KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita, sehingga tugas makalah biologi tentang “Mutasi,
Evolusi, dan Bioteknologi” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi
kita.
Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang
telah kami terima dan juga kami kutip dari berbagi sumber baik dari buku maupun
dari media elektronik. Semoga isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan
dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja yang ada dalam
proses mutasi.
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah
lepas dari kesalahan, maka dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus
di koreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
dianjurkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada
kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Taba Penanjung, 27 Januari 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I MUTASI
A.
Latar
Belakang………………………………………………………………………1
B.
Pengertian
Mutasi……………………………………………………………………1
C.
Mutasi
Gen…………………………………………………………………………..1
D.
Mutasi
Kromosom…………………………………………………………………...3
E.
Faktor-Faktor
yang Berperan dalam Terjadinya Kelainan Kromosom……………..9
F.
Pencegahan…………………………………………………………………………11
G.
Penanganan……………………………………………………………………...…12
H.
Gejala
Klinis………………………………………………………………………..15
I.
Macam-Macam
Mutasi…………………………………………………………….17
J.
Macam-Macam
Mutasi Gen……………………………………..............................23
K.
Mutagen…………………………………………………………………………….25
BAB II EVOLUSI
A.
Pengertian
Evolusi…………………………………………………………………29
B.
Teori
Evolusi……………………………………………………………………….29
C.
Teori
Evolusi Lamarck Versus Teori Evolusi Weismann………………………….31
D.
Bukti-Bukti
Terjadinya Evolusi……………………………………………………32
E.
Mekanisme
Evolusi………………………………………………………………...35
F.
Spesiasi……………………………………………………………………………..39
BAB III BIOTEKNOLOGI
A.
Pengertian
Bioteknologi……………………………………………………………48
B.
Dasar
Pengembangan Bioteknologi………………………………………………..49
C.
Peran
Bioteknologi…………………………………………………………………50
D.
Pemanfaatan
Bioteknologi…………………………………………………………50
E.
Dampak
Bioteknologi……………………………………………………………...56
BAB IV
KESIMPULAN………………………………………………………………...64
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
MUTASI
A.
Latar Belakang
Mutasi gen terjadi sebagai perubahan dalam gen dan
timbul secara spontan. Mutasi merupakan sumber utama bentuk gen baru (allele)
dan menimbulkan keragaman genetik bagi seleksi alami dan untuk digunakan
oleh pemulia tanaman dan hewan dalam menciptakan varietas baru. Tipe mutasi gen
ada hubungannya dengan perubahan spontan yang terjadi dalam struktur DNA. Perubahan
ini terjadi secara spontan di alam tetapi dapat ditingkatkan oleh mutagen
seperti penyinaran energi tinggi dan macam-macam zat kimia. Kebanyakan mutasi
yang terjadi pada manusia, hewan dan tumbuhan tidak menguntungkan. Tetapi
mutasi buatan yang direncanakan dan terarah telah menghasilkan pengembangan
beberapa varietas tanaman yang superior.
Katalog baru mengenai kelainan warisan mencantumkan
lebih dari seribu macam sindrom klinis yang masing-masing jelas dapat
dihubungkan dengan pengaruh satu gen abnormal. Hal yang mendasar mengenai apa
yang disebut penyakit autosom dominan ialah bahwa sebenarnya semua individu terkena
secara klinis adalahheterozigot, mereka
membawa satu dosis gen abnormal dari satu orang tua, dan satu dosis alel normal
dari orang tua satunya. Kerena kebanyakan gen abnormal yang menghasilkan
penyakit dominan semacam
ini jarang, maka keadaan homozigot umumnya tidak terlihat. Tetapi diduga bahwa
keadaan ini biasanya akan tergambar dengan gangguan klinis yang jauh lebih
parah daripada yang terlihat pada heterozigot yang terkena, dan sangat mungkin
seringkali mematikan pada awal kehidupan. Pada penyakit autosom resesif
individu yang terjangkit secara klinis, seringkali homozigot dan membawa dua
gen abnormal, satu berasal dari masing-masing orang tuanya
B. Pengertian Mutasi
Mutasi berasal dari kata mutatus berarti
perubahan.Mutasi didefinisikan sebagai perubahan materi genetik (DNA) yang
dapat diwariskan secara genetis pada keturunannya. Agen penyebab mutasi disebut
mutagen. Makhluk hidup yang menyebabkan mutasi disebut mutan.Mutasi
dimanfaatkan untuk menghasilkan variasi genetik sehingga diperoleh organisme
yang unggul.Namun demikian, mutasi juga dapat menimbulkan kerugian, diantaranya
kerusakan pada informasi genetik. Kerusakan tersebut dapat diwariskan dari
generasi satu ke generasi berikutnya.
C. Mutasi Gen
Mutasi adalah peristiwa perubahan sifat gen
(susunan kimia gen) atau kromosom sehingga menyebabkan perubahan sifat yang
baka (diturunkan) tetapi bukan sebagai akibat persilangan atau perkawinan.
Mutasi dapat terlihat dalam jumlah kecil maupun besar. Mutasi kecil hanya
menimbulkan perubahan yang sedikit dan kadang kala tidak membawa perubahan
fenotif yang jelas, jadi hanya semacam variasi. Mutasi besar menimbulkan
perubahan besar pada fenotif, yang biasanya dianggap abnormal atau cacat.
Mutasi terjadi karena perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya sifat yang tidak tetap dan selalu dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor baik alamiah maupun buatan. Agar suatu species tidak
mengalami kepunahan diperlukan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap timbulnya
suatu perubahan. Kejadian mutasi sangat jarang terlihat, hal ini
disebabkan :
-
mutasi yang terjadi pada suatu gen tidak dapat menunjukan penampakannya, karena
jumlah gen yang terdapat dalam satu individu banyak sekali.
- gen
yang bermutasi bersifat letal, sehingga gejala mutasi tidak dapat diamati sebab
individu segera mati sebelum dewasa.
- gen
yang bermutasi umumnya bersifat resesif, sehingga selama dalam keadaan
hetreozigot tidak akan terlihat.
Mutasi
gen dapat terjadi adanya hal-hal berikut :
a.
Pergantian pasangan basa nitrogen
Pergantian basa nitrogen adalah mutasi gen
yang disebabkan oleh adanya perubahan satu atau lebih nukleotida dalam gen.
Perubahan satu nukleotida akan menyebabkan perubahan pada triplet (pasanga 3
basa). Peristiwa ini disebut dengan substitusi. Perubahan pada triplet akan
menyebabkan perubahan pada kodon (kode Genetik). Perubahan pada kodon inilah
yang kemudian akan dapat membawa dampak pada pembentukan asam amino. Ada
perubahan kodon yang tidak berdampak apa-apa pada pembentukan suatu asam amino,
ada pula yang berpengaruh sangat signifikan sehingga dapat menyebabkan
penghentian proses sintesis protein sebelum waktunya yang dapat berakibat pada
kerusakan gen, tidak aktif dan berbahaya. Contoh penyakit yang disebabkan
karena penggantian basa nitrogen adalah buta warna, hemofili, anemia,dll.
Berdasarkan basa nitrogen yang digantikan,
mutasi secara substitusi ini dibedakan menjadi 2 :
1)
Transversi Jika ada perubahan kode genetik
pada nukleotida basa purin digantikan basapirimidin atau sebaliknya.
2)
Mutasi transisi, yaitu suatu pergantian
basa purin dengan basa purin , atau basa pirimidindiganti basa pirimidin.
b. Penyisipan dan
Pengurangan basa nitrogen
Merupakan peristiwa menyisipnya suatu basa nitrogen dalam DNA atau
peristiwa hilangnya satu atau beberapa basa nitrogen dalam DNA. Terjadi melalui
Insersi dan delesi.
1) Insersi adalah penyisipan satu atau lebih pasangan basa
nitrogen yang terdapat dalam molekul DNA.
2)
Delesi adalah proses berkurangnya satu atau lebih pasangan
basa nitrogen.
D. Mutasi Kromosom
Mutasi Kromosom
merupakan suatu badan yang di dalamnya mengandung banyak gen. Kromosom dapat
mengalami mutasi karena adanya perubahan struktur dan susunan jumlah kromosom.
Mutasi kromosom ini disebut juga dengan mutasi besar (gross mutation). Hal ini
disebabkan karena susunan kromosom yang mengandung banyak gen, sehingga jika
terjadi mutasi pada kromosom aan menimbulkan perubahan fenotipe yang lebih
besar, bahkan dapat muncul saat individu baru hasil muatan yang betul-betul menyimpang
dari asli nya. Pemyebab nya pun bisa terjadi akibat adanya gangguan fisik dan
kimia sehingga terjadi kesalahan di dalam pembelahan sel yang mengakibatkan
struktur kromosom rusak dan jumlah kromosom berubah.
Pada prinsip nya mutasi oada kromosom terdiri atas dua
macam, amtara lain :
1. Mutasi karena
perubahan jumlah kromosom
Mutasi yang terjadi
karena perubahan jumlah jumlah kromosom disebut ploidi, yang macamnya sebagai
berikut.
1. Euploidi
Euploidi merupakan
mutasi yang melibatkan pengurangan atau penjumlaham bahan dalam perangkat
kromosom (genom). Jumlahnya pun berbeda-beda.
Proses euploidi ini
terjadi karena faktor-faktor yang dapat mempengaruhi antara lain :
Pemberian zat kimia
seperti kolkisin.
Penggunaan suhu tinggi
dan dekapitasi.
2. Aneuploid
Aneuploid merupakan
mutasi kromosom yang tidak melibatkan perubahan pada seluruh genom, tetapi
terjadi hanya pada salah satu kromosom dari genom.
Peristiwa aneuploid dapat terjadi pada manusia, sehingga mengakibatkan
sindrom, di antaranya sebagai
berikut :
a) Sindrom Turner
Sindrom Turner atau Sindrom Ullrich (disgenesis gonad), ditandai dengan
hipogonadisme primer pada fenotipe perempuan. Hal ini terjadi akibat monosomi
parsial atau total lengan pendek kromosom X. Pada sekitar 57 % pasien, kromosom
X hilang sehingga terbentuk kariotipe 45, X. pasien ini mengidap penyakit
paling parah. Didiagnosis saat lahir atau pada masa anak-anak.
Sindrom ini dinamai oleh Henry Turner,
seorang endokrinologi Oklahoma, yang digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini
sering disebut sindrom turner Ullrich atau bahkan Ullrich Turner Sindrom
Bonnevie yang mengakui bahwa kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh
dokter Eropa.
Gambaran Klinis Sindrom Turner 45,X
Tubuh Pendek
Membengkaknya tengkuk akibat pelebaran
saluran limfatik (pada masa bayi) yang tampak sebagai leher bersayap pada anak
yang lebih tua
Garis rambut posterior yang rendah
Kubitus Valgus (meningkatnya sudut angkat
lengan)
dada mirip tameng dengan puting payudara
terpisah jauh
lengkung langit-langit yang tinggi
Limfedema tangan dan kaki
Kelainan Kongential :
Ginjal tapal kuda
Katup aorta bikuspid
koarktasio aorta (Perhatikan Gambar)
Tanda-Tanda Seks Sekunder pada Perempuan :
Genitalia tetap infatil
Perkembangan Glandula Mammae yang minimal
Rambut pubis tipis
mengalami amenorea primer (tidak menstruasi)
disfungsi gonad (ovarium tidak bekerja)
b)
Sindrom Klinefelter
Sindrom klineferter adalah salah satu akibat
dari kelainan jumlah kromosom (aneuploid). Pada umumnya penderita klinefelter
mempunyai satu kromosom X ekstra (47,XXY), sebagai akibat dari non-disjunctionpada
saat gametogenesis baik itu pada spermatogenesis atau pada oogenesis. Kelainan
ini terjadi pada pria.Usia lanjut dapat memperbesar terjadinya kelainan ini.
Sindromklinefelter bukan penyakit yang diturunkan.
Sindrom Klinefelter merupakan kelainan
kromosom seks yang paling sering. Kelainan ini mengenai laki-laki yang
membawa kromososm X tambahan yang meyebabkan terjadinya hipogonadisme pada
pria, defisiensi androgen, dan kerusakan spermatogenesis. Beberapa pasien
mungkin menunjukkan gejala klasik yakni ginekomastia, testis kecil, rambut
tubuh yang jarang, postur tinggi dan infertil atau manifestasi klinis lainnya.
Kelainan ini ditemukan satu dalam 500-1.000
bayi laki-laki lahir dengan kromosom X tambahan yakni, 47,XXY. Kariotip inilah
yang menyebabkan sindrom Klinefelter. Kariotip ini dideteksi pada atau sebelum
kelahiran dalam 10 persen anak laki-laki yang menderita sindrom Klinefelter,
dan ditemukan pada 25% orang dewasa yang mengelami kelainan ini. Dulu dikatakan
bahwa hampir semua pria dengan kariotip 47,XXY akan infertile. Sindrom
Klinefelter terhitung 3% menjadi penyebab infertiltas pada pria dengan
oligospermia atau azoospremia (5-10 persen).Kelainan kromososom seks yang
paling sering ini perlu penanganan khusus dan komprehensif sehingga bisa
menurukan angka morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan kualitas hidup
penderita sindrom Klinefelter.
Prevalensi sindrom Klinefelter 2-20
kali pada individu yang menderita retardasi mental dibandingkan populasi bayi
baru lahir pada umumnya. Lebih kurang 40% konsepsi dengan Sindrom
Klinefelter mati pada periode fetalis.Sekitar 250.000 pria di AS menderita
Sindrom Klinefelter. Secara umum, berat ringannnya malformasi pada Sindrom
Klinefelter tergantung jumlah kromosom X. Retardasi mental dan hipogonadisme
lebih berat pada pasien dengan kariotip 49,XXXXY dibandingkan dengan 48,XXXY.
Angka kematian tidak berbeda secara signifikan dengan individu yang sehat.
Sindrom Klinefelter tidak memiliki predileksi
ras.Hanya didapatkan pada pria karena disebabkan oleh penambahan kromosom X
pada kromosom XY.Paling banyak tidak bisa terdiagnosis sampai dewasa.Indikasi
yang paling sering untuk pemeriksaan genetik adalah ditemukannya hipogonadisme
dan infertilitas.
Pada kondisi normal manusia memiliki 46
kromosom, terdiri dari 44 kromosom tubuh dan 2 kromosom seks. Kromosom seks ini
akan menentukan apakah anda laki-laki atau perempuan. Normalnya laki-laki
memiliki kromosom seks berupa XY sedangkan wanita XX. Pada proses pembentukan
gamet terjadi reduksi jumlah kromosom yang mulanya berjumlah 46 menjadi 23.
Pada tahap tersebut juga terjadi pemisahan kromosom seks, misalnya pada pria XY
berpisah menjadi X dan Y begitupun dengan wanita XX menjadi X dan X. Jika
terjadi pembuahan pria maupun wanita akan menyumbangkan satu kromosom seksnya
begitupun dengan kromosom tubuhnya sehingga terbentuk individu baru dengan 46 kromosom.
Pada sindrom klinefelter terjadi gagal pisah
pada pria dan atau wanita. Jika yang gagal berpisah adalah kromosom seks dari
pria maka gamet yang ia sumbangkan memiliki kromosom seks XY yang nantinya akan
menyatu dengan kromosom X dari wanita dalam proses pembuahan sehingga yang
terjadi adalah bentuk abnormal 47,XXY (bentuk ini adalah bentuk yang umumnya
terjadi pada sindrom klinefelter). Ataupun bila wanita menyumbangkan XX dan
pria menyumbangkan Y. Atau bentuk lain yang terjadi akibat pria menyumbangkan
XY dan wanita menyumbangkan XX sehingga yang terjadi adalah sindrom klinefelter
berbentuk 48,XXXY.
Selain dapat terjadi akibat gagal berpisah
pada saat pembentukan gamet, sindrom klinefelter juga dapat disebabkan oleh
gagal berpisah pada tahap mitosis setelah terjadinya pembuahan membentuk mosaik
klinefelter 46,XY/47,XXY. Biasanya bentuk gejala klinis pada bentuk mosaik ini
lebih ringan daripada bentuk klasiknya tetapi hal ini tergantung dari sebanyak
apa mosaiknya.
Adanya kromosom X tambahan ini dipertimbangkan
sebagai faktor etiologi dasar Sindrom Klinefelter. Kromosom X tambahan ini
merupakan komponen utama dari kelainan yang pertama kali ditemukan oleh
Klinefelter dkk, namun berlawanan dengan hipotesis yang mereka usulkan yakni
sindrom Klinefelter disebabkan oleh adanya hipofungsi sel Leydig, walaupn kadar
testosteron mungkin masih dalam batas normal dan pasien menunjukkan berbagai
tingkat virilisasi. Namun hipotesis mereka benar tentang adanya hormon
testikular sekunder.
Penelitian yang terbaru menemukan kadar zat
yang dinamakan inhibin B, yakni bentuk aktif dari inhibin yang berasal dari sel
Sertoli berhubungan erat dengan fungsi sel Sertoli dan ditemukan dalam kadar
yang sangat rendah pada pasien dengan sindrom Klinefelter.Kromosom X membawa gen
yang berperan penting pada berbagai sistem tubuh, yakni fungsi testis,
perkembangan otak, dan pertumbuhan. Penambahan lebih dari satu kromosom X atau
Y pada kariotip laki-laki akan menyebabkan berbagai kelainan fisik dan
kognitif. Secara umum akan menyebabkan adanya abnormalitas fenotip, misalnya
retardasi mental, yang secara langsung berhubungan dengan kelebihan jumlah
kromosom X. Makin banyak jumlah kromosom X, makin banyak pula kelainan
perkembangan somatik dan kognitif yang dipengaruhi.
Sindrom Klinefelter merupakan bentuk
kegagalan testikular primer. Peningkatan kadar gonadotropin disebabkan oleh
hilangnya inhibisi umpan balik ke kelenjar pituitari. Walaupun fungsi endokrin
testikular mungkin rendah sebagaimana masa kehidupan fetalis dengan kadar testosterone
dari aliran darah plasenta janin yang memiliki kromosom XXY lebih rendah dari
janin normal, fungsi gonad-pituitary pada pasien sindrom Klinefelter ditemukan
normal setelah lahir sampai puber. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa sperma
ditemukan pada lebih dari 50% pria dengan sindrom Klinefelter.Patogenesis
terjadinya ginekomastia pada pasien Sindrom Klinefelter masih tidak jelas.
Diduga akibat peningkatan kadar esradiol dalam serum yang berasal dari
peningkatan konversi testosteron menjadi estradiol dan penurunan clearance estradiol.
c) Sindrom Edwards
Sindrom Edwards pertama kali
dideskripsikan oleh John Hilton Edwards pada tahun 1960. Sindrom yang biasa
disebut trisomi 18 ini merupakan suatu kelainan kromosom yang disebabkan adanya
penambahan satu kromosom pada pasangan kromosom autosomal nomor 18.Mengapa hal
tersebut bisa terjadi? Pada umumnya, manusia normal memiliki 46 kromosom, 22
pasang kromosom somatik (autosom dengan simbol 22AA) dan 1 pasang kromosom
kelamin (gonosom dengan simbol XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki).
Namun, pada beberapa kasus,
terdapat variasi jumlah kromosom yang disebabkan oleh beberapa hal.Hal itu yang
disebut aneuploidi. Aneuploidi menyebabkan adanya variasi jumlah kromosom, ada
pasangan kromosom yang kekurangan satu kromosom, sehingga hanya tersisa satu
kromosom (monosomi), ada pula yang kelebihan satu kromosom, sehingga pasangan
kromosom tersebut memiliki tiga kromosom, disebut trisomi, seperti yang
dijumpai pada Sindrom Edwards. Selain trisomi, terdapat istilah lain seperti
tetrasomi (4) dan pentasomi (5) untuk penambahan jumlah kromosom yang lebih
banyak lagi.
Pada beberapa literatur, dituliskan bahwa
sindrom ini akan muncul 1 pada setiap 3000 kelahiran, namun terdapat literatur
lain yang menyebutkan kemungkinan yang lebih yang kecil lagi, yaitu 1 di setiap
6000 kelahiran dan 1 di setiap 8000 kelahiran. Seperti halnya sindrom Down,
sindrom Edwards kerap terjadi seiring dengan usia ibu yang semakin meningkat.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, penderita sindrom Edwards memiliki
tambahan kromosom pada pasangan kromosom nomor 18 nya, tambahan kromosom inilah
yang menimbulkan masalah bagi penderita.Tambahan jumlah kromosom ini bisa
terdapat di keseluruhan sel somatik tubuh, bisa juga hanya terdapat di sebagian
sel saja yang disebabkan karena translokasi. Efek dari tambahan kromosom ini
sangat bervariasi, tergantung pada riwayat genetik dan kesempatan serta sejauh
mana tambahan kromosom ini berperan.
Sel telur dan sel sperma yang sehat,
masing-masing memiliki kromosom individu yang berkontribusi memberikan 23
pasang kromosom yang dibutuhkan untuk membentuk sel manusia normal dengan 46
kromosom.Kesalahan numerik dapat timbul pada salah satu dari dua meiosis dan
menyebabkan kegagalan kromosom untuk berpisah ke dalam sel anak
(nondisjunction).Hal ini menyebabkan kromosom ekstra, membuat jumlah haploid
sebanyak 24, bukan 23. Fertilisasi sel telur atau inseminasi oleh sel sperma
yang memliki kromosom ekstra, akan menghasilkan trisomi, atau tiga salinan
kromosom lebih dari dua. Oleh karena itu, tambahan kromosom biasanya terjadi
sebelum konsepsi.
Trisomi 18 terjadi karena
nondisjunction/gagal berpisah saat meiosis.Karena nondisjunction, sebuah gamet
(sperma atau sel telur) diproduksi dengan kromosom tambahan pada kromosom ke
18, jadi gamet itu memiliki 24 kromosom (normal; 23). Saat gamet itu bergabung
dengan gamet normal dari orang tua lain, embrionya memiliki 47 kromosom dengan
tiga kromosom pada kromosom nomor 18. Karena sudah pada tahap kromosom, anomali
ini akan diteruskan pada setiap sel yang ada di tubuh penderita. Akibatnya
timbul berbagai kelainan dalam perkembangan janin.
d) Sindrom Down
Sindrom down adalah suatu kondisi
keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom.Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom
untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang
terjadi pada kromosom 21 yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi
klinis yang cukup khas.
Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti
tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar
menyerupai orang mongolid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Anak down syndrome pada umumnya mempunyai kekhasan
yang bisa dilihat secara fisik selain dengan pemeriksaan jumlah kromosomnya.
Tanda-tanda fisik ini bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali,
tampak minimal sampai dengan terlihat dengan jelas.
Penyebab syndrome down
Anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah
kromosom 21 yang berlebih( 3 kromosom ) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut
trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal
yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak
pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen
lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang ), SSP( penglihatan,
pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas.
Pada kebanyakan kasus karena kelebihan
kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut
berada ditempat yang tidak normal).
E. Faktor-faktor yang berperan
dalam terjadinya kelainan kromosom:
1.
Genetik
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi
mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak
dengan syndrom down.
2.
Radiasi
Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar
30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di
daerah sebelum terjadi konsepsi.
3.
Infeksi Dan Kelainan Kehamilan
4.
Autoimun dan kelainan endokrin pada ibu terutama autoimun tiroid atau penyakit
yang dikaitkan dengan tiroid.
5.
Umur Ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan
terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada
kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya
kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan
konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba
sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
6.
Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan
intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus.
Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40
th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome. Infeksi virus atau
keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil. 44 %
syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68
tahun.Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang
mengakibatkan 80 % kematian.Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom
down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini
akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.
Anak
syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :
1. Gangguan tiroid
2. Gangguan pendengaran akibat infeksi
telinga berulang dan otitis serosa
3. Gangguan penglihatan karena adanya
perubahan pada lensa dan kornea
4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang
ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)
Gejala dan ciri-ciri
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama
dari orang tua adalah retardasi mental atau keterbelakangan mental (disebut
juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi kadang-kadang IQ bias sampai
90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Pada bayi baru ahir, dokter
akan menduga adanya Sindrom Down karena gambaran wajah yang khas, tubuhnya yang
sangat lentur, biasanya otot-ototnya sangat lemas, sehingga menghambat
perkembangan gerak bayi. Pada saat masih bayi tersebut sulit bagi seorang
dokter untuk menentukan diagnosisnya, apalagi orang tuanya juga mempunyai mata
yang sipit atau kecil. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
kromosom dari sel darah putih. 4 Anak dengan sindrom down sangat mirip satu
dengan satu dengan yang lainnya,seakan akan kakak beradik. Retardasi mental
sangat menonjol disamping juga terdapat retardasi jasmani. Kemampuan berfikir
dapat digolongkan pada idiot dan imbesil, serta tidak akan mampu melebihi
seorang anak yang berumur tujuh tahun. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat
yang sederhana, biasanya sangat tertarik pada musik dan kelihatan sangat
gembira.Wajah anak sangat khas.Kepala agak kecil dengan daerah oksipital yang
mendatar.Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya
berjauhan, serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol). Iris mata
menunjukkan bercak-bercak ( bronsfield spots ). Lipatan epikantus jelas sekali.
Telinga agak aneh, bibir tebal, dan lidah besar, kasar dan bercelah-celah
(scrotal tongue). Pertumbuhan gigi geligi sangat terganggu.
Ciri-ciri
fisik anak down syndrome adalah sebagai berikut :
· Bentuk kepala yang relatif kecil
dengan bagian belakang yang tampak mendatar (peyang)
· Hidung kecil dan datar (pesek), hal
ini mengakibatkan mereka sulit bernapas
· Mulut yang kecil dengan lidah yang
tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal yang mengakibatkan lidah sering
menjulur keluar
· Bentuk mata yang miring dan tidak
punya lipatan di kelopak matanya
· Letak telinga lebih rendah dengan
ukuran telinga yang kecil, hal ini mengakibatkan mudah terserang infeksi
telinga
· Rambut lurus, halus dan jarangMengenal
· Kulit yang kering
· Tangan dan jari-jari yang pendek dan
pada ruas kedua jari kada sama sekali, sedangkan pada orang normal memiliki
tiga ruas tulang
· Pada telapak tangan terdapat garis
melintang yang disebut Simian Crease. Garis tersebut juga terdapat di kaki
mereka yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung lebih jauh
dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu
disebut juga sandal foot
· Otot yang lemah (hypotomus) ; mengakibatkan
pertumbuhan terganggu (terlambat dalam proses berguling, merangkak, berjalan,
berlari dan berbicara)
· Pertumbuhan gigi geligi yang lambat dan
tumbuh tak beraturan sehingga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
Gejala-Gejala :
1. Anak-anak yang menderita kelainan ini
umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya.
2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal.
3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit
dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan
lebar dengan jari-jari pendek.
4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan
jantung bawaan.
Juga sering ditemukan kelainan saluran
pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum,
jugaa memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut.Dengan gejala
seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati,
bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.
F. Pencegahan
Ø Konseling Genetik maupun
amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi
angka kejadian Sindrom Down.
Ø Dengan Biologi Molekuler,
misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga sebagai “ homologous
recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.
Ø Pencegahan dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil
terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah
mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun
harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki
risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. Sindrom down tidak
bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah
kromosom.Jumlah kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih
tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua
usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS.Diagnosis dalam kandungan bisa
dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS
(mengambil sedikit bagianjanin pd plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau
amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
Untuk mendeteksi adanya kelainan pada
kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini,
antara lain:
Pemeriksaan fisik penderita
Pemeriksaan kromosom
Ultrasonografi (USG)
Ekokardiogram (ECG)
Pemeriksaan darah
G. Penanganan
1. Medis
Cara medik tidak ada pengobatan pada
penderita ini karena cacatnya pada sel benih yang dibawa dari dalam kandungan.
Pada saat bayi baru lahir, bila diketahui adanya kelemahan otot, bisa dilakukan
latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penderita ini bisa dilatih dan dididik menjadi manusia yang
mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan pribadinya sehari-hari seperti
berpakaian dan buang air, walaupun kemajuannya lebih lambat dari anak biasa.
a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak
syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT
sejak dini.
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi : akan terjadi gangguan
pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan tulang : dislokasi patela,
subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir
ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam
posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
2.
Pendidikan
a.
Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman
bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom
down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak
mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan,
belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
b.
Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik
kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan
interaksi sosial dengan temannya.
c.
Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas
personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik,
akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan
baik.
d.
Penyuluhan Pada Orang Tua
1.
Berikan nutrisi yang memadai
a. Lihat kemampuan anak untuk menelan
b. Beri
informasi pada orang tua cara yang tepat / benar dalam memberi makanan yang
baik
c. Berikan nutrisi yang baik pada anak dengan
gizi yang baik
2. Anjurkan orang tua untuk memeriksakan
pendengaran dan penglihatan secara rutin
3.
Gali pengertian orang tua mengenai syndrom down
a. Beri penjelasan pada orang tua tentang
keadaan anaknya
b. Beri informasi pada orang tua tentang
perawatan anak dengan syndrom down
4.
Motivasi orang tua agar :
a.
Memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah
bersosialisasi
b. Memberi keleluasaan / kebebasan pada anak
unutk berekspresi
5. berikan motivasi pada orang tua agar
memberi lingkunga yang memadai pada anak
a.
Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus
serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa
b. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi
latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.
Biasanya bertahan sampai usia 30-40 tahun.
Perkembangan fisik & mental terganggu, ditemukan berbagai kelainan fisik. 5
Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot dan biasanya ditemukan kelainan
jantung bawaan, seperti defek septum ventrikel yang memperburuk
prognosis Kelainan bisa menyebabkan penderitanya mengalami kelainan fisik
seperti kelainan jantung bawaan, otot-otot melemah (hypotonia), dan retardasi
mental akibat hambatan perkembangan kecerdasan dan psikomotor.
e) Sindrom Patau
Patau syndrome yang di temukan oleh
Klaus Patau pada tahun 1960 juga di sebut trisomi 13, yang terjadi ketika
seorang anak lahir dengan 3 pasang kromosom 13. Biasanya dua salinan dari
kromosom diwariskan satu dari setiap orangtua.Kromosom extra yang menyebabkan
kelainan fisik dan kelatarbelakangan mental yang parah.Karena sebagian besar
dengan cacat jantung, umur dari bayi trisomi 13 biasanya diukur dalam hari.Bayi
normal biasanya mewarisi 23 kromosom dar setiap orang tuanya dengan total 46
kromosom.Namun kesalahan genetic dapat terjadi sebelum atau sesudah konsepsi.Di
dalam kasus patau syndrome, sebuah kesalahan acak terjadi dan embrio
memiliki tiga rangkap kromosom 13, bukan dua salinan normal.Trisomi 13 terjadi
pada sekitar 1 dalam 12.000 kelahiran hidup. Dalam banyak kasus aborsi spontan
(keguguran) terjadi, dan janin tidak dapat bertahan hidup karena gejala yang
sangat berat resiko patau syndrome tampaknya meningkat karena
usia ibu terutama jika ia lebih d ari 30 tahun. Anak laki-laki dan anak
perempuan sama-sama bisa menderita syndrome ini dan terjadi di
semua ras.
Patau syndrome merupakan penyakit kelainan genetik
dengan kromosom 13.Trisomi 13 (47, XX/XY+ 13) serta memiliki jumlah kromosom 47
(45A+XX atau 45A+XY). Patau syndrome atau dikenal juga trisomi
13 adalah salah satu penyakit yang melibatkan kromosom, yaitu struktur yang
membawa informasi genetik seseorang dalam gen. Syndrome ini
terjadi jika pasien memiliki lebih satu kromosom pada pasangan kromosom ke 13
karena tidak terjadinya persilangan antara kromosom saat proses meiosis.
Beberapa pula disebabkan oleh translokasi Robertsonian.Lebih satu kromosom pada
kromosom yang ke 13 mengganggu pertumbuhan normal bayi serta menyebabkan
munculnya tanda-tandasyndrome patau.
Sindrom Patau adalah hasil dari trisomi 13,
yang berarti setiap sel dalam tubuh memiliki tiga salinan kromosom 13 bukan dua
biasa.Sebagian kecil kasus terjadi ketika hanya beberapa sel-sel tubuh memiliki
salinan tambahan, kasus tersebut disebut mosaik Patau.
Sindrom Patau juga dapat terjadi ketika
bagian dari kromosom 13 menjadi melekat pada kromosom lain (translokasi)
sebelum atau pada saat pembuahan dalam translokasi Robertsonian. Orang yang
terkena memiliki dua salinan dari kromosom 13, ditambah bahan tambahan dari
kromosom 13 melekat pada kromosom lain. Dengan translokasi, orang tersebut
memiliki trisomi parsial untuk kromosom 13 dan sering tanda-tanda fisik dari
sindrom berbeda dari sindrom Patau khas.
Sebagian besar kasus sindrom Patau tidak
diwariskan, tetapi terjadi peristiwa yang acak selama pembentukan sel-sel
reproduksi (telur dan sperma).Sebuah kesalahan dalam pembelahan sel yang
disebut non - disjungsi dapat menghasilkan sel-sel reproduksi dengan jumlah
abnormal kromosom.Sebagai contoh, sel telur atau sperma dapat memperoleh
salinan ekstra kromosom. Jika salah satu dari sel-sel reproduksi atipikal
berkontribusi pada susunan genetik seorang anak, anak akan memiliki ekstra
kromosom 13 di setiap sel tubuh. Sindrom Patau Mosaic juga tidak diwariskan.Hal
ini terjadi sebagai kesalahan acak selama pembelahan sel pada awal perkembangan
janin.
Sindrom Patau karena translokasi dapat
diwariskan. Orang yang terpengaruh dapat membawa penataan ulang materi genetik
antara kromosom 13 dan kromosom lain. Penataan ulang ini disebut translokasi
seimbang karena tidak ada bahan tambahan dari kromosom 13.Meskipun mereka tidak
memiliki tanda-tanda sindrom Patau, orang yang membawa jenis translokasi
seimbang berada pada peningkatan risiko memiliki anak dengan kondisi tersebut.
Sindrom patau lebih sering menyerang janin
perempuan karena biasanya janin laki-laki yang mengalami kelainan ini tidak
dapat bertahan sampai waktu kelahiran. Sindrom Patau atau Sindrom Trisomi-13
tidak diketahui pasti apa penyebabnya, seperti sindrom Down, sering dikaitkan
dengan peningkatan usia ibu. Hal ini dapat mempengaruhi individu dari semua
latar belakang etnis.
Faktor risiko terjadinya trisomi 13 adalah
usia ibu saat hami lebih dari 35 tahun. Insidensi trisomi 13 adalah 90% tipe
mosaik dengan manifestasi klinis bervariasi, mulai dari malformasi total sampai
mendekati fenotipe normal. Umur harapan hidup biasanya lebih lama dan derajat
defisiensi mental bervariasi.Sedangkan Tipe translokasi berkisar 5-10% kasus.
Pada trisomi 13 tipe ”mosaik”, kesalahan pembelahan sel terjadi
setelah konsepsi, dimana ekstra kromosom timbul pada beberapa bagian sel tubuh.
H. Gejala klinis
Kelainan yang
ditemukan ≥50% kasus
|
Kelainan yang
ditemukan <50% kasus
|
|
Pertumbuhan
|
-
|
Defisiensi pertumbuhan saat prenatal, berat
badan lahir rata-rata 2480 gram
|
Susunan saraf
pusat
|
Holoprosensefali dengan derajat
perkembangan tidak sempurna yang bervariasi pada otak depan, Nervus Olfaktorius,
dan saraf optic. Kejang motorik minor, periodik apnea pada periode neonates, retardasi mental yang berat.
|
Hipertonia, hipotonia, agenesis korpus
kallosum, hidrosefalus,
penyatuan ganglion basal, hipoplasia
sereberal, meningomyelokel.
|
Pendengaran
|
Gangguan pendengaran sampai tuli total
karena kerusakan organ cortex.
|
-
|
Kranium
|
Mikrosefali sedang dengan kepala depan yang
menonjol.
|
-
|
Mata
|
Mikrophthalmia, kolobomata iris, dysplasia
retina
|
Rongga orbita yang dangkal, posisi fisura
palpebra yang terangkat keatas, hilangnya alis mata, hipotelorisme,
hipertelorisme, anophthalmus, siklopia
|
Hidung, mulut,
Mandibula
|
Labioschizis (60-80% kasus),
palatoschizis, atau keduanya
|
Hilangnya philtrum, palatum yang sempit,
lidah yang terbelah, mikrognathia
|
Telinga
|
Helic abnormal dengan atau tanpa
disertai low set ears
|
-
|
Kulit
|
Hemangioma kapilari, terutama kepala bagian
depan, parietooccipital, leher belakang.
|
-
|
Tangan dan
Kaki
|
Triradii palmar distal, simian
crease, kuku jari hiperkonvek, fleksi jari tanpa atau disertai saling
tumpang
tindih, kamptodaktili, polidaktili jari
tangan dan kadang-kadang jari kaki, tumit kaki posterior yang menonjol (Rocker
Bottom feet).
|
Retrofleksi ibujari, deviasi ulnar
pergelangan tangan, lapisan dermal jari yang tipis, fibular S-shape
hallucal dermal ridge pattern,
sidaktilia, terdapat celah antara jari kaki
pertama dan kedua, hipoplasia kuku jari kaki, equinovarus, aplasia radial
|
Tulang lain
|
Tulang kosta bagian posterior yang tipis
dengan atau tanpa tulang kosta yang hilang, hipoplasia pelvis dengan
acetabular yang dangkal.
|
-
|
Jantung
|
80% dengan defek septal ventrikel, Patent
Ductus Arteriosus, defek septum aurikuler, dekstrokardia
|
Anomali pulmonary venous return, overriding
aorta, stenosis pulmonal, hipoplasia aorta, atresia mitral, dan atau
katup aorta, katup aorta bicuspid.
|
Abdominal
|
-
|
Omfalokele, Heterotropik jaringan pancreas
atau limpa, rotasi colon yang tak sempurna, Divertikulum Meckel.
|
Ginjal
|
-
|
Polikistik ginjal (31%),
hidronefroposis, Horseshoe kidney, ureter duplikat.
|
Genitalia
|
Pada laki-laki biasanya terdapatCryptorchidism,
kelainan skrotum. Pada perempuan terdapat uterus bikornuate
|
Laki-laki: hipospadia, pada perempuan:
Duplikasi dan/atau anomali insersi tube fallopi, kista uterus, hipoplasia
ovarium
|
Lain-lain
|
Meningkatnya frekuensi proyeksi inti
neutrofil, biasanya persisten pada periode embrio atau fetal tipe
hemoglobin.
Arteri umbilikalis tunggal, Hernia
umbilicalis.
|
Trombositopenia, situs inversus paru, kista
thymus, kalsifikasi arteri pulmonal, kantung empedu yang besar, aplasia
tulang radialis, deformitas sendi besar, defek diafragma.
|
I. Macam-Macam
Mutasi
1. Berdasarkan sel yang bermutasi
a)
Mutasi somatis (mutasi vegetatif)
Mutasi somatis adalah mutasi yang terjadi
pada sel soma. Bila perubahan sel
somatis demikian besar , sel-sel dapat mati
dan kalau dapat bertahan hidup memiliki kelainan atau tak berfungsi secara
normal. Bila sel somatis tidak tidak meliputi daerah yang luas, yang
kurang penting, tidak membahayakan . tetapi bila meliputi daerah yang luas atau
alat yang amat penting dapat membahayakan bahkan dapat mematikan.
Bila perubahan sel itu terjadi ketiak sel
somatis sedang giat membelah seperti dalam embrio dapat mengakibatkan karakter
abnormal waktu lahir , tetapi tidak diturunkan kepada generasi berikutnya .
makin muda jaringan yang mengalami perubahan genetis makin luas akibat
abnormalan yang ditimbulkannya sebliknya makin dewasa jaringan itu ketika
mengalami keabnormalan dan dapt ditolerir.
Dalam bidang pertanian mutasi vegetatif
banyak dipakai untuk meninggikan produksi dan mutu, seperti terhadap apel
.anggur dan jeruk. Dibuat perubahan induksi pada suatu cabang pohon dewasa
(misalnya dengan colchicine). Lalu cabang distek atau dicangkok , dan dibiakkan
secara vegetatif pula. Sedangkan secara alamiah perubahan vegetatif pada
tumbuhan dapat menimbulkan beraneka warna (belang) pada endosperm (biji), daun
dan mahkota bunga.Misalnya pada ercis dan bunga pukul 4.
b)
Mutasi germinal (mutasi gametis/ generatif)
Mutasi germinal adalah mutasi yang
terjadi sel germinal (terdapat didalam gonad). Hal ini terjadi terdapat pada
mahkluk hidup bersel banyak dan bukan yang bersel satu.Atau strukturnya yang
lebih sederhana.Bila perubahan berlangsung pada gamet.maka akibat yang
ditimbulkan begitu hebat dan gametpun segera mati. Kadang menyebabkan gamet
tidak mampu melakukan pembuahan dengan wajar.Oleh karena itu tak diteruskan
pada keturunananya.Tetapi bila perubahan tidak begitu hebat dan gamet dapat
melakukan pembuahan, terjadi generasi baru yang menerima peruahan bahan genetik
tersebut.
Bila gonad terkena langsung radiasi atau
diberi bahan kimia seperti gas murtad, maka kemungkinan besar mengalami
perubahan genetis pada gamet .namun kalau radiasi terjadi pad bagian tubuh yang
lain, bukan langsung ke gonad, suatu saat gonad menerima akibat radiasi secara
tidak langsung itu. Bila radiasi menimbulkan ionisasi berantai pada jaringan
dan akhirnya mencapai inti sel gamet.
Makin dekat bagian tubuh yang kena radiasi ke
gonad, makin besar kemungkinan gamet menerima perubahan genetis .
sebaliknya semakin jauh bagian tubuh yang kena radiasi dari gonad ,makin
kecil kemungkinan gamet menerima perubahan genetik itu.
2.
Berdasarkan sifat genetiknya
a)
Mutasi dominan
Mutasi ini memperlihatkan pengaruhnya pada
kondisi heterozigot.
b)
Mutasi resesif
Mutasi ini terjadi pada organisme diploid
(misalnya manusia) dan tidak diketahui dalam keadaan heterozigot, kecuali
resesif pautan seks.
3. Berdasarkan bagian yang bermutasi
a) Mutasi titik
Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA.Mutasi titik relatif sering terjadi namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen.Mutasi titik dapat berakibat berubahnya
urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan berkurangnya,
berubahnya atau hilangnya fungsi enzim.
Teknologi saat ini menggunakan mutasi titik sebagai marker
(disebut SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada
gen dan dikaitkan dengan perubahan fenotipe yang terjadi.
contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit
dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin
asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.
b)
Aberasi
Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan
mutasi besar/gross mutation atau aberasi kromosom adalah perubahan jumlah
kromosom dan susunan atau urutan gen dalam kromosom.Mutasi kromosom sering
terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.
c)
Aneuploidi
Aneuloploidi adalah perubahan jumlah n-nya.
Dalam hal ini, "n" menandakan jumlah set kromosom. Sebagai contoh,
sel tubuh manusia memiliki 2 paket kromosom sehingga disebut 2n, dimana satu
paket n manusia berjumlah 23 kromosom.
Aneuploidi dibagi menjadi 2, yaitu:
1.
Autopoliploidi, yaitu n-nya mengganda sendiri karena kesalahan meiosis.
2.
Allopoliploidi, yaitu perkawinan atau hibrid antara spesies yang berbeda jumlah
set kromosomnya.
d) Aneusomi
Aneusomi adalah perubahan jumlah kromosom.
Penyebabnya adalah anafase lag (peristiwa tidak melekatnya beneng-benang
spindel ke sentromer) dan non disjunction (gagal berpisah). Aneusomi pada
manusia dapat menyebabkan:
1. Sindrom
Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya 45 dan kehilangan 1
kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin wanita, namun
ovumnya tidak berkembang (ovaricular disgenesis).
2. Sindrom
Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada kromosom gonosom.
Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-laki, namun testisnya tidak
berkembang (testicular disgenesis) sehingga tidak bisa menghasilkan sperma
(aspermia) dan mandul (gynaecomastis) serta payudaranya tumbuh.
3. Sindrom
Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), trisomik pada kromosom gonosom. Penderita sindrom
ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata dengan benda tajam,
seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal. Penelitian di luar negeri
mengatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang masuk penjara adalah
orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs.
4. Sindrom
Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom autosom. kromosom
autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14, atau 15.
