Indahnya Persahabatan
Pada hari yang cerah, sama seperti
biasanya. Aku dan teman-temanku duduk di depan kelas kami mengobrol dan bermain
bersama. Kring, kring, kring, bel masuk berbunyi, aku dan teman-temanku masuk
ke kelas. Di kelas pun ramai ada yang sedang mengobrol, bermain, dan ketawa
bersama. Tiba-tiba ibu guru datang kami sebuah lari menuju bangku
masing-masing.
Pelajaran pertama adalah pelajaran
Bahasa Indonesia, pelajaran yang saya sukai. Pelajaran dimulai ibu guru menanya
kepada muridnya ada tugas hari ini anak-anak.
“Ada
bu,” jawab kami.
“Kumpulkan
dibarisannya masing-masing,” kata ibu guru.
“Iya,
bu!”, jawab kami.
Ada salah satu temanku menunjuk tangan
bu, barisan kami ada yang tidak ngumpul, bukunya kurang satu bu.
“Siapa
yang tidak ngumpul di barisan ini!”, kata ibu guru.
Tidak ada yang mengaku ibu guru
menyebutkan nama-nama yang sudah dikumpul. Ada satu yang tidak disebut namanya
dia adalah teman dekatku namanya Sheila.
“Sheila!
Mengapa kamu tidak mengumpulkan tugas,” kata ibu guru.
“Buku
tinggal bu?”, jawab Sheila.
“Kenapa
sampai tinggal, kamu dihukum kamu berdiri di depan sampai jam istirahat”, kata
ibu guru.
Kring, kring, kring, bel istirahat berbunyi.
Aku dan teman-temanku pergi ke kantin. Di kantin sangat ramai aku dan
teman-temanku bingung mau makan apa. Aku, Sheila, dan Sindy mau makan pop mie,
Putri dan Sintia mau beli minuman saja. Sambil menuggu makanannya sampai kami
pun mengobrol. Makanannya sudah sampai, kami makannya sangat lahap. Makanannya
sudah habis dan kami membayar semua makanan yang kami makan.
Kring, kring, kring, bel pulang
berbunyi dan kami semua pulang. Seperti hari biasanya, aku dan teman-teman naik
angkutan umum. Sambil nunggu angkutan umum datang aku dan teman-teman ngobrol.
“Bentar
lagi mau ulangan semester dan kenaikan kelas ni,” kata Sindy.
“Iya
ni, semoga kita naik semua dan mendapatkan nilai yang memuaskan amin,” kata
Putri.
“Amin,”
jawab kami serempak.
Hari ini adalah hari pertama kami
ulangan semester. Aku dan teman-temanku duduk di depan kelas sambil
membaca-baca buku dan menunggu bel masuk berbunyi.
“Semoga
soalnya mudah dan kita semua bisa mengerjakannya ya,” kataku.
“Iya!”,
jawab teman-temanku dengan tegas.
Kring,
kring, kring, bel masuk berbunyi dan kami semua pergi menuju ruangan kami
masing-masing.
Hari yang kami tunggu pun datang, hari
kenaikan kelas. Sebelum bagi rapot kami semua disuruh berkumpul di lapangan dan
berdo’a semoga kami naik 100%. Bagi rapot pun selesai kami semua senang
mendapat nilai yang memuaskan dan naik semua.
“Sintia
tuh kenapa diem aja”, kata Sheila.
“Iya
tuh, emangnya kenapa ya Sintia, kita samperin yuk”, ajakku.
“Hey
Sintia kamu kenapa”, kata kami serempak.
“Aku
nggak kenapa-napa kok”, kata sintia.
“kenapa
kamu diem kayak gitu, nilai kamu jelek ya? Atau kamu nggak naik kelas?”,
kataku.
“nggak
kok, aku nggak akan sekolah disini lagi karena aku akan dipindahin ibuku ke
rumah nenekku di Bengkulu”, kata Sintia.
“Emangnya
kenapa ibu kamu mau pindahin kamu ke Bengkulu?”, jawab kami terkejut.
“aku
nggak tahu”, kata Sintia sambil menangis.
“Sintia?
Kalau kamu udah pindah ke sekolah baru kamu jangan pernah lupain kami yah”,
kata Putri sambil menangis.
“iya,
Sintia?”, jawab kami sambil menangis.
“aku
nggak akan ngelupain kalian semua, karena kalian adalah sahabat terbaikku,
kalian juga jangan pernah lupain aku?”, kata Sintia.
“iya,
kami nggak akan pernah ngelupain kamu, karena kamu adalah sahabat terbaik
kami”, jawab kami.
Kami
pun menangis semua dan memeluk Sintia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya