animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Minggu, 16 Juli 2017

Cerpen "Takut"



Takut

          Akhirnya aku masuk juga ke dalam kamar. Ayu sedang berbaring masih dalam pakaian yang tadi sambil mengisi teka-teki silang. Meskipun acuh tak acuh, aku kira ia sudah menduga aku akan masuk dan memberikan nasihat-nasihat lagi. Cuma mulutku tak segera ngomong, aku hanya duduk di sisi tempat tidurnya, Ayu menoleh tenang.
“ada yang nggak beres pa?”
“ya”, ia mengangguk.
“kelihatannya papa tidak senang, ya?”
“karena Ayu pulang larut lagi? Kan udah ada izin tadi mau ke diskotik?”, aku mengangguk “memang”
          Dan tiba-tiba segalanya jadi lancar, aku segera menumpahkan perasaanku. Bebas rasanya terlalu keras menghimpitku yang tiap hari sudah lelah kerja untuk menghidupkan asap dapur keluarga. Aku anggap dia telah dewasa. Aku ingin otaknya jalan dan ikut berpikir.
          “Papa malu Ayu, papa jadi sulit lagi sekarang. Apa papa harus marah atau bagaimana? Papa ingin mengajak kamu ikut memikirkan persoalan-persoalan yang ada di sekitarmu”.
          “Nah, yang papa rasakan adalah malu. Kalau itu teman biasa, mengapa harus begitu? Semua itu menyebabkan papa menjadi berpikir, bagaimana sebenarnya kamu membentuk persahabatan dengan kawan-kawanmu? Mengapa mereka berani melakukan hal itu di depan papa, tanpa perasaan segan? Papa anggap mereka tidak sopan, apalagi papa tidak kenal mereka. Coba, apa yang harus papa lakukan?”
          Ayu mengeluh, “kalau begini saya jadi tidak mengerti deh, mau papa?”
“loh, papa tidak melarang, papa takut sekali kalau kamu mengatakan bahwa papa sudah menekanmu. Tapi kamu harus dapat merasakan perasaan papa, kan? Kamu membuat papa seperti tidak punya diri. Saya tidak menyalahkan mereka. Kalau kamu membentuk persahabatan dengan mereka memakai pola lain, pasti mereka tidak akan berani melakukan itu di depan saya. Kecuali saya orang lain, saya inikan papa kamu?”
“udah deh, pa sekarang papa katakan saja Ayu harus bagaimana”.



          Aku mulai marah, “Ayu, ini bukan soal papa. Kamu harus menentukan apa yang harus kamu lakukan. Papa cuma ingin mengutarakan perasaan papa dan papa ingin mendengarkan sebenarnya kamu risih tidak melakukan hal-hal tadi? Atau kamu, menganggap itu pantas? Kalau pantas, ya barang kali papa harus mulai sekarang membiasakannya. Biasa kok semuanya bisa dibiasakan asal sudah diniatkan, masa tidak bisa? Kamu merasa risih atau tidak”.
          “saya kira itu biasa”, aku tertegun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...