Petualangan
Jam masih menunjukkan pukul 05:15 tapi
Raka, Roy, Mondi, dan Boy sudah bergegas pergi ke rumah Dino, maklum saja
mereka ingin menumpang sebuah mobil untuk pergi mendaki sebuah gunung. Setelah
sampai di rumah Dino mereka langsung naik ke mobil milik Doni untuk segera
berangkat, di atas mobil mereka bercakap-cakap.
“Aku sangat bersemangat”, sahut Raka.
“Aku pun begitu”, sambung Boy dan Roy
kompak.
“Jangan terlalu bersemangat”, Mondi
memotong.
“Benar itu”, Dino menambahkan.
Langsung saja Raka, Roy, dan Boy
menoleh ke arah Mondi dan Dino, dengan muka penasaran.
“Apa salah bila kami bersemangat untuk
pendakian pertama kami?”
“Bukan maksudku untuk mematahkan
semangat kalian, tetapi banyak orang yang tidak sampai ke puncak gunung
tersebut karena terlalu bersemangat”, Mondi menjawab.
“Benar mereka terlalu bersemangat
sampai menganggap akan mudah mendaki gunung tersebut”, sambung Dino.
Selama di perjalanan banyak hal yang
ditanyakan oleh ketiga pendaki pemula tersebut kepada dua seniornya itu, mereka
berlima merupakan murid di sebuah sekolah menengah atas yang sedang melakukan
liburan semester, tak terasa perjalanan selama satu jam lebih telah mereka
lalui sampai mereka di sebuah desa.
“Sudah sampai anak-anak”, sahut om
Doni.
“Apa, sudah sampai?”, Roy menjawab.
“Tapi dimana gunungnya?”, Raka
bertanya.
“Dari sini kalian harus berjalan ke
sebuah desa yang bernama Sekayun dari sana akan kelihatan gunung yang akan
kalian naiki”, jawab om Doni.
“Apa!!! Jadi perjalanan kami ke gunung
masih jauh dan harus di tempuh dengan jalan kaki”, Boy memotong percakapan
dengan ekspresi terkejut.
“Sudah ayo kita turun dan melanjutkan
perjalanan”, sahut Mondi.
“Oke om pergi dulu ya anak-anak”.
Mereka berlima pun melanjutkan
perjalanan dengan jalan kaki, di perjalanan banyak mereka temui warga yang
sedang berladang, dan juga binatang-binatang liar, sampai mereka tiba di sebuah
desa dan dapat melihat gunung yang akan mereka naiki nanti, tapi tiba-tiba
terdengar teriakan dari Boy.
“Aduh kakiku keram!!!”, teriak Boy.
“Ada apa Boy?”, tanya Raka.
“Kaki aku keram Raka”.
“Makanya sebelum berjalan jauh itu
lakukan pemanasan terlebih dahulu, cepatlah berbaring biar aku urut kakimu yang
keram itu”, saut Mondi.
(Lantas berbaringlah Boy)
“Kita istirahat dulu sebentar di sini
sambil menunggu kaki Boy tidak keram lagi pula perjalanan ke puncak gunung
tinggal setengah perjalanan lagi”, sambung Dino.
Maka istirahatlah lima orang sahabat
itu di sebuah pondok tua, di sana mereka menyantap bekal yang telah mereka bawa
dari rumah dengan penuh rasa lapar, lelah dan semangat. Setelah mereka selesai
menyatap bekal dan kai Boy sudah tidak keram lagi, lima sejoli itu melanjutkan
lagi perjalanan mereka sampai di bawah kaki gunung.
“Wah sungguh tinggi gunung ini”, ucap
Raka.
“Benar sangat tinggi gunung ini”
sambung Roy.
“Ayo cepat kita mendaki gunung ini aku
sudah tidak sabar lagi untuk sampai ke puncaknya”, sahut Boy.
“Sabar kita tidak boleh gegabah”,
jawab Mondi dan Dino kompak.
Setelah dengan sedikit pemanasan lima
sejoli itu melanjutkan perjalanan mendaki gunung, dengan penuh semangat mereka
mendaki gunung sambil bernyanyi-nyanyi, setelah melewati jalur yang sangat
curam mereka hampir sampai ke puncaknya hanya tinggal melewati jalan yang
sangat licin, curam dan hanya berpegangan pada tali kecil yang di ikat pada
pohon, dan juga umur tali itu sudah tua, satu per satu mereka melewati tali itu
dengan hati-hati sampai hanya tinggal Raka dan Mondi belum melewatinya.
“Naiklah duluan”, sahut Mondi.
“Aaaaaakkkku takut Mondi”, jawab Raka
dengan gemetar.
“Tak usah takut kan ada aku di bawah”,
jawab Mondi.
Dengan perlahan-lahan Raka mulai
melewati tali tersebut tapi tiba-tiba brakkkkkkkk!!! Raka terpeleset dan
pegangan talinya terlepas, Raka terjatuh dan tersangkut di sebuah akar yang
kiri-kananny hanya ada jurang yang sangat curam.
“Raka!!!!!!!”, panggil teman-temannya.
Semua teman-temannya cemas yang
melihat Raka yang nyawanya du ujung tanduk.
“Cepat tolong Raka”, sahut Roy kepada
Boy.
“Aku tidak berani”, jawab Boy.
“Sini biar aku yang menolong Raka”,
jawab Mondi.
Dengan perasaan yang berani bercampur
cemas Mondi perlahan-lahan menarik tangan Raka dengan bantuan teman-teman yang
lain. Akhirnya Raka selamat.
“Terima kasih Mondi kau telah
menolongku, jika saja kau tidak cepat menolongku mungkin aku akan jatuh ke
bawah sana, sekali lagi terima kasih Mondi”, sahut Raka yang masih diliputi
rasa cemas.
“Iya Raka sama-sama kitakan pergi
sama-sama jadi kita harus ke puncak gunung dan pulang pun sama-sama, apa kau
ada yang terluka Raka?”, jawab Mondi.
“Alhamdulillah tidak ada cuma bajuku
saja yang sedikit robek”.
“Oooh... syukurlah”
Akhirnya lima sejoli itu melanjutkan
perjalanan ke puncak gunung, dengan lebih berhati-hati merek berlima pun
akhirnya melewati jalan yang sangat licin dengan tali kecil tersebut, dan
akhirnya sampai ke puncak gunung dengan selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya