KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. bahwa penulis telah menyelesaikan
tugas pelajaran Pendididkan Agama Islam dengan membahas Tokoh-Tokoh Pembaharuan
Islam Pada Masa Modern
Dalam
penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penilis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan orang tua. Sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapakan terima kasih kepada Guru bidang
Studi pelajaran Agama Islam yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada
penulis sehingga penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
Semoga
tugas ini dapat bermamfaat khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapakan
dapat tercapai Amin.
Taba
Penanjung, 20 Januari 2019
Penulis
1.
Muhammad
Bin Abdul Wahhab
Lahir
di nejad(Arab Saudi)pada tahun 1115 H(1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1206
H(1793M).Nama Lengkapnya adalah Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb bin Sulaiman
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin
al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.Dia adalah seorang ahli teologi
agama Islam dan
seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah
Su'udiyyah, yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi.Dia juga merupakan
seorang ulama besar yang produktif,karena buku-buku karangannya tentang islam
mencapai puluhan buku,diantaranya buku yang berjudul”Kitab At-Tauhid”yang
isinya tentang pemberantasan syirik,khurafat,takhayul,dan bid’ah yang terdapat
di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran
tauhid yang murni.
Muhammad
bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama berusaha membangkitkan kembali
pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung pergerakan ini
sesungguhnya menolak disebut Wahabbi,
karena pada dasarnya ajaran Ibnu Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi
Muhammad, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk
menyebut diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun, yang berarti "satu
Tuhan".
Istilah
Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan
kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka
kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan
alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab
dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan
keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya.
Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di mana masyarakat Najd menanyakan
segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama.
Dia
menempuh berbagai macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya, sesuai dengan
keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui lisan, beliau
juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika perlu
beliau berdakwah dengan besi (pedang).
Maka
Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para umaranya, salah
satunya adalah Dahham bin Dawwas.
Surat-surat itu dikirimkannya juga kepada para ulama dan penguasa-penguasa. Ia
terus mengirimkan surat-surat dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang
dekat ataupun jauh. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang
bahaya syirik yang
mengancam negeri-negeri Islam di seluruh dunia, juga bahaya bid’ah, khurafat dan takhayul.
Berkat
hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara dalam dan luar
negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga beliau disegani di
antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin jauh berkumandang
di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di kalangan para ulama dan pemikir
Islam di seluruh dunia, seperti di Hindia, Indonesia, Pakistan, Afganistan,Afrika Utara, Maghribi,
Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain lagi.
Muhammad
bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dar’iyah.
Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan
berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di Tanah
Arab. Muhammad bin Abdulwahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada
tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.
2.
Ibnu
Sina
Ibnu Sina (980-1037)
dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah
seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang
sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah
tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah "Bapak
Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan
bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran
selama berabad-abad.
Ibnu
Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā. Ibnu Sina lahir
pada 980 di Afsyahnahdaerah
dekat Bukhara,
sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia),
dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia
adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok
bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran.
Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran
modern." George Sarton menyebut
Ibnu Sina "ilmuwan paling terkenal dari Islam dan
salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu."
pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of
Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul
lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Ibnu
Sina lahir pada tahun 370 (H)
/ 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian
dari Persia).
Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili,
berasal dari Balkh Khorasan,
dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu
pemukiman Nuh ibn Mansur,
sekarang wilayah Afganistan (dan juga Persia). Dia
menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun
secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili,
pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar
biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibnu
Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera
membuatnya menjadi kekaguman di antara para tetangganya; dia menampilkan suatu
pengecualian sikap intellectual dan
seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang
telah menghafal Al-Quran pada
usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia
mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang
lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat
orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun
bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan
pada beberapa tulisan Aristoteles.
Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi,
dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang
membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya, mengambil air wudhu, lalu
pergi ke masjid,
dan terus salat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada
larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya
dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah
akan mengikutinya dan memberikan solusinya.
Empat
puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles,
sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal,
sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi,
yang dibelinya di suatu kedai buku seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan
adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia
harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah
SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia
mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya
belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui
perhitungannya sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan.
Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun
dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun
menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika,
sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik
dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai."
Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak
pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan
pertamanya menjadi fisikawan untuk emir,
yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina
memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids,
pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak
lama kemudian, musuh - musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan
tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina
membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk
menulis beberapa karya paling awalnya.
Ketika
Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju
keruntuhannya pada Desember 1004.
Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni,
dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern,
dimana vizier,
dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi
gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain
melalui distrik Nishapur dan Merv ke
perbatasan Khorasan,
mencari suatu opening untuk bakat - bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis,
sang dermawan pengatur Dailam,
seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat
berlindung, dimana sekitar tahun (1052)
meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak.
Ibnu
Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya,
di Gorgan,
dekat Laut Kaspi,
Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat
rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi.
Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan
permulaan dari bukuCanon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia
tinggal di Hyrcania.Bukunya
yang lain: Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu
pengetahuan) Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam
ilmu pengetahuan)&An-Najat
3.
Jamaluddin
Al-Afghani
Nama
panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan
di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau
bernama Sayyid Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan
Sayyid Ali al-Turmudzi (seorang perawi hadits yang masyhur yang telah
lama bermigrasi ke Kabul) juga dengan nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi
Thalib
Pada
usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar
biasa, beliau tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat,
fiqih dan ilmu keislaman lainnya. Dan pada usia 18 tahun ia telah
menguasai hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum,
sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan metafisika. Al-Afghani segera
dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan bak
ensiklopedia.
Setelah
membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan Barat
(terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan
Islam. Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode
yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah membara
dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan India yang berada
dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh India. Afghani turut ambil
bagian dari periode yang genting ini, dengan bergabung dalam peperangan
kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke
Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang
dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh penguasa
Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya posisi penting dalam
pemerintahannya.
Saat
itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum
cendekiawan yang didukung rakyat Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost
terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.
Meninggalkan
Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Rupanya, efek
pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak
diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu masuk
ke India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang kedua kalinya. Ia
disambut baik oleh pemerintah India, tetapi tidak diizinkan untuk bertemu
dengan para pemimpin India berpengaruh yang berperan dalam revolusi India.
Khawatir pengaruh Afghani akan menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah
kolonial, pemerintah India mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan
Suez yang sedang bergolak.
Di
Mesir Afghani melakukan kontak dengan mahasiswa Al-Azhar yang terkagum-kagum
dengan wawasan dan ide-idenya. Salah seorang mahasiswa yang kemudian menjadi
murid Afghani adalah Muhammad Abduh. Dari Mesir, Afghani pergi ke Istanbul
untuk berdakwah. Di ibu kota Turki ini Afghani mendapat sambutan yang luar
biasa. Ketika memberi ceramah di Universitas Konstantinopel, salah seorang
ulama setempat, Syaikhul Islam, merasa tersaingi. Ia segera menghasut
pemerintah Turki untuk mewaspadai gagasan-gagasan Afghani. Buntutnya, Afghani
didepak keluar dari Turki. Pada tahun 1871.
Afghani
menjejakkan kakinya di Kairo untuk yang kedua kalinya. Di Mesir Afghani
melanjutkan dakwahnya yang pernah terputus dan segera mempengaruhi para
mahasiswa dan ulama Al-Azhar. Tetapi, pemberontakan kaum nasionalis Mesir pada
tahun 1882 berujung pada tindakan deportasi oleh pemerintah Mesir yang
mencurigai Afghani ada di belakang pemberontakan.
Afghani
dideportasi ke India, tetapi tak lama ia sudah berada dalam perjalanan ke
London, kota yang pernah disinggahinya ketika ia berdakwah ke Paris. Di London
ia bertemu dengan Muhammad Abduh, muridnya yang ternyata juga dikucilkan oleh
pemerintah Mesir.
Dari
London, Afghani bertualang ke Moskow. Ia tinggal selama empat tahun di St.
Petersburgh. Di sini pengaruh Afghani segera menjalar ke lingkungan intelektual
yang dipercaya oleh Tsar Rusia. Salah satu hasil dakwah Afghani kepada mereka
adalah keluarnya izin pencetakan Al-Quran ke dalam bahasa Rusia.
Afghani
menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling Eropa untuk berdakwah.
Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan bahasa karena ia
menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia, dan
Rusia).
Afghani
menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang dideritanya sejak tahun
1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal 9 Maret 1897 di Istambul
Turki dan dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke Afghanistan pada tahun 1944.
Ustad Abu Rayyah dalam bukunya “Al-Afghani; Sejarah, Risalah dan
Prinsip-prinsipnya”, menyatakan, bahwa Al-Afghani meninggal akibat
diracun dan ada pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada rencana Sultan untuk
membinasakannya
Ide-ide
pembaruannya yaitu:
1. Mengembalikan
kejayaan Islam.
2. Pemerintah
yang otokrasi dan absolute harus digantii dengan pemerintahan yang demokratis.
3. Kepala
Negara harus tunduk kepada undang-undang.
4. Tidak
ada pemisahan antara Negara dengan poliik.
5. Pan
Islamisme atau rasa persaudaraan/solidaritas antar umat Islamharus ditingkatkan
kembali.
4.
Muhammad
Bin Musa Al-Khawarizmi
Adalah
seorang ahli matematika, astronomi, astrologi,
dan geografi yang
berasal dari Persia.
Lahir sekitar tahun780 di
Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan)
dan wafat sekitar tahun 850 di
Baghdad. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di Sekolah
Kehormatan di BaghdadBuku
pertamanya, al-Jabar,
adalah buku pertama yang membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat.
Sehingga ia disebut sebagai Bapak Aljabar.
Translasi bahasa Latindari Aritmatika beliau,
yang memperkenalkan angka India,
kemudian diperkenalkan sebagai Sistem Penomoran Posisi Desimal di
dunia Barat pada abad ke 12. Ia merevisi dan menyesuaikan
Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan
tentang astronomi dan astrologi.
Kontribusi
beliau tak hanya berdampak besar pada matematika, tapi juga dalam kebahasaan.
Kata Aljabar berasal
dari kata al-Jabr,
satu dari dua operasi dalam matematika untuk menyelesaikan notasi kuadrat, yang
tercantum dalam buku beliau. Kata logarisme danlogaritma diambil
dari kata Algorismi,
Latinisasi dari nama beliau. Nama beliau juga di serap dalam bahasa Spanyol Guarismo dan dalam bahasa Portugis, Algarismo yang berarti digit.
Karya
terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi,
sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar,trigonometri,
dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis
beliau dalam penyelesaian linear dan
notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil
dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala atau:
"Buku Rangkuman untuk Kalkulasi
dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
5.
Ibnu
Rusyd
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 - Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198),adalah
seorang filsuf dariSpanyol (Andalusia).
Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu
Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta.
Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat.
Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja.
Ibnu
Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai
"Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal
sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang
memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir
semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang
mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah
hukum.
Karya-karya
Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan
besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat
Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang
Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya
6.
Muhammad
Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir
muslim dari Mesir,
dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam. Beliau belajar tentang
filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo,
dan juga murid dari Jamal al-Din
al-Afghani, seorang filsuf dan pembaharu yang mengusung
gerakan Pan-Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa
di negara-negara Asia dan Afrika.
Muhammad
Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun pada 1882,
karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi.
Di Libanon,
Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884,
ia pindah ke Paris,
dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond.
Di
antara karya tulis beliau yang terkenal adalah:
1. Tafsir
Juz Amma
3. Risalah
At Tauhid
4. Banyak
memberi tambahan dalam kitab-kitab,
salah satunya Limaza taakhkhara
Islam wa taqaddama ghairuhum, karya Syakib Arsalan
7.
Hasan
Al-Banna
Hassan al-Banna dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1906 di
desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir.
Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal al-Qur'an.
Ia adalah seorang mujahid dakwah, peletak dasar-dasar gerakan Islam sekaligus
sebagai pendiri dan pimpinan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslimin).
Ia
memperjuangkan Islam menurut
Al-Quran dan Sunnah hingga dibunuh oleh penembak misterius yang oleh banyak
kalangan diyakini sebagai penembak 'titipan' pemerintah pada 12 Februari 1949 di Kairo.
Kepergian
Hassan al-Banna pun menjadi duka berkepanjangan bagi umat Islam. Ia mewariskan
2 karya monumentalnya, yaitu Catatan
Harian Dakwah dan Da'i serta Kumpulan Surat-surat. Selain itu Hasan al-Banna mewariskan
semangat dan teladan dakwah bagi seluruh aktivis dakwah saat ini.
Selain
itu ia juga dikenal akan cara berdakwahnya yang sangat tidak biasa. Ia terkenal
sangat tawadlu dikarenakan ia sering berdakwah di warung-warung kopi tempat
oarang-orang yang berpengetahuan rendah berkumpul untuk minum-minum kopi
sehabis lelah bekerja seharian. Dan ternyata cara tersebut memang lebih efektif
dilakukan dalam berdakwah
Hassan
al-Banna yang lahir pada 14 Oktober 1906 di Mahmudiyya, Mesir (utara-barat dari
Kairo). adalah seorang guru dan seorang reformis Mesir sosial dan politik
Islam, yang terkenal karena mendirikan Ikhwanul Muslimin, salah satu dari abad
ke-20 terbesar dan paling berpengaruh organisasi Islam revivalis. Kepemimpinan
Al-Banna adalah penting bagi pertumbuhan persaudaraan selama tahun 1930-an dan
1940-an. Ketika Hassan al-Banna berusia dua belas tahun, ia mulai terbiasa
mendislipinkan kegiatannya menjadi empat.siang hari di pergunakanya untuk
menuntut ilmu di sekolah.kemudian belajar membuat dan membetulkan jam dengan
orang tua nya hingga sore.waktu sore hingga menjelang tidur ia gunakan untu
mengulang kembali pelajaran sekolah.sementara membaca dan mengulang-ulang
hafalan al-qur'anialakukan seusi shalat subuh.jadi tidak mengherankan bila
hassan al-banna mencetak prestasi-prestasi gemilang di kemudian hari.pada usia
14 hassan al-banna telah menghafal seluruh al-qur'an.hassan al-banna lulus dari
sekolah nya dengan predikat terbaik dan nomor lima terbaik di seluruh
mesir.pada usia 16 tahun,ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi darul
ulum.demikianlah sederet prestasi hassan kecil. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna,
adalah seorang imam lokal dihormati (pemimpin doa) dan guru masjid dari ritus
Hanbali. Ia belajar di Al-Azhar University (Lia 24, 1998). Dia menulis dan
berkolaborasi pada buku-buku tentang tradisi Islam, dan juga memiliki toko di
mana ia memperbaiki jam tangan dan dijual gramophones. Meskipun Syaikh Ahmad al
Banna dan istrinya beberapa properti yang dimiliki, mereka tidak kaya dan
berjuang untuk memenuhi kebutuhan, khususnya setelah mereka pindah ke Kairo
pada tahun 1924. Seperti banyak orang lain, mereka menemukan bahwa belajar
Islam dan kesalehan tidak lagi sebagai sangat dihargai di ibukota(akibat paham
sekular yang begitu kuat saat itu,paham itu dibawa oleh kolonial inggris untuk
merobohkan semangat kaum muslimin), dan bahwa keahlian tidak bisa bersaing
dengan industri berskala besar. berdirinya organisasi ikhwaul muslimin
bertepatan dengan tanggal 20/maret/1928.bersama keenam temannya,hassan al-banna
mendirikan organisasi ini(ikhwanul muslimin) di kota ismailiyah.
Pertumbuhan
masyarakat terutama diucapkan setelah Al-Banna dipindahkan kantor pusatnya ke
Kairo pada tahun 1932. Faktor paling penting yang membuat ekspansi ini dramatis
mungkin adalah kepemimpinan organisasi dan ideologis yang disediakan oleh
Al-Banna. Dalam Ismailia, di samping kelas hari, dia melakukan niatnya memberi
kuliah malam kepada orangtua muridnya. Dia juga berkhotbah di masjid, dan
bahkan di warung kopi. Pada awalnya, beberapa pandangannya tentang poin yang
relatif kecil dari praktik Islam menyebabkan perbedaan pendapat yang kuat
dengan elit agama setempat, dan ia mengadopsi kebijakan menghindari kontroversi
agama. Dia terkejut oleh banyak tanda-tanda mencolok dominasi militer dan
ekonomi asing di Isma'iliyya: kamp-kamp militer Inggris, bidang pelayanan umum
yang dimiliki oleh kepentingan asing, dan tempat tinggal mewah dari karyawan
asing dari Terusan Suez Perusahaan, sebelah jorok tempat tinggal dari pekerja
Mesir.
Dia
berusaha untuk membawa perubahan, dia berharap untuk melalui lembaga-gedung,
aktivisme tanpa henti di tingkat akar rumput, dan bergantung pada komunikasi
massa.Dia melanjutkan untuk membangun sebuah gerakan massa yang kompleks yang
menampilkan struktur pemerintahan canggih; bagian yang bertanggung jawab untuk
melanjutkan nilai-nilai masyarakat di kalangan petani, buruh, dan profesional;
unit dipercayakan dengan fungsi-fungsi kunci, termasuk propagasi pesan,
penghubung dengan dunia Islam, dan tekan dan terjemahan, dan komite khusus
untuk urusan keuangan dan hukum.
Dalam
penahan ini organisasi ke dalam masyarakat Mesir, Al-Banna mengandalkan
jaringan sosial yang sudah ada (ikhanul muslimin), khususnya yang dibangun di
sekitar masjid, asosiasi kesejahteraan Islam, dan kelompok-kelompok lingkungan.
Tenun ini ikatan tradisional menjadi struktur khas modern pada akar
kesuksesannya. Langsung terpasang bagi persaudaraan, dan makan ekspansi,
dilakukan berbagai usaha, klinik, dan sekolah. Selain itu, anggota yang berafiliasi
dengan gerakan melalui serangkaian sel, usar revealingly disebut families
tunggal: usrah. Materi, dukungan sosial dan psikologis yang diberikan
instrumental sehingga kemampuan gerakan untuk menghasilkan loyalitas yang
sangat besar di antara para anggotanya dan untuk menarik anggota baru. Layanan
dan struktur organisasi masyarakat sekitar yang dibangun tersebut dimaksudkan
untuk memungkinkan individu untuk berintegrasi ke dalam pengaturan jelas Islam,
prinsip-prinsip sendiri dibentuk oleh masyarakat.
Berakar
dalam Islam, pesan Al-Banna ditangani masalah termasuk kolonialisme, kesehatan
masyarakat, kebijakan pendidikan, manajemen sumber daya alam, Marxisme,
kesenjangan sosial, nasionalisme Arab, kelemahan dunia Islam di kancah
internasional, dan konflik yang berkembang di Palestina. Dengan menekankan
keprihatinan yang menarik berbagai konstituen, Al-Banna mampu merekrut dari
antara bagian-lintas masyarakat Mesir - meskipun pegawai negeri
modern-berpendidikan, karyawan kantor, dan profesional tetap dominan di
kalangan aktivis organisasi dan pengambil keputusan. Al-Banna juga aktif dalam
menentang imperialisme Inggris di Mesir. Selama Perang Dunia II, ia sempat
ditangkap oleh pemerintah pro-Inggris, yang melihatnya sebagai subversif.
Antara
1948 dan 1949, tidak lama setelah masyarakat mengirim relawan untuk bertempur
dalam perang di Palestina, konflik antara monarki dan masyarakat mencapai
puncaknya. Prihatin dengan meningkatnya ketegasan dan popularitas persaudaraan,
serta dengan desas-desus bahwa itu merencanakan kudeta, Perdana Menteri Mahmoud
sebuah-Nukrashi Pasha bubar itu pada bulan Desember 1948. Aktifis organisasi
yang ditangkap dan puluhan anggotanya yang dikirim ke penjara. Kurang dari tiga
minggu kemudian, perdana menteri dibunuh oleh seorang anggota persaudaraan,
Abdul Majid Hasan Ahmad.
Setelah
pembunuhan itu, Al-Banna segera mengeluarkan pernyataan mengutuk pembunuhan
itu, yang menyatakan teror yang bukan cara yang bisa diterima dalam Islam. Hal
ini pada gilirannya mendorong pembunuhan Al-Banna. Pada tanggal 12 Februari
1949 di Kairo, Al-Banna di kantor pusat Jamiyyah al-Shubban al-Muslimin dengan
saudaranya iparnya Abdul Karim Mansur untuk bernegosiasi dengan Menteri Zaki
Ali Basha yang mewakili pihak pemerintah. Menteri Zaki Ali Basha tidak pernah
tiba. 5 jam malam Al-Banna dan saudaranya iparnya memutuskan untuk pergi.
pembunuhan itu terjadi ketika Al-Banna dan saudaranya sedang menunggu taksi.
Saat
mereka berdiri menunggu taksi, mereka ditembak oleh dua orang. Al-Banna terkena
tujuh tembakan. Laterwards, dia dibawa ke rumah sakit dan mereka telah menerima
perintah dari monarki untuk tidak memberinya perawatan di mana ia meninggal
kematian lambat dari luka-luka, Hassan Al-Banna menyadari bahwa mereka telah
diperintahkan untuk tidak memperlakukan dia dan dia membuat 3 doa terhadap
Monarki. Hassan Al-Banna wafat pada tanggal 12 Februari 1949.
Hassan
al-Banna dikenal memiliki dampak yang besar dalam pemikiran Islam modern. Dia
adalah kakek dari Tariq Ramadan dan kakak Gamal al-Banna. Untuk membantu
menguduskan tatanan Islam, al-Banna menyerukan melarang semua pengaruh Barat
dari pendidikan dan memerintahkan semua sekolah dasar harus menjadi bagian dari
mesjid. Dia juga menginginkan larangan partai politik dan lembaga demokrasi
lainnya dari Syura (Islam-dewan) dan ingin semua pejabat pemerintah untuk
memiliki belajar agama sebagai pendidikan utama.
Hassan
al-Banna melihat Jihad sebagai strategi defensif-Allah ditahbiskan, yang
menyatakan bahwa kebanyakan ahli Islam: "Setuju bulat bahwa jihad adalah
kewajiban komunal defensif dikenakan pada umat Islam dalam rangka untuk
menyiarkan panggilan (untuk memeluk Islam), dan bahwa adalah sebuah kewajiban
individu untuk menolak serangan orang-orang kafir atasnya. " Namun,
sebagai akibat dari orang-orang kafir memerintah negeri-negeri Muslim dan
merendahkan kehormatan Muslim: "Hal ini telah menjadi kewajiban
individual, yang ada adalah tidak menghindari, pada setiap Muslim untuk
mempersiapkan peralatan, untuk mengambil keputusan untuk terlibat dalam jihad,
dan untuk mendapatkan siap sampai kesempatan sudah masak dan Allah keputusan
suatu hal yang pasti akan dicapai"
Al-Banna
tidak menerima klaim sebagai suara Hadis bahwa semangat jihad adalah jihad yang
lebih besar dan jihad pedang jihad kecil dan ia memuliakan aktif jihad
defensif: "kematian tertinggi hanya diberikan kepada mereka yang membunuh
atau yang gugur di jalan Allah Seperti kematian tidak dapat dihindarkan dan
bisa terjadi hanya sekali. mengambil bagian dalam jihad adalah menguntungkan di
dunia ini dan berikutnya." Visi al-Banna pada aturan Jihad untuk umat
dalam kutipan dari Lima Tracts Hasan al-Banna di mana ia akan kembali ke
aturan-Hanafi: "Jihad dalam arti harfiah berarti untuk menempatkan
sebagainya upaya maksimal seseorang dalam kata dan perbuatan, dalam UU Suci itu
adalah membunuh orang-orang kafir dan konotasi terkait seperti memukul mereka,
menjarah kekayaan mereka, menghancurkan tempat suci mereka dan menghancurkan
berhala mereka." dan "itu merupakan kewajiban bagi kita untuk mulai
bertengkar dengan mereka setelah transmisi [undangan untuk memeluk Islam],
bahkan jika mereka tidak memerangi kita."
8.
Sayyid
Ahmad Khan
Sayyid
Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 oktober 1817. nenek moyangnya berasal
dari semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Heart, Persia (Iran), karena
tekanan politik pada zaman dinasti umayyah. Dan menurut keterangan ia berasal
dari keturunan Husain, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya
Sayyid Hadi, adalah pembesar Istana dizaman Alamghir II (1754-1759). Ayahnya
bernama Al-muttaqi, seorang ulama yang saleh. Ia mendapat pendidikan
tradisional dalam pengetahuan agama. Selain bahasa arab, ia juga belajar bahasa
Persia dan sejarah. Ia orang yang rajin membaca dan selalu memperluas
pengetahuan dengan menelaah berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia
18 th, ia memasuki lapangan pekerjaan pada serikat India Timur. Kemudian
bekerja sebagai hakim. Di tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi. Ia pulang
kembali untuk meneruskan studi. Selain pekerjaan itu, ia juga amat cakap dalam
menulis dan mengarang. Salah satu karyanya yang mengantarkan namanya menjadi
terkenal adalah Ahtar Al-Sanadid.
Di
masa pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan, sehingga ia dikatakan telah banyak menolong orang inggris dan
dianggap telah banyak berjasa bagi mereka. Atas jasanaya tersebut, ia
dianugerahi gelar Sir di depan namanya, sedangkan hadiah yang diberikan dalam
bentuk lain ia tolak. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini dipergunakan
untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid
Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat
diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris telah merupakan
penguasa yang teruat di India dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa
kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan
akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindhu India.
Jalan
yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi
yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
9.
Ahmad
Bin Hanbal
Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164
- 241 AH) adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam.
Ia lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan,
utara Afganistan dan
utara Iran)
di kota Baghdad, Irak.
Kunyah beliau Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/
Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dikenal juga sebagaiImam Hambali.
Ilmu
yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur’an hingga beliau hafal pada usia 15
tahun, beliau juga mahir baca-tulis dengan sempurna hingga dikenal sebagai
orang yang terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi belajar ilmu
hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Beliau telah mempelajari Hadits sejak
kecil dan untuk mempelajari Hadits ini beliau pernah pindah atau merantau ke
Syam (Syiria), Hijaz,Yaman dan
negara-negara lainnya sehingga beliau akhirnya menjadi tokoh ulama yang
bertakwa, saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan
bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah belau hafal di luar kepala. Belaiu
menghafal sampai sejuta hadits.
Beliau
menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan keberkahan yang melimpah. Ia
melahirkan dari istri-istrinya anak-anak yang shalih, yang mewarisi ilmunya,
seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat banyak meriwayatkan ilmu
dari bapaknya.
Beliau
menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk
sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan beliau dan
sebaik baik penelitian Hadits. Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang
dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000hadits.
Di
antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits atau Musnad, disusun oleh anaknya dari
ceramah (kajian-kajian) - kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab
ash-Salat dan Kitab as-Sunnah.
Setelah
sakit sembilan hari, beliau Rahimahullah menghembuskan napas terakhirnya di
pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal dua belas Rabi’ul Awwal 241 H pada
umur 77 tahun. Jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan
enam puluh ribu pelayat perempuan
10.
Al-Farabi
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi
singkat Al-Farabiadalah
ilmuwan dan filsuf Islam yang
berasal dari Farab, Kazakhstan.
Ia juga dikenal dengan nama lain Abū
Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr
Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia
barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.
Kemungkinan lain adalah Farabi adalah seorang Syi’ah Imamiyah (Syiah
Imamiyah adalah salah satu aliran dalam islam dimana yang menjadi dasar aqidah
mereka adalah soal Imam) yang berasal dari Turki.
Ayahnya
seorang opsir tentara
Turki keturunan Persia, sedangkan ibunya berdarah Turki asli. Sejak dini ia
digambarkan memiliki kecerdasan istimewa dan bakat besar untuk menguasai hampir
setiap subyek yang dipelajari. Pada masa awal pendidikannya ini,
al-Farabi belajar al-Qur’an,
tata bahasa, kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits)
dan aritmatika dasar.
Al-Farabi
muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara,
dan tinggal di Kazakhstan sampai umur 50. Ia pergi ke Baghdad untuk
menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Setelah kurang lebih 10 tahun tinggal di
Baghdad, yaitu kira-kira pada tahun 920 M,
al Farabi kemudian mengembara di kota Harran yang
terletak di utara Syria,
dimana saat itu Harran merupakan pusat kebudayaan Yunani di Asia kecil Ia
kemudian belajar filsafat dari Filsuf Kristen terkenal yang bernama Yuhana bin Jilad
Tahun
940M, al Farabi melajutkan pengembaraannya ke Damaskus dan
bertemu dengan Sayf al Dawla al Hamdanid, Kepala daerah (distrik)Aleppo,
yang dikenal sebagai simpatisan para Imam Syi’ah. Kemudian al-Farabi wafat
di kota Damaskus pada usia 80 tahun (Rajab 339 H/ Desember 950 M) di masa
pemerintahan Khalifah Al Muthi’ (masih dinasti Abbasiyyah)
Al-Farabi
adalah seorang komentator filsafat Yunani
yang ulung di
dunia Islam Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani,
ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan
baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang sepertimatematika, filosofi, pengobatan,
bahkan musik.
Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan
sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain
itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat music
Al-Farabi
dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles,
karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru
pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya
menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik
Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam
konteks agama-agama wahyu
Al-Farabi
hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla [5] dan di zaman pemerintahan
dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk Monarki yang dipimpin oleh
seorang Khalifah.[5] Ia lahir dimasa kepemimpinan
Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah
Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap sebagai periode yang
paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik.
Dalam
kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para
ahli Filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba
mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran
Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara
Utama). Selama hidupnya al Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari
Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian
1. Logika
2. Ilmu-ilmu
Matematika
3. Ilmu
Alam
4. Teologi
5. Ilmu
Politik dan kenegaraan
6. Bunga
rampai (Kutub Munawwa’ah).
11.
Al-Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi
asy-Syafi'i (lahir di Thus; 1058 /
450 H – meninggal di Thus; 1111 /
14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan
teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia
Barat abad Pertengahan.
Ia
berkuniah Abu Hamid karena
salah seorang anaknya bernama Hamid.[rujukan?] Gelar
beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan
dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat
kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan, Persia (Iran). Sedangkan
gelar asy-Syafi'i menunjukkan
bahwa beliau bermazhab Syafi'i.
Ia
berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi
yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah
seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak
memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang
jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di
Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505
Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di
tempat kelahirannya.
Imam
al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Ia digelar Hujjatul Islam karena
kemampuannya tersebut. Ia sangat dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan
Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Ia berjaya menguasai pelbagai
bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia
juga sanggup meninggalkan segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan
mengembara serta meninggalkan kesenangan hidup demi mencari ilmu pengetahuan.
Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya ahli sufi
ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami.
Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi
tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Madinah,Jerusalem,
dan Mesir.
Ia terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang
telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat
bermutu tinggi. Sejak kecil lagi beliau telah dididik dengan akhlak yang
mulia. Hal ini menyebabkan beliau benci kepada sifat riya,
megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat
beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan
dan mencari sesuatu untuk mendapat ridha Allah SWT.
Pada
tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang
guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat
ini membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab
minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin,
ilmu mantiq,
usul fiqih,filsafat,
dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhabhingga
mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu,
beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih,
Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur.
Oleh
sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi
mahaguru di Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana
menteri) diBaghdad pada
tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana.
Ia telah mengembara ke beberapa tempat.
Seperti Mekkah,Madinah,Mesir dan Jerusalem untuk
berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang
ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis kitab Ihya Ulumuddin yang
memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua
masalah.
12.
An-Nawawi
Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf
an-Nawawi ad-Dimasyqi atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang
ulama besar mazhab Syafi'i. Ia lahir di desa Nawa, dekat kota Damaskus,
pada tahun 1233 dan
wafat pada tahun 1278.
Kedua tempat tersebut kemudian menjadi nisbat nama beliau, an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia adalah
seorang pemikir muslim di bidang fiqih dan hadits.
Imam
Nawawi pindah ke Damaskus pada tahun 649 H dan tinggal di distrik Rawahibiyah.
Di tempat ini beliau belajar dan sanggup menghafal kitab at-Tanbih hanya dalam
waktu empat setengah bulan. Kemudian beliau menghafal kitab al-Muhadzdzabb pada
bulan-bulan yang tersisa dari tahun tersebut, dibawah bimbingan Syaikh Kamal
Ibnu Ahmad.
Semasa
hidupnya beliau selalu menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, menulis kitab,
menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, sabar atas terpaan badai
kehidupan. Pakaian beliau adalah kain kasar, sementara serban beliau berwarna
hitam dan berukuran kecil.
Sang
Imam belajar pada guru-guru yang amat terkenal seperti Abdul Aziz bin
Muhammad Al-Ashari, Zainuddin bin Abdud
Daim, Imaduddin bin Abdul
Karim Al-Harastani, Zainuddin Abul Baqa, Khalid bin Yusuf Al-Maqdisi
An-Nabalusi dan Jamaluddin Ibn
Ash-Shairafi, Taqiyuddin bin Abul
Yusri, Syamsuddin bin Abu
Umar.
Dia belajar fiqih hadits (pemahaman
hadits) pada asy-Syaikh al-Muhaqqiq Abu Ishaq Ibrahim
bin IsaAl-Muradi Al-Andalusi. Kemudian belajar fiqh pada
Al-Kamal Ishaq bin Ahmad bin
usman Al-Maghribi Al-Maqdisi, Syamsuddin Abdurrahman
bin Nuh dan Izzuddin Al-Arbili serta
guru-guru lainnya.
Karya:
1. Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab ,
panduan hukum Islam yang lengkap.
2. Minhaj ath-Thalibin.
3. Tahdzib al-Asma .
5. Al-Arba'in an-Nawawiyah .kumpulan
40 -tepatnya 42 hadits penting. Syarh Shahih Muslim , penjelasan kitab Shahih Muslim bin al-Hajjaj.
6. Ma Tamas Ilaihi Hajah al-Qari li Shahih al-Bukhari
7. Riyadhus Shalihin , kumpulan hadits mengenai
etika, sikap dan tingkah laku yang saat ini banyak digunakan di dunia Islam.
8. Tahrir al-Tanbih .
9. Al-Adzkar ,kumpulan doa
Rasulullah.
10. At-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran .
11. Adab al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti ..
12. At-Tarkhis bi al-Qiyam ..
13.
Ibnu
Taimiyah
Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin
Abdullah bin Taimiyah al Harrani atau yang biasa
disebut dengan nama Ibnu Taimiyah saja
(lahir: 22 Januari 1263/10
Rabiul Awwal 661 H –
wafat: 1328/20
Dzulhijjah 728 H), adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.
Ibnu
Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW
danSahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu
generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, danTabi'ut tabi'in yaitu
generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk
kehidupan Islam.
Ia
berasal dari keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang
syaikh, hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin
Abdullah bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih,
hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz).
Ibnu
Taimiyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan
budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam
tahun (tahun 1268), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya
ke Damaskus disebabkan serbuan tentara
Mongol atas Irak.
Semenjak
kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba di Damaskus, ia segera menghafalkan Al-Qur’an
dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits negeri
itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut
tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai
ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia
telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah
dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.
Suatu
kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dari Aleppo, Suriah yang
sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya
menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan
belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya
secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa
sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya,
sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak
mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah
sepertinya".
Sejak
kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai
kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia
menggunakan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu,
terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Ia
adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang
telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Ia pernah berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah,
sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan
beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang
dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau
di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar
hingga terpenuhi cita-citaku.”
Di
Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu
diantaranya ilmu hitung (matematika),
khat (ilmu tulis menulis Arab),
nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga
dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an.
Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia
19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.
Ibnu
Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi
hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari
periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang
lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad.
Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan
yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para
mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul
sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah
kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan
dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa
karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah
Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam
Ibnu
Taimiyah wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang
muridnya Ibnul Qayyim,
ketika beliau sedang membaca Al-Qur an surah Al-Qamar yang berbunyi "Innal
Muttaqina fi jannatin wanaharin"[1] . Ia berada di penjara ini
selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari
lebih. Ia wafat pada tanggal 20 DzulHijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktuAshar di
samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin.
Jenazah
ia disalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sesudah salat Zhuhur dihadiri para
pejabat pemerintah, ulama, tentara serta para penduduk.
14.
Ibnu
Qayyim Al-Jauziyyah
Muhammad bin Abi
Bakr bin Ayyub bin Sa'd al-Zar'i,
al-Dimashqi bergelar Abu Abdullah
Syamsuddin atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, dinamakan
karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah lokal
yang bernama Al-Jauziyyah.
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4
Februari 1292, dan meninggal pada 23
September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang
hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab
Hambali. Disamping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran,
ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
Ibnu
Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan
Qadi Taqiyyuddin bin
Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada
SyekhSafiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin Muhammad
al-Harrani; berguru tentang ilmu pembagian waris (fara'idh)
kepada bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah.
Beliau
belajar ilmu faraidh dari
bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam ilmu itu. Belajar bahasa Arab
dari Ibnu Abi al-Fath
al-Baththiydengan membaca kitab-kitab:
(al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian Alfiyah Ibnu Malik,
juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-Tas-hil). Di
samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu
bagian dari kitab al-Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar
ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi,
Ilmu Fiqih dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan
Syaikh Isma’il bin Muhammad
al-Harraniy.
Ibnul
Qayyim pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil
didera dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul
Qayyim pun dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang
adanya anjuran agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.
Beliau
peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi,
logika kaum filosof dan zuhud model
orang-orang hindu ke dalam firqahIslamiyah.
Penguasaannya
terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai
puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits, makna hadits, pemahaman
serta istinbath-istinbath
rumitnya, sulit ditemukan tandingannya.
Begitu
pula, pengetahuan beliau rahimahullah tentang ilmu suluk dan
ilmu kalam-nya
Ahli tasawwuf,
isyarat-isyarat mereka serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap
berbagai bidang ilmu ini.
Karena
itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan para pemerhati yang
menempatkan ilmu sebagai puncak perhatiannya, telah benar-benar menjadi murid
beliau. Mereka itu adalah para Ulama terbaik yang telah terbukti keutamaannya,
di antaranya ialah :
4. Al-Imam
al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali
al-Baghdadi penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
Manhaj
serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber dinul
Islam yang suci dan murni, tidak terkotori olehra’yu-ra’yu
(pendapat-pendapat) Ahlul Ahwa’ wal bida’ (Ahli Bid’ah)
serta helah-helah (tipu daya) orang-orang yang suka mempermainkan agama.
Oleh
sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf;
orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulama waratsatun nabi
(pewaris nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di
samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.
Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali,
namun beliau sering keluar dari pendapatnya kaum Hanabilah,
dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan
madzhab-madzhab yang masyhur.
Ibnu
Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751
Hijriyah. Ia dishalatkan di Mesjid Jami' Al-Umawi dan setelah itu di Masjid
Jami' Jarrah; kemudian dikuburkan di Pekuburan Babush Shagir
15.
Ibnu
Khaldun
Ibnu Khaldun, nama lengkap: Abu
Zayd 'Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami lahir 27 Mei 1332/732H,
wafat 19 Maret 1406/808H)
adalah seorang sejarawan muslim dari Tunisia dan
sering disebut sebagai bapak pendiri ilmuhistoriografi, sosiologi dan ekonomi.
Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).
Di
antara sekian banyak pemikir masa lampau yang mengkaji ekonomi Islam, Ibnu
Khaldun merupakan salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering
disebut sebagai raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja
Bapak sosiologi tetapi juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya
yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia lebih dari tiga abad
mendahului para pemikir Barat modern tersebut. Muhammad Hilmi Murad secara
khusus telah menulis sebuah karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad : Ibnu
Khaldun. Artinya Bapak Ekonomi : Ibnu Khaldun.(1962) Dalam tulisan
tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama
ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya pada Simposium tentang
Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum
Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif,
adakalanya dikaji dari perspektif hukum, moral dan adapula dari perspektif
filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan
Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, karena pemikir zaman
pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian moral dan hukum.
Sedangkan
Ibnu Khaldun mengkaji problem ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia
menjelaskan fenomena ekonomi secara aktual. Muhammad Nejatullah Ash-Shiddiqy,
menuliskan poin-poin penting dari materi kajian Ibnu Khaldun tentang ekonomi.
Ibnu
Khaldun membahas aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk ajaran tentang
tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, hukum penawaran dan permintaan,
konsumsi dan produksi, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro
ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian,
indusrtri dan perdagangan, hak milik dan kemakmuran, dan sebagainya. Ia juga
membahas berbagai tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan
ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang menjelma dalam kurva penawaran
tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur,
Sejalan
dengan Shiddiqy Boulokia dalam tulisannya Ibn Khaldun: A Fourteenth Century
Economist”, menuturkan :
Ibnu
Khaldun telah menemukan sejumlah besar ide dan pemikiran ekonomi fundamental,
beberapa abad sebelum kelahiran ”resminya” (di Eropa). Ia menemukan keutamaan
dan kebutuhan suatu pembagian kerja sebelum ditemukan Smith dan prinsip tentang
nilai kerja sebelum Ricardo. Ia telah mengolah suatu teori tentang kependudukan
sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum
Keynes. Bahkan lebih dari itu, Ibn Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi
ini untuk membangun suatu sistem dinamis yang mudah dipahami di mana mekanisme
ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang.
Lafter,
penasehat economi president Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter Curve,
berterus terang bahwa ia mengambil konsep Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan
obat resesi ekonomi, yaitu mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran
(ekspor) pemerintah. Pemerintah adalah pasar terbesar dan ibu dari semua pasar
dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah
mengalami penurunan, maka adalah wajar jika pasar yang lainpun akan ikut turun,
bahkan dalam agregate yang cukup besar.
S.Colosia
berkata dalam bukunya, Constribution A L’Etude D’Ibnu Khaldaun Revue Do Monde
Musulman, sebagaimana dikutip Ibrahim Ath-Thahawi, mengatakan, ”Apabila pendapat-pendapat
Ibnu Khaldun tentang kehidupan sosial menjadikannya sebagai pionir ilmu
filsafat sejarah, maka pemahamannya terhadap peranan kerja, kepemilikan dan
upah, menjadikannya sebagai pionir ilmuwan ekonomi modern .(1974, hlm.477)
Oleh
karena besarnya sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka Boulakia
mengatakan, “Sangat bisa dipertanggung jawabkan jika kita menyebut Ibnu Khaldun
sebagai salah seorang Bapak ilmu ekonomi.”[1] Shiddiqi juga menyimpulkan bahwa
Ibn Khaldun secara tepat dapat disebut sebagai ahli ekonomi Islam terbesar
(Ibnu Khaldun has rightly been hailed as the greatest economist of
Islam)(Shiddiqy, hlm. 260)
Sehubungan
dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak ilmuwan terkemuka kontemporer
yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu Khaldun, khususnya dalam bidang
ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul
Production, Distribution and Exchange in Khaldun’s Writing dan Nasha’t menulis
“al-Fikr al-iqtisadi fi muqaddimat Ibn Khaldun (Economic Though in the
Prolegomena of Ibn Khaldun).
Selain
itu kita masih memiliki kontribusi kajian yang berlimpah tentang Ibnu Khaldun.
Ini menunjukkan kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual
terkemuka yang telah merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan tentang ekonomi.
Rosenthal misalnya telah menulis karya Ibn Khaldun the Muqaddimah : An
Introduction to History, Spengler menulis buku Economic Thought of Islam: Ibn
Khaldun, Boulakia menulis Ibn Khaldun: A Fourteenth Century Economist, Ahmad
Ali menulis Economics of Ibn Khaldun-A Selection, Ibn al Sabil menulis Islami
ishtirakiyat fi’l Islam, Abdul Qadir Ibn Khaldun ke ma’ashi khayalat”,
(Economic Views of Ibn Khaldun), Rifa’at menulis Ma’ashiyat par Ibn Khaldun ke
Khalayat” (Ibn Khaldun’s Views on Economics) Somogyi menulis buku Economic
Theory in the Classical Arabic Literature, Tahawi al-iqtisad al-islami
madhhaban wa nizaman wa dirasah muqaranh.(Islamic Economics-a School of Thought
and a System, a Comparative Study), T.B. Irving menulis Ibn Khaldun on Agriculture”,
Abdul Sattar menulis buku Ibn Khaldun’s Contribution to Economic Thought” in:
Contemporary Aspects of Economic and Social Thingking in Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ragi, Sutomo. dkk. 2006. LKS Pelita Penuntun Belajar kreatif Agama Islam.
Bogor: CV Aria Duta
zin promo ya Admin^^
BalasHapusBosan gak tau mau ngapain, ayo buruan gabung dengan kami
minimal deposit dan withdraw nya hanya 15 ribu rupiah ya :D
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.AJOKARTU.COMPANY ....:)