animasi-bergerak-selamat-datang-0276

Senin, 03 Juli 2017

Mendeskripsikan Perilaku Manusia melalui Dialog Naskah Drama



Mendeskripsikan Perilaku Manusia melalui Dialog Naskah Drama

Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu menjalin cerita. Cara penulis menampilkan tokoh disebut penokohan/perwatakan. Perwatakan adalah penggambaran watak para pelaku melalui usia, latar belakang social, moral, suasana kejiawaan, agama yang dianut, aliran politik, ideology, gerak dan tingkah laku, cara berpakaian, jalan pikiran, atay ketika tokoh itu berhubungan dengan tokoh lain. Watak tokoh ada beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
1.      Berdasarkan peranan dan keterlibatannya dalam cerita
a.       Tokoh primer (utama) adalah tokoh yang selalu hadir dalam setiap peristiwa dan dipaparkan dalam cerita serta penentu tema cerita.
b.      Tokoh sekunder (bawahan) adalah tokoh yang mendukung tokoh utama.
c.       Tokoh komplementer (tambahan) adalah tokoh figuran yang membantu tokoh utama, tetapi tidak begitu aktif.

2.      Berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh
a.       Pelaku dinamis yaitu tokoh yang sifatnya senantiasa berubah.
b.      Pelaku statis yaitu tokoh yang sifatnya tetap.

3.      Berdasarkan masalah yang dihadapi
a.       Simpel karakter yaitu tokoh yang megalami masalah tidak sampai merubah jalan hidup.
b.      Kompleks karakter yaitu tokoh yang mengalami masalah yang sifatnya bermacam-macam sehingga sampai mengubah jalan hidupnya.

4.      Berdasarkan watak yang dimiliki
a.       Tokoh protaginis adalah tokoh yang mendukung cerita (memiliki perwatakan baik).
b.      Tokoh antagonis adalah tokoh yang menentang cerita (memiliki perwatakan buruk)

Watak tokoh dapat digambarkan melalui tiga sifat yaitu psikis, fisik, sosial (psikologis, fisiologi, dan sosiologis).
1.      Keadaan fisik tokoh berkaitan dengan umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, suku dan berkaitan dengan karakter yang juga didukung oleh wujud suara dalam berdialog.
2.      Keadaan psikis berkaitan dengan emosi, ambisi.
3.      Keadaan sosiologis berkaitan dengan jabatan, pekerjaan, dan kelas sosial.

Ada beberapa cara untuk memahami karakter tokoh dalam suatu drama
1.             Melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya;
2.             Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan maupun cara berpakaian;
3.      Menunjukkan bagaimana perilakunya;
4.      Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri;
5.      Mamahami bagaimana jalan pikirannya;
6.      Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia;
7.      Melihat tokoh lain berbicara dengannya;
8.      Melihat bagaimana tokoh yang lain member reaksi terhadapnya;
9.      Melihat bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain.

Perilaku tokoh dalam naskah drama tercermin dari dialog atau disertakan dalam bentuk keterangan lakuan. Keterangan lakuan mendeskripsikan perilaku tokoh. Dalam naskah drama ditulis di antara tanda kurung dan biasanya dicetak miring.
Description: watak tokoh
Setiap orang mempunyai watak yang spesifik, yang berbeda antara manusia yang satu dan manusia yang lainnya. Demikian juga watak tokoh dalam drama. Sesuai dengan perannya masing-masing, ada tokoh yang berwatak sabar, berbelas kasihan, tekun, rajin, ramah, sopan, beriaku jujur, dan rendah hati. Ada pula tokoh yang berwatak sombong, keras kepala, egois, culas, tidakteliti, mau menang sendiri, suka bertindak gegabah, cenderung menyalahkan orang lain, dan tidak bertanggungjawab.
Watak seorang tokoh dapat dilihat dari dimensi fisiologis (keadaan fisik), seperti umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, raut muka, postur tubuh, jangkung (atletis) atau pendek gemuk (sanguinis), jenis rambut; dimensi psikologis (kondisi kejiwaan atau ciri kepribadian); dan dimensi sosiologis (status sosial seorang tokoh), seperti guru, pejabat, direktur, buruh, orang kaya atau miskin, petani, nelayan, tukang becak. Pemberian watak para tokoh dapat dilakukan secara langsung (analitik), dapat juga secara tidak langsung (dramatik), atau kontekstual.

Simaklah penggalan drama dibawah ini!
Petang di Taman
Karya: Iwan Simatupang
Pelaku:
1.             Orang tua (OT)
2.             Laki-laki separuh baya (LSB)
3.             Penjual balon (PB)
4.             Wanita (W)

Di sebuah taman, dengan beberapa bangku, OT masuk, batuk-batuk, duduk di bangku. Masuk LSB, duduk di bangku.

LSB : “Mau hujan.”
OT : “Apa?”
LSB : “Hari mau hujan. Langit mendung.”
OT : “Bukan. Musim kemarau.”
OT : “Di musim kemarau hujan takturun,”
 LSB : “Katasiapa?”
(bunyi guruh)
OT : “Ini bulan apa?”
LSB : “Entah.”
OT : “Kalau begitu saya benar. Ini musim hujan.”
LSB : “Bulan apa kini rupanya?”
OT : “Entah.”
 LSB : “Kalau begitu saya benar. Ini musim kemarau.”
OT : “Tidak, tidak! Yang lebih muda mesti tahu menghormati yang lebih tua. Ini musim kemarau.”
LSB : “Tidak, tidak! Yang lebih tua mesti tahu menghormati yang lebih muda. Ini musim hujan.”

(Terdengarbunyi guruh)


OT : “Kita sama-sama salah.”
LSB : “Maksudmu, bukan musim hujan dan bukan pula musim kemarau?”
OT : “Habis, mau apa lagi.”
LSB : “Beginilah, kalau kita terlalu memuja hormat.”
OT : “Maumu bagaimana?”
LSB : “Lantas?”
OT : “Akan lebih jelas, musim apa sebenarnya kini.”
LSB : “Dan kalau sudah bertambah jelas?”
OT : (Diam)
LSB : (Merenung) “Dan kalau segala-galanya sudah bertambah jelas, maka kita pun sudah saling bengkak-bengkak karena barusan saja telah cakar-cakaran dan siapa tahu salah seorang dari kita cidera dalam cakar-cakaran itu atau keduanya dari kita. Dan ini semua hanya oleh karena kita telah mencoba mengambil sikap yang agak keras terhadap sesama kita (tiba-tiba marah). Bah, masa bodoh dengan musim! Dengan segala musim.”

(Bunyi guruh. Tak berapa lama kemudian, masukPB. Balon-balonnya beraneka warna).

Of  :  (Kepada PB) “Silakan duduk.”
PB   :  (Bimbang, masih saja berdiri)
Of  :   “Ayo, silakan duduk!” (menepi di bangku)
LSB : “Tentu saja dia menjadi ragu-ragu karena Bapak buat.”
OT : “Kenapa?”
LSB : “Pakai silakan segala! Ini ‘kan taman?” (tiba-tiba marah) “Dia duduk kalau dia mau duduk. Dan dia tidak duduk kalau dia memang tak mau duduk. Habis perkara! Bah!” [melihat dengan geramnya kepada PB)
PB : (Duduk)
LSB : (Masih marah) “Mengapa kau duduk?”
PB : “Eh … saya mau duduk.”
OT : (Tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkaf)
LSB : (Sangat marah) “Mengapa Bapak tertawa?”
OT : (Dalam tawa) “Karena … saya mau tertawa ” (terbahak-bahak)
(Bunyi guruh. Berembus angin. Balon-balon kena embus. Semua mau terlepas. Cepat PB dan LSB bergumul. Balon-balon lainnya kini lepas semua dari tangan PB, terbang ke udara. Sebuah balon itu dapat tertangkap oleh OT, yang kemudian bermain-main gembira, kekanak- kanakan dengannya.)
LSB : (Lepas dari pergulatan dengan PB, ia berdiri, napasnya satu-satu)
PB : (Duduk di tanah, menangis)
OT : (Masih dengan gembira ia bermain dengan balon tadi)
LSB : (Kepada PB) “Mengapa kau menangis?”
PB : (Takmenyahut, terns duduk ditariah, menangis)
LSB : (TimbuL marahnya) “Hei! Mengapa kau menangis?”OT : (Sambil bermain-main terus dengan balon) “Karena dia memang mau menangis.” (Tiba-tiba) “Bukan! Bukan karena itu!”
OT dan LSB: (Tercengang)
LSB : “Kalau begitu, kamu menangis karena apa?”
PB : “Karena balon-balon saya terbang.”
OT : (Mengerti) “Ooo! Dia pedagang yang merasa dirugikan.”
LS B : “Ooo, itu!” (Merogoh dompetnya dari saku belakangnya. Dia mengeluarkan uang dua puluh ribuan.) “Nah, ini sekadar pengganti kerugianmu.”
PB : (Berdin) “tidak!” (Duduk di bangku) “Lari dan tinggalkan aku sendiri.” (Tangisnya menjadi) “Saya tidak mau dibayar.”
OT dan LSB: (Serempak) “Tidak mau?”
PB : (Menggelengkan kepalanya)
LSB : “Mengapa?”
PB : “Saya lebih suka balon.”
LSB : (Takmengerti) “Tapi, kau ‘kan penjualnya?”
PB : “Itu hanya alasan saya saja untuk dapat memegang-megang balon. Saya pecinta balon.”
LSB : “Apa-apaan ini?”
OT : “Mengapa merasa aneh? Dia pecinta balon, titik. Seperti juga orang lain pecinta harmonika, pecinta mobil balap. Apa yang aneh dari ini semuanya?”
LSB : (Masih belum habis herannya) “Jadi, kau sebenarnya bukan penjual balon?” (Kepada PB) “Ini, terimalah balonmu kembali!”
PB : “Tidak, Bapak pegang sajalah terus.”
OT : (Heran) “Saya pegang terUs?”
PB : “Karena saya lihat bahwa Bapak juga menyukainya. Saya suka melihat orang yang suka.”
OT : (Tertawa kecil) “Ah, ini bukan lagi kesukaan namanya, tapi kenangan. Kenangan kepada dulu. Tidak Nak, sebaiknya kau sudi menerima kembali balonmu ini.”
PB : “Saya tak sudi dan tak berhak menerima kenangan orang.” (Menolak balon) (Masuk W, mendorong kereta orok)
W : (Menggapai ke arah balon) “Berilah kepada saya kalau tak seorang yang menghendakinya.”
OT : (Tiba-tiba memecahkan balon itu, lalu melihat geli kepada W)
LSB : {Sangat marah) “Mengapa Bapak pecahkan?”
OT : “Karena saya mau memecahkannya. Jelas?” (Tertawa)
LSB : “Orang tuajahat!” (Menerkam OT)
W : (Melerai) “Sudah, sudah! Jangan berkelahi hanya karena itu. Bukan itu maksud saya tadi dengan meminta balon itu.”

Dari Contoh penggalan Drama diatas  kalian dapat menyimpulkan sendiri Deskripsi dari masing-masing watak para pemain yang diperankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kalian sangat berharga bagi saya

Survey Monkey

Survey Monkey/Monkey Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan umpan balik untuk membantu mengumpulkan informasi & data pelanggan dari surv...