KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis
ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya,
sehingga makalah yang berjudul “Drama” ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas mata pelajaran “ diskusi seni budaya”
Makalah ini dibuat dengan harapan agar yang membaca mendapatkan ilmu yang
bermanfaat serta membuka wawasan pembaca tentang drama itu sendiri.
Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita, khususnya selaku penulis, kami sadar dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dalam hal isi maupun penulisan, untuk itu penulis
sampaikan maaf yang sebesar besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun untuk penyusunan makalah kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.
Taba Penanjung, 17 Februari 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
SAMPUL……….………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……..…………………………………………………....ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………..…...1
B.Tujuan……………………………………………...………………….….......1
C. Rumusan Masalah……………………………………………………..……..2
Bab II Awal Sejarah
A. Sejarah Drama…………….....………………………………………….……3
B. Pengertian Drama Menurut Para Ahli……….……………………………3-4
Bab III Pembahasan
A. Pengertian Drama……………………………..……………………………...5
B. Unsur – Unsur Drama…………………………………………….………….6
C. Struktur Drama…………………………………………………..………..….7
D. Jenis – Jenis Drama……………………………………………..…………7-8
E. Langkah Langkah Mengarang Drama……………………..………………8-9
F. Hal-hal
yang Perlu di Perhatikan dalam Pementasan Drama.........................10
G. Ciri-Ciri
Drama..............................................................................................10
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan…………………………..………………………..………..11
B. Saran………..…………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA………….………………………………………………12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata
sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan
hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang
mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab
itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu,
2004: 2).
Dalam belajar bahasa Indonesia banyak
sekali materi yang dipelajari baik berupa sastra maupun non sastra. Dalam
penjelasan yang akan dijelaskan berikut ini adalah berupa bagian dari sastra
yaitu drama. Drama ini dapat kita saksikan baik secara langsung maupun lewat
televisi. Namun akan lebih seru bila kita menyaksikan drama secara langsung
karena secara langsung lebih bisa menikmati dan merasakan suasananya. Berbeda
lagi jika yang kita bicarakan tentang pendidikan drama.
Drama adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang, bahkan di
zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang drama.
Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang
menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Selain itu, seni drama juga telah
menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun
pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi
sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan
yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1) Untuk meningkatkan pembelajaran
tentang drama
2) Meningkatkan kemampuan kalian
dalam berbahasa indonesia, secara baik dan benar. Baik secara lisan maupun
tertulis.
3) Dan supaya menambah
keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.
C. Rumusan Masalah
1) Pengertian drama?
2) Unsur – unsur drama?
3) Struktur drama?
4) Jenis jenis drama
5) Langkah langkah mengarang drama
BAB II
AWAL
SEJARAH
A.
Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun
demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada
kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di
Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para
pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero
menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai
tokohnya.
B.
Pengertian Drama Menurut Para Ahli
Istilah drama berasal dari bahasa yunani droomai
yang berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon
kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic (peniruan), yaitu
aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia.
Menurut Aristotle, drama ialah peniruan kehidupan,
sebuah cermin budaya dan suatu bayangan kebenaran. Dalam buku The American
College Dictionary, drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang
menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk
dipentaskan. Mengikut Oxford Dictionary, drama sebagai komposisi prosa boleh
disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui
dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan
seperti kehidupan yang sebenar.
Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama
sesebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat
dan masa. Elemen-elemen inilah yang menyebabkan drama menjadi sebagian dari
cabang sastra. Selain elemen sastra, drama juga merangkumi elemen-elemen seni
yang lain seperti lakon, seni musik, seni busana dan seni tari.
Menurut Ensiklopedi Sastra
Indonesia, drama berasal dari bahasa Yunani purba dram, artinya berbuat.
‘’Pengertian drama merujuk kepada karya tulis untuk teater, setiap situasi yang
mempunyai konflik dan solusi, jenis karya sastra yang berbentuk
dialog yang dibuat untuk tujuan dipertunjukkan di atas pentas
(Hasanuddin WS dkk, 2007 : 229).
1) menurut Moulton Drama adalah
hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
2) Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action.
3) Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan
sifat manusia dengan gerak.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Drama
Kata drama berasal
dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama
bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat
di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (acting), dan ketegangan pada
para pendengar.
Drama adalah satu bentuk lakon
seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi,
percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian
action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama
berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada
masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi
antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak
Arti
pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang
terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan
ketegangan pada para pendengar.
Arti
kedua, drama adalah cerita konflik
manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan
percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis
yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka
tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama
adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting –
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak
bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah
drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk
didalamnya tragedi dan lakon absurd.
B.
Unsur – unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1) Tema :Tema merupakan gagasan pokok
atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan
melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan
ditulis dalam bentuk dialog.
2) Alur: Alur atau plot adalah jalan
cerita yang dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan),
adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai
titik puncak-klimak sampai dengan antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah),
dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam
sebuah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau
resolusi-keputusan.
3) Tokoh: Tokoh adalah individu atau
seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut
actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita drama berkaitan
dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan.
· Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
· Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).
4) Latar/Setting: bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan
tempat kejadian ketika tokoh mengalami peristiwa
Latar terbagi dalam :
· latar sosial: latar yang
berupa, waktu, suasana, masa, bahasa.
· latar fisik : latar yang berupa
benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan,
pakaian/ baju.
5) Amanat : pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan
pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.
