BUDAYA NON BENDA PROVINSI
KALIMANTAN SUMATERA SELATAN
1.
Seni
Pertunjukan Dulmuluk. Teater Dulmuluk adalah teater
tradisional Sumatera Selatan yang lahir di Kota Palembang. Awal mula
terbentuknya teater ini adalah berupa pembacaan syair oleh Wan Bakar yang membacakan
tentang syair Abdul Muluk disekitar rumahnya di Tangga Takat 16 Ulu pada tahun
1854
2.
Seni
Pertunjukan Tari Gending Sriwijaya. Untuk
menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa
kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di
Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan
bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
3.
Seni Pertunjukan Tembang Batanghari Sembilan. Batang Hari Sembilan adalah istilah untuk irama musik dengan petikan gitar
tunggal yang berkembang di Wilayah Sumatra Bagian Selatan. Dalam pengertian
yang lebih luas, Batang Hari
Sembilan adalah kebudayaan yang berbasis pada sungai. Kebudayaan
ini adalah kebudayaan agraris yang selaras dengan alam.
4.
Tradisi
dan Ekspresi Lisan Senjang. Senjang adalah salah satu bentuk
media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda atau
dapat juga antara masyarakat dengan Pemerintah didalam penyampaian aspirasi yang
berupa nasehat, kritik maupun penyampaian strategi ungkapan rasa gembira
5.
Tradisi
dan Ekspresi Lisan Ande-Ande. Ande Ande Lumut (variasi
ejaan: Ande-ande Lumut) adalah cerita rakyat
yang berasal dari Jawa. Cerita ini dikenal dalam berbagai versi. Versi yang
banyak dikenal dan "tradisional" adalah yang mengaitkannya dengan
bersatunya (kembali) Kerajaan Jenggala dan Kediri.
6.
Tradisi
dan Ekspresi Lisan Warahan Sumatera Selatan. Warahan adalah
cerita atau sastra tutur yang bermula dari penyampaian kisah-kisah heroik,
kisah awal mula suku Lampung, dan cerita-cerita menarik bagi anak-anak. Pewarah
sendiri pada saat itu adalah ayah mereka atau nenek dan kakek anak-anak
tersebut.
7.
Seni
Pertunjukan Tari Penguton. Tari Penguton adalah tari adat Ogan Komering Ilir,
tepatnya berasal dari Marga Kayuagung yang dalam pelaksanaannya merupakan unsur
yang menyatu dengan adat penyambutan tamu. Hal ini sesuai dengan namaya yang
berasal dari bahasa Kayuagung “Uton”, berarti penyambutan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya