KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran “Pendidikan
Agama Islam“ ini yang berjudul “Pengaruh Gerakan Pembaharuan
Terhadap Perkembangan Islam di Indonesia”
Makalah
ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga
makalah tentang “Pengaruh Gerakan Pembaharuan Terhadap Perkembangan
Islam di Indonesia” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Taba Penanjung, 19
Januari 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai sebuah agama dengan penyebaran jumlah
penganutnya yang meningkat sangat pesat dari tahun ke tahun, dalam sejarah
perkembangannya telah berkali-kali megalami pasang surut.
Bermula dari jazirah Arabia pada abad ke-6 M, Islam
kemudian menyebar ke berbagai pelosok bumi. Pada masa dinasti Umayyah dan
Abbasiyah Islam bahkan mampu menaklukkan sebagian daratan Eropa, tepatnya di
Andalusia, Spanyol.
Setelah berjaya beberapa abad lamanya, kekuasaan dan
kedigdayaan Dinasti Umayyah dan Abbasiyah akhirnya meredup, hingga akhirnya
Spanyol kembali dikuasai oleh kaum kristen Eropa.
Berabad kemudian, Islam kembali menoreh catatan emas
dalam sejarah melalui tiga kerajaan besar yang cukup berpengaruh didunia, yakni
kerajaan Utsmani di Turki, Syafawi di Persia dan Mughal di India. Setelah
bertahan nyaris tiga abad lamanya, kerajaan-kerajaan ini pun akhirnya meredup
dan runtuh. Keruntuhan ini tak lain disebabkan oleh faktor internal yaitu
intrik politik dikalangan elit penguasa, serta akibat faktor eksternal yaitu
peperangan dengan bangsa-bangsa non muslim.
Hikmah dari keruntuhan tiga kerajaan ini, khususnya
kerajaan Turki Utsmani telah menyadarkan umat Islam pada satu kenyataan bahwa
umat Islam telah tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan dari bangsa lain,
khususnya bangsa Eropa.
Kesadaran tersebut telah melahirkan tokoh-tokoh besar
sebagai pelopor pembaharuan atau modernisasi dikalangan umat Islam, di
antaranya yang terkenal yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab, Said Muhammad Sanusi
dan Jamaludin Al-Afgani.
Ide pembaharuan atau modernisasi ini pun akhirnya
sampai pula ke negeri kita Indonesia, salah satunya adalah melalui kontak
antara jemaah haji Indonesia dengan jemaah dari bangsa lain ditanah suci.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian modernisasi Islam?
2.
Bagaimana perkembangan gerakan
modernisasi Islam?
3.
Apa pengaruh modernisasi Islam
terhadap Indonesia?
4.
Apa saja bentuk-bentuk modernisasi
Islam di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Untuk menambah serta memperdalam wawasan dan
pengetahuan tentang pengaruh modernisasi atau pembaharuan Islam terhadap
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modernisasi Islam
Istilah “modern” ini berasal dari kata Latin modernus
yang artinya “baru saja”, pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman”
tetapi yang lebih penting mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”.
Peradaban modern ditandai oleh dua ciri utama, yaitu rasionalisasi (cara
berfikir yang rasional) dan teknikalisasi (cara bertindak yang teknikal).
Dalam masyarakat Barat kata modernisasi mengandung
arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah paham-paham,
adat-istiadat, isntitusi-institusi lama dan sebagainya agar semua itu dapat
disesuaikan dengan pendapat- pendapat dan keadaan-keadaan baru yang ditimbulkan
ilmu pengetahuan modern.
Adapun kaitan dengan Islam, modernisasi dimaknai
sebagai “upaya menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional untuk
mensesuaikannya dengan perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di dunia modern yang sedang berlangsung”.
B. Perkembangan Gerakan Modernisasi Islam
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam
timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan
Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam abad XIX sadar bahwa mereka telah
mengalami kemunduran dibandingan dengan Barat.
Kesadaran itu membuat umat Islam berusaha mengejar
ketertinggalan serta memulihkan kembali kekuatan Islam seperti sebelumnya,
upaya ini pada umumnya didorong oleh dua faktor yang saling mendukung. Faktor
yang pertama yaitu pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang
sebagai penyebab kemunduran Islam. Pembaharuan ini ditandai dengan kemunculan
gerakan Wahhabiyah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703 – 1787
M) di Arabia, kemudian gerakan Sanusiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh
Said Muhammad Sanusi (1787 – 1859 M) asal Aljazair. Faktor yang kedua yaitu
gagasan untuk menimba ilmu pengetahuan dari barat, ini tercermin dari
pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Utsmani dan Mesir serta juga
India ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan yang dilanjutkan
dengan penterjemahan karya-karya barat ke dalam bahasa Islam.
Gerakan pembaharuan ini pun akhirnya merambah pula ke
dunia politik. Gagasan politik yang pertama kali muncul adalah gagasan Pan
Islamisme (persatuan Islam sedunia) yang awalnya gagasan ini di usung oleh
Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh
pemikir Islam terkenal, Jamaludin Al-Afgani (1839-1897 M) asal Afganistan.[1] Meskipun
lahir di Afghanistan, usianya dihabiskan di berbagai bagian Dunia Islam: India,
Mesir, Iran, dan Turki. Dia mengembara ke Eropa, dari Saint Petersburg sampai
Paris dan London. Di mana pun dia tinggal dan ke mana pun dia pergi, Jamaluddin
senantiasa mengumandangkan ide-ide pembaharuan dan modernisasi Islam.
Bersama muridnya, Syaikh Muhammad Abduh (1849–1905)
dari Mesir, Jamaluddin pergi ke Paris untuk menerbitkan majalah Al-`Urwah
al-Wutsqa (Le Lien Indissoluble), yang berarti “ikatan yang teguh”. Abduh
menjadi pemimpin redaksi, dan Jamaluddin menjadi redaktur politik. Nomor
perdana terbit 13 Maret 1884 (15 Jumad al-Ula 1301), memuat artikel-artikel
dalam bahasa Arab, Perancis, dan Inggris. Terbit setiap Kamis, majalah itu
penuh dengan artikel-artikel ilmiah dan mengobarkan semangat umat untuk kembali
kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, serta menyerukan perjuangan umat Islam agar
terlepas dari belenggu penjajahan Eropa. Majalah Al-`Urwah al-Wutsqa tersebar
di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan kota-kota besar di Eropa.
Sayangnya, majalah ini hanya sempat beredar 28 nomor saja dan terpaksa berhenti
terbit pada bulan Oktober 1884. Hal ini disebabkan pemerintah kolonial Inggris
melarang majalah itu masuk ke Mesir dan India, lalu pemerintah Turki Usmani juga
melarangnya beredar di wilayah kekuasaannya, sehingga Al-`Urwah al-Wutsqa
kehilangan daerah pemasarannya. Namun dalam masa delapan bulan beredar, majalah
Muslim pertama di dunia itu berhasil menanamkan benih-benih modernisasi di
kalangan umat Islam.
C. Pengaruh Modernisasi Islam Terhadap Indonesia
Gerakan pembaharuan yang berkembang di berbagai tempat
khususnya dikawasan Timur Tengah telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Ide gerakan pembaharuan tersebut masuk ke Indonesia
melalui berbagai saluran, antaranya lewat kontak para intelektual muslim
Indonesia dengan intelektual muslim Timur Tengah, dan kontak jemaah haji
Indonesia dengan jemaah luar.
Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan
Islam di Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan
oleh masyarakat Arab di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya organisasi
Jami’atul Khair (1905), organisasi ini pada dasarnya terbuka untuk semua
golongan muslim, namun mayoritas anggotanya adalah orang-orang Arab.
Kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk
organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI)di
Bogor (1909) dan Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat
(1911), Muhammadiyah di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung
(1920-an), Nahdatul Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah
Islamiah (Perti) di Candung, Bukittinggi (1930), dan Partai-partai Politik,
seperti Sarekat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan
Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan
dan perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib dan Partai Islam Indonesia
(PII) pada tahun 1938.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan
organisasi-organisasi yang didirikan kaum terpelajar menandakan tumbuhnya
benih-benih nasionalisme dalam pengertian modern, yang dikemudian hari berperan
aktif dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia.
D. Bentuk-Bentuk Modernisasi Islam Di Indonesia
Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam
merupakan jawaban yang ditujukan terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada
masanya.kemunduran kerajaan Utsmani yang merupakan pemangku khalifah Islam
setelah abad ke-17 M telah melahirkan kebangkitan Islam dikalangan warga Arab
dipinggiran imperium Utsmani.
Gerakan pembaharuan ini akhirnya menyebar luas ke
berbagai belahan dunia muslim, termasuk salah satunya ke Indonesia.
Adapun bentuk-bentuk pembaharuan di Indonesia yaitu:
1.
Gerakan Puritanisme
Gerakan ini pertama kali diprakarsai
oleh Muhammad bin Abdul Wahhab di Nejd. Gerakan puritanisme ini masuk ke
Indonesia melalui tiga orang yang baru pulang dari haji ditanah suci, yaitu
Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang. Mereka melakukan penentangan
terhadap praktek kehidupan beragama masyarakat Minangkabau yang telah banyak
terpengaruh oleh unsur-unsur takhayul, khurafat dan bid’ah.
Karena aktifitas mereka di anggap
cukup membahayakan keberadaan kaum tua atau kaum adat, maka kaum tua meminta
bantuan Belanda. Pada tahun 1821-1837 M terjadilah Perang Paderi.
Dalam pertempuran yang tak seimbang
itu kaum ulama mengalami kekalahan. Kekalahan ulama dalam Perang Paderi dalam
menghadapi Belanda tidaklah membuat patah semangat para tokoh pejuang pembaharu
itu, tetapi gerakannya semakin hebat. Gerakan pembaharuan itu tidak lagi
bersifat politik agama, tetapi di alihkan ke dalam gerakan pembaharuan
pendidikan.
2.
Gerakan Reformisme
Gerakan reformis adalah suatu
gerakan pembaharuan yang dilakukan untuk kembali kepada dasar Islam yang asli.
Kelompok ini berusaha menerapkan sistem ajaran Islam seperti yang ada pada
zaman Nabi SAW.
3.
Gerakan Radikalisme
Gerakan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan
oleh para pembaharu Islam untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat
Islam, sehingga mereka akan menjadi masyarakat yang maju. Namun sebelum itu,
unsur-unsur yang terdapat dalam ajaran Islam yang tercemar oleh takhayul,
bid’ah dan khurafat harus dibersihkan terlebih dahulu.
Dalam tatanan pelaksanaan pembaharuan seperti ini,
biasanya cara yang ditempuh melalui bentuk-bentuk radikal yang tak jarang
dengan menggunakan kekerasan. Pada umumnya, gerakan ini menentang kekuasaan
Barat yang kafir.
4.
Gerakan Neo-sufisme
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari gerakan yang
dilakukan para pembaharu dari kelompok tarekat atau tasawuf dengan mengambil
bentuk baru. Bentuk baru itu adalah aktifisme.
Bentuk aktifisme dalam gerakan ini membuat masyarakat
menjadi dinamis. Bahkan dengan gerakan ini masyarakat dapat mengembangkan diri
tanpa banyak bergantung kepada uluran kelompok atau bangsa lain.
Di antara unsur aktifisme adalah jihad. Melalui kata
kunci inilah umat Islam melakukan pembaharuan, terutama menentang segala bentuk
penjajahan dan keterbelakangan. Gerakan ini banyak mewarnai berbagai
pemberontakan Islam di tanah air dalam masa-masa penjajahan, misalnya
pemberontakan petani Banten pada tahun 1888 M.[2]
BAB III
PENUTUP
A. Keimpulan
Modernisasi Islam adalah upaya menafsirkan Islam
melalui pendekatan rasional untuk mensesuaikannya dengan perkembangan zaman
dengan melakukan adaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia
modern yang sedang berlangsung.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam
timbul terutama sebagai hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan
Barat. Dengan adanya kontak itu, umat Islam sadar bahwa mereka telah mengalami
kemunduran dibandingan dengan Barat. Kesadaran itu membuat umat Islam berusaha
mengejar ketertinggalan serta memulihkan kembali kekuatan Islam seperti
sebelumnya.
Ide gerakan modernisasi Islam masuk ke Indonesia
melalui berbagai saluran, antaranya lewat kontak para intelektual muslim
Indonesia dengan intelektual muslim Timur Tengah, dan kontak jemaah haji
Indonesia dengan jemaah luar.
Bentuk-bentuk pembaharuan Islam di Indonesia yaitu;
gerakan puritanisme, gerakan reformisme, gerakan radikalisme dan gerakan
neo-sufisme.
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa
untuk mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan
di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Murodi. tt.
Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Karya Toha Putra.
Syaukani,
Ahmad. 2001. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, cet-2. Bandung:
Pustaka Setia.
Yatim, Badri.
2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya