Sindudarmo Sudjojono
|
|
Lahir
|
|
Meninggal
|
|
Kebangsaan
|
|
Nama lain
|
S.
Sudjojono, Djon.
|
Pendidikan
|
·
SMP
Cimahi, Bandung.
·
SMA di
Perguruan Taman Siswa, Yogyakarta.
·
Belajar
montir.
·
Belajar
melukis kepada Raden Mas Pirngadie.
·
Belajar
melukis kepada Chioyi Yazaki.
|
Pekerjaan
|
·
Guru
Taman Siswa Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.
|
Organisasi
|
·
Persatuan
Ahli Gambar Indonesia.
·
Seniman
Indonesia Moeda (SIM) di Madiun, Jawa Timur, 1946.
·
S.
Sudjojono Center.
|
Dikenal atas
|
Bapak Seni Rupa Indonesia Modern.
|
Karya terkenal
|
·
Di Depan
Kelambu Terbuka
·
Cap Go
Meh
·
Kawan-kawan
Revolusi
·
Pengungsi
·
Seko
·
Tetangga
·
Mia
Istriku
·
Gerak
Baru
|
Suami/istri
|
·
Mia
Bustam
·
Rosalina
Poppeck alias Rose Pandanwangi
|
Anak
|
Tedjabayu
Watugunung
Sri Nasti Rukmawati
Abang Rahino
|
Orang tua
|
·
Sindhudarmo
·
Maridjem
|
Kerabat
|
·
Affandi
·
Basoeki
Abdullah
|
Penghargaan
|
Anugerah Seni 1970
|
Sindoedarsono
Soedjojono (Kisaran, Sumatera Utara Mei 1913 – 25 Maret,
Jakarta,
1985)
merupakan pelukis legendaris di Indonesia. Dengan diawali oleh Trisno
Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan
ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah senimaan pertama Indonesia yang
memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual
bangsa Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono”.
Soedjojono lahir dari keluarga
transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di
perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan seorang buruh perkebunan.
Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Yudhokusumo. Oleh bapak
angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih
bernama Batavia) pada tahun 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu
melanjutkan SMP di Bandung, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di
Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar
melukis kepada R.M. Pringadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia
belajar kepada pelukis Jepang, Chioji Yazaki.
S. Sudjojono sempat menjadi guru di
Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki
Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah
baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931. Namun ia kemudian memutuskan untuk
menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di
Kunstkring Jakarya, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis, Pada
tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia
(Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis
modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara
Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa
pertama di Indonesia.
A. Masa
sekolah
Soedjojono
terlahir Soedjiojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa.
Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara,
beristrikan Marijem, seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat
oleh seorang guru HIS, Joedhokoesoemo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama
panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925.
Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi,
dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.
Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada RM
Pirngadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada
pelukis Jepang,
Chioyi Yazaki.
B. Karier
guru
Ia
sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan
yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia
ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di
Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.
C. Pelukis
Namun
ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran
bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya
dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut
sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat
sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga
dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisannya punya ciri
khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas.
Objek lukisannya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia yang
diekspresikan secara jujur apa adanya.
D. Pandangan
Politik
Sebagai
seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa nasionalis. Djon sering
mengecam Basoeki Abdoellah sebagai
tidak nasionalistis karena hanya melukis keindahan Indonesia sekadar untuk
memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini pun kemudian dianggap sebagai
musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika Ciputra,
pengusaha penyuka seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah, dan Affandi dalam
pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Pada masa Orde Lama,
ia pernah ikut dalam Lekra dan
bahkan Partai Komunis Indonesia.
Ia sempat menjadi wakil partai di parlemen. Namun, pada 1957, ia dipecat dari
partai dengan alasan resmi pelanggaran etik karena ketidaksetiaan kepada
keluarga/istri. Tahun 1959 setelah didesak tuntutan Mia Bustam, istri
pertamanya, Sudjojono resmi bercerai dari Ibu yang memberi delapan anak untuk
pasangan ini, setelah secara sembunyi-sembunyi mencintai Rosalina Poppeck -
seorang sekretaris dan penyanyi - selama beberapa tahun, yang kemudian
dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose Pandanwangi.
E. Pameran
Pameran Sketsa dan
Peluncuran Buku "Hidup Mengalun Dendang"
di Bentara Budaya Jakarta, 6-13 Juni 2017. Lukisanya memiliki karakter Goresan
ekspresif dan sedikit bertekstur, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja
ke kanvas, pada periode sebelum kemerdekaan, karya lukisan S.Sudjojono banyak
bertema tentang semangat perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajahan
Belanda, namun setelah jaman kemerdekaan kemudian karya Lukisanya banyak
bertema tentang pemandangan Alam, Bunga, aktifitas kehidupan masayarakat, dan
cerita budaya.
"Ngaso"
by S. Sudjojono, Size: 140cm x 100 cm, Medium: Oil on canvas, Year: 1964
"Pertemuan
di Tjikampek yang Bersedjarah" by S. Sudjojono, Size: 104cm x 152 cm,
Medium: Oil on canvas, Year: 1964
"Kami"
by S.-Sudjojono, Auction by Sotheby's Hongkong
"Pelabuhan
Tanjung Priok" by S.Sudjojono, Auction by Sotheby's Hongkong
"Didalam
kampung" by S.Sudjojono, Medium: Oil on canvas, Size: 130cm x 150,5cm,
Year: 1950
"Didepan
kelambu terbuka" by S.Sudjojono, Medium: Oil on canvas, Size: 86cm x 66cm
"Kawan-kawan
revolusi" by S.Sudjojono, Medium: oil on canvas, Size: 95cm x 149cm
"Mengungsi"
by S.Sudjojono, Medium: oil on canvas, Size: 104cm x 144cm, Year: 1947
"Potret
Seorang Tetangga" by S.Sudjojono, Medium: Oil on Canvas, Size: 120,5cm x
151cm, Year: 1950
"Seko
(perintis gerilya)" by S.Sudjojono, Medium: oil on canvas, Size: 173,5cm x
194cm
"Figur
lelaki" by S.Sudjojono, Size: 55cm x 45cm, Medium: oil on canvas, Year:
1976
"Still
life" by S.Sudjojono, Medium: oil on board, Size: 74,5cm x 54,5cm, Year:
1963
"Kampung
Nelayan Kalibaru" by S.Sudjojono, Medium: oil on board, Size: 100cm x
165cm, Year: 1970
"Pura
Kembaran, Sanur" by S.Sudjojono, Medium: oil on board, Size: 102cm x
81cm, Year: 1972
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusajoqq^^cc
mau dapat penghasil4n dengan cara lebih mudah....
mari segera bergabung dengan kami.....
di ajopk.biz...^_~3:23 PM 15-Sep-20
segera di add Whatshapp : +855969190856