5. Sindrom
Edward, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada autosom. Autosom mengalami
kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita sindrom ini mempunyai
tengkorak lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak ke bawah dan tidak wajar.
e)
Delesi
Terjadi ketika sebuah fragmen kromosom patah
dan hilang pada saat pembelahan sel. Kromosom tempat fragmen tersebut berasal
kemudian akan kehilangan gen-gen tertentu. Namun dalam beberapa kasus, fragmen
patahan tersebut dapat berikatan dengan kromosom homolog menghasilkan Duplikasi.Fragmen tersebut juga dapat
melekat kembali pada kromosom asalnya dengan arah terbalik dan menghasilkan Inversi
4. Berdasarkan tempat terjadinya
a)
Mutasi kecil( point mutation)
Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi
pada susunan molekul (ADN)gen. Lokus gen sendiri tetap. Mutasi jenis ini
yang menimbulkan perubahan alel. Mutasi gen diartikan sebagai suatu perubahan
fisiokimiawi gen. Perubahan fisiokimiawi gen yang terjadi antara lain
dapat berupa perubahan atau pergantian pasangan basa. Misalnya pasangan A-T
diganti menjadi G-C: peristiwa semacam ini antara lain disebabkan karena
terjadi satu basa purin ataupun pirimidin oleh senyawa lain yang analog semacam
zaguanin atau bromouracil C-G. Sebagai akibat peristiwa lain.
b)
Mutasi besar (gross mutation)
Mutasi besar adalah perubahan yang terjadi
pada stuktur dari kromosom . Istilah khusus mutasi kromosom yakni
aberasi. Sehingga untuk selanjutnya istilah aberasi dipakai untuk mutasi
kromosom , sedangkan istilah mutasi khusus untuk mutasi gen saja.
5.
Berdasarkan sumbernya
a)
Mutasi alam
Mutasi alam adalah mutasi yang terjadi dengan
sendirinya atau penyebabnya tidak diketahui secara pasti sehingga mutasi ini
terjadi secara spontan. Mutasi alam ini diduga disebabkan oleh sinar kosmos
(proton, positron, photon), sinar radioaktif (uranium), sinar ultraviolet, dan
radiasi ionisasi internal, yaitu bahan radioaktif dalam suatu jaringan tubuh
yang berpindah masuk ke jaringan lainnya (lewat makanan atau minuman yang
terkena pencemaran zat radioaktif, Sinar kosmos berasal dari angkasa luar,
meradiasi bumi dengan partikel (butiran) berenergi tinggi, yakni proton,
positron, (bagian jumlah perubahan spontan).
Mutasi alami ini dampaknya dapat terjadi pada
kehidupan baik manusia, hewan, maupun tumbuhan, antara lain seperti berikut.
1)
Anemia sel sabit (anemia sickle sel)
Pada penyakit ini terlihat bahwa
homozigot-homozigot resesif mengandung sel-sel darah abnormal yang pada kondisi
tertentu misalnya tekanan oksigen rendah maka sel darah ini akan kehilangan
bentuknya yang normal dan berubah menjadi bentuk sabit.
2) Kaki pendek pada domba Ancon
Penemuan domba ini dilaporkan oleh Seth Wright.Peristiwa ini bersifat
menurun.
3)
Albinisme
Albinisme merupakan suatu kondisi pada tubuh
seseorang yang kekurangan pigmen
kulit, sehingga kulit menjadi lebih terang.
4)
Hidrosefalus
Kelainan ini merupakan pembesaran kepala
karena menumpuknya cairan di bagian kepala.
5)
Diabetes melitus (kencing manis)
6)
Warna pada mata Drosophilla melanogaster
7)
Warna pada biji jagung dan kacang ercis
Apabila diamati, sifat-sifat yang diwariskan
oleh mutan alam ini umumnya bersifat resesif dan merugikan bagi mutan sendiri
atau keturunannya.Biasanya mutan tidak dapat bertahan hidup, tetapi jika ada
yang hidup, hal itu disebabkan mutan dapat beradaptasi dengan lingkungannya
kemudian menjadi varietas baru.
b)
Mutasi buatan
Mutasi buatan adalah mutasi yang terjadi
akibat campur tangan manusia.Mutasi buatan ini memang sengaja dibuat oleh
manusia untuk suatu kepentingan tertentu dan diambil manfaatnya.Mutasi buatan
ini merupakan awal dari lahirnya rekayasa genetika dalam bidang bioteknologi.
Mutasi buatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pemakaian
bahan radioaktif untuk memperoleh bibit unggul, penggunaan radiasi peng-ion,
pemakaian bahan kolkisin, dan penggunaan sinar X. Peristiwa mutasi buatan ini
dapat ditemui pada kehidupan sehari-hari, misalnya:
1) penemuan
padi Atomita I dan Atomita II;
2) tanaman
gandum dapat berbunga dan berbuah lebih cepat;
3) teknik
jantan Mendel dalam metode pemberantasan hama;
4) warna warni
pada bunga rose antara lain kuning, ungu, oranye, dan lain-lain;
5)
dihasilkannya buah semangka dan tomat tanpa biji,
c)
Mutasi buatan tidak selalu berakibat buruk.
Banyak sekali jasa bahan radioaktif terhadap kesejahteraan hidup manusia.
Terutama mengembangkan keturunan baru tanaman. Perubahan mutasi buatan yang
dilakukan pada gandum, buncis, tomat, ternyata dapat meningkatkan mutunya.
banyak tanaman panen (padi jagung gandum) yang dikembangkan sehingga tahan
terhadap suatu jenis hama.
6. Berdasarkan jumlah faktor keturunan
a)
Mutasi bertahap (mutasi mikro)
Mutasi mikro adalah mutasi yang terjadi atas
satu atau sekelompok kecil faktor keturunan.
b)
Mutasi lompatan (mutasi makro)
Mutasi makro merupakan mutasi yang terjadi
atas sejumlah besar atau mungkin seluruh faktor keturunan.
Dalam ruang lingkup mekanisme evolusi,
terdapat dua macam pendapat tentang dampak perubahan yang efektif supaya
evolusi mahkluk hidup dapat berlangsung, pendapat pertama, mengatakan bahwa
penyebab variasi ( penyebab perubahan) yang lebih efektif adalah perubahan
bertahap. Dalam kurun waktu yang cukup lama sedikit demi sedikit akan terjadi
akumulasi demikian banyak variasi yang mengarah pada timbulnya kelompok-
kelompok baru( yang ditinjau dari sudut tinjauan tingkat takson tertentu
mungkin sudah berbeda dengan sebelumnya). Dalam hubungan dengan ini dikataka
bahwa mutasi lompatan, skala perubahan adalah demikian besar sehingga turunan
yang mewarisi banyak ciri yang sekaligus berubah, relatif tidak beradaptasi.
Pendapat kedua mengatakan bahwa penyebab variasi yang efektif adalah
mutasi lompatan : dikatan bahwa yang terjadi karena mutasi bertahap tidak dapat
mengarah kepada terbentuknya spesies baru (spesiasi). Namun demikian, dari
pendapat tersebut yang paling banyak dianut adalah pendapat yang pertama.
7. Berdasarkan manfaat bagi individu atau
populasi yang mengalami
a) Mutasi yang merugikan
Mutasi yang merugikan adalah mutasi yang
berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang kurang atau tidak adaptip pada
individu (populasi)
b)
Mutasi yang menguntungkan
Mutasi yang menguntungkan adalah mutasi yang
berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang semakin adaptip pada individu
(populasi), diantara kedua mutasi itu, yang paling banyak terjadi adalah mutasi
yang merugikan: akan tetapi dalam ruang lingkup mekanisme evolusi, dampak
perubahan karena mutasi efektif adalah mutasi yang menguntungkan.
8. Berdasarkan
tingkatannya
a)
Mutasi Gen
Mutasi Gen adalah perubahan yang terjadi pada
gen baik DNA maupun RNA. Mutasi Gen hanya menyebabkan perubahan sifat individu
tanpa adanya perubahan jumlah dan susunan kromosomnya seperti yang terjadi pada
mutasi kromosom. Mutasi gen disebut juga mutasi kecil atau mutasi titik. Namun
begitu tetap saja mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan
menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Sehingga jika mutasi
gen terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan, besar kemungkinan suatu
saat akan meuncul jenis species baru yang sangat berbeda dengan indukannya.
Individu yang mengalami mutasi gen disebut mutan. Mutasi biasanya terjadi
akibat adanya zat-zat penyebab mutasi. Zat-zat penyebab mutasi antara lain
adalah:
Penyebab Mutasi Gen
yaitu:
Radiasi Matahari
Radiasi radioaktif
Radiasi sinar X, ultraviolet, infra merah
Loncata energi listrik
Bahan-bahan karsinogen
Terdedah pada senyawa kimia baik yang yang
terhirup, termakan, dll
Mutasi dialam secara semula jadi sangat sulit
terjadi. Dan kalaupun terjadi pasti pada kadar yang sangat rendah sekali yaitu
1:100.000 per individu. Namun semakin tingginya teknologi dan kemodernan zaman
yang banyak menghasilakan senyawa-senyawa buangan dalam bentuk polutan, maka
mutasi gen pada dasar warsa ini semakin meningkat. Salah satu bukti semakin
meningkatnya mutasi gen adalah banyaknya orang yang terserang penyakit kanker
ataupun tumor.
Mutasi gen dapat terjadi jika urutan basa
nitrogenpada DNA berubah. Protein yang disintesis oleh tubuh berasal dari
pembacaan tiga pasangan basa (triplet) yang dibawa dari bagian sense rantai
DNA.Masing-masing triplet merupakan suatu kodon yang susunannya dapat dibaca
dan dimengerti oleh tubuh yang kemudian mengolahnya menjadi asam amino. Jika
susunan basa berubah maka otomatis kode genetik juga akan berubah. Perubahan
kode genetik inilah yang disebut mutasi. Berdasakan susunan basa nitrogennya,
mutasi gen dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
J. Macam-macam
Mutasi Gen
1. Mutasi
gen yang terjadi karena adanya penggantian basa nitrogen.
Penggantian basa nitrogen adalah mutasi gen
yang disebabkan oleh adanya perubahan satu atau lebih nukleotida dalam gen.
Perubahan satu nukleotida akan menyebabkan perubahan pada triplet (pasanga 3
basa). Perubahan pada triplet akan menyebabkan perubahan pada kodon (kode
Genetik). Perubahan pada kodon inilah yang kemudian akan dapat membawa dampak
pada pembentukan asam amino. Ada perubahan kodon yang tidak berdampak apa-apa
pada pembentukan suatu asam amino, ada pula yang berpengaruh sangat signifikan
sehingga dapat menyebabkan penghentian proses sintesis protein sebelum waktunya
yang dapat berakibat pada kerusakan gen, tidak aktif dan berbahayas. Contoh
penyakit yang disebabkan karena penggantian basa nitrogen adalah buta warna, hemofili,
anemia,dll.
2. Mutasi
gen yang terjadi karena insersi dan delesi pasangan basa nitrogen.
Mutasi yang disebakan oleh delesi dan insersi
pasangan basa nitrogen ini disebut juga mutasi pergeseran kerangka (frameshift
mutation).Delesi pasangan basa
nitrogen adalah peristiwa penghapusan atau pengurangan satu basa nitrogen pada
gen. Sedangkan insersi pasangan
basa nitrogen adalah peristiwa penambahan satu basa nitrogen pada gen. Mutasi
ini memiliki dampak yang lebih besar pada perubahan yang terjadi pada gen,
karena apabila suatu urutan basa nitrogen mengalami penghapusan dan penyisipan
ditengah-tengah urutannya maka semua urutan basa nitrogen pada DNA akan
berubah. Begitu juga urutan asam amino yang terbentuk. Mutasi gen yang seperti
ini seringkali menghasilkan protein yang rusak dan tidak berguna atau
malfungsi.
b)
Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom merupakan perubahan kromosom
sehingga menimbulkan perubahan sifat yang diturunkan pada generasi berikutnya.
Sebagian besar mutasi kromosom disebabkan oleh kesalahan pada proses meiosis,
misalnya terjadi pindah silang atau tautan.
Mutasi
kromosom dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Perubahan
Set Kromosom (Eupoliploidi)
Pada umumnya makhluk hidup mempunyai 2n kromosom
(diploid). Kadang-kadang inti sel suatu organisme mengalami kesalahan dalam
proses pembelahan sehingga mengalami perubahan jumlah kromosom di dalam inti
sel, misalnya menjadi 3n (triploid), 4n (tetraploid), dan seterusnya. Organisme
yang mempunyai jumlah kromosom lebih dari 2n dinamakan poliploidi.Poliploidi
dapat terjadi karena pada waktu sel menduplikasi DNA-nya tidak dilanjutkan
dengan pembelahan sel. Poliploidi umumnya terjadi pada tumbuh-tumbuhan,
sedangkan pada hewan sangat jarang karena bersifat letal.
Poliploidi dapat terjadi melalui berbagai
cara, di antaranya melalui perkawinan ataupun perlakuan zat kimia. Perkawinan
antara dua gamet yang mempunyai jumlah kromosom berbeda, dapat menghasilkan
zigot yang jumlah kromosomnya merupakan gabungan dari jumlah kromosom kedua
gamet tersebut.Misalnya saja, gamet jantan dihasilkan dari individu 4n dan
gamet betina dari individu 2n.Gamet jantan bersifat 2n dan gamet betina
bersifat n. Jika kedua gamet tersebut bergabung maka zigot yang terbentuk dapat
bersifat 3n.
Organisme triploid umumnya bersifat
steril.Organisme tersebut hanya dapat diperbanyak secara aseksual. Tipe
penggandaan set kromosom dari hasil penyatuan gamet dinamakan allopoliploidi.
2. Perubahan Jumlah Kromosom (Aneuploidi)
Aneuploidi merupakan suatu keadaan keturunan
yang mempunyai kromosom kurang atau lebih dari jumlah kromosom
induknya.Aneuploidi dapat terjadi karena hal berikut.
1) Anafase lage, adalah tidak melekatnya
kromatid pada gelendong pada waktu anafase meiosis I sehingga kromatid tidak
terpisah pada 2 kutub yang berlainan. Keadaan ini menyebabkan kromatid terdapat
lebih banyak pada salah satu kutub pembelahan sehingga mempengaruhi jumlah
kromosom setelah proses-proses meiosis selesai. Hal ini berarti kromosom pada
sel anakan yang satu lebih banyak daripada sel anakan yang lain.
2) Nondisjunction (gagal berpisah), adalah
gagal berpisahnya kromosom homolog pada waktu anafase dari meiosis I atau
meiosis II. Oleh karena kromosom tidak terpisah maka terdapat lebih banyak
kromosom pada sel anakan yang satu daripada yang lain setelah mengalami
pemisahan
K. Mutagen
Mutagen adalah zat
yang meningkatkan frekuensi mutasi pada populasi tanaman atau hewan, yang dapat
menyebabkan berbagai konsekuensi. Beberapa bahan kimia memiliki sifat mutagenik,
dan radiasi seperti sinar ultraviolet dan sinar-x adalah sumber umum lainnya
dari mutasi. Karena mutagen dapat menyebabkan mutasi genetik, beberapa dari
mereka dapat berkontribusi terhadap perkembangan kanker, membuat mutagen ini
karsinogenik selain mutagenik.
Mutagen adalah zat
yang meningkatkan frekuensi mutasi pada populasi tanaman atau hewan, yang dapat
menyebabkan berbagai konsekuensi
Ada sejumlah cara di
mana mutagen dapat bekerja dalam organisme hidup. Sebagian besar menyerang DNA,
mempengaruhi kode genetik organisme. Beberapa berhasil memasukkan diri ke dalam
DNA secara langsung, menyebabkan hewan untuk mulai bereproduksi mutagen karena
berpikir bahwa itu termasuk dalam DNA. Lainnya menyebabkan kerusakan