C. Struktur Drama
Adapun strukturdrama yaitu :
1) Eksposisi : yaitu pemaparan masalah utama atau
konflik utama yang berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan
antagonis. Hasil akhirnya antagonis berhasil
menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
2) Raising Action : yaitu menggambarkan pertentangan
kepentingan antar tokoh. Hasil akhirnya protagonis tidak berhasil melemahkan
Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis.Awal terjadi masalah
3) Complication : yaitu perumitan pertentangan dengan
hadirnya konflik sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu
kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhirnya antagonis dan sekutunya
memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
4) Klimaks : yaitu jatuhnya korban dari kubu
Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil akhirnya peristiwa-peristiwa
tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
5) Resolusi : yaitu hadirnya tokoh penyelamat, bisa
muncul dari kubu protagonis atau tokoh baru yang berfungsi
sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat
tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa
solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.
D. Jenis – jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis
yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru / Drama Modern
Drama
baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada
mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama / Drama Klasik
Drama
lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan
lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1. Drama Komedi, adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan.
2. Drama Tragedi, adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi, adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera, adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon / Dagelan, adalah drama
yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet / Operette, adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim, adalah drama yang
ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau, adalah drama yang mirip
pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah
pelakunya.
9. Passie, adalah drama yang mengandung unsur agama / religius.
10. Wayang,
adalah drama yang pemain dramanya berupa boneka wayang. Atau sejenisnya
E. Langkah Langkah Mengarang Drama
1) Menentukan Tema.
Tema
adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang
kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir.
Misalnya tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka
dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya
sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun
kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.
2) Menentukan Persoalan (Konflik).
Persoalan
atau konflik adalah inti dari cerita drama. Tidak ada cerita drama tanpa
konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat
dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan
akan mengalahkan kejahatan,” pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap
licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri.
Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.
3) Membuat Sinopsis (ringkasan cerita).
Gambaran
cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis
digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak
melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak
mengada-ada.
4) Menentukan Kerangka Cerita.
Kerangka
cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini
membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai
penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan
yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug (1993) misalnya,
membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian
awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat
tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci
masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik
yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita
dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003), sutradara sekaligus
penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu
pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi
pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita
atau akibat.
5) Menentukan Protagonis.
Tokoh
protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan
tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya,
dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan
sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain,
berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter
protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis
lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya
terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain
baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan.
6) Menentukan Cara Penyelesaian.
Mengakhiri sebuah persoalan yang
dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri
dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang
bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh
penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak
tergesa-gesa.
7) Menulis.
Setelah
semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan
mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi
memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan
manfaatkan waktu sebaik mungkin.
F. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam
Pementasan Drama
Didalam pementasan drama ini ada beberapa
istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:
1. Prolog yaitu kata –kata pembukaan dalam suatu
pementasan drama.
2. Epilog yaitu kata-kata penutup dalam suatu pementasan
drama yang berisikanpesan, kesimpulan dan amanat.
3. Monolog yaitu berbicara sendiri dalam suatu pementasan
drama.
4. Dialog yaitu bagian dari naskah drama atau percakapan
para pemain.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan
adalah:
a. Tata panggung
Sesuaikah tata panggung dengan tema
tersebut? Misalnya tema tentang keadaan perang, tentu saja tata panggung harus
bisa menggambarkan hal itu.
b. Pemeran
Pemeran sangat memengaruhi berhasil
tidaknya suatu pertunjukan drama. Pemeran harus mampu menampilkan watak dari
tokoh yang diperankannya.
c. Kostum
Kostum akan mendukung pementasan
tersebut. Pemilihan kostum harus sesuai karakter tokoh yang diperankannya.
d. Suara
Suara sangat memengaruhi kelancaran
suatu pementasan. Suara dapat berupa vokal si pemain ataupun musik yang mengiri
pementasan itu. Penggunaan pengeras suara sangat diperlukan jika pemain tidak
dapat bersuara secara lantang dan jelas.
G.
Ciri-Ciri Drama
Pada umumnya, drama mempunyai ciri-ciri yang
berikut :
Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan
sebagai naskah untuk dibaca dan dipentaskan.
Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
Drama terdiri dari dialog yang disusun oleh
pengarang dengan watak yang diwujudkan.
Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui
dialog watak-wataknya.
Konflik ialah unsur penting dalam drama. Konflik
digerakkan oleh watak-watak dalam plot, elemen penting dalam sesebuah skrip
drama.
Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak
dianggap sebuah drama yang baik.
Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting kerana
ia menunjukkan latar masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini
mencerminkan sosial budaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita
lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog
itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action, dalam sebuah cerita
drama tentu memiliki unsure yang akan mendukung sebuah cerita drama ursur
tersebut adalah tema, alur, tokoh, latar/setting, dan amanat.
Terciptanya sebuah drama yang menarik tentu harus ada
pondasi yang di susun dengan teratur yaitu mulai dari eksposisi, rising
action, complication, klimaks, resolu. Untuk mengarang sebuah cerita drama,
langkah langkahnya yaitu; menentukan tema, menentukan persoalan (konflik), membuat sinopsis (ringkasan
cerita), menentukan kerangka cerita, menentukan protagonist,
menentukan cara penyelesaian, setelah itu menulis.
B.
Saran
Demi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki aroma
seni yang pekat di mata internasional, disini Penulis mengharapkan agar seni
drama mendapatkan perhatian yang tinggi, baik di kalangan biasa, pendidikan,
pebisnis maupun pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia
http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/01/unsur-unsur-drama.html
http://www.dbp.gov.my/lamandbp/main.php?Content=vertsections&SubVertSectionID=893&VertSectionID=25&CurLocation=208&IID=&Page=1
http://arisudaryatno.blogspot.com/2010/01/unsur-unsur-drama.html
http://www.dbp.gov.my/lamandbp/main.php?Content=vertsections&SubVertSectionID=893&VertSectionID=25&CurLocation=208&IID=&Page=1
Maryati, Bahasa dan
Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV.AnekaIlmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya