animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Senin, 03 Juli 2017

Drama



KATA PENGANTAR



            Puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah yang berjudul “Drama” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas mata pelajaran “ diskusi seni budaya”
            Makalah ini dibuat dengan harapan agar yang membaca mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta membuka wawasan pembaca tentang drama itu sendiri.
   Semoga makalah ini  dapat menambah pengetahuan kita, khususnya selaku penulis, kami sadar dalam makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal isi maupun penulisan, untuk itu penulis sampaikan maaf yang sebesar besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk penyusunan makalah kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.










Taba Penanjung, 17 Februari 2016






                                      Penulis              

DAFTAR ISI



SAMPUL……….………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……..…………………………………………………....ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………..…...1
B.Tujuan……………………………………………...………………….….......1
C. Rumusan Masalah……………………………………………………..……..2

Bab II Awal Sejarah
A. Sejarah Drama…………….....………………………………………….……3
B. Pengertian Drama Menurut Para Ahli……….……………………………3-4

Bab III Pembahasan
A. Pengertian Drama……………………………..……………………………...5
B. Unsur – Unsur Drama…………………………………………….………….6
C. Struktur Drama…………………………………………………..………..….7
D. Jenis – Jenis Drama……………………………………………..…………7-8
E. Langkah Langkah Mengarang Drama……………………..………………8-9
F. Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Pementasan Drama.........................10
G. Ciri-Ciri Drama..............................................................................................10

Bab IV Penutup
A.       Kesimpulan…………………………..………………………..………..11
B.        Saran………..…………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA………….………………………………………………12








BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
            Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
          Dalam belajar bahasa Indonesia banyak sekali materi yang dipelajari baik berupa sastra maupun non sastra. Dalam penjelasan yang akan dijelaskan berikut ini adalah berupa bagian dari sastra yaitu drama. Drama ini dapat kita saksikan baik secara langsung maupun lewat televisi. Namun akan lebih seru bila kita menyaksikan drama secara langsung karena secara langsung lebih bisa menikmati dan merasakan suasananya. Berbeda lagi jika yang kita bicarakan tentang pendidikan drama.
            Drama adalah salah satu sastra yang amat popular hingga sekarang, bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang drama. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup. Selain itu, seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini, penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.

B.          Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1)      Untuk meningkatkan pembelajaran tentang drama
2)      Meningkatkan kemampuan kalian dalam berbahasa indonesia, secara baik dan benar. Baik secara lisan maupun tertulis.
3)       Dan supaya menambah keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.


C.    Rumusan Masalah
1)      Pengertian drama?
2)      Unsur – unsur drama?
3)      Struktur drama?
4)      Jenis jenis drama
5)      Langkah langkah mengarang drama


BAB II
AWAL SEJARAH

A.          Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah  naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.

B.          Pengertian Drama Menurut Para Ahli
Istilah drama berasal dari bahasa yunani droomai yang berarti berbuat. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah aksi mimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia.
Menurut Aristotle, drama ialah peniruan kehidupan, sebuah cermin budaya dan suatu bayangan kebenaran. Dalam buku The American College Dictionary, drama didefinisikan sebagai karangan prosa dan puisi yang menyajikan dialog, pantomin atau cereka yang mengandungi konflik untuk dipentaskan. Mengikut Oxford Dictionary, drama sebagai komposisi prosa boleh disesuaikan untuk disaksikan di atas pentas yang ceritanya disampaikan melalui dialog dan aksi, dan dipersembahkan dengan bantuan gerak, kostum dan latar hiasan seperti kehidupan yang sebenar.
Bagi Aristotle, plot merupakan penggerak utama sesebuah drama dan drama harus dibina dari tiga kesatuan, yaitu aksi, tempat dan masa. Elemen-elemen inilah yang menyebabkan drama menjadi sebagian dari cabang sastra. Selain elemen sastra, drama juga merangkumi elemen-elemen seni yang lain seperti lakon, seni musik, seni busana dan seni tari.
Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, drama berasal dari bahasa Yunani purba dram, artinya berbuat. ‘’Pengertian drama merujuk kepada karya tulis untuk teater, setiap situasi yang mempunyai konflik dan solusi, jenis karya sastra yang berbentuk  dialog yang dibuat untuk  tujuan dipertunjukkan di atas pentas (Hasanuddin WS dkk, 2007 : 229).
1)      menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
2)      Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
3)      Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.































BAB III
PEMBAHASAN

A.          Pengertian Drama
      Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (acting), dan ketegangan pada para pendengar.
         Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak
         Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.
         Arti kedua, drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience)
         Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting – meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd.







B.          Unsur – unsur Drama
Unsur-unsur dalam drama meliputi :
1)   Tema :Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis dalam bentuk dialog.
2)   Alur: Alur atau plot adalah jalan cerita yang dimulai dengan pemaparan (perkenalan awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru), krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak sampai dengan antiklimaks), resolusi (pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang menggambarkan alur dalam sebuah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan masalah atau resolusi-keputusan.
3)   Tokoh: Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut actor (pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam  cerita drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan.
·      Tokoh dilihat dari watak : protagonis, antagonis, dan tritagonis
·      Tokoh dilihat dari kedudukan dalam cerita : tokoh utama(sentral) dan tokoh bawahan (sampingan).
4)   Latar/Setting: bagian dari cerita yang menjelaskan waktu dan tempat kejadian ketika tokoh  mengalami peristiwa
     Latar terbagi dalam :
·      latar sosial: latar yang berupa, waktu, suasana,  masa, bahasa.
·      latar fisik : latar yang berupa benda-benda di sekitar tokoh misal, rumah, ruang tamu, dapur, sawah, hutan, pakaian/ baju.
5)   Amanat  :  pesan atau sisipan nasihat yang disampaikan pengarang melalui tokoh dan konflik dalam suatu cerita.










C.    Struktur Drama
   Adapun strukturdrama yaitu :
1)      Eksposisi : yaitu pemaparan masalah utama atau konflik utama yang berkaitan dengan posisi diametral antara protagonis dan antagonis. Hasil akhirnya  antagonis berhasil menghimpun kekuatan yang lebih dominan.
2)      Raising Action : yaitu menggambarkan pertentangan kepentingan antar tokoh. Hasil akhirnya protagonis tidak berhasil melemahkan Antagonis. Antagonis mengancam kedudukan Protagonis.Awal terjadi masalah
3)      Complication : yaitu perumitan pertentangan dengan hadirnya konflik sekunder. Pertentangan meruncing dan meluas, melibatkan sekutu kedua kekuatan yang berseteru. Hasil akhirnya antagonis dan sekutunya memenangkan pertentangan. Kubu protagonis tersudut.
4)      Klimaks : yaitu jatuhnya korban dari kubu Protagonis, juga korban dari kubu Antagonis. Hasil akhirnya peristiwa-peristiwa tragis dan menimbulkan dampak besar bagi perimbangan kekuatan antar kubu.
5)      Resolusi : yaitu hadirnya tokoh penyelamat, bisa muncul dari kubu protagonis atau  tokoh baru yang berfungsi sebagai penyatu kekuatan kekuatan konflik, sehingga situasi yang kosmotik dapat tercipta kembali. Pada tahap ini, pesan moral disampaikan, yang biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang sudah diusung.

D.    Jenis – jenis Drama
Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1.   Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2.   Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita :
1.   Drama Komedi, adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2.   Drama Tragedi, adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3.   Drama Tragedi Komedi, adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4.   Opera, adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5.   Lelucon / Dagelan, adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6.   Operet / Operette, adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7.   Pantomim, adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8.   Tablau, adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9.   Passie, adalah drama yang mengandung unsur agama / religius.
10. Wayang, adalah drama yang pemain dramanya berupa boneka wayang. Atau sejenisnya

E.    Langkah Langkah Mengarang Drama
1) Menentukan Tema.
Tema adalah gagasan dasar cerita atau pesan yang akan disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Tema, akan menuntun laku cerita dari awal sampai akhir. Misalnya tema yang dipilih adalah “kebaikan akan mengalahkan kejahatan”, maka dalam cerita hal tersebut harus dimunculkan melalui aksi tokoh-tokohnya sehingga penonton dapat menangkap maksud dari cerita bahwa sehebat apapun kejahatan pasti akan dikalahkan oleh kebaikan.
2) Menentukan Persoalan (Konflik).
Persoalan atau konflik adalah inti dari cerita drama. Tidak ada cerita drama tanpa konflik. Oleh karena itu pangkal persoalan atau titik awal konflik perlu dibuat dan disesuaikan dengan tema yang dikehendaki. Misalnya dengan tema “kebaikan akan mengalahkan kejahatan,” pangkal persoalan yang dibicarakan adalah sikap licik seseorang yang selalu memfitnah orang lain demi kepentingannya sendiri. Persoalan ini kemudian dikembangkan dalam cerita yang hendak dituliskan.
3) Membuat Sinopsis (ringkasan cerita).
Gambaran cerita secara global dari awal sampai akhir hendaknya dituliskan. Sinopsis digunakan pemandu proses penulisan naskah sehingga alur dan persoalan tidak melebar. Dengan adanya sinopsis maka penulisan lakon menjadi terarah dan tidak mengada-ada.




4) Menentukan Kerangka Cerita.
Kerangka cerita akan membingkai jalannya cerita dari awal sampai akhir. Kerangka ini membagi jalannya cerita mulai dari pemaparan, konflik, klimaks sampai penyelesaian. Dengan membuat kerangka cerita maka penulis akan memiliki batasan yang jelas sehingga cerita tidak bertele-tele. William Froug (1993) misalnya, membuat kerangka cerita (skenario) dengan empat bagian, yaitu pembukaan, bagian awal, tengah, dan akhir. Pada bagian pembukaan memaparkan sketsa singkat tokoh-tokoh cerita. Bagian awal adalah bagian pengenalan secara lebih rinci masing-masing tokoh dan titik konflik awal muncul. Bagian tengah adalah konflik yang meruncing hingga sampai klimaks. Pada bagian akhir, titik balik cerita dimulai dan konflik diselesaikan. Riantiarno (2003), sutradara sekaligus penulis naskah Teater Koma, menentukan kerangka lakon dalam tiga bagian, yaitu pembuka yang berisi pengantar cerita atau sebab awal, isi yang berisi pemaparan, konflik hingga klimaks, dan penutup yang merupakan simpulan cerita atau akibat.
5) Menentukan Protagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawa laku keseluruhan cerita. Dengan menentukan tokoh protagonis secara mendetil, maka tokoh lainnya mudah ditemukan. Misalnya, dalam persoalan tentang kelicikan, maka tokoh protagonis dapat diwujudkan sebagi orang yang rajin, semangat dalam bekerja, senang membantu orang lain, berkecukupan, dermawan, serta jujur. Semakin detil sifat atau karakter protagonis, maka semakin jelas pula karakter tokoh antagonis. Dengan menulis lawan dari sifat protagonis maka karakter antagonis dengan sendirinya terbentuk. Jika tokoh protagonis dan antagonis sudah ditemukan, maka tokoh lain baik yang berada di pihak protagonis atau antagonis akan mudah diciptakan.
6) Menentukan Cara Penyelesaian.
                   Mengakhiri sebuah persoalan yang dimunculkan tidaklah mudah. Dalam beberapa lakon ada cerita yang diakhiri dengan baik tetapi ada yang diakhiri secara tergesa-gesa, bahkan ada yang bingung mengakhirinya. Akhir cerita yang mengesankan selalu akan dinanti oleh penonton. Oleh karena itu tentukan akhir cerita dengan baik, logis, dan tidak tergesa-gesa.
7) Menulis.
Setelah semua hal disiapkan maka proses berikutnya adalah menulis. Mencari dan mengembangkan gagasan memang tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi memindahkan gagasan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, gunakan dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.

F.    Hal-hal yang Perlu di Perhatikan dalam Pementasan Drama
Didalam pementasan drama ini ada beberapa istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:
1.  Prolog yaitu kata –kata pembukaan dalam suatu pementasan drama.
2.  Epilog yaitu kata-kata penutup dalam suatu pementasan drama yang berisikanpesan, kesimpulan dan amanat.
3.  Monolog yaitu berbicara sendiri dalam suatu pementasan drama.
4.  Dialog yaitu bagian dari naskah drama atau percakapan para pemain.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah: 
a.  Tata panggung
          Sesuaikah tata panggung dengan tema tersebut? Misalnya tema tentang keadaan perang, tentu saja tata panggung harus bisa menggambarkan hal itu.
b.  Pemeran
          Pemeran sangat memengaruhi berhasil tidaknya suatu pertunjukan drama. Pemeran harus mampu menampilkan watak dari tokoh yang diperankannya.
c.  Kostum
            Kostum akan mendukung pementasan tersebut. Pemilihan kostum harus sesuai karakter tokoh yang diperankannya.
d.  Suara
        Suara sangat memengaruhi kelancaran suatu pementasan. Suara dapat berupa vokal si pemain ataupun musik yang mengiri pementasan itu. Penggunaan pengeras suara sangat diperlukan jika pemain tidak dapat bersuara secara lantang dan jelas.

G.         Ciri-Ciri Drama
Pada umumnya, drama mempunyai ciri-ciri yang berikut :
*  Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk dibaca dan dipentaskan.
*  Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
*  Drama terdiri dari dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang diwujudkan. 
*  Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog watak-wataknya. 
*  Konflik ialah unsur penting dalam drama. Konflik digerakkan oleh watak-watak dalam plot, elemen penting dalam sesebuah skrip drama. 
*  Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik. 
*  Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting kerana ia menunjukkan latar masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini mencerminkan sosial budaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang

BAB IV
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action, dalam sebuah cerita drama tentu memiliki unsure yang akan mendukung sebuah cerita drama ursur tersebut adalah tema, alur, tokoh, latar/setting, dan amanat.
Terciptanya sebuah drama yang menarik tentu harus ada pondasi yang di susun dengan teratur yaitu mulai dari  eksposisi, rising action, complication, klimaks, resolu. Untuk mengarang sebuah cerita drama, langkah langkahnya yaitu; menentukan tema, menentukan persoalan (konflik), membuat sinopsis (ringkasan cerita), menentukan kerangka cerita, menentukan protagonist, menentukan cara penyelesaian, setelah itu menulis. 

B.          Saran
Demi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki aroma seni yang pekat di mata internasional, disini Penulis mengharapkan agar seni drama mendapatkan perhatian yang tinggi, baik di kalangan biasa, pendidikan, pebisnis maupun pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA

Maryati, Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV.AnekaIlmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...