MAKALAH TEATER KLASIK
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis
ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya,
sehingga makalah yang berjudul “Teater Klasik” ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya, guna memenuhi tugas mata pelajaran “ diskusi seni
budaya”
Makalah ini dibuat dengan harapan agar yang membaca mendapatkan ilmu yang
bermanfaat serta membuka wawasan pembaca tentang teater klasik itu sendiri.
Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita, khususnya selaku penulis, kami sadar dalam makalah ini
masih banyak kekurangan dalam hal isi maupun penulisan, untuk itu penulis
sampaikan maaf yang sebesar besarnya dan mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun untuk penyusunan makalah kedepannya. Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.
Taba Penanjung, 01 Maret 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
SAMPUL……….………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……..…………………………………………………....ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang…………………………………………………………......1-2
B.Tujuan……………………………………………...………………….….......2
C. Rumusan Masalah……………………………………………………..……..2
Bab II Awal Sejarah.........................................................................................3-4
Bab III Pembahasan
A. Pengertian Teater Klasik………….…………..……………………………...5
B. Ciri-Ciri Teater Klasik.......……………………………………….………….5
C. Unsur-Unsur Teater Klasik………………..…………………..………..….6-8
D. Fungsi Seni Teater Klasik………………...……………………..…………8-9
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan…………………………..………………………..………..10
B. Saran………..…….……………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA………….………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Teater merupakan suatu media
langsung atau media komunikasi langsung yang djadikan wahana penting dalam
menyebarkan kebudayaan dan pemikiran di sepanjang zaman. Teater terkadang
mengisahakan tragedi yang begitu menyedihkan yang terkadang memaksa penonoton
untuk terhanyut turut menangis dan terkadang pula ada teater yang terkadang
menyodorkan pertanyaan kepada publik, akan tetapi ada juga teater yang bisa
membuat penontonnya tertawa lebar.
Perubahan struktural dalam
substansi teater klasik perlu diciptakan namun tetap mempertahankan secara utuh
kaidah pementasan, sehingga bisa terwujud pengalaman baru. Bahkan dalam
beberapa kasus, format dan penampilan pementasan harus diubah juga. Masyarakat
sekarang sangat berbeda dengan tipe masyarakat ratusan tahun yang lalu. Mereka
memiliki tuntutan dan selera yang baru pula. Karena itu, teater mesti menggarap
persoalan hidup sehari-hari mereka. Dengan begitu, inovasi semacam itulah yang
akan menjamin kelestarian teater klasik dan menjaganya untuk generasi
mendatang".
Teater klasik yang kita
kenal sekarang lahir dari situasi sosial tertentu yang berbeda dengan kondisi
sekarang. Ada banyak peneliti teater yang mengakui bahwa jika teater klasik
dipentaskan sesuai dengan format aslinya, tentu tidak akan banyak menarik minat
publik. Dan perlahan akan mengubahnya menjadi ragam seni yang layak
dimuseumkan.
Teater klasik merupakan
bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan kultural bangsa-bangsa yang
berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar seni menilai perlu
diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut sesuai dengan
tuntutan masyarakat modern. Menggali kembali akar sejarah teater klasik
merupakan langkah awal untuk menggelar perubahan. Selain itu, mengenal
asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater klasik dengan cara memisahkannya
dari tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di masa lalu merupakan
salah satu cara untuk menemukan format dasarnya. Selain itu, memadukan teater klasik
dengan sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan tata cahaya,
dekorasi, dan musik merupakan salah satu cara untuk membuat seni pentas klasik
terlihat makin menarik.
Pementasan teater klasik
secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik modern dan hanya menghibur
mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya mempromosikan teater klasik harus
diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini. Kehidupan masyarakat klasik dan
problematika mereka harus bisa menyusup dalam teater klasik. Sebab hanya dengan
cara itulah teater klasik bisa tetap bertahan. Pada makalah ini penulis
mengemukakan tentang beragam teater klasik yang ada di Indonesia.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah;
1) Untuk meningkatkan pembelajaran
tentang teater klasik
2) Meningkatkan kemampuan kita
dalam berteater klasik, secara baik dan benar. Baik secara lisan maupun
tertulis.
3) Dan supaya menambah
keterampilan kalian dalam mengapresiasikan sastra.
C. Rumusan Masalah
1) Pengertian teater klasik?
2) Unsur – unsur teater klasik?
3) Struktur teater klasik?
4) Jenis jenis teater klasik?
5) Ciri-ciri teater klasik?
BAB II
AWAL
SEJARAH
Tempat pertunjukan teater klasik pertama yang
permanen dibangun sekitar 2300 tahun yang lalu di Yunani. Teater ini dibangun
tanpa atap dalam bentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk penonton
melengkung dan berundak-undak yang disebut amphitheater (Jakob
Soemardjo, 1984). Ribuan orang mengunjungi amphitheater untuk menonton
teater-teater, dan hadiah diberikan bagi teater terbaik. Naskah lakon teater
klasik merupakan naskah lakon teater pertama yang menciptakan dialog
diantara para karakternya.
Ciri-ciri khusus pertunjukan pada masa Yunani Kuno adalah:
Pertunjukan dilakukan di amphitheater.
Sudah menggunakan naskah lakon.
Seluruh pemainnya pria bahkan peran wanitanya
dimainkan pria dan memakai topeng karena setiap pemain memerankan lebih dari
satu tokoh.
Cerita yang dimainkan adalah tragedi yang membuat
penonton tegang, takut, dan kasihan serta cerita komedi yang lucu, kasar dan
sering mengeritik tokoh terkenal pada waktu itu.
Selain pemeran utama juga ada pemain khusus untuk
kelompok koor (penyanyi), penari, dan narator (pemain yang menceritakan
jalannya pertunjukan).
Gambar Amphitheater
Pengarang teater Yunani
Klasik, yaitu Aeschylus
(525-SM). Dialah yang pertama kali mengenalkan tokoh prontagonis dan antagonis
sehingga mampu menghidupkan peran. Karyanya yang terkenal adalah Trilogi
Oresteia yang terdiri dari Agamennon , The Libatian Beavers, dan The Furies.
Shopocles (496-406 SM) dengan karya yang
terkenal adalah Oedipus The King, Oedipus at Colonus, Antigone. Euripides
(484-406 SM) dengan karya-karyanya antara lain Medea, Hyppolitus, The
Troyan Woman, Cyclops.
Aristophanes (448-380 SM) penulis naskah drama komedi.
Dengan karyanya yang terkenal adalah Lysistrata, The Wasps, The Clouds,
The Frogs, The Birds.
Manander (349-291 SM.). Manander menghilangkan koor
dan menggantinya dengan berbagai watak. Misalnya watak orang tua yang baik,
budak yang licik, anak yang jujur, pelacur yang kurang ajar, tentara yang
sombong dan sebagainya. Karya Manander juga berpengaruh kuat pada Zaman Romawi
Klasik dan drama komedi Zaman Renaissance dan Elisabethan.
Gambar Pertunjukan Teater Yunani Kuno
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teater Klasik
Teater klasik merupakan
teater yang terlahir dari Keraton dan sudah mencapai hasil puncaknya. Teater
ini memang dari dulu hingga sekarang masih sangat melekat dengan budaya
keraton, seperti pertunjukan wayang golek, wayang orang, serta wayang kulit
yang hingga sekarang masih banyak dipentaskan di panggung teater seni, walaupun
para peminatnya mulai berkurang.
Teater Klasik adalah suatu perkembangan seni yang
telah mencapai tingkat tinggi baik teknis maupun coraknya. Kemapanan dari jenis
Teater Klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari
kalangan atas, seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial lainnya. Oleh
karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat
kerajaan). Untuk jenis teater yang termasuk klasik, misalnya: Wayang Golek
(Jawa Barat); Wayang Kulit dan Wayang Orang (Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Cara pementasan Teater Klasik sudah tidak sebebas Teater Rakyat. Teater Klasik harus menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.
Cara pementasan Teater Klasik sudah tidak sebebas Teater Rakyat. Teater Klasik harus menuruti aturan-aturan etis (tata kesopanan) dan estetis (nilai keindahan) yang telah digariskan.
B.
Ciri-Ciri Teater Klasik
Adapun beberapa ciri-ciri teater klasik sebagai
berikut:
a. Mapan,
yaitu sebagian besar lahir dipusat-pusat kerajaan {keraton} dan sudah mencapai
hasil puncak.
b. Menggunakan bahasa daerah.
c. Ada unsur nyanyian dan tarian.
d. Diiringi tetabuhaan (musik daerah).
e. Dagelan/banyolan selalu mewarnai.
f. Dilakukan secara improvisasi.
g. Adanya keakraban antara pemain dan penonton.
h. Suasana santai.
c. Ada unsur nyanyian dan tarian.
d. Diiringi tetabuhaan (musik daerah).
e. Dagelan/banyolan selalu mewarnai.
f. Dilakukan secara improvisasi.
g. Adanya keakraban antara pemain dan penonton.
h. Suasana santai.
C.
Unsur-Unsur Teater Klasik
Unsur-unsur yang terdapat dalam seni teater dibedakan
menjadi dua, antara lain:
1. Unsur Internal
Unsur
internal merupakan unsur yang menyangkut tentang bagaimana keberlangsungan
pementasan suatu teater. Tanpa unsur internal internal tidak akan ada
suatu pementasan teater. Oleh karena itu, unsur internal dikatakan sebagai
jantungnya sebuah pementasan teater. Unsur internal, meliputi:
1a. Naskah atau Skenario
Naskah atau
Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan dialog nantinya akan dipentaskan.
Naskah menjadi salah satu penunjang yang menyatukan berbagai macam unsur yang
ada yaitu pentas, pemain, kostum dan sutradara.
1b. Pemain
Pemain
merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sebuah pertunjukan teater.
Pemain berperan dalam menghasilkan beberapa unsur lain, seperti unsur suara dan
gerak. Ada tiga jenis pemain, yaitu peran utama (protagonis/antagonis), peran
pembantu dan peran tambahan atau figuran. Dalam film atau sinetron, pemain
biasanya disebut Aktris untuk perempuan, dan Aktor untuk laki-laki.
1c. Sutradara
Sutradara
merupakan salah satu unsur yang paling sentral, karena sutradara adalah orang
yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater.
Sutradara menjadi otak dari jalannya suatu cerita, misalnya mengarahkan para
aktor, membedah naskah, menciptakan ide-ide tentang pentas yang akan digunakan
dan lain-lain.
1d. Pentas
Pentas
adalah salah satu unsur yang mampu menghadirkan nilai estetika dari sebuah
pertunjukan. Selain itu, pentas menjadi unsur penunjang pertunjukkan yang
di dalamnya terdapat properti, tata lampu, dan beberapa dekorasi lain yang berkenaan
dengan pentas.
1e. Properti
Properti
merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan teater, seperti
kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain sebagainya.
1f. Penataan
Seluruh
pekerja yang terkait dengan pementasan teater, antara lain:
Tata Rias adalah cara mendandani pemain dalam
memerankan tokoh teater agar lebih sesuai dengan karakter yang akan diperankan.
Tata Busana adalah pengaturan
pakaian pemain agar mendukung keadaan yang
menghendaki. Contohnya pakaian yang dikenakan anak sekolahan tentu akan berbeda
denga pakaian harian yang dikenakan pembantu rumah tangga.
Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung.
Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara.
2. Unsur Eksternal
Unsur
eksternal adalah unsur yang mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah pementasan. Unsur eksternal diantaranya,
yaitu:
2a. Staf Produksi
Staf
produksi adalah sekelompok tim atau individual yang berkenaan dengan pimpinan
produksi sampai semua bagian yang ada di bawahnya. Adapun tugas masing-masing
dari mereka adalah sebagai berikut:
Produser/ pimpinan produksi
Mengurus semua hal tentang produksi.
Menetapkan personal (petugas), anggaran biaya,
fasilitas, program kerja dan lain sebagainya.
2b. Sutradara/ derektor
Pembawa sekaligus pengarah jalannya naskah.
Koordinator semua pelaksanaan yang menyangkut
pementasan.
Mencari dan menyiapkan aktor.
Menyiapkan make up dan juga men-setting segala sesuatu
yang dipegang oleh bagian desainer beserta crew.
2c. Stage manager
Pemimpin dan penanggung jawab panggung.
Membantu sutradara.
2d. Desainer
Menyiapkan
semua aspek visual yang menyangkut setting tempat atau suasana, properti atau
perlengkapan pementasan, kostum, tata lampu dan pencahayaan, serta perlengkapan
lain (seperti: audio).
2e. Crew
Crew
merupakan pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang bagian desainer,
diantaranya:
Bagian pentas/tempat.
Bagian tata lampu (lighting).
Bagian perlengkapan dan tata musik.
D.
Fungsi Seni Teater Klasik
Peranan seni teater klasik telah mengalami
pergeseran seiring dengan berkembangnya teknologi. Seni teater klasik tidak
hanya dijadikan sebagai sarana upacara maupun hiburan, namun juga sebagai
sarana pendidikan. Sebagai seni, teater klasik tidak hanya
menjadi konsumsi masyarakat sebagai hiburan semata, namun juga berperan dalam
nilai afektif masyarakat. Adapun beberapa fungsi seni teater, diantaranya
meliputi:
1. Teater klasik sebagai Sarana Upacara
Pada awal
munculnya, teater hadir sebagai sarana upacara persembahan kepada dewa Dyonesos
dan upacara pesta untuk dewa Apollo. Teater klasik yang berfungsi
untuk kepentingan upacara tidak membutuhkan
penonton karena penontonnya adalah bagian dari peserta upacara itu sendiri.
Di
Indonesia seni teater yang dijadikan sebagai sarana upacara dikenal dengan
istilah teater tradisional.
2. Teater klasik sebagai Media Ekspresi
Teater
klasik merupakan salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku dan
dialog. Berbeda dengan seni musik yang mengedepankan aspek suara dan seni tari
yang menekankan pada keselarasan gerak dan irama. Dalam praktiknya, Seniman
teater klasik akan mengekspresikan seninya dalam bentuk gerakan tubuh dan
ucapan-ucapan.
3. Teater klasik sebagai Media Hiburan
Dalam
perannya sebagai sarana hiburan, sebelum pementasannya sebuah teater itu harus
dengan persiapkan dengan usaha yang maksimal. Sehingga harapannya
penonton akan terhibur dengan pertunjukan yang digelar.
4. Teater klasik sebagai Media Pendidikan
Teater
klasik adalah seni kolektif, dalam artian teater tidak dikerjakan secara
individual. Melainkan untuk mewujudkannya diperlukan kerja tim yang harmonis.
Jika suatu teater klasik dipentaskan diharapkan pesan-pesan yang ingin
diutarakan penulis dan pemain tersampaikan kepada penonton. Melalui pertunjukan
biasanya manusia akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan
dibandingkan hanya membaca lewat sebuah cerita.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Teater Klasik adalah suatu perkembangan seni yang
telah mencapai tingkat tinggi baik teknis maupun coraknya. Kemapanan dari jenis
Teater Klasik ini sebagai akibat dari adanya pembinaan yang terus menerus dari
kalangan atas, seperti; Raja, bangsawan atau tingkat sosial lainnya. Oleh
karena itu jenis kesenian klasik kebanyakan lahir dilingkungan istana (pusat
kerajaan).
Teater klasik tidak hanya untuk sebagai hiburan,
tetapi juga mempunyai
banyak fungsi, seperti sarana upacara, media mengekpresikan diri, saran
hiburan, serta sebagai media pendidikan.
B.
Saran
Demi terciptanya sebuah masyarakat yang memiliki aroma
seni yang pekat di mata internasional, disini Penulis mengharapkan agar seni tetaer
klasik mendapatkan perhatian yang tinggi, baik di kalangan biasa, pendidikan,
pebisnis maupun pemerintah.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryati, Bahasa dan
Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV.AnekaIlmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten: Intan Pariwara
This is a good sharing for me. Tq
BalasHapus