KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb.
Segala
puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Dan juga ibu Heni tanpa bimbingan
nya kami tidak akan pernah sampai disini .
Tugas
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang beberapa cerita teater
di Indonesia, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Tugas
ini memuat tentang “SIMBOL-SIMBOL TEATER” , Teater
adalah istilah lain dari drama, tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater
adalah proses pemilihan teks atau naskah (kalau ada) , penafiran, penggarapan,
penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari public atau
audience (bisa pembaca, pendengar, penonton, pengamat, kritikus atau peneliti).
Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater.
Teater berasal dari kata theatron yang diturunkan dari kata theaomai(bahasa
yunani) yang artinya takjub melihat atau memandang.
Taba Penanjung,....................2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia
selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya
dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni.
Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung
ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang.
Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi
perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah
kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita
menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal
ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan
para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam
memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar
belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah
satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater
tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang
ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh
perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya,
kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik
Disini
kami mengangkat tema seni teater tentang kehidupan seorang wanita yang mencoba
melawan segala ketidakadilan yang dialaminya, mencoba melawan itu semua walau
ia hanya seorang wanit. mungkin kisah ini sebagian besar pernah dialami oleh
para TKW di Indonesia, apa yang mereka lakukan dan apa reaksi orang orang
terhadap mereka. Tetapi sebelum itu mari kita kupas lebih dalam lagi tentang
teater, demi mendukung seni teater INDONESIA.
B.
Pengertian Teater
Kegiatan
berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan meru pakan sesuatu
yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater
dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat
hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap
daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk
dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di
Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri
khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang
dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus,
sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti sempit
adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx diatas pentas,
disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku dengan
atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik,
nyanyian dan tarian.
Teater
adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam
suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi
dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan
C.
Sejarah Perkembangan
Teater Di Indonesia
Kata
tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama
memang menonjolkan percakapan (dialog)
dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Percakapan dan
gerak-gerik itu memperagakan cerita
yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti dan menikmati cerita
tanpa harus membayangkan.
Teater
sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan
bahwa teater sudah ada sejak abad
kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya
Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan
untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya
adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama,
lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian,
puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang,
selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
Sebenarnya
istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah drama merujuk
pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk menyebut
pertunjukan drama dengan
istilah teater.
Teater
Tradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater
Tradisional di Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di
Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda
bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara
ritual. Teater tradisional merupakan
bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam
tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”,
sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur
teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah
melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu
seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat
lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional
di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini
disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung
kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater
tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya.
Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater
pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh
budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional
dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan
teater bangsawan. Perubahan tersebut
terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline
story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan
panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan.
Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater
non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional
berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda
di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan
mengawali berdirinya gedung
Schouwburg pada tahun 1821
(Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater
non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya
pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya
dan teater Barat (Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah
drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai
mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang
ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio
Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina
Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang
menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok
sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang
didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian
lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan,
Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja
Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah
teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu
menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita
yang disajikan dinamakan drama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur-Unsur
Teater Menurut Urutannya
Tubuh
manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
Gerak
sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi dan
gerak rupa)
Suara
sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
Bunyi
sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
Rupa
sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
Lakon sebagai
unsur penjalin (cerita, non
cerita, fiksi dan narasi)
Teater
sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai
unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya. Dan dapat dikatakan
bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.
B. Bentuk
Teater Indonesia Berdasarkan Pendukungnya
Teater
rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk
teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat
nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
Teater
Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum
bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan
tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan
yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
Teater
Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan
keraton teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat
dan sebagai produk dari kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni
pertunjukan di Indonesia.
Teater
kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan
sebagai tipe melainkan sebagai
individu . dalam dirinya terkandung potensi
yang besar untuk tumbuh dengan
kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung
teater ini masih sedikit yaitu
orang-orang yang menggeluti teater secara
serius mengabdikan hidupnya pada teater
dengan melakukan pencarian,
eksperimen berbagai bentuk teater untuk
mewujudkan teater
Indonesia masa kini.
Sebagian
besar daerah di Indonesia mempunyai kegiatan berteater yang tumbuh dan
berkembang secara turun menurun. Kegiatan ini masih bertahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya agraris (bertani) yang
tidak lepas dari unsur-unsur ritual kesuburan, siklus kehidupan maupun hiburan.
Misalnya : untuk memulai menanam padi harus diadakan upacara khusus untuk
meminta bantuan leluhur agar padi yang ditanam subur, berkah dan terjaga dari
berbagai gangguan. Juga ketika panen, sebagai ucapan terima kasih maka
dilaksanakan upacara panen. Juga peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang
(kelahiran, khitanan, naik pangkat/ status dan kematian dll) selalu ditandai
dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian
maupun cerita, dengan acara,tatacara yang unik danmenarik
C.
Simbol Teater
Simbol
Teater - Pada dasarnya semua karya seni, termasuk karya teater diekspresikan
menggunakan bahasa simbol.
Pengertian simbol di dalam seni, termasuk seni teater
dapat dipahami sebagai benda, bentuk, unsur seni yang
mengandung nilai atau makna yang terkandung di dalamnya.
Nilai dalam seni, dapat
dibedakan antara nilai bentuk dan nilai isi seni Teater.
Nilai
di dalam teater bersifat terindra melalui pendengaran, dan
penglihatan kita. Contoh, “timbangan“dapat pahami sebagai sarana (media) dan
makna simbolnya adalah “keadilan’. Jika , “timbangannya tidak setimbang“, dan
maka symbol tersebut
dapat dimaknai sebagai “ketidakadilan”. mengenai
perbedaan unsur-unsur yang terkandung di dalam seni teater,
baik tradisional maupun non tradisional dengan unsur
penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas, tempat dan penonton
merupakan sarana simbol. Simbol yang dapat dimaknai dari perbedaan
dua jenis teater melalui ciri-ciri sebagai identitas teaternya adalah sebagai
berikut. Teater tradisional (teater daerah) kehadiran seninya dapat dimaknai
sebagai simbol adat atau budaya masyarakat dengan Sang Pencita. Adapun
teater non tradisional dapat dimaknai sebagai simbol keduniawian bersifat
estetis. Hal ini, dapat dipahami bahwa teater tradisional lebih mengedepankan
seni sebagai media upacara, bukan seni untuk keindahan sebagaimna
seni non tradisional lebih mengutamakan keindahan bentuk.
D.
Teater Sebagai
Seni Kolektif
Teater
merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan karya pun sangat
panjang dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang banyak atau
berbagai kelompok yang membutuhkan kerja sama sehingga mewujudkan suatu karya yang
maksimal. Adapun orang-orang yang terlibat langsung adalah actor/aktris,
sutradara, produser, manager, art director dan penata teknis. Teater merupakan
karya seni yang istimewa karena kisahnya yang menunjukan kehidupan didunia atau
masyarakat sehari-hari yang dapat dinikmati oleh media audio visual. Teater
juga karya seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni
suara dan seni sastra.
E. Teater
Sebagai Imitasi Kehidupan
Ciri-ciri teater
sebagai imitasi kehidupan
Plot
atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan manusia
Adanya
suatu action sebagai pelukisan hidup manusia
Adanya
hubungan bahasa pentas dan sastra
Pemeran
(penokohan atau perwatakan)
Konflik
manusia merupakan dasar lakon
Dialognya
banyak berorientasi pada dialog hidup masyarakat
Ciri-ciri
peran dramatis dalam pertunjukan teater
Peran
merupakan kreasi yang dilakukan oleh actor atau aktris
Peran
yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar
Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur
penyajian teater. Sutradara
yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir
Pementasan. Sejak latihan dimulai
sampai selesai. Maka dari itu sutradara harus menguasai segi artistic dan segi
teknis pementasan. Adapun tugas dan peranan sutradara adalah :
Memilih
pemain
Menjelaskan
penafsiran lakon kepada pemain
Menyusun
rencana pembiayaan
Mendiskusikan
rancangan tata panggung, tata rias, dan tata cahaya
Menyusun
program teaterikal
Melatih
para pemain
Mewujudkan
lakon di atas pentas
Memberikan
dorongan moral dan mengamati pertunjukan selama pertunjukan Berlangsung
F. Persiapan
Pementasan Teater
Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan.
Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima macam teknik
casting yaitu:
Casting
by ability, yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama
atau mendekati peran yang dibawakan
Casting
ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain
Antitype
casting, yaitu pemilihan peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan dengan
watak dan cirri fisiknya sendiri)
Casting
to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran
Therapeutic
casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan
psikologi dalam diri seseorang
Mengadaptasikan
karakter peran sesuai casting
Berperan adalah menjadi orang lain sesuai dengan
tuntutan lakon drama. Sejauh mana
keterampilan seseorang actor dalam berperan ditentukan oleh kemampuannya
meninggalkan egonya sendiri dan memasuki serta mengekspresikan
tokoh lain yang dibawakannya. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran:
Kreasi
yang dilakukan actor atau aktris
Peran
yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
Peran
yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan.
Peran
yang dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan.
Menunjukan pola
permainan (blocking)
Dalam seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah
badan, suara, emosi dan semua situasi
dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol. Adapun
contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh
pemeran, yaitu:
Latihan
tubuh
Latihan
suara
Observasi
dan imajinasi
Latihan
konsentrasi
Latihan
teknik
G. Mementaskan
Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana
Memerankan
karakterisasi peran
Karakter berkaitan erat dengan penokohan dan
perwatakan. Watak tokoh
menjadi
nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping. Berdasarkan
peranan terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
Tokoh
Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita.
Tokoh
Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita
Tokoh
tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis maupun antagonis).
Berdasarkan peranannya dalam tokoh serta fungsinya,
terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
Tokoh
sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan lakon.
Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian
(protagonist dan antagonis).
Tokoh
utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga disebut
perantara tokoh sentral (tritagonis).
Tokoh
pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan
dari mata rantai cerita
Mementaskan
teater Nusantara
Pementasan teater merupakan kerja atau karya kolektif.
Keberhasilan suatu pementasan
tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi juga melibatkan berbagai
unsur secara serentak dan kelompok yang mendukung pementasan. Adapun
orang-orang yang terlibat dalam pementasan:
Aktor
atau aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung cerita.
Sutradara,
yaitu pekerja teater yang bertugas memimpin actor atau aktris dan pekerja
teknis dalam pementasan.
Produser
yang bertugas memberikan biaya pementasan
Manager
yang mengatur pelaksanaan pementasan.
Penata
pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di pentas, pengaturan pentas seperti pengaturan pentas,
dekorasi, Tata lampu (lighting), tata
suara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas
Penata
artistic, yaitu yang mengatur secara artistic hal-hal yang banyak berhubungan
dengan pemenyasan secara langsung, seperti tata rias, tata busana, tata musik
dan efek suara.
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya
kerja sama yang baik di segala pihak, kita pun harus menentukan cerita apa yang
akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan dengan cerita di Nusantara, misalnya
Ande-ande Lumut, Si Kabayan, Jaka Tarup, Bawang Merah Bawang Putih, terjadinya
Gunung Tngkuban Perahu, Danau Toba.
H. Peran
Seni Teater Dalam Lingkup Sosial Masyarakat
Pertunjukkan
teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada
amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud
menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat
tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan
politik.
Semua
itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan teater
rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang diungkapkan
dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta
keadaan jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater
sebagai wakil dari nurani masyarakat pendukungnya. Berikut
fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat :
Teater
berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan (presentasi estetis).
Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman lewat media teater. Bagaimana
indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana indahnya hidup berdampingan
dengan alam. Kadang-kadang, ide-ide itu tidak semuanya menyenangkan penonton.
Bisa saja penonton setelah melihat pertunjukkan teater merasa benci, marah,
takut, haru, atau sedih. Semua perasaan itu luruh menjadi perasaan tunggal,
yaitu indah (estetis). Menonton sebuah pertunjukkan teater adalah belajar menafsirkan
ide-ide apa yang dikomunikasikan oleh seniman teater kepada khalayak. Oleh
sebab itu, penonton dituntut untuk tidak hanya menggunakan emosinya dalam
menyaksikan pertunjukkan, tetapi juga pikirannya agar bisa mengambil hikmah
dari apa yang
telah disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta
pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses belajar
memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika kamu
tidak paham, pertunjukkan
teater tersebut tiada bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah
pertunjukkan, kamu harus sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan
pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya drama.
Teater
berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program pemerintah,
propaganda politik, atau program-program yayasan tertentu yang berhubungan
dengan jasa
layanan masyarakat. Program-program pembangunan yang dicanangkan oleh
pemerintah sering dititipkan pada pertunjukkan teater rakyat. Misalnya,
menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB), sadar hukum, disiplin
nasional, bebas
narkoba, atau hidup sederhana.
BAB III
KESIMPULAN
Teater
adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam
suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi
dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses
terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi
dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur
pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap
budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga dikenal
dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang
namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang
sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena
baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam
seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosial Ini sudah
jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang
banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa
dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan
dengan kehidupan sosial.
Makalah
ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada semua
pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater) dengan
mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak
hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa
sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat
dalam dunia seni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya