengan huruf A sehingga penulisan autosom
sel somatis manusia adalah 44A atau 22AA. Bagaimanakah
penulisan sel gamet?
2) Gonosom,
disebut juga kromosom kelamin atau kromosom
seks. Gonosom dapat menentukan jenis kelamin
makhluk hidup. Jumlahnya sepasang pada sel
somatis. Pada manusia dengan jumlah kromosom
sel somatis 46 buah, terdapat 44 autosom dan
2 gonosom. Terdapat 2 jenis gonosom, yaitu X dan
Y. Umumnya pada makhluk hidup, gonosom X menentukan
jenis kelamin betina dan gonosom Y menentukan
jenis kelamin jantan. Susunan gonosom wanita
XX dan gonosom pria XY. Oleh karena itu, penulisan
kromosom sel somatic (2n) adalah 44A + XY
(pria) atau 44A + XX (wanita). Adapun untuk sel gamet
(n) adalah 22A + X atau 22A + Y.
B.
DNA
dan
RNA
Asam nukleat adalah polinukleotida
yang terdiri dari unit-unit mononukleotida,
jika unit-unit pembangunnya
dioksinukleotida maka asam nukleat
itu disebut dioksiribonukleat(DNA) dan jika terdiri
dari unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat(RNA).
DNA dan RNA mempunyai sejumlah
sifat kimia dan fisika yang sama sebab antara
unit-unit mononukleotida
terdapat ikatan yang sama yaitu melalui
jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu mononukleotida
dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya(Harpet,
1980).
Asam-asam nukleat seperti asam
dioksiribosa nukleat (DNA)
dan asam ribonukleat (RNA) memberikan
dasar kimia bagi pemindahan keterangan
di dalam semua sel. Asam nukleat merupakan
molekul makro yang member keterangan
tiap asam nukleat mempunyai urutan nukleotida
yang unik sama seperti urutan asam amino
yang unik dari suatu protein tertentu karena asam
nukleat merupakan rantai polimer yang tersusun
dari satuan monomer yang disebut nukleotida(Dage,
1992).
Dua tipe utama asam nukleat adalah
asam dioksiribonukleat(DNA) dan asam
ribonukleat(RNA). DNA
terutama ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan
pengemban kode genetik dan dapat memproduksi
atau mereplikasi dirinya dengan tujuan
membentuk sel-sel baru untuk memproduksi organisme
itu dalam sebagian besar organisme, DNA
suatu sel mengerahkan sintesis molekul RNA, satu
tipe RNA, yaitu messenger RNA(mRNA), meninggalkan
inti sel dan mengarahkan tiosintesis dari
berbagai tipe protein dalam organisme itu sesuai
dengan kode DNA-nya(fessenden, 1990).
Meskipun banyak memiliki persamaan
dengan DNA, RNA memiliki perbedaan dengan DNA,
antara lain yaitu(Poedjiati, 1994):
1.
Bagian pentosa RNA adalah ribosa,
sedangkan bagian pentosa
DNA adalah dioksiribosa.
2.
Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda,
bentuk molekul RNA berupa rantai tunggal yang
terlipat, sehingga menyerupai
rantai ganda.
3.
RNA mengandung basa adenin, guanin dan
sitosin seperti DNA tetapi tidak mengandung
timin, sebagai gantinya RNA
mengandung urasil.
4.
Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak
perlu sama dengan sitosin, demikian pula
jumlah adenin, tidak perlu sama
dengan urasil.
Selain itu perbedaan RNA dengan DNA
yang lain adalah dalam
hal(Suryo, 1992):
1.
Ukuran
dan bentuk
Pada umumnya
molekul RNA lebih pendek dari molekul
DNA. DNA berbentuk double helix, sedangkan
RNA berbentuk pita tunggal. Meskipun demikian
pada beberapa virus tanaman, RNA merupakan
pita double namun tidak terpilih sebagai
spiral.
2.
Susunan
kimia
Molekul RNA juga
merupakan polimer nukleotida, perbedaannya
dengan DNA yaitu:
a.
Gula yang menyusunnya bukan
dioksiribosa, melainkan
ribosa.
b.
Basa pirimidin yang menyusunnya bukan
timin seperti DNA, tetapi urasil.
3.
Lokasi
DNA pada umumnya
terdapat di kromosom, sedangkan
RNA tergantung dari macamnya, yaitu:
a.
RNA d(RNA duta), terdapat dalam nukleus,
RNA d dicetak oleh salah satu pita DNA yang
berlangsung didalam nukleus.
b.
RNA p(RNA pemindah) atau RNA t(RNA
transfer), terdapat di
sitoplasma.
c.
RNA r(RNA ribosom), terdapat didalam
ribosom.
4.
Fungsinya
DNA berfungsi
memberikan informasi atau keterangan
genetik, sedangkan fungsi RNA tergantung
dari macamnya, yaitu:
a.
RNA d, menerima informasi genetik dari
DNA, prosesnya dinamakan transkripsi,
berlangsung didalam inti
sel.
b.
RNA t, mengikat asam amino yang ada di sitoplasma.
c.
RNA t, mensintesa protein dengan
menggunakan bahan asam
amino, proses ini berlangsung di ribosom
dan hasil akhir berupa polipeptida.
Ada beberapa cara untuk menentukan
DNA dan RNA, yaitu(Frutan and Sofia, 1968):
1.
Jaringan
hewan dan alkali hangat
RNA akan
terpecah menjadi komponen-komponen nukleotida
yang larut dalam asam. DNA sulit dipecah
atau dirusak oleh alkali.
2.
Metode Schnider
Jaringan dan
asam trikloro asetat panas dan diperkirakan
DNA dapat diuji oleh reaksi kalorimetri
dengan difenilanin, yang mana akanbereaksi dengan purin dioksiribosa dan tidak bereaksi dengan purin ribosa.
3.
Metode
Feligen
Fuchsin
sulfurous acid akan berwarna merah dengan
DNA, dan tidak dengan RNA. Reaksi ini diterapkan
untuk mempelajari distribusi RNA dan DNA
didalam bagian-bagian sel.
4.
Secara
Spektroskopi
Pengaukuran
absorbsi cahaya oleh RNA dan DNA pada
260nm dimana spektra cincin purin dan pirimidin
asam nukleat menunjukkan maksimal. Tiga
bentuk utama RNA yang terdapat didalam sel adalah
mRNA(messenger RNA), rRNA(ribosa RNA), dan
tRNA(transfer RNA). Tiap bentuk RNA ini mempunyai
berat molekul dan komposisi yang berlainan,
tetapi khas untuk tiap macam bentuk RNA.
Semua RNA
terdiri dari rantai tunggal poliribonukleotida.
Pada sel bakteri, hampir semua RNA
ada di dalam sitoplasma. Disel hati kira-kira 11%
terdapat dalam nukleus(terutama mRNA), sekitar
15% dalam mitokondria, lebih dari 50% dalam
ribosom, dan kira-kira 24% dalam strosol.
C.
Kode
Genetik
Kode genetik adalah suatu informasi
dengan menggunakan huruf sebagai lambang basa
nitrogen (A, T, C, dan G) yang dapat
menerjemahkan macam- macam
asam amino dalam tubuh. Dengan kata lain, kode
genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida
pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan
asam amino pada saat sintesis protein. Macam
molekul protein tergantung pada asam amino
penyusunnya dan panjang pendeknya rantai polipeptida.
Pada tahun 1968, Nirenberg, Khorana
dan Holley menerima hadiah nobel untuk
penelitian mereka yang
sukses menciptakan kode-kode genetic yang
hingga sekarang kita kenal. Seperti kita ketahui
saat ini, ada 20 macam asam amino penting yang
dapat dirangkai membentuk jutaan polipeptida.
Untuk memudahkan mempelajarinya,
asam amino ditulis secara singkat dengan
mencantumkan 3 huruf pertama
dari nama asam amino itu.
Yang menjadi masalah bagaimana 4 basa nitrogen ini dapat mengkode 20 macam asam amino yang diperlukan untuk mengontrol semua aktifitas sel?
Para peneliti melakukan penelitian
pada bakteri E. Coli. Mula mula digunakan
basa nitrogen kode singlet
(kode yang terdiri atas satu huruf atau satu
basa), maka diperoleh 4 (4 1 ) asam amino saja yang
dapat diterjemahkan. Padahal ke 20 asam amino
itu harus diterjemahkan semua agar protein yang
dihasilkan dapat digunakan. Kemudian para ilmuwan
mencoba lagi dengan kodeduplet (kombinasi
dua basa), namun baru dapat menerjemahkan
16 (4 2) asam amino. Ini pun belum cukup.
Kemudian yang terakhir dicoba adalah kodetriplet
(kombinasi 3 basa) yang dapat menerjemahkan
64 (4 3) asam amino.
Berdasarkan hasil berbagai
percobaan, terbukti bahwa
kombinasi tiga basa adalah yang paling
mungkin untuk mengkode asam amino. Tiga basa
tersebut yang mewakili informasi bagi suatu asam
amino tertentu dinamakan kode triplet atau kodon.
HAL ini tidak mengapa, meskipun
jumlah asam amino ini melebihi jumlah 20 macam
asam amino. Terjadi suatu “kelimpahan” dalam
kode genetika, di mana terdapat lebih dari
satu kodon memberi kode
bagi satu asam amino tertentu. Misalnya
asam amino phenilalanin yang merupakan kode
terjemahan dari kodon UUU atau UUC. Istilah yang
diberikan oleh para ahli genetika pada kelimpahan
semacam ini adalah degenerasi atau mengalami
redundansi. Dapat dikatakan kode genetik
bersifat degeneratif dikarenakan 18 dari 20 asam
amino ditentukan oleh lebih dari satu kodon, yang
disebut kode sinonimus. Hanya metionin dan triptofan
yang mempunyai kodon tunggal. Kodon sinonimus
mempunyai perbedaan pada urutan basa ketiga.
Selain itu terdapat pula
kodon-kodon yang memiliki
fungsi yang sama. Misalkan fungsi kodon asam
asparat (GAU dan GAS) sama dengan fungsi kodon
asam tirosin (UAU,UAS) dan juga triptopan (UGG).
Hal ini justru sangat menguntungkan pada proses
pembentukkan protein karena dapat menggantikan
asam amino yang kemungkinan rusak.
Proses sintesis protein
(polipeptida) baru akan diawali
apabila ada kodon AUG yang mengkode asam
amino metionin, karenanya kodon AUG disebut
sebagai kodon permulaan (kode ‘start’) . Sedangkan
berakhirnya proses sintesis polipeptida apabila
terdapat kodon UAA, UAG, dan UGA (pada prokariotik)
dan UAA (pada eukariotik). Kodon UAA,UAG,
dan UGA tidak mengkode asam amino
apapun dan merupakan agen pemotong gen (tidak dapat bersambung lagi dengan double
helix asam amino) disebut
sebagai kodon terminasi/kodon nonsense
(kode ‘stop’) .
Kode genetik berlaku universal,
artinya kode genetik yang sama berlaku untuk
semua jenis makhluk hidup. Dengan
adanya kodon permulaan dan kodon terminasi,
berarti tidak semua urutan basa berfungsi
sebagai kodon. Yang berfungsi sebagai kodon
hanyalah urutan basa yang berada di antara kodon
permulaan dan kodon terminasi. Urutan basa yang
terletak sebelum kodon permulaan dan setelah
kodon penghenti tidak dibaca sebagai kodon.
D.
Replikasi DNA
1. Pengertian
Replikasi DNA
Replikasi adalah
proses duplikasi DNA secara akurat.
genom manusia pada satu sel terdiri sekitar 3
milyar dan pada saat replikasi harus diduplikasi secara
akurat (persis tidak boleh ada yang salah). Replikasi
adalah transmisi vertical (dari sel induk ke
sel anak supaya informasi genetik yang diturunkan
sama dengan sel induk). Replikasi hanya terjadi
pada fase S (pada mamalia), Replikasi terjadi
sebelum sel membelah dan selesai sebelum fase
M.
Salah satu
sumber kesalahan DNA adalah pada kesalahan
replikasi yang dipengaruhi oleh berbagai factor,
diantaranya karena kondisi lingkungan dan kesalahan
replikasi sendiri sehingga menyebabkan terjadinya
mutasi. Supaya replikasi sel dari generasi
ke generasi tidak terjadi kesalahan maka perlu
ada repair DNA. Selain karena kesalahan replikasi,
DNA juga sangat rentan terhadap bahan kimia,
radiasi maupun panas (hal yang dapat menyebabkan
mutasi pada DNA pada saat replikasi).
Replikasi
terjadi dengan proses semikonservatif
karena semua DNA double helix. Hasil
replikasi DNA double strand. Kedua DNA parental
strand bisa menjadi template yang berfungsi
sebagai cetakan untuk proses replikasi: Semikonservaative
process. Primer strand: Pada 3’ dia
akan melepaskan 2P dipakai sebagai energy untuk
menempelkan, tetapi pada 5’ P tidak bias dilepas
karena ketiga P dibutuhkan sehigga tidak ada
energy sehingga tidak pernah terjadi sintesis dari
3’-5’, tetapi dari 5’-3’, jadi yang menambah selalu
ujung 3’
2.
Perbedaan
Replikasi DNA dan Trankripsi DNA
yaitu :
Enzim yang
berperan dalam proses transkripsi
dan replikasi berbeda Pada proses transkripsi,
enzim yang berperan RNA polymerase. transkripsi
DNA: terjadi pada saat akan terjadi sintesis
protein (ekspresi gen); yang dipakai cetakan hanya
salah satu untai DNA(3’-5’)
replikasi DNA :
sebelum fase mitosis (fase S) dalam siklus
sel; kedua untai induk dipakai sebagai cetakan
untuk di replikasi.
3.
DNA
polymerase
Pada proses
replikasi DNA terdapat enzim sentral,
yaitu DNA polymerase. Pada proses replikasi,
DNA polymerase hanya bisa menempel pada
gugus OH (hidroksil) dimana gugus OH hanya ada
pada ujung 3’ sedangkan ujung 5’ adalah ujung fosfat.
(ciri utama DNA polymerase). Ciri kedua: DNA
polymerase tidak bisa mensintesis/menempelkan DNA ke pasangan-nya kalau tidak ada primer (lokomotif). Sifat dari DNA
polymerase dia hanya bisa
mensintesis DNA dari arah 5’-3’ sehingga
pertumbuhan dari 5’-3’ karena penambahan
pada ujung 3’, dimana pada ujung 3’ ada
ujung hidroksil.
Ciri lain DNA
polymerase: membutuhkan primer, tidak
bisa mensintesis DNA tanpa adanya primer, primer
yang dipakai adalah RNA (sekitar 4-5 basa dan
dilanjutkan DNA). DNA yang dibutuhkan adalah DNA
primase untuk meletakkan RNA pada tempatnya.
DNA primase untuk mensintesis RNA sebagai
lokomotif (4-5 basa). Bila lokomotif sudah jadi
maka akan di-take over oleh DNA polymerase, dan
yang ditambahkan adalah DNA.
Pada Proses
replikasi di butuhkan titik awal (replication
origin) biasa di singkat ORI. Contoh pada
plasmid (prokariot), terdapat proses replikasi yang
dimulai pada replication origin dan mengembang
sampai dihasilkan 2 plasmid yang sama
persis. Tetapi pada eukariot (mamalia) lebih kompleks
tetapi tetap membutuhkan replication origin.
Pada mamalia ada
beberapa replication origin
(replication bubble) yang akan bergabung satu
sama lain. DNA harus terbuka dahulu baru bias digandakan.
Origin replication disebut sebagai unique
sequence yang merupakan pertanda sebagai tempat
proses/titik mulai terjadinya replikasi, dimana
ada protein tertentu yang akan mengenali sequence.
Pada bakteri
(prokariot) hanya butuh satu titik
ORI (origin of replication) sedangkan pada mamalia
(eukariot) butuh beberapa ORI karena kalau
hanya 1 ORI akan butuh waktu 3 minggu untuk
mereplikasi 3 milyard DNA. Sehingga pada mamalia
ada 30.000 titik ORI yang bekerja secara bersamaan
sehingga fase S untuk replikasi hanyabutuh beberapa jam saja.
Untuk replikasi
perlu sequence tertentu yaitu yang
disingkat (ACS) merupakan urutan basa yang sangat
terjaga karena urutan basa tersebut dikenali oleh
protein Origin Recognition Complex (ORC) sehingga
bila ORC mengenali sequence maka replikasi
dapat dimulai. ORI lebih global sedangkan ACS
sudah pada sequence (pada urutan basa tertentu).
Replikasi terjadi pada fase S sedangkan transkripsi
bisa terjadi pada fase S atau G1 dimana terjadi
sintesis protein maka bisa terjadi transkripsi.
Saat awal akan
di mulainya repliaksi, pada G1 akhir
ORC mengenali sequence ACS, kemudian ada molekul
lain, juga helikase yang membentuk pre- replicative
complex (pre-RC). selanjutnya pada fase S
degradasi fosporilasi ORC, degradasi fosforilasi Cdc6
maka terbentuk bubble replication. Helikase membuka
pilinan, topoisomerase yang memotong pada
titik tertentu.
secara singkat
dalam siklus sel : Pada fase G2/M sudah
ada 2 copy. Pada fase G1 persiapan, S proses replikasi,
G2/M sudah selesai
4.
Proses
replikasi DNA
Pertama adanya
replication origin, kemudian pembukaan
local DNA helix dan adanya RNA primer
synthesis. Replikasi:> ORC menempel pada ACS
(ORI) :> sehingga pilinan membuka dengan bantuan
helikase. Helikase akan menempel untuk membuka
pilinan (helix). DNA double helix (bentuk terpilin).
Untuk mereplikasi bila bentuknya terpilin tidak
akan pernah bisa sehingga perlu dibuka pilinannya.
Bila membuka pilinan pada salah satu ujung
maka ujung yang lain akan semakin kuat pilinannya
sehingga perlu daerah tertentu yang dipotong
untuk membuka pilinan tesebut yang dilakukan
oleh helikase. Perlu DNA primase untuk membuat
RNA primer sintesis, karena DNA polymerase
tidak bisa mensintesis tanpa ada primer.
Kemudian terjadi
proses replikasi. Karena arah
DNA anti parallel maka perlu Leading-strand dan
lagging strand. Dari ORI didapatkan 2 replication
fork.
Ada ORI dan
helikase yang membuka pilinan terus sampai
terbentuk replication bubble. Proses
replikasi yang di perlukan utama:
1.
ORI
2.
Helikase
3.
Replication bubble
Selanjutnya
perlu primase untuk membuka primary.
Merah RNA, Biru DNA. Bubble semakin besar,
replikasi berlanjut dan 1 ORI akan membentuk
2 replication fork.
Replication
fork pada plasmid
Terdapat 2
parental strand (run occusite direction) yang
bersifat antiparalel: 5’-3’ dan 3’-5’. DNA polymerase
hanya mensintesis / mempolimerasi dari arah 5’-3’. Satu strain bisa secara
kontinyu disintesis yaitu
yang 5’-3 (leading strain). Sementara yang 3’-5’
tidak bisa dibentuk, tetapi tetap harus dibentuk dengan
5’-3’, sehingga perlu satu strain yang terbentuk
dari small discontinue peaces yang disebut
sebagai lagging strain. Small peaces disebut okazaki
fragmen.
Pada leading
strand karena arahnya sudah dari
5’-3’ maka tinggal menambah saja. Sedangkan pasangannya
(lagging strain) karena arahnya 3’-5’ maka
hanya diam, tetapi pada titik tertentu akan ditambahkan
primase lagi dan akan mensintesis lagi
dari arah 5’-3’ (okazaki fragmen: fragmen2 potongan
kecil yang terjadi pada saat replikasi pada lagging
strain)-> Pada lagging strand arahnya dari 3’-5’
Okazaki
fragment: fragment potongan kecil pada
saat replikasi yang terjadi pada lagging strand template.
Yang terjadi pd Okazaki fragment (OF): kita
punya RNA primer sehingga di OF ada RNA- DNA
hybrid. Tetapi RNA harus dibuang oleh RNase H.
Setelah itu untuk menggantikan RNA dibutuhkan polymerase
delta (delta) yang bisa bersifat exonuclease
tetapi juga bisa bersifat endonuclease, yaitu
mereplace atau menempatkan dNTP. Pada saat
RNA dibuang maka akan digantikan dengan DNA
polymerase delta yang baru sampai hilang sama
sekali. Tetapi masih belum lengkap karena masih
ada celah sehingga perlu DNA ligase untuk menempelkan.
Akhirnya diperoleh 2 strain yang sama
persis.
Protein yang
dibutuhkan dalam replication fork yaitu:
1.
Helicase: fungsinya untuk membuka
(unwinding) parental DNA
2.
Single-stranded DNA-binding protein:
untuk menstabilisasi unwinding, untuk mencegah
DNA yang single-stranded agar tetap stabil
(tidak double straded lagi).
3.
Topoisomerase: untuk memotong (breakage)
pada tempat-tempat tertentu.
DNA Polimerase
yang memiliki DNA single-strand binding protein monomer yang bertugas untuk mencegah supaya DNA tidak hanya menempel dengan lawannya tetapi juga bias membentuk hairpins.
Karena sudah
terbuka sehingga ada basa-basa tertentu
yang saling berpasangan sehingga terbentuk
hairpins. Supaya tidak terbentuk hairpins maka
didatangkan single strand binding protein supaya
tetap lurus dan tidak berbelok-belok.
Topoisomerase,
cirinya memotong DNA pada tempat
tertentu sehingga mudah untuk memutar karena
sudah dipotong. Tugasnya adalah memasangkan
kembali DNA yang terpotong.
Protein
aksesori:
Brace protein, :
Replication factor C (RFC), supaya
DNA polimerasenya menempelnya stabil (tidak
mudah terlepas dari DNA template).
Sliding-clamps protein, supaya kedudukannya stabil
dan tidak goyang2.
Proses pada leading dan lagging strand
berlangsung secara bersamaan, tetapi proses pada
lagging bertahap. Ada DNA polimerase dan sliding
clamps. Sintesis terjadi pada leading strand
terlebih
dahulu. Pada tahap tertentu DNA primase akan
ditambahkan sehingga clamps-nya datang lagi.
Setelah proses replikasi selesai maka RNA akan
segera dibuang digantikan dengan DNA yang baru.
Perangkat untuk replikasi: DNA polimerasi, brace,
clamp, DNA helicase, single-strand binding protein,
primase, topoisomerase.
Setelah direplikasi ujung DNA harus ada telomere
(ujung DNA). Bila tidak ada telomere maka
kromosom akan saling menempel sehingga
kromosom tidak 46 tetapi dalam bentuk gandeng2
(tidak diketahui).
Chromosome end:
Pada lagging strand, di akhir replikasi
ujungnya akan dihilangkan, RNA juga akan
dihilangkan, sehingga hasil replikasi menjadi lebih
pendek. Hal ini terjadi karena menggunakan
primer RNA untuk proses replikasi, dan RNA
primer setelah replikasi harus dibuang dan tidak
bisa digantikan. Untuk mengatasinya maka
diadakan telomerase yang dibuat berkali-kali. (slide
76: TTGGGGTTGGGTTGGGG). Telomer dibuat oleh
enzim telomerase. Telomer: ujung yang merupakan
non coding DNA sehingga kalau memendek tidak
akan menjadi masalah karena tidak mengkode
apapun. Telomer diadakan untuk mengantisipasi
pada saat replikasi karena DNA akan memendek.
EXTENDS 3’ PRIMARY GENE --> TELOMERE, dan
enzim yang membuatnya : telomerase. Semua sel
selain stem sel tidak punya telomere. Pada saat sel
replikasi maka akan selalu memendek. Sampai
pada suatu titik tertentu yang merupakan signal
bagi sel untuk berhenti membelah. Karena
kemampuan sel untuk membelah dibatasi oleh
panjangnya telomerase. Pada saat telomere
memendek sampai batas tertentu maka akan
memberikan sinyal bagi sel untuk berhenti
membelah. Sedangkan pada stem sel yang memiliki
telomerase, maka kemampuan membelahnya tidak
terbatas karena pada saat telomere habis maka
telomerase akan membentuk telomere baru. Hal ini
yang dimanfaatkan oleh sel kanker karena sel
kanker memiliki telomerase sehingga sel kanker
dapat terus membelah. Manusia memiliki
kemampuan replikasi sel yang terbatas karena
keterbatasan telomere, shg bila telomere habis sel
akan berhenti membelah.
5. Tahapan-tahapan dalam proses replikasi
§ Inisiasi, DNA dalam sel-sel eukaryotik memiliki
ARCs (autonomously replicating sequence) yang
berperan sebagai asal muasal replikasi dan mereka
saling
berlawanan dari asal bakterial (ORI). ARCs terdiri
atas 11
pasangan landasan rentetan tambah dua atau tiga
rentetan nucleotida pendek tambahan dengan 100
hingga
200 pasangan landasan sepanjang area DNA. Grup utama
dari enam protein, secara kolektif dikenal dikenal
sebagai ORC (Origin Recognition Complex), mengikat
asal muasal replikasi, menandai replikasi DNA dengan
tepat pada saat waktu yang sesuai melalui siklus
sel.
Pengenalan situs awal replikasi, oleh suatu protein
komponen polymerase DnaA yang dihasilkan oleh gen
dnaA.
§ Terbentuknya Garpu Replikasi. Garpu replikasi
atau cabang replikasi (replication fork) ialah
struktur
yang terbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu
replikasi ini
dibentuk akibat enzim helikase yang memutus ikatan-
ikatan hidrogen yang menyatukan kedua untaian DNA,
membuat terbukanya untaian ganda tersebut menjadi
dua cabang yang masing-masing terdiri dari sebuah
untaian tunggal DNA. Masing-masing cabang tersebut
menjadi “cetakan” untuk pembentukan dua untaian DNA
baru berdasarkan urutan nukleotida komplementernya.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan
memperpanjang oligonukleotida (RNA) yang dibentuk
oleh enzim primase dan disebut primer.
§ Pemanjangan Untaian DNA. DNA polimerase
membentuk untaian DNA baru dengan menambahkan
nukleotida dalam hal ini, deoksiribonukleotida ke
ujung 3′
hidroksil bebas nukleotida rantai DNA yang sedang
tumbuh. Dengan kata lain, rantai DNA baru (DNA
“anak”)
disintesis dari arah 5′→3′, sedangkan DNA polimerase
bergerak pada DNA “induk” dengan arah 3′→5′. Namun
demikian, salah satu untaian DNA induk pada garpu
replikasi berorientasi 3′→5′, sementara untaian
lainnya
berorientasi 5′→3′, dan helikase bergerak membuka
untaian rangkap DNA dengan arah 5′→3′. Oleh karena
itu,
replikasi harus berlangsung pada kedua arah
berlawanan
tersebut
§ Pembentukan Leading strand. Pada replikasi
DNA, untaian pengawal (leading strand) ialah untaian
DNA disintesis dengan arah 5′→3′ secara
berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase
mampu membentuk DNA menggunakan ujung 3′-OH
bebas dari sebuah primer RNA dan sintesis DNA
berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan
arah pergerakan garpu replikasi.
§ Pembentukan Lagging strand. Lagging strand
ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu
replikasi. Untaian ini disintesis dalam
segmen-segmen
yang disebut fragmen Okazaki. Panjang fragmen
okazaki
mencapai sekitar 2.000 nukleotides panjang dalam
sel-sel
bakterial dan sekitar 200 panjang nukelotides dalam
sel-
sel eukaryotic. Pada untaian ini, primase membentuk
primer RNA. DNA polimerase dengan demikian dapat
menggunakan gugus OH 3′ bebas pada primer RNA
tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah 5′→3′.
Fragmen primer RNA tersebut lalu disingkirkan
(misalnya
dengan RNase H dan DNA Polimerase I) dan
deoksiribonukleotida baru ditambahkan untuk mengisi
celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase
lalu
menyambungkan fragmen-fragmen Okazaki tersebut
sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.
DNA polymerases tidak mampu ‘mengisi’ ikatan
covalent yang hilang. Celah yang tersisa direkat
oleh
DNA ligase. Enzim ini mengkatalis pembentukan ikatan
phosphodiester antara 3’ – OH dari salah satu
helaian
dari 5’-P dari helaian yang lain.DNA ligase
diaktifkan oleh
AMP (adenosine monophosphate) sebagai
‘cofactor’ (faktor pengendali). Dalam E.coli, AMP
dibawa
dari nucleotide NAD+. Dalam sel-sel eukaryotik, AMP
ditandai dari ATP. Ligase-ligase tidak dilibatkan
dalam
pemanjangan rantai; melainkan, mereka berperan
pemasang enzim-enzim untuk perekatan ‘celah’ melalui
molekul DNA.
§ Modifikasi Post-Replikasi DNA, Setelah DNA
direplikasikan, dua helaian tersintesis terbaru
dipasangkan ke modifikasi enzimatik. Perubahan-
perubahan ini biasanya melibatkan penambahan
molekul-
molekul tertentu untuk mengkhususkan titik-titik
sepanjang helix ganda. Pada cara ini, tags sel, atau
label-
label, DNA, sehingga ini bisa membedakan material
genetiknya sendiri dari berbagai DNA asing yang
mungkin bisa masuk ke dalam sel. Modifikasi post-
replikasi DNA mungkin juga mempengaruhi cara molekul
diikat. DNA merupakan faktor utama modifikasi dengan
penambahan kelompok methyl ke beberapa adenine dan
residu-residu cytosine. Grup methyl ditambahkan oleh
DNA methylasess setelah nucleotides telah
digabungkan
dengan DNA polymerases.
Penambahan methyl ke cytosine membentuk 5-
methylcytosine dan methylasi dari adenine membentuk
6-
methyladine. Methyladine lebih umum daripada
methylcytosine dalam sel-sel bakterial, di mana
dalam
sel-sel eukaryotik, grup methyl paling banyak
ditambahkan ke cytosine. Methylase muncul hanya pada
beberapa rentetan nucleotide khusus. Dalam sel-sel
eukaryotik, sebagai contoh, methylasi secara umum
muncul pada saat cytosine berdampingan ke guanine di
sisi 3’-OH (5’ P-CG-3’OH).Pola methylasi bersifat
spesifik
untuk spesies yang diberikan, berperan seperti tanda
tangan untuk DNA spesies tersebut. Hal ini patut
diperhatikan karena grup methy melindungi DNA
melawan perlawanan enzim-enzim tertentu disebut
‘restriction endonucleases’ Oleh karena itu DNA
asing
melalui sebuah sel dicerna dengan ‘restriction
endonucleases’. Dalam sel tertentu, ‘restriction
endonucleases’ bisa memotong DNA di titik khusus
tertentu di mana DNA methylase menambah sebuah grup
methyl.
Pola methylasi melindungi DNA dari cernaan oleh
sel yang memiliki endonucleases tapi tidak melawan
pembatasan enzim-enzim yang diproduksi sel-sel
spesies
yang lain. Pembatasan ini menyederhanakan pertukaran
DNA antar sel dari spesies yang diproduksi sel-sel
spesies yang berbeda. Methylasi DNA pada titik-titik
tertentu mungkin akan berakhir pada konversi
terdekat
dari B-DNA ke bentuk-bentuk Z-DNA. Dalam bentuk B-
DNA, grup-grup hydropholic methyl dari alur utama,
menghasilkan pengaturan yang tepat. Dengan
mengubahnya ke bentuk Z, grup-grup methyl
membentuk area hydropholik yang membantu
menstabilkan DNA. Konversi lokal ini (dari B-DNA ke Z-
DNA) mungkin mempengaruhi fungsi beberapa gen.
Dalampenelitiannya,Mendel dapat
merumuskan suatu hukumyang dikenaldengan
hukum Mendel antara lain :
1. Hukum I Mendel , yaitu hukum
segregasimenyatakan bahwa pasangan –
pasangan alel selama pembentukan gamet dan
berpasangan kembali secara acak pada saat
fertilisasi antargamet
2. Hukum II Mendel , yaitu hukum
pemisahan bebas menyatakan bahwa pada
persilangan dengan dua sifatbeda atau
lebihmakasifatyang sepasang tidaktergantung
dengan sifat pasangannya
Macam- macam persilangan padahukum mendel :
1. Persilangan Monohibrid atau
Monohibridisasi ialah suatupersilangan
persilangan sederhana dengan satusifat
beda
· Contoh persilangan antara :
Mawar merah bergenotif (MM) , dan
Mawar putih bergenotif (mm)
Genetika : Hukum Mendel
2. Persilangan dihibrid atau dihibridisasi
ialah suatu persilangan ( pembastaran )
dengan dua sifat beda
· Contoh persilangan antara :
Kacang ercis bulat kuning (BBKK),Gen B
(bulat) dominan terhadap gen b (kisut)
Kacang ercis kisut hijau (bbkk). Gen K
(kuning) dominan terhadap gen k (hijau)
Genetika : Hukum Mendel
3. Persilangan Trihibrid atau lebih adalah
persilangan antar induk yang memiliki tiga
atau lebih sifatbeda. Misalnnya, persilangan
dua organisme dengan genotif AaBbCc.Kita
dapat menentukan bahwa
peristiwatersebutmerupakan 3 persilangan
monohibridyang terpisah ,yaitu Aa >< Aa,Bb
><
Bb,dan Cc >< Cc. Hasil persilangan trihibrid
dapat dijelaskan dengan prinsipsegresi
dankombinasi alel – alelnya
4. Persilangan Resiprok atau persilangan tukar
kelamin adalah persilangan ulang dengan jenis
kelamin yang dipertukarkan. Misalnya pada
perkawinan monohybrid tanaman jantannya
berbiji bulat, sedangkan tanaman betina berbiji
keriput. Maka pada perkawinan resiproknya
adalah tanaman jantannya berbiji keriput dan
tanaman betinanya berbiji bulat.
· contoh dapat digunakan percobaan
Mendel lainnya
H : gen yang menentukan buah
polong berwarna hijau
h : gen yang menentukan buah
polong berwarna kuning
contoh : Persilangan resiproknya
P ♀ hh >< ♂ HH P
♀ HH
>< ♂ hh
Kuning hijau
hijau
kuning
F1
Hh F1 Hh
hijau
Hijau
serbuk sari : H dan h
Serbuk sari : H dan h
sel telur : H dan h Sel
telur : H dan h
F2 HH : polong hijau
F2 HH : polong hijau
Hh : polong hijau Hh :
polong hijau
Hh : polong hijau Hh :
polong hijau
hh : polong kuning hh :
polong kuning
5. Backcross atau persilangan kembali Ialah
persilangan antara hibrid F1 dengan
induknya jantan atau betina
· Contoh persilangan pada marmot.
B : gen untuk warna hitam
b : gen untuk warna putih
Contoh :
P ♂ BB >< ♀ bb
Hitam Putih
F1 Bb (hitam)
“backcross” ♂ BB ><
♀Bb
F2 Hitam
Hitam
♂
♀
B
B BB
Hitam
B BB
Hitam
6. Persilangan testcrossatau uji silang Ialah
persilangan antara hibrid F1 dengan
individu yang homozigotik resesif
· Jika digunakan induk seperti pada
contoh, hibrid
F1 disilangkan dengan induk betina
(homozigotik resesif)
Uji silang monohibrid ini menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotip
maupun genotip 1 : 1
P
♂ BB >< ♀ bb
Hitam
Putih
F1 Bb (hitam)
Uji silang
♂ Bb >< ♀ bb
Hitam
putih
♂ ♀ B b
b Bb
hitam
50%
bb
putih
50%
PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL
Hukum I dan II Mendel yang telah
dipelajari sebelumnya pada persilangan
monohybrid heterozigot akan menghasilkan
perbandingan fenotip 3:1, sedangkan persilangan
dihibrid heterozigot menghasilkan perbandingan
fenotip 9:3:3:1
Pada
kenyataannya, kebanyakan sifat yang
diturunkan dari induk kepada keturunannya tidak
dapat dianalisis dengan cara Mendel yang
sederhana.
1) EPISTASIS dan HIPOTASIS
Epistasis-hipostasis merupakan suatu
peristiwa dimana suatu gen dominan menutupi
pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya.
Gen yang menutupi disebut epistasis, dan yang
ditutupi disebut hipostasis.
Contoh: persilangan antara jagung berkulit hitam
dengan jagung berkulit kuning.
P : hitam
x kuning
HHkk
hhKK
F1 : HhKh =
hitam
Perhatikan bahwa H dan K berada bersama dan
keduanya dominan. Tetapi karakter yang muncul
adalah hitam. Ini berarti hitam epistasis (menutupi)
terhadap kuning/kuning hipostasis (ditutupi)
terhadap hitam
P2
: HhKk x
HhKk
F2
: 9 H-K- : hitam
3 H-kk : hitam
3 hhK- : kuning
1 hhkk : putih
Rasio fenotif F2 hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1
2) POLIMERI
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat
banyak gen bukan alel tetapi mempengaruhi
karakter/sifat yang sama.
Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen dominan,
maka sifat karakternya makin kuat.
Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah
dengan gandum berkulit putih
P : gandum berkulit merah x gandum
berkulit putih
M1M1M2M2 m1m1m2m2
F1 :
M1m1M2m2 = merah muda
P2 : M1m1M2m2 x M1m1M2m2
F2 : 9 M1- M2 - : merah – merah tua sekali
3 M1- m2m2
: merah muda – merah tua
3 m1m1M2 -
: merah muda – merah tua
1 m1m1m2m2
: putih
Dari contoh di atas diketahui bahwa gen
M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-
sama berpengaruh terhadap warna
merah gandum.
Semakin banyak gen dominan, maka
semakin merah warna gandum.
4M = merah tua sekali
3M = merah tua
2M = merah
M = merah muda
m = putih
Bila disamaratakan antara yang berwarna merah
dengan yang berwarna putih, diperoleh:
Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1
3) KRIPTOMERI
Kriptomeri merupakan suatu peristiwa dimana
suatu faktor tidak tampak pengaruhnya bila berdiri
sendiri, tetapi baru tampak pengaruhnya bila ada
faktor lain yang menyertainya.
Kriptomeri memiliki ciri khas: ada karakter baru
muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel berada
bersama
Contoh: persilangan Linaria maroccana
A : ada
anthosianin B : protoplasma basa
a : tak ada anthosianin b : protoplasma tidak
basa
P : merah x putih
AAbb aaBB
F1 : AaBb = ungu - warna ungu muncul
karena A dan B berada bersama
P2 : AaBb x AaBb
F2 : 9 A-B-
: ungu
3 A-bb :
merah
3 aaB- :
putih
1 aabb :
putih
Rasio fenotif F2 ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4
4) ATAVISME atau INTERAKSI ALEL
Interaksi alel merupakan suatu peristiwa
dimana muncul suatu karakter akibat interaksi
antar gen dominan maupun antar gen resesif.
Contoh: mengenai pial/jengger pada ayam
R-pp :
pial Ros/Gerigi rrP- : pial Pea/
Biji
R-P- : pial Walnut/Sumpel rrpp : pial
Single/Bilah
P : Ros x Pea
R-pp rrP-
F1 : RrPp
: Walnut
P2 : RrPp
X RrPp
F2 : 9 R-P- : Walnut
3 R-pp :
Ros
3 rrP- :
Pea
1 rrpp : Single
Pada contoh di atas ada 2 karakter baru muncul:
- Walnut : muncul karena interaksi 2 gen dominan
- Singel : muncul karena interaksi 2 gen resesif
Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3
: 3 :
1
5) KOMPLEMENTER
Komplementer merupakan bentuk kerjasama dua
gen dominan yang saling melengkapi untuk
memunculkan suatu karakter.
Contoh: perkawinan antara dua orang yang sama-
sama bisu tuli
P : bisu tuli x bisu tuli
DDee
ddEE
F1 : DdEe = normal
D dan E berada bersama bekerjasama
memunculkan karakter normal. Bila hanya
memiliki salah satu gen dominan D atau E saja,
karakter yang muncul adalah bisu tuli.
P2 : DdEe X DdEe
F2 : 9 D-E- : normal
3 D-uu :
bisu tuli
3 ppE- : bisu tuli
1 ppuu :
bisu tuli
Tautan
Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh
maupun kromosom kelamin. Tautan pada
kromosom tubuh disebut tautan autosomal atau
tautan non-kelamin. Sedangkan tautan kelamin
disebut juga tautan seks.
Misal: AaBbCcDDee, gen A dan B saling bertautan.
berapa kemungkinan gamet yang dapat dibentuk?
kemungkinan gamet yang dapat dibentuk = jumlah
kemungkinan gamet/jumlah gen yang tertaut
1. Tautan Autosomal
Tautan autosomal merupakan gen-gen yang
terletak pada kromosom yang sama, tidak dapat
bersegregasi secara bebas dan cenderung
diturunkan bersama. Penelitian mengenai tautan
dilakukan secara intensif oleh Thomas Hunt
Morgan. Beliau adalah orang pertama yang
menghubungkan suatu gen tertentu dengan
kromosom khusus
Bukti gen tertaut dapat ditemukan pada Drosophila
yang di testcross antara lalat buah yang dibedakan
dalam dua karakter, yaitu warna tubuh dan ukuran
sayap.
2. Tautan Kelamin
Gen tertaut kelamin (sex linked genes)
adalah gen yang terletak pada kromosom kelamin
dan sifat yang ditimbulkan gen ini diturunkan
bersama dengan jenis kelamin. Kromosom kelamin
terdiri dari kromosom X dan kromosom Y.
Perempuan memiliki susunan XX dan laki-laki XY.
Gen tertaut kromosom X adalah gen yang
terdapat pada kromosom X
Gen tertaut kromosom Y adalah gen yang
terdapat pada kromosom Y
Dari setiap persilangan, anak jantan akan
menerima kromosom X dari induk betinanya.
Sedangkan anak betina akan menerima kromosom
X dari kedua induknya.
Pindah Silang
Gen-gen yang mengalami tautan pada satu
kromosom tidak selalu bersama-sama pada saat
pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis.
Gen-gen yang tertaut tersebut dapat mengalami
pindah silang. Pindah silang (crossing over) adalah
peristiwa pertukaran gen-gen suatu kromatid
dengan gen-gen kromatid homolognya.
Gen Letal
Gen Letal merupakan gen yang
menyebabkan kematian bila dalam keadaan
homozigot. Letal dominan disebabkan oleh gen
homozigot dominan, sedangkan letal resesif
disebabkan oleh gen homozigot resesif
Pewarisan Sifat yang Terpaut dalam Kromosom Seks
Gen yang bertempat pada kromosom
seks disebut gen terpaut seks. Sifat gen yang
terpaut dalam seks sifatnya bergabung
dengan jenis kelamin tertentu dan
diwariskan bersama kromosom seks.
Umumnya gen terpaut seks terdapat pada
kromosom X, tetapi ada juga yang terpaut
pada kromosom Y.
1. Buta warna
Orang yang menderita buta warna
tidak dapat membedakan warna-warna
tertentu, buta warna merah hijau, tidak
mampu membedakan warna merah dan
hijau. Buta warna ini dikendalikan oleh
gen resesif. Gen ini terpaut dalam
kromosom X. Terdapat 5 kemungkinan
genotipe, yaitu:
1) X C X C : wanita normal
2) X c X c : wanita buta warna
3) X C X c : wanita pembawa buta warna/
karier
4) X C Y : pria normal
5) X cY : pria buta warna
Wanita karier atau pembawa artinya
wanita yang secara fenotipe normal
tetapi secara genotipe dia membawa alel
sifat resesif untuk buta warna. Coba
kalian buat diagram penurunan sifat,
kepada siapa gen buta warna seorang ibu
diwariskan. (Ibu buta warna menikah
dengan ayah normal).
2. Hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan
dimana seseorang darahnya tidak dapat/
sulit membeku bila luka. Luka kecil pun
dapat menyebabkan penderita meninggal
karena terjadi pendarahan yang terus-
menerus. Gen yang mengendalikan sifat
ini adalah gen resesif dan terpaut dalam
kromosom X. Dalam keadaan homozigot
resesif gen ini bersifat letal
(menimbulkan kematian). Beberapa
kemungkinan susunan genotype adalah:
1) X H X H : wanita normal
2) X h X h : wanita hemofilia bersifat letal
3) X H X h : wanita pembawa/karier
4) X H Y : pria normal
5) X h Y : pria hemofilia
Golongan Darah Manusia
Golongan Darah Sistem ABO
Penggolongan darah sistem ABO berdasarkan
adanya dua macam antigen, yaitu antigen A dan
antigen B serta dua macam antibody, yaitu anti-A
dan anti-B.
Antigen merupakan glikoprotein yang terdapat
pada permukaan sel darah merah
Antibodi merupakan molekul protein yang
dihasilkan oleh sel-B (limfosit-B) untuk merespon
adanya antigen. Antibodi terdapat pada serum atau
cairan darah.
Golongan Darah Sistem MN
Berbeda dengan penggolongan darah sistem ABO,
penggolongan darah sistem MN berdasarkan
adanya perbedaan salah satu jenis antigen
glikoprotein. Antigen glikoprotein ini terdapat pada
membran sel darah merah yang disebut glikoforin
A.
Golongan Darah Sistem Rhesus
Sistem Rh membagi golongan darah manusia
menjadi dua kelompok berdasarkan reaksi
penggumpalan antara antigen sel darah merah
dengan annti serum Rh. Hasilnya berupa individu
dengan golongan Rh positif, dengan genotip RhRh
atau Rhrh, memiliki antigen faktor rhesus di dalam
sel-sel darah merahnya.
Sebaliknya individu golongan Rh negatif, dengan
genotip rhrh , tidak memiliki antigen faktor rhesus
di dalam sel-sel darah merahnya.
HUKUM HARDY - WEINBERG
Populasi mendelian yang berukuran besar
sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya.
Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama
untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotipe yang sama maupun berbeda dengannya.
Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel
akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi.
Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli
matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter
dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai
hukum keseimbangan Hardy-Weinberg .
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain
yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi
migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain,
terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem
kawin yang tidak acak akan mengakibatkan
perubahan frekuensi alel.
Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-
Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :
(1) Dari tetua kepada gamet-gamet yang
dihasilkannya
(2) Dari penggabungan gamet-gamet kepada
genotipe zigot yang dibentuk
(3) Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada
generasi keturunan.
Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Kembali kita misalkan bahwa pada generasi
tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-
masing dengan frekuensi P, H, dan Q. Sementara
itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi
alel
a adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan
dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a.
Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel A
(p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama dengan
frekuensi alel a (q).
Dengan berlangsungnya kawin acak, maka
terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak
pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk
akan memilki frekuensi genotipe sebagai hasil kali
frekuensi gamet yang bergabung. Pada Tabel 15.1
terlihat bahwa tiga macam genotipe zigot akan
terbentuk, yakni AA, Aa, dan aa, masing-masing
dengan frekuensi p 2, 2pq, dan q 2.
Tabel 15.1. Pembentukan zigot pada kawin acak
Gamet-gamet Edan
frekuensinya
A(p) a(q)
Gamet-gamet G
dan frekuensinya
A (p) AA(p 2) Aa(pq)
a (q) Aa(pq) aa(q 2)
Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah
didapatkan, maka frekuensi alel pada populasi zigot
atau populasi generasi keturunan dapat dihitung.
Fekuensi alel A = p 2 + ½ (2pq) = p 2 + pq = p (p +
q)
= p. Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q 2 + pq = q
(p
+ q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
frekuensi alel pada generasi keturunan sama
dengan frekuensi alel pada generasi tetua.
Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari
generasi ke generasi pada waktu ini (populasi
hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan
genotip adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan angka –
angka ini kita akan mendapatkan harga yang sama
pada generasi berikutnya. Hasil yang sama ini akan
kita jumpai pada generasi seterusnya, frekuensi
genetis dan perbandingan genotip tidak berubah.
Dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi
tidak terjadi. Hal ini dapat diketahui oleh Hardy
(1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari
jerman yang bekerja secara terpisah.
Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-
Weinberg
“Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi
gen
maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan)
dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak
secara seksual”
Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan
Genetis
Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan
kondisi pada hokum Hardy – Weinberg, sehingga
menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada
di dalam keseimbangan genetis. Kondisi tersebut
digambarkan sebagai berikut:
Populasi harus cukup besar, sehingga
suatu faktor kebetulan saja tidak
mungkin mengubah frekuensi genetis
secara berarti.
Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus
terjadi keseimbangan secara mutasi.
Harus tidak terjadi emigrasi dan
imigrasi.
Reproduksi harus sama sekali
sembarang (random).
Secara teoritis, suatu populasi harus begitu
besar sehingga dapat dianggap bukan merupakan
faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis.
Dalam kenyataan, tidaklah ada populasi yang
besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi
alami dapat cukup besar sehingga perubahan
sedikit saja tidak cukup menjadi penyebab dari
perubahan yang berarti pada frekuensi genetis gene
pool mereka.
Suatu populasi produktif yang terdiri lebih
dari 10.000 anggota yang dapat berbiak,
mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi
secara berarti oleh perubahan sembarang, yang
dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene
pool, meskipun alel itu merupakan alel superior. Di
dalam populasi yang demikian, ternyata hanya
terdapat sangat kecil alel yang mempunyai
frekuensi antara, rupanya semua alel itu
mempunyai kecenderungan untuk hilang dengan
segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel
yang ada. Dengan perkataan lain, populasi kecil
mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi
homozigot, sedangkan populasi besar cenderung
untuk lebih bermacam – macam.
Jadi suatu kesempatan dapat menyebabkan
perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi
perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic
drift atau pergeseran genetis tidak dipengaruhi
secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai
gen. Hal ini disebut sebagai evolusi pertengahan
(intermediate evolution ). Syarat kedua bagi
keseimbangan mutasi mungkin tidak dijumpai pada
suatu populasi.
Mutasi maju
Mutasi selalu terjadi, tidak ada suatu cara
apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen
mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000
sampai 10.000 pembelahan, kecepatan mutasi
pada berbagai macam gen berbeda. Sangat
jarang mutasi alel dengan sifat sama dapat
sampai mencapai keseimbangan. Jadi jumlah
mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi
balik di dalam suatu kesatuan waktu. Contoh
mutasi alel A ke alel a adalah mutasi maju,
sedangkan mutasi dari a ke A adalah mutasi
mundur.
Mutasi mundur
Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang
sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama -
sama betul sama, salah satu mutasi yang akan
terjadi lebih sering. Tekanan mutasi ini akan
cenderung untuk menyebabkan pergeseran
perlahan – lahan pada frekuensi genetis di
dalam populasi. Alel yang lebih stabil akan
cenderung untuk bertambah frekuensinya,
sedangkan alel yang mudah bermutasi akan
cenderung untuk berkurang frekuensinya,
kecuali kalau ada faktor lain yang mengubah
tekanan mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi
selalu ada, tetapi mungkin sekali bahwa ini
merupakan faktor utama yang dapat
menghasilkan perubahan pada frekuensi genetis
di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu
lambat sehingga kalau bereaksi secara tunggal
akan membutuhkan waktu yang lama sekali
untuk menimbulkan suatu perubahan yang
nyata (kecuali dalam hal poliploid). Mutasi
terjadi secara sembarang (random) dan
seringkali cenderung untuk mengarah pada
jurusan yang berbeda dari faktor – faktor lain
yang menyebabkan organism sesungguhnya
harus berevolusi.
Mutasi mempertinggi variabilitas sehingga dengan
demikian merupakan bahan (raw material) yang segera
ada untuk evolusi, tetapi jarang menentukan arah
atau
sifat dari perubahan evolusi.
Kalau gene pool harus dalam keadaan seimbang,
sudah barang tentu imigrasi dari populasi lain tidak
boleh terjadi kalau hal ini akan menyebabkan
terjadinya pemasukan gen baru. Hilangnya gene
pool secara emigrasi harus tidak boleh terjadi.
sebagian besar populasi alami mungkin paling
sedikit mengalami migrasi genetis di dalam jumlah
yang sangat kecil, dan faktor ini menambah
terjadinya variasi yang cenderung untuk
mengacaukan keseimbangan Hardy-Weinberg.
Sangat disangsikan akan adanya suatu populasi
yang bebas dari migrasi genetis dan pada beberapa
kejadian dimana migrasi genetis terjadi, hal ini
terjadi begitu kecil sehingga dapat diabaikan
sebagai faktor yang menyebabkan pergeseran
frekuensi genetis. Itulah sebabnya dapat kita
simpulkan bahwa syarat ketiga untuk keseimbangan
genetis kadang – kadang terjadi di alam.
Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam
populasi adalah perkembangbiakan atau reproduksi
yang random. Reproduksi atau perkembangbiakan
tidak hanya bertanggung jawab atas kelangsungan
reproduksi dari suatu populasi. Seleksi pasangan,
efisiensi dan frekuensi proses perkawinan,
fertilitas, jumlah zigot yang terjadi pada setiap
perkawinan, prosentase zigot yang menuju kea rah
pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil,
kemampuan hidup keturunan sampai mencapai
umur berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung pada keturunannya dalam arti
keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila
reproduksi merupakan sesuatu yang sama sekali
random, maka semua faktor yang mempengaruhi
harus random, yakni tidak terganggu dari genotip.
Keadaan tersebut di atas mungkin tidak
dijumpai pada suatu populasi. Faktor – faktor
tersebut mungkin selalu berhubungan dengan
genotip, yakni genotip dari organisme yang
mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang
disebutkan di atas. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa tidak ada aspek reproduksi yang sama sekali
tidak mempunyai hubungan dengan genotip.
Reproduksi tidak sembarang (nonrandom)
adalah hokum umum. Reproduksi di dalam arti luas
adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja
pada semua populasi. Sehingga kalau kita
simpulkan, empat kondisi yang diperlukan untuk
keseimbangan genetis yang diusulkan oleh hokum
Hardy-Weinberg adalah:
Ditemukan pada populasi besar.
Tidak pernah dijumpai mutasi.
Tanpa migrasi.
Reproduksi random tidak pernah
dijumpai.
Suatu keseimbangan yang lengkap di dalam gene
pool tidak pernah dijumpai, perubahan secara
evolusi adalah sifat – sifat fundamental dari
kehidupan suatu populasi.
Peranan Seleksi Alam
Setelah ditemukan daya antibiotik dari
penisilin, kemudian diketahui pula bahwa suatu
bakteri yang disebut Staphylococcus aureus dapat
dengan cepat tumbuh resistan terhadap antibiotic
tersebut. Akan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi
lagi untuk membunuh bakteri tersebut, jadi
nyatalah bahwa di bawah pengaruh seleksi penisilin
yang kuat, maka populasi bakteri mengalami
perubahan secara evolusi. Fenomena ini telah
diselidiki secara mendalam di laboratorium secara
eksperimental. Pada eksperimen tersebut
menujukkan, kultur dari berjuta – juta bakteri mati,
dan hanya beberapa yang dapat hidup terus. Kalau
sisa bakteri yang hidup ini dikenai penisilin dari
dosis yang sama, maka hampir semua bakteri dapat
hidup.
Gen untuk kekebalan mungkin telah ada
pada populasi sebelum percobaan di atas dimulai,
dan antibiotic hanyalah membunuh bakteri yang
tidak mempunyai gen ini, yang ditinggalkan
hanyalah bakteri yang mempunyai gen kekebalan.
Dengan perkataan lain, penisilin mungkin hanya
melakukan suatu tekanan seleksi yang kuat
terhadap gen yang tidak kebal, sehingga
menyebabkan adanya pergeseran besar pada
frekuensi tersebut.
Dari beberapa percobaan diketahui bahwa
keterangan pertama rupanya benar. Obat ini tidak
menyebabkan adanya mutasi untuk kekebalan,
hanya mengadakan seleksi terhadap bakteri yang
tidak kebal. Beberapa gen yang menentukan jalan
metabolism yang menyebabkan resistensi terhadap
penisilin sudah ada di dalam kebanyakan populasi
pada frekuensi rendah yang muncul mula – mula
sekali sebagai hasil mutasi sembarang. Seandainya
gen semacam itu belum ada pada populasi yang
terkena penisilin, tidak akan ada sel dari populasi
yang dapat hidup dan populasi tersebut akan
tersapu bersih.
Hal tersebut di atas, tidak berarti bahwa
mutasi baru tidak dapat memperbaiki kekebalan,
malahan seleksi terus menerus oleh penisilin
biasanya menuju ke arah penambahan resistensi
secara gradual. Hal ini sudah hampir dipastikan
sebagai hasil dari mutasi. Tetapi mutasi tidak
dihasilkan oleh kondisi sama yang menyeleksi gen
mutan yang telah timbul.
Keuntungan mutasi pada suatu keadaan
keliling yang mengandung penisilin dapat timbul
sewaktu obat itu dimasukkan sebagai hal yang
terjadi secara kebetulan. Sebab mutasi yang serupa
dapat juga timbul meskipun penisilin tidak ada.
Evolusi resistensi obat pada bakteri tidak dapat
disamakan seluruhnya pada evolusi organisme
biparental, sebab seleksi yang hebat dapat
mengubah frekuensi genetis lebih cepat pada
organism haploid aseksual daripada organisme
biparental.
Rekombinasi yang terjadi pada setiap
generasi pada spesies biparental sering
menimbulkan kembali genotip yang hilang pada
generasi sebelumnya. Hal ini tidak akan terjadi
pada organisme aseksual. Tetapi bagaimanapun
juga, suatu tekanan seleksi yang sangat kecil dapat
menimbulkan suatu pergeseran besar pada
frekuensi gen suatu populasi biparental kalau
jangka waktunya mencapai 50.000 tahun (meskipun
waktu ini relative sangat pendek). Hal tersebut
pernah diperhitungkan Haldane bahwa jika suatu
alel dominan yang memperkuat suatu individu
dibawa oleh satu bagian dari 1000 (misalnya 1000
individu dari AA yang dapat hidup dan berbiak
untuk alel dominan dapat bertambah dari alel
resesif).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari
pewarisansifatdan variasiyang diwariskan.Teori
pewarisan sifat ataubiasa disebut hukum heraditas
pertamakalidicetuskanoleh Gregor Johann
Mendel.Didalam genetika terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu kromosom, DNA,dan RNA.
Genetika saling berkaitan satu sama lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya