animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Selasa, 25 Juli 2017

Hikayat Sejarah Melayu



HIKAYAT SEJARAH MELAYU

Naskah Asli
Kata sahibul hikayat, maka tersebutlah perkataan Sang Nila Utama tinggal di Bitan beristrikan Wan Seri Beni. Anak Raja Bitan terlalu amat berkasih-kasihan. Hatta beberapa lamanya, pada suatu hari, Sang Nila Utama hendak pergi beramai-ramaian ke Tanjung Bemban, hendak membawa perempun Baginda. Maka Baginda pun bermohon kepada Bunda Baginda, permaisuri Iskandar Syah. Maka titah Bunda Baginda :
“Apa kerja anak kita pergi ke sana? Tidakkah rusa dan pelanduk dengan kandangnya, dan tidakkah kijang, landak dengan karungannya? Tidakkah segala ikan dan kerang-kerangan didalam kolam? Dan tiadakah buah-buahan dan bunga-bungaan dalam taman? Mengapakah maka anak kita hendak bermain jauh?”
Maka sembah Sang Nila Utama : ”Segala anak sungai Bitan ini telah habislah sudah tempat beta bermain : Bahwa Tanjung Bemban ini ditawarkan orang terlalu baik. Itulah sebabnya maka beta hendak pergi. Dan jikalau tiada diberi beta pergi beta bermain ke Tanjung Bemban ini, duduk mati, berdiri mati, serba mati.”
Maka beberapa dilarang permaisuri Iskadar Syah, Baginda bermohon juga pergi. Maka titah permaisuri. ”Daripada sebab kita anak kita mati, baiklah anak kita pergi.”
Maka permaisuri pun menyuruh berlengkap pada Indera Bupala dan pada Aria Bupala : Telah sudah lengkap maka Sang Nila Utama pun berangkatlah dengan raja perempuan sekali. Maka segala lancing kenaikan pun didayung oranglah. Adapun kenaikan Baginda lancaran bertiang tiga, pilah peraduan dalam kelambu tirai dalam kurung, serta pemandian, dan perlengkapan bermasak-masak. Maka rupa perahu orang yang mengiringkan tiada terbilang lagi.





Telah datang ke Tanjung Bemban maka Baginda pun turun bermain ke pasir. Maka raja perempuan pun turun dengan segala bini orang besar-besar dan orang kaya-kaya bermain di pasir itu mangambil kerang-kerangan. Maka raja perempuan duduk dibawah pohon padan dihadap bini segala orang kaya-kaya. Maka Baginda terlalu suka melihat kesukaan dayang-dayang bermain itu. Masing-masing pada kesukaannya : Ada yang mengambil siput, ada yang mengambil kupang, ada yang mengambil ketam, ada juga yang mengambil lokan, ada yang mengambil kayu olah hulaman, ada yang mengambil bunga karang, ada yang mengambil agar-agar. Maka terlalulah suka cita segala dayang-dayang itu : Ada yang membuatbunga-bungaan diperbuat sunting, masing-masing dengan tingkah lakunya, dan ada yang berlari terhambat-hambatan teserandung jatuh rebah rempah daripada  sangat sukanya itu.
Adapun Sang Nila Utama dengan segala menteri, pegawai, dan rakyat pergi berburu. Maka terlalulah banyak beroleh perburuan. Hatta maka lalu seekor rusa di hadapan Sang Nila Utama, maka ditikam Baginda sekali lagi, kena rusuknya, terus
lalu mati. Maka Sang Nila Utama datang pada suatu batu, terlalu besar dengan tingginya, maka Baginda naik ke atas batu itu memandang ke seberang. Pasirnya terlalu putih seperti kain terhampar. Maka Baginda pun bertanya pada Indera Bupala , “Pasir yang kelihatan itu tanah mana?”
Maka sembah Indera Bupala : “Itualah ujung tanah besar, Temasik namanya.”
Maka titah Sang Nila Utama : “Mari kita pergi ke sana.”
Maka sembah Indera Bupala : “Mana titah tuanku.”
Maka Sang Nila Utama pun naiklah ke perahu lalu menyeberang.
Setelah datang ke tengah laut, ribut pun turun : maka kenaikan itu pun keairan, maka pertimba orang tiada tertimba air ruang lagi.
Maka disuruh penghulu kenaikan membuang; maka beberapa harta dibuangkan, tiada beberapa lagi yang tinggal. Maka kenaikan itu hampir ke teluk Belanga, makin sangat air naik; maka di buang orang segala harta yang lagi tinggal itu, hanyalah mahkota juga yang ada lagi, tiada juga kenaikan itu timbul.
Maka sembah penghulu kenaikan kepada Sang Nila Utama : ”Tuanku, kepada bicara patik sebab mahkota ini juga gerangan maka kenaikan kapal ini telah habislah sudah. Jikalau mahkota ini tiada dibuangkan, tiadalah kenaikan ini timbul dan tiadalah tebela oleh patik sekalian.”

Maka titah Sang Nila Utama : “Jikalau demikian, buangkanlah mahkota ini.”
Maka dibuangkan oranglah mahkota itu. Hatta maka ribut itu pun teduhlah, dan kenaikan itu pun timbullah, maka didayung oranglah ke darat. Setelah sampai ke tepi pantai, maka kenaikan itu pun dikepilkan oranglah; maka Sang Nila Utama naik ke pasir dengan segala rakyat bermain,mengambil segala kerang-kerangan; lalu Baginda berjalan ke darat bermain ke padang kuala Temasik itu.
Syahdan maka dilihat oleh segala mereka itu seekor binatang maha tangkas lakunya, merah warna tubuhnya, hitam kepalanya dan putih dadanya. Dan sikapnya terlalu pantas dan perkasa dan besarnya besar sedikit daripada kambing randuk. Telah ia melihat orang banyak maka ia berjalan ke darat lalu lenyap. Maka Sang Nila Utama bertanya pada segala orang yang ada sertanya itu:” Binatang apa itu?”
Maka seorang pun tiada tahu.
Maka sembah Demang Lebar Daun, ”Tuanku, ada patik mendengar dahulu kala singa yang demikian sifatnya. Baik tempat ini, karena binatang gagah ada di dalamnya.”
Maka titah Sang Nila Utama pada Indera Bupala ; “ Pergilah Tuan hamba kembali. Katakan pada Bunda bahwa kita tiadalah kembali. Jikalau ada kasih Bunda akan kita, berilah kita rakyat dan gajah, kuda. Kita hendak membuat negeri di Temasik ini.”
Maka Indera Bupala pun kembali. Telah datang ke Bintan maka ia pun masuk menghadap permaisuri Iskandar Syah. Maka kata Sang Nila Utama itu semua di persembahkanya kepada permaisuri.
Maka kata permaisuri. “Baiklah, yang mana kehendak anak kita itu tidak kita lalui.”
Maka dihantari Baginda rakyat dan gajah, kuda tiada teperamanai banyaknya. Maka Sang Nila Utama pun berbuat di negeri Temasik, maka di namai Baginda Singapura. Maka Bat membacakan cirinya : maka Sang Nila Utama digelarnya oleh Bat Seri Teribuana.
Telah beberapa lamanya Seri Teribuana kerajaan di Singapura itu maka Baginda berputra dua orang laki-laki. Keduanya baik paras; yang tua Raja Kecil Besar namanya, yang muda Raja Kecil Muda namanya.


Maka permaisuri Iskandar Syah dan Deman Lebar Daun dirajakan Baginda di Bitan, bergelar Tun Telanai. Dan daripada anak cucu dialah berelar Telanai Bitani, dan yang makan di balirung nasinya dan sirihnya sekaliannya bertetampan belaka. Hatta negeri Singapura pun besarlah, dan dagang pun banyak datang berkampung terlalu ramai, dan Bandar pun terlalu makmur.






























SINOPSIS CERITA
Pada zaman dahulu kala hiduplah Sang Nila Utama yang tinggal di Bitan, ia memiliki seorang istri yang bernama Wan Seri Beni. Sang Nila Utama adalah putra dari Raja Iskandar Syah. Pada suatu ketika Sang Nila Utama ingin pergi bersama-sama ke Tanjung Bemban dan mengajak dayang-dayang Baginda (Iskandar Syah). Lalu Banginda menceritakan hal tersebut kepada permaisuri. Permaisuri pun bertanya kepada Baginda “Apa yang akan dilakukan anak kita disana? Apakah tidak ada rusa dan pelanduk dikandangnya, serta kijang dan landak didalam kurungannya? Apakah semua jenis ikan dan kerang-kerangan tidak ada di kolam? Mengapa anak kita ingin pergi terlalu jauh?”
Sang Nila Utama pun berkata kepada permaisuri, “ Semua sungai di Bitan ini sudah saya kunjungi untuk tempat bermain. Kabarnya di Tanjung Bemban sangat baik. Dan jika saya tidak diizinkan pergi ke Tanjung Bemban saya akan merasa serba salah, karena hati saya tidak senang.”
Meskipun permaisuri tidak mengizinkan, namun Baginda Raja membujuk permaisuri untuk membiarkannya pergi. “Daripada anak kita sedih sebaiknya biarkan dia untuk pergi.”
Permaisuri pun menyuruh Indera Bupala dan Aria Bupala untuk mempersiapkan semuanya. Setelah semuanya lengkap, Sang Nila Utama berangkat bersama dayang-dayang Baginda. Semua perlengkapan telah masuk ke dalam kapal dan kemudian didayung untuk berlayar.
Setelah sampai ke Tanjung Bemban, Sang Nila Utama turun dan berjalan melewati pasir. Kemudian semua orang juga ikut turun untuk bermain dan mengambil kerang-kerangan. Sang Nila Utama sangat senang meihat dayang-dayang bermain. Mereka bermain dengan kesukaan masing- masing.
Sedangkan Sang Nila Utama beserta menteri, pegawai dan rakyatnya pergi untuk beburu. Mereka mendapat hasil buruan yang banyak. Tiba-tiba ada seekor rusa dihadapan Sang Nila Utama yang kemudian ditikam tepat dirusuknya lalu rusa itu mati.  Sang Nila Utama kemudian mendekati sebuah batu besar dan tinggi kemudian naik diatasnya dan memandang ke seberang. Ia melihat pasir putih yang terhampar. Ia pun bertanya kepada Indera Bupala, “Pasir itu berada dimana?” Lalu Indera Bupala menjawab, “Itu adalah ujung tanah besar, Temasik namanya.”


“Mari kita kesana.” Perintah Sang Nila Utama . Mereka pun naik perahu untuk menyeberang.
Setelah sampai di tengah laut tiba-tiba ada badai besar yang membuat air masuk ke dalam kapal. Orang-orang pun menimba air tersebut agar kapal tidak tenggelam. Penghulu kapal akhirnya meminta untuk membuang beban berat di kapal, orang-orang itu pun menurutinya. Mereka membuang semua harta dan hanya menyisakan mahkota raja. Akhirnya penghulu kapal berbicara kepada Sang Nila Utama, “Tuanku yang tersisa hanyalah mahkota jika kita membuangnya maka
kapal tidak akan tenggelam dan badai akan segera reda.
Sang Nila Utama menjawab, “Jika demikian maka buanglah.” Kemudian orang- orang tersebut membuang mahkota raja. Beberapa saat kemudian badai reda dan orang-orang mendayung kapal ketepian pantai. Sesampainya di pantai, Sang Nila Utama turun dan berjalan melewati pasir putih hingga sampai kepada kuala Temasik.
Beberapa saat kemudian mereka melihat seekor binatang yang lincah, dengan tubuh berwarna merah , kepalanya berwarna hitam serta dadanya yang putih. Binatang itu terlihat sangat kuat dan badannya lebih besar dibandingkan dengan kambing randuk. Binatang itu melihat orang disekitar kemudian menuju ke daratan dan menghilang. Sang Nila Utama pun bertanya-tanya kepada orang-orang, “Binatang apa itu?” Namun tidak ada seorang pun yang tahu.
Akhirnya Demang Lebar Daun bercerita pada Sang Nila Utama, “Tuanku, pada zaman dahulu kala ada seekor singa yang memiliki sifat seperti itu. Termasuk di tempat ini juga terdapat banyak binatang buas.”
Kemudian Sang Nila Utama mengutus Indera Bupala, “Pulanglah ke kerajaan. Dan katakana kepada Bunda bahwa kami tidak akan kembali. Mintalah kepada Bunda untuk mengirimkan rakyat, gajah, dan kuda. Kita akan membuat negeri di Temasik ini.”
Indera Bupala akhirnya kembali ke Bitan dan menyampaikan pesan Sang Nila Utama kepada permaisuri. Sang permaisuri pun menyetujui permintaan Sang Nila Utama. Sang Nila Utama mendirikan Kerajaan di Temasik yang kemudian diberi nama Singapura.



Sang Nila Utama kemudian mendapat gelar Bat Seri Teribuana. Setelah beberapa lama raja Singapura yaitu sang Nila Utama menikah dan memiliki dua putra yang memiliki wajah yang tampan. Anak pertama diberi nama Raja Kecil Besar, sedangkan yang bungsu duberi nama Raja Kecil Muda. Negeri Singapura menjadi negeri yang makmur dan bandar pelabuhan menjadi pusat perdagangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...