animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Selasa, 25 Juli 2017

Hikayat Sri Rama



HIKAYAT SRI RAMA  
Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi.
Saat Sri Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor burung jantan dan empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya pada burung jantan tentang keberadaan Sita Dewi yang diculik orang. Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.
Malam telah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu. Bangau mengatakan bahwa ia melihat bayang-bayang seorang wanita dibawa oleh Maharaja Rawana. Sri Rama merasa senang karena mendapat petunjuk dari cerita bangau itu. Sebagai balas budi, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi lebih panjang sesuai dengan keinginan bangau. Namun, Sri Rama khawatir jika leher bangau terlalu panjang maka dapat dijerat orang.
Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau yang sedang minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan Laksamana bertemu dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu sebuah cincin.
Ketika dalam perjalanan, Sri Rama merasa haus dan menyuruh Laksamana untuk mencarikannya air. Sri Rama menyuruh Laksamana untuk mengikuti jatunya anak panah agar dapat menemukan sumber air. Setelah berhasil mendapatkan air itu, Laksamana membawanya pada Sri Rama. Saat Sri Rama meminum air itu, ternyata air itu busuk. Sri Rama meminta Laksamana untuk mengantarnya ke tempat sumber air dimana Laksamana memperolehnya. Sesampai di tempat itu, dilihatnya air itu berlinang-linang. Sri Rama mengatakan bahwa dulu pernah ada binatang besar yang mati di hulu sungai itu. Kemudian, Sri Rama dan Laksamana memutuskan untuk mengikuti jalan ke hulu sungai itu.
Mereka bertemu dengan seekor burung besar bernama Jentayu yang tertambat sayapnya dan yang sebelah rebah. Sri Rama bertanya padanya mengapa sampai Jentayu seperti itu. Jentayu menceritakan semuanya pada Sri Rama tentang pertarungannya melawan Maharaja Rawana. Setelah Jentayu selesai bercerita, ia lalu memberikan cincin yang dilontarkan Sita Dewi saat Jentayu gugur ke bumi saat berperang dengan Maharaja Rawana. Kemudian, cincin itu diambil oleh Sri Rama. Bahagialah Sri Rama melihat cincin itu memang benar cincin istrinya, Sita Dewi.
Jentayu berpesan pada Sri Rama jika akan pergi menyeberang ke negeri Langka Puri, Sri Rama tidak boleh singgah ke tepi laut karena di sana terdapat gunung bernama Gendara Wanam. Di dalam bukit tersebut ada saudara Jentayu yang bernama Dasampani sedang bertapa. Jentayu tak ingin saudaranya itu mengetahui bahwa dirinya akan segera mati. Setelah Jentayu selesai berpesan, ia pun mati.
Sri Rama menyuruh Laksamana  mencari tempat yang tidak terdapat manusia dengan memberinya sebuah tongkat. Tetapi, Laksamana tidak berhasil menemukan tempat itu. Lalu ia kembali pada Sri Rama. Laksamana mengatakan pada Sri Rama bahwa ia tidak dapat menemukan tempat sesuai perintah Sri Rama. Kemudian, Sri Rama menyuruh Laksamana untuk menghimpun semua kayu api dan meletakkannya di tanagn Sri Rama. Lalu diletakkannya bangkai Jentayu di atas kayu api itu dan di bakar oleh Laksamana. Beberapa lama kemudian, api itu padam. Laksamana heran melihat kesaktian Sri Rama yang tangannya tidak terluka bakar sedikitpun. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat itu.
Unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik Hikayat Sri Rama:
A.    Unsur instrinsik
  1. Tema: Kesetiaan dan pengorbanan
  • bukti: Para patik Sri Rama berani berkorban nyawa demi membantu Sri Rama yang sedang kesulitan mencari Sita Dewi. Mereka bakti akan perintah Sri Rama dengan menunujukkan kesetiaan mereka pada Sri Rama.
  1. Alur: Maju
  • bukti: Sri Rama mencari Sita Dewi yang dibawa lari oleh Maharaja Rawana. Dia berhasil menemukan petunjuk tentang keberadaan Sita Dewi saat bertemu dengan Jentayu. Namun, Jentayu mati setelah menceritakan tentang pertarungannya melawan Maharaja rawana. Mayat Jentayu dibakar di atas tangan Sri Rama.
  1. Penokohan: diceritakan secara dramatik (tidak langsung)
  2. Tokoh:
    1. Tokoh utama: Sri Rama
    2. Tokoh tambahan: Laksamana, Sita Dewi, Maharaja Rawana, Jentayu, Dasampani, burung jantan, dan bangau.
  3. Setting/latar cerita
    1. Latar waktu: siang hari
bukti: pada paragraf enam kalimat pertama pada hikayat
  1. Latar tempat: di hutan rimba belantara
bukti: pada paragraf pertama kalimat kedua
  1. Latar suasana: bahagia, mengaharukan
bukti: Sri Rama terharu melihat kesetiaan Jentayu atas pengabdiannya menolong Sita Dewi.
  1. Sudut pandang: menggunakan orang ketiga sebagai pelaku utama
  2. Amanat: hargailah pengorbanan seseorang yang telah rela mati demi menbantu kita.

B.     Unsur ekstrinsik :

1.      Nilai sosial
Terletak pada paragraf berikut ini:
Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau yang sedang minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan Laksamana bertemu dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu sebuah cincin.
2.      Nilai moral
Terletak pada paragraf berikut :
Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.













NAMA           : ISRO’ OFIQI
KELAS          : XI IPS 1
Malim Dema
Malim Dema adalah putra raja dari bandan muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya. Setelah besar, Malim Dema bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya. Dengan pengiring yang banyak, pergilah Malim Dema ke rumah nenek kebayan. Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berhasil mencuri baju layangputri
bungsu, sehingga puteri Bungsu tidak dapat kembali ke kayangan. Nenek kebayan lalu mengawinkan mereka.
Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar. Jamuan makanan besar-besaran lalu di adakan. Malim Dema juga ditabalkan menjadi raja. Tidak lama kemudian Malin Dema gering, lalu mangkat. Sejak kematian ayahhanda, Malim Dema lali memerintah negeri. Setiap hari ia asyik menyambung ayam saja. Dalam keadaan yang demikian, Puteri Bungsu pun melahirkan seorang anak yang diberi nama Malim Dewana. Akhirnya Malim Dewana besarlah, tetapi Malim Dema tetap tidak mau kembali ke istana melihat puteranya. Putri Bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju layangnya. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana.
Sepeninggal Puteri Bungsu,  barulah Malim Dema menyesal. Tujuh hari tujuh malam  ia tidak beradu, tidak santap, leka dengan menangis saja. Akhirnya ia berazam pergi mendapatkan istri dan anaknya kembali. Dengan susah payah, sampailah ia ke rumah nenek kebayan dan bertanya dimana diperoleh burung borak yang dapat membawanya kekayangan. Dengan bantuan nenek kebayan, tahulah ia bahwa Puteri Terus Mata ada menyimpan burung borak. Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada Malim Dema dengan syarat bahwa Malim Dema harus kawin dengan anaknya yaitu Puteri Terus Mata. Malim Dema menyanggupi hal ini.
Sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Dema mengalahkan Mambang Molek dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya. Mambang Molek terbunuh. Sekali lagi Malim Dema sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula. Perkawinan dengan Puteri Terus Mata lalu diadakan.
Hatta Malim Dema pun menjadi seorang raja yang sangat bijaksana lagi gagah berani. Dan baginda katiga laki istri juga sangat sayang kepada Puteranya.




 UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
Unsur Intrinsik
1. Tema
ð  Tema yang diambil dalam  hikayat “Malim Dema” adalah tentangKehidupan seorang raja.
2.      Penokohan
ð  Malim Dema                  :Bijaksana.
Bukti                                   :“Malim Deman adalah putera raja dari Bandar Muar yang  sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
ð  Nenek Kebayan                :Penolong.
Bukti                            :Dengan bantuan nenek kebayan juga, ia berasil mencuri selendang putri bungsu.
ð  Putri Bungsu                     : Mudah tersinggung atau mudah marah.
Bukti                                   : “Puteri Bungsu sangat masyghul hatinya”
ð  Raja Jin                             : Licik.
Bukti                            : “Raja jin bersedia meminjamkan burung borak kepada   Malin Deman dengan syarat . . .”
ð  Malim Dewana                  : Penurut.
Bukti                                   : “Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malim Dewana”.
3.  Latar/Setting
v Latar Tempat :
·         Bandar Muar
“selang berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”
·         Rumah  Nenek Kebayan
“akhirnya, sampailah ia kerumah nenek Kebayan”
·         Kayangan
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu . . .”
v Latar Suasana :
·         Suasana Menegangkan :
“Malim Dema mengalahkan mambang molek denganmenyambung ayam, maka timbullah  pertikaman antara keduanya”
·         Suasana Senang:
“Sekali lagi Malim Dema sekeluarga pun turun kembali ke dunia semula”
4.         Alur
ð  Maju
-          Ekposisi (Tahap perkenalan):
“Malim dema adalah putera raja dari Bandar Muar yang sangat bijaksana, lagi sangat elok rupanya”
-          Penampilan Permasalahan:
e“setelah besar, Malim Dema bermimpi seorang wali Allah menyuruhnya pergi kerumah nenek kebayan untuk mendapatkan puteri bungsu dari kayangan sebagai istrinya”


-          Komplikasi (Tahap Permasalah) :
“puteri bungsu sangat masyghul hatinya. Kebetulan pula ia menemukan kembali baju kayangan. Maka ia pun terbang kembali kekayangan dengan anaknya Malin Dewana”
-          Tahap Klimaks :
“sesampainya di kayangan didapatinya Puteri Bungsu akan dikawinkan dengan Mambang Molek. Malim Dema mengalahkan Mambang dalam menyambung ayam. Maka timbullah pertikaman antara keduanya”
-          Tahap Ketegangan Menurun:
“sekali lagi Malim Dema sekeluarga pun turun ke dunia semula”.
5.    Sudut Pandang
Ø  “Akhirnya, sampailah ia kerumah nenek kebayan “
Dari data di atas digambarkan bahwa penulis menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6. Gaya Bahasa
Ø  Penggunaan bahasanya sulit di mengerti.
Ø  Menggunakan bahasa melayu kuno.
Ø  Menggunakan kata penghubung maka dalam awal kalimat, contoh:
Maka berapa lama, mereka pun kembali ke Bandar Muar”.
7.  Amanat
Ø  Keluarga itu sangat penting dalam  kehidupan  kita, jadi jangan kita sia-siakan keluarga kita tersebut.
Ø  Saling tolong-menolonglah  terhadap sesama, tetapi jangan tolong-menolong dalam berbuat kejahatan.
Ø  Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
Unsur Ekstrinsik
v  Nilai Pendidikan
-          Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
v  Nilai Moral
-          Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain.
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
v  Nilai Budaya
-          Kita harus saling menghormati terhadap sesama.






NAMA       : RAHMAD HIDAYATULLAH
KELAS      : XI IPS 1

Hikayat Raja Akil (Raja Siak)

Kisah bermula dengan pelayaran Tuan Bujang setelah mendapat perkenan daripada Sultan Palembang. Tuan Bujang dibekalkan oleh Sultan Palembang dengan pakaian keemasan dan keris kebesaran. Tuan Bujang sampai ke Rawas dan berkahwin dengan anak Dipati Batu Kuching. Tuan Bujang mendapat seorang anak lelaki dan dinamakan Raja Alang. Di Pagar Ruyung, Tuan Bujang telah ditabalkan sebagai Yamtuan Sakti. Tuan Bujang juga telah diuji bagi membuktikan bahawa baginda ialah daripada keturunan kesultanan Johor. Tuan Bujang telah diberi gelaran Yang Dipertuan Raja Kecik. Yang Dipertuan Raja Kecik telah pergi ke Siak namun tiada sesiapa yang mengenali baginda malah baginda terpaksa bekerja sebagai Nakhoda Penangguk . Kemudian baginda pergi ke Mengkalis dan di sana telah digelar oleh orang Minangkabau sebagai Yang Dipertuan. Baginda berhajat hendak menyerang negeri Johor. Pada masa yang sama, Raja Bugis iaitu Daheng Parani, Daheng Calak dan Raja Tuha telah datang ke Mengkalis. Mereka ingin membantu menyerang Johor. Daheng Parani telah membuat perjanjian sekiranya baginda berjaya menawan Johor, maka baginda akan menjadi Yang Dipertuan Besar dan Daheng Parani dilantik sebagai Yang Dipertuan Muda. Sepucuk surat telah dihantar kepada Yang Dipertuan Johor memaklumkan bahawa paduka anakanda Marhum Mangkat Dijulang ingin menuntut bela atas kematian ayandanya. Berita kedatangan Yang Dipertuan Raja Kecik anakanda Marhum Mangkat Dijulang di negari Johor menjadi perbualan rakyat. Bagi membuktikan bahawa baginda ialah anakanda Marhum Mangkat Dijulang , rakyat Johor telah meminta supaya baginda menawarkan air masin menjadi air tawar. Dengan izin-Nya, maka air masin telah bertukar menjadi air tawar. Rakyat Johor terus bersorak dan menyebut Yang Dipertuan Raja Kecik sebagai Tuanku Yang Maha Mulia. Baginda juga bertitah kepada rakyat Johor agar menyembah dengan ucapan “daulat”. Baginda kemudian menyerang Johor. Yang Dipertuan Johor bersama anakanda baginda telah pulang ke kampung lama Bendahara. Sesampai Yang Dipertuan Raja Kecik ke dalam Kota Johor, baginda telah masuk ke istana. Baginda hairan kerana tidak ada Bendahara di dalam Istana. Baginda dimaklumkan bahawa Bendahara sudah melarikan diri. Yang Dipertuan Raja Kecik dimaklumkan bahawa bondanya Encik Apung telah meninggal dunia. Baginda berasa sugul dengan berita tersebut. Baginda telah bertunang dengan anak Bendahara yang bernama Tengku Tengah tetapi telah memutuskan pertunangan tersebut kerana terpikat dengan anak bongsu Bendahara iaitu Tengku Kamariah. Akhirnya baginda berkahwin dengan Tengku Kamariah dan ditabalkan menjadi Raja Johor dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Syah.


Unsur-unsur Instrinsik :


A. Tema
Pengembaraan anak raja.

Yang Dipertuan Raja Kecik telah mengembara dari satu tempat ke satu tempat bagi membuktikan bahawa baginda merupakan keturunan raja iaitu anakanda Marhum Mangkat Dijulang sehinggalah baginda ditabalkan menjadi Sultan Johor.


B. Persoalan
1. Persoalan kesabaran akan membuahkan kejayaan.

2. Persoalan kebenaran tetap terbukti apabila tiba masanya.


C. Watak dan Perwatakan

1. Yang Dipertuan Raja Kecik.

• Keturunan Raja Johor
• Nama asalnya Tuan Bujang.
• Berkahwin dengan Tengku Kamariah
• Ditabalkan menjadi Raja Johor dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Syah.
• Berani
Contoh: Yang Dipertuan Raja Kecik berani memutuskan pertunangannya dengan Tengku Tengah.
• Gigih
Contoh: Yang dipertuan Raja Kecik gigih mengembara dari satu tempat ke satu tempat bagi membuktikan bahawa baginda merupakan keturunan raja iaitu anakanda Marhum Mangkat Dijulang.

D. LATAR

Latar Masyarakat

1. Golongan masyarakat feudal
Contoh: Masyarakat yang mengamalkan sistem pemerintahan beraja.

2. Golongan masyarakat istana.
Contoh: Masyarakat yang tinggal di istana .

Latar Masa

1. Latar masa tidak dinyatakan dengan terperinci namun peristiwa berlaku pada zaman Kesultanan pemerintahan Raja Siak.



Latar Tempat

1. Rawas
Contoh:
Tempat Tuan Bujang berkahwin dengan anak Dipati Batu Kuching.

2. Siak
Contoh:
Tempat Yang Dipertuan Raja Kecik tetapi tiada siapa mengenali baginda malah baginda terpaksa bekerja sebagai Nahkhoda Penangguk.

3. Johor
Contoh:
Yang dipertuan Raja Kecik telah ditabalkan menjadi Raja Johor dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Syah.

E. Gaya bahasa

1. Penggunaan bahasa Arab
Contoh:
Allah Ta’ala,

2. Penggunaan bahasa istana
Contoh:
Patik, baginda,hulubalang, titah

3. Penggunaan kata ganda
Contoh:
Kaya-kaya, besar-besar,masing-masing

F. Amanat
1. Kita hendaklah gigih berusaha untuk mencapai kejayaan.

2.Kita janganlah cepat berputus asa sekiranya gagal dalam sesuatu hal.

3. Kita hendaklah patuh akan perintah ketua.

G. Sudut Pandang : Sudut pandang orang ke-3 sebagai pengamat ·


Unsur-unsur Ekstrinsik :

NILAI

1. Nilai kegigihan
Contoh:
Yang dipertuan Raja Kecik gigih mengembara dari satu tempat ke satu tempat bagi membuktikan bahawa baginda merupakan keturunan raja iaitu anakanda Marhum Mangkat Dijulang.
2. Nilai keberanian
Contoh:
Yang Dipertuan Raja Kecik berani memutuskan pertunangannya dengan Tengku Tengah.


3. Nilai ketaatan
Contoh: Rakyat negeri Johor menunjukkan taat setia kepada Yang Dipertuan Raja
Kecik setelah mengetahuai baginda ialah keturunan raja.

NAMA       :  APRIYOGA PRATAMA

KELAS          :  XI IPS 1

Hikayat Bayan Budiman

Sebermula ada saudagar di negara Ajam.Khojan Mubarok namanya,terlalu amat kaya,akan tetapi ia tiada beranak.tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan,maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang di beri nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojkan maimun lima tahun,maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun,ia di pinangkan dengan anak saudagar yang kaya,amat elok parasnya,namanya Bibi Zainab.
Hatta beberapa lamanya khojan Maimun beristri itu,ia membeli seekor burung bayan jantan.Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina,lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan juga
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut,lalu minta izinlah dia kepada istrinya.Sebelum dia pergi ,berpesanlah dia pada istrinya itu,jika ada barang suatu pekerjaan,mufakatlah dengan dua ekor unggas itu,hubaya-hubaya jangan tiada ,karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya,ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.Berkencanlah mereka unyuk bertemu melalui seorang perempuan tua.maka pada suatu malam,pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu,maka bernasehatkah di tentang perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT.maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura2 tidur.maka bayan pun berpura2 terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab perg mendapatkan anak raja.maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa.Setelah ia sudah berpikir demikian itu,mak ujarnya,”Aduhai Siti yang baik paras,pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah di nanti anak raja itu. Apatah di cari oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba,tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu.
Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu,dan setiap berpamitan dengan bayan ,maka di berilah ia cerita2 hingga sampai 24 kisah dan 24 malam ,burung tersebut bercerita, hingga akhirny lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. begitulah seterunya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya.
Antara ceriota bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diubati dengan hati kera. Maka saudagar itupun menangkap dan membunuh anak kera itu untuk mengubati anaknya.
Sebuah lagi cerita bayan ialah mengenai seorang lelaki yang sangat mengasihi isterinya. Apbila isterinya meninggal dunia, dia telahj memohon dioa kepada Tuhan supaya separuh daripada umurnya dibahagikan kepada isterinya. Doa itu dikabulkan dan isterinya hidup semual. Namun, si isteri tidak jujur dan lari dengan seorang saudagar kaya. Lelaki itu menjejaki isterinya kerana menyangka isterinya dilarikan oleh saudagar kaya itu. Tetapi dia telah dihina dan diusir oleh isterinya. Kerana marah dan kecewa, lelaki itu memohon agar Tuhan mengembalikan usianya yang telah diberi kepada isterinya. Dengan kehendak Tuhan, isterinya mati semula.
Dalam cerita yang lain pula, bayan bercerita mengenai pengorbanan seorang isteri. seorang puteri raja yang kejam telah membunuh 39 orang suaminya. suaminya yang keempat puluh telah berjaya menginsafkannya dengan sebuah cerita mengenai seekor rusa betina yang sanggup menggantikan pasangannya, rusa jantan, untuk disembelih. Begitu kasih rusa betina kepada pasangannya sehingga sanggip mengorbankan diri untuk disembelih. Puteri itu insaf dan tidak jadi membunuh suaminya yang keempat puluh itu, malah sanggup berkorban apa sahaja untuk suaminya.


Unsur Intrinsik :
1.Tema : Kesetiaan seorang Istri
2.Alur : Menggunakan alur melingkar karena cerita bolak-balik ke masa lalu.
3.Setting/ Latar :
-Setting Tempat : Negeri Antah Berantah, rumah istri saudagar.
-Setting Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan,
4.Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
5.Amanat :
-seorang istri harus patuh pada suaminya
-kita harus setia pada satu pasangan
Harus tawakal dalam menghadapi cobaan.
-Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
Jangan gegabah dalam mengambil keputusan.


Unsur Ekstrinsik :
1. Nilai Moral
Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
Jangan kita terlalu memaksakan kehendak kita pada orang lain, dan kita harus mau mendegarkan pendapat orang lain.
2. Nilai Budaya
Seorang istri hendaknya patu pada perkataan suami.

NAMA       : AJI ARISKA
KELAS      : XI IPS 1
Hikayat Abu Samah
Syaikh Abdudzdzahir bin Muhammad Nuruddin Abu Samah, seorang Alim dari Al-azhar, pemuka para Imam dakwah yang menyeru kepada Sunnah di Mesir, juga Imam dan Guru besar di tanah Haram Mekkah. Betapa seringnya beliau disakiti karena sebab terangnya kebenaran yang beliau bawa hingga menerangi penduduk dunia ini sekalian. Mesjid beliau menjadi saksi penyerangan para pengecut yang tak mampu menyerang beliau kecuali ketika beliau berdiri sholat mengimami manusia yng seolah-olahnya ketika beliau sholat itu beliau beranjak dari negeri dunia ini menuju negeri akhirat.Syaikh yang tak suka di puji ini –Rahimahulloh- dilahirkan di Kota Taliin, suatu kota di Mesir pada tahun 1300 H dari keluarga yang dikenal snagat perhatian dengan Al-Qur’an, baik hafalan atau pengajarannya. Sehingga Syaikh Abdudzdzahir ini menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya di usia Sembilan tahun dengan bimbingan orang tuanya. Selanjutnnya beliau bertekun di Al-Azhar membaca Qira’ah Sab’ah seiring dengan bertambahnya keinginan menghafal Sunnah, juga perhatian besar terhadap tafsir, fikih, bahasa dan ilmu-ilmu lainnya. Di masa kecilnya Syaikh Abdudzdzahir ini sering hadir di majelis Syaikh Muhammad Abduh.
Setelah bertahun-tahun lamanya beliau menuntut ilmu beliau berjumpa seorang Alim yang di sebut dengan Al-‘Allamah Syinqith yaitu Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithy-Rahimahulloh– hingga kebenaran menyentuh hatinya maka hati itu pun bercahaya dengan cahaya aqidah salafiyah. Beliau pun bertekun menelaah kitab-kitab Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim dan yang sejalan dengan kedua Imam ini. Kembali kepada kebenaran serta mengikut dalil. Dan adalah hal yang sangat mendukung beliau penguasaannya terhadap Al-Qur’an dan Sunnah serta diri beliau yang siap sedia menerima kebenaran.
Di suatu masa beliau beraktivitas di sebuah madrasah di daerah Suwais selanjutnya kembali ke Kairo menuntut ilmu di Madrasah Dar Ad-da’wah. Beberapa lama kemudian beliau dipercaya sebagai pengajar di Iskandaria, dan di sanalah beliau berdiri tegak menyeru dakwah, menerangi kegelapan, merobohkan bangunan-bangunan prasangka, membebaskan manusia dari penyembahan sesame hamba kepada hanya menyembah Tuhan para hamba itu, merangsak maju terhadap penyeru kemusyrikan serta menghancurkan kemusyrikan mereka itu, mendebat ahli bid’ah hingga bid’ah-bid’ah itu bertanggalan, menolong ahlussunnah serta meninggikan bendera mereka. Adalah dakwahnya Syaikh Abdudzdzahir ini adalah sebab terangkatnya kebodohan , beliau menjauhkan hamparan para peminta-minta dalam buruknya kesyirikan yang mereka lakukan, hingga menjadi berkurang mereka-mereka yang suka menziarahi masyhad (tempat ziarah penganut tasawuf), sebaliknya bertambah banyak orang-orang yang sholat di mesjid, menjauhi kesyirikan yang menghamba,untuk selanjutnya mengangkat tinggi bendera tauhid. Dan syaikh ini termasuk pengasas gerakan Anshorus Sunnah Al-Muhammadiyah di Iskandaria.
Tentu saja perjuangan beliau ini akan memunculkan penentangan, ini suatu kemestian. Bahkan ternnyata yang menentang membawa gangguan yang luar biasa. Yang paling besar di antara penentangan itu gangguan yang dilaksanakan ketika mengimami sholat di Mesjid yang dilakukan oleh para pengagum masyhad dan kuburan, dari para sufi dan yang sejalan dnegan mereka. Bagi mereka tak ada penghormatan bagi rumah-rumah Allah atau bagi mereka yang berada dhadapan Allah. Adalah sebab gangguan mereka ini dari apa yang telah kita ceritakan berupa kesungguhan beliau dan penelanjangan beliau terhadap hakikat para sufi, para pengagum masyhad dan tempat-tempat ziarah yang berisi kemusyrikan, pembatalan beliau terhadap aqidah Asy’ariyah , dan terutama sekali karena Syaikh Abdudzdzahir ini sangat mengetahui dengan keadaan mereka, beliau –sebelumnya-adalah panutan mereka hingga Allah yang bersifat Al-Haady dan Al-Qadiir menunjuki beliau. Allah menjaga beliau dari kejahatan dan rencana buruk mereka, dan sesungguhnya tipu daya kebatilan adalah suatu hal yang akan binasa.
Di antara orang yang menerima cahaya kebenaran dengan debat ,kesungguhan dan ketegaran yang beliau pegang yaitu sejumlah besar Maha Guru (Masyayikh) di Al-Azhar, salah satunya bahkan yang paling menonjol seorang Alim dari Al-Azhar ini yang juga termasuk Ahli bait Nabi Shollallahu alaihi wasallam-yang sebelumnya telah kita ceritakan- Syaikh Ahli Hadits Muhammad Abdurrazzak Hamzah. Sebelumnya dalam rentetan perdebatan yang berkepanjangan akhirnya beliau menggenggam kebenaran, menjadikan dalil sebagai ikutan hingga Syaikh Muhammad Abdurrazzak ini menerima dakwah sekaligus mendakwahkannya.
Satu hal yang perlu dicatat dari beliau –walaupun amal kebaikan beliau melimpah ruah, beliau sangat tak suka di puji, hal ini pernah beliau sebutkan ketika mengomentari biografi beliau yang di muat di salah satu kitabnya . Beliau berkomentar : “ Salamun ‘Alaik, Amma ba’du. Sungguh telah sampai kepadaku kitabmu yang hampir-hampir aku tak mampu menengoknya disebabkan apa yang engkau muat dari riwayat hidupku hingga aku letakkan dua tanganku menutupi wajahku karena malu, sungguh engkau telah memakaikan pakaian yang besar menutupi dengan pujian dan sanjungan berlebih yang aku tak pantas mendapatkannya….”
Setelah gigihnya kesungguhan perjuangan yang luar biasa ini dunia pun mengenal beliau, mengenalnya sebagai seorang alim yang memberikan nasehatnya, mendebat dan mengalahkan, debu-debu tak sanggup merintangi beliau, tidaklah berhadapan dengan beliau seorang penuntut kebenaran melainkan dengan perdebatan dengan beliau itu menjadi terbuka hatinya menerima kebenaran yang beliau bawa, sebagaimana tidaklah mendebat beliau seorang ahlul bathil kecuali tersadar diri dan kebathilannya berjatuhan.
Hingga akhirnya di suatu ketika Syaikh Abdudzdzahir di percaya sebagai Imam di tanah Haram Mekkah, sebagai Maha Guru pengajar di Masjidil Haram juga di Darul Hadits Mekkah Al-Mukarromah. Beliau pun memegang kepercayaan ini bersama orang kepercayaan beliau, yaitu murid sekaligus sahabat juga menantunya yaitu Syaikh Abdurrazzak Hamzah. Kedua tokoh ini melahirkan banyak gelombang Ulama yang ‘aamiliin, dan mendapat petunjuk dari dakwah keduanya sejumlah besar penuntut ilmu yang tersesat di lembah kesyirikan dan kebid’ahan.
Selalu dan selalu Syaikh Abdudzdzahir ini mennyebar al-haq, meremuk redamkan kebathilan dengan pengajaran dan tulisannya . Banyak sekali risalah yang beliau tulis, di antaranya : Ar-risalah Al-Makkiyah fir-raddi ’ala Ar-risalati Ar-ramliyah, Hayatul Quluub bi du’ai ’Allamil Ghuyuub, Al-auliaa, Al-karomaat.

Dan adalah Syaikh Abdurradzdzak Abu Samah ini termasuk pengasas gerakan Jama’ah Anshorus Sunnah Al-Muhammadiah di Mesir, selain termasuk dari pengasas Darul Hadits di Mekkah Al-Mukarromah. Konsisten di jalan ini hingga beliau wafat di Mesir tahun 1370 H. Semoga Allah mengampuni dan merahmati beliau, mengangkat derajatnya di ’Illiyyiin. Dan aku akhiri cerita singkat tentang beliau ini dengan bait-bait Nuniah yang pernah beliau gubah menunjukkan kesyukuran beliau terhadap semua nikmat yang beliau rasa :
Segala puj bagi Allah yang menunjukiku suatu karunia yang sebelumnya aku berada ditepian nereka.Demi Allah jikalau seluruh anggota tubuhku mengucap syukur wahai Tuhanku sepanjang masa, tidaklah itu bagiku kecuali suatu kelemahan dan kekurangan di banding kesyukuran yang semestinya aku haturkan.
Engkau kuatkan diriku, engkau tolong dan engkau pelihara dari semua gangguan orang yang dengki dan berniat jahat. Engkau hinakan musuh-musuhku serta tak Engkau luluskan rencana mereka menyakiti dan meyemai permusuhan denganku. Telah Engkau wariskan buatku dzikir yang bijak sebagai keutamaan serta engkau karunia aku dengan beragam nikmat tanpa mampu aku mengira-ngiranya.
Engkau angkat cerita tentang diriku ketika mereka ingin mencampakkannya. Dan Engkau siapkan untuk diriku semulia-mulia tanah air. Engkau diamkam diriku di antara Hathim dan zamzam, serta menjadi Imam bagi mereka yang bertaqwa. Engkau muliakan diriku , tunjuki serta memberi petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki dari mereka yang tersesat dan linglung. Apakah kepada dirimu mereka yang memendam dengki berani menggugat? Orang yang bersikeras padahal dirimu penuh kebaikan.Orang yang dzalim padahal diriMu sepaling adil orang yang bersikap adil. Jauh sekali diriMu dari kedzaliman dan aniaya.
Dan jikalah bukan karuniaMu tiadalah aku mampu walaupun punya kesempatan. Karena itu sempurnakanlah nikmatMu yang telah Engkau karuniakan wahai Sebaik-baik Dzat yang diseru oleh semua lisan. Akhirilah dengan keberuntungan hambamu ini, sesungguhnya dia mengharap dalam kesendirian atau pun keramaian. Karuniakanlah baginya Jannatun Na’iim serta melihat wajahmu yang Agung beserta semua teman. Dan tolonglah Saudara Tauhid, penguasa tanah Arab Abdul Aziz, menangkan dia dari penyembah berhala. Dan pukullah belakang mereka yang menentang dengan pedangnya. Kecapkanlah bagi para penentang keburukan di setiap tempat.Dan Kekalkanlah sholawat dan salamMu terhadap orang yang telah Engkau utus dengan Syari’at keimanan, juga buat keluarga dan sahabatnya selama bintang gemintang masih bermunculan, tak lupa teruntuk tabi’iin yang kebaikan menyertai mereka selalu.






UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
Unsur Intrinsik
1. Tema
ð  Tema yang diambil dalam  hikayat “Abu Samah” adalah tentang Agama islam.
2.      Penokohan
ð  Syaikh Abdudzdzahir bin Muhammad Nuruddin Abu Samah : Rajin,Tekun Dan Pintar
    : Syaikh Abdudzdzahir ini menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya di usia Sembilan
ð  Al-‘Allamah Syinqith yaitu Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithy-Rahimahulloh
: Tekun
: Beliau pun bertekun menelaah kitab-kitab Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim
ð  Syaikh Abdurrazzak Hamzah  : dapat di percaya
: di percaya sebagai Imam di tanah Haram Mekkah, sebagai Maha Guru pengajar di Masjidil Haram juga di Darul Hadits Mekkah Al-Mukarromah
3.  Latar/Setting
v Latar Tempat :
·         Al-Azhar
 “Selanjutnnya beliau bertekun di Al-Azhar membaca Qira’ah Sab’ah seiring dengan bertambahnya keinginan menghafal Sunnah, juga perhatian besar terhadap tafsir, fikih, bahasa dan ilmu-ilmu lainnya”
     ·         Madrasah Dar Ad-da’wah
“Di suatu masa beliau beraktivitas di sebuah madrasah di daerah Suwais selanjutnya kembali ke Kairo menuntut ilmu di Madrasah Dar Ad-da’wah”
     ·        Mesjid
” . Yang paling besar di antara penentangan itu gangguan yang dilaksanakan ketika mengimami sholat di Mesjid yang dilakukan oleh para pengagum masyhad dan kuburan, dari para sufi dan yang sejalan dnegan mereka.”
v Latar Suasana :
·         Suasana Menegangkan :
·         Suasana Senang:
4.         Alur
ð  Maju
-          Ekposisi (Tahap perkenalan):
Syaikh Abdudzdzahir bin Muhammad Nuruddin Abu Samah, seorang Alim dari Al-azhar, pemuka para Imam dakwah yang menyeru kepada Sunnah di Mesir, juga Imam dan Guru besar di tanah Haram Mekkah”.
-          Penampilan Permasalahan:
Mesjid beliau menjadi saksi penyerangan para pengecut yang tak mampu menyerang beliau kecuali ketika beliau berdiri sholat mengimami manusia yng seolah-olahnya ketika beliau sholat itu beliau beranjak dari negeri dunia ini menuju negeri akhirat.Syaikh yang tak suka di puji,


-          Komplikasi (Tahap Permasalah) :
“Yang paling besar di antara penentangan itu gangguan yang dilaksanakan ketika mengimami sholat di Mesjid yang dilakukan oleh para pengagum masyhad dan kuburan, dari para sufi dan yang sejalan dnegan mereka. Bagi mereka tak ada penghormatan bagi rumah-rumah Allah atau bagi mereka yang berada dhadapan Allah
-          Tahap Klimaks :
. Akhirilah dengan keberuntungan hambamu ini, sesungguhnya dia mengharap dalam kesendirian atau pun keramaian. Karuniakanlah baginya Jannatun Na’iim serta melihat wajahmu yang Agung beserta semua teman. Dan tolonglah Saudara Tauhid, penguasa tanah Arab Abdul Aziz, menangkan dia dari penyembah berhala
5.    Sudut Pandang
Ø  Dari data di atas digambarkan bahwa penulis menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6. Gaya Bahasa
Ø  Penggunaan bahasanya sulit di mengerti.
Ø  Sebagian kata-katanya menggunakan bahasa Mesir.

7.  Amanat        
Ø  Tetap selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.
Ø  Tetap tekun dan rajin mempelajari kitab al-qur’an .
Ø Dan jauhi segala perbuatan yang tercela .
Unsur Ekstrinsik
v  Nilai Pendidikan
-          Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
v  Nilai Moral
-          Kita harus bersikap bijaksana dalam menghadapi segala hal di dalam hidup kita.
v  Nilai Budaya
-          Kita harus saling menghormati terhadap sesama.







NAMA        : MARWAN SAPUTRA
KELAS       : XI IPS 1
Hikayat Negeri Riau
“Lancang Kuning”
Alkisah tersebutlah sebuah cerita, di daerah Kampar pada zaman dahulu hiduplah si Lancang dengan ibunya. Mereka hidup dengan sangat miskin. Mereka berdua bekerja sebagai buruh tani.
Untuk memperbaiki hidupnya, maka Si Lancang berniat merantau. Pada suatu hari ia meminta ijin pada ibu dan guru ngajinya. Ibunya pun berpesan agar di rantau orang kelak Si Lancang selalu ingat pada ibu dan kampung halamannya. Ibunya berpesan agar Si Lancang janganmenjadianakyangdurhaka.
Si Lancang pun berjanji pada ibunya tersebut. Ibunya menjadi terharu saat Si Lancang menyembah lututnya untuk minta berkah. Ibunya membekalinya sebungkus lumping dodak, kue kegemaran Si Lancang.
Setelah bertahun-tahun merantau, ternyata Si Lancang sangat beruntung. Ia menjadi saudagar yang kaya raya. Ia memiliki berpuluh-puluh buah kapal dagang. Dikhabarkan ia pun mempunyai tujuh orang istri. Mereka semua berasal dari keluarga saudagar yang kaya. Sedangkan ibunya, masih tinggal di Kampar dalam keadaan yang sangat miskin.
Pada suatu hari, Si Lancang berlayar ke Andalas. Dalam pelayaran itu ia membawa ke tujuh isterinya. Bersama mereka dibawa pula perbekalan mewah dan alat-alat hiburan berupa musik. Ketika merapat di Kampar, alat-alat musik itu dibunyikan riuh rendah. Sementara itu kain sutra dan aneka hiasan emas dan perak digelar. Semuanya itu disiapkan untuk menambahkesan
kemewahan dan kekayaan Si Lancang.
Berita kedatangan Si Lancang didengar oleh ibunya. Dengan perasaan terharu, ia bergegas untuk menyambut kedatangan anak satu-satunya tersebut. Karena miskinnya, ia hanya mengenakan kain selendang tua, sarung usang dan kebaya penuh tambalan. Dengan memberanikan diri dia naik ke geladak kapal mewahnya Si Lancang. Begitu menyatakan bahwa dirinya adalah ibunya Si Lancang, tidak ada seorang kelasi pun yang mempercayainya. Dengan kasarnya ia mengusir ibu tua tersebut. Tetapi perempuan itu tidak mau beranjak. Ia ngotot mintauntuk dipertemukan dengan anaknya Si Lancang. Situasi itu menimbulkan keributan. Mendengar kegaduhan di atas geladak, Si Lancang dengan diiringi oleh ketujuh istrinya mendatangi tempat itu. Betapa terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa perempuan compang camping yang diusir itu adalah ibunya. Ibu si Lancang pun berkata, “Engkau Lancang … anakku! Oh … betapa rindunya hati emak padamu. Mendengar sapaan itu, dengan congkaknya Lancang menepis. Anak durhaka inipun berteriak, “mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir perempuan gila ini.”


Ibu yang malang ini akhirnya pulang dengan perasaan hancur. Sesampainya di rumah, lalu ia mengambil pusaka miliknya. Pusaka itu berupa lesung penumbuk padi dan sebuah nyiru. Sambil berdoa, lesung itu diputar-putarnya dan dikibas-kibaskannya nyiru pusakanya. Ia pun berkata, “ya Tuhanku … hukumlah si Anak durhaka itu.” Dalam sekejap, turunlah badai topan. Badai tersebut berhembus sangat dahsyatnya sehingga dalam sekejap menghancurkan kapal-kapal dagang milik Si Lancang. Bukan hanya kapal itu hancur berkeping-keping, harta benda miliknya juga terbang ke mana-mana.
Kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Oguong. Tembikarnya melayang menjadi Pasubilah. Sedangkan tiang bendera kapal Si Lancang terlempar hingga sampai di sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang.

Unsur Intrinsik :
1.Tema :
2.Alur : Maju, karena ia menceritakan tentang kehidupan yang berawal dari sederhana menjadi saudagar kaya.
3.Setting/ Latar :
-Setting Tempat : di atas kapal, di rumah

-Setting Suasana : menegangkan, mengharukan
4.Sudut Pandang Pengarang : orang ketiga serba tahu.
5. Tokoh dan Perwatakan:

-Lancang kuning : baik tetapi karena kekayaan yang ia miliki ia berubah menjadi jahat, dan durhaka
- ibu Lancang Kuning : Penyabar dan Penyayang
- Guru Ngaji Lancang Kuning
- 7 orang istri Lancang Kuning
6.Amanat :
Jangan durhaka kepada kedua orang tua kita, terutama pada ibu kita, karena ibu adalah sosok perempuan yang telah berjuang keras dalam mengandung kita dan melahirkan kita, menjaga kita, hingga kita bisa seperti ini sekarang. Ketika kita sukses jangan pernah melupakan kedua orang tua kita. Apalagi sampai tidak mengakuinya.
Unsur Ekstrinsik :
1. Nilai Moral
Kita harus bersikap baik, tidak sombong, dan tidak boleh menghina orang lain.
2. Nilai Budaya
Seorang anak hendaknya tidak durhaka kepada ibunya sendiri



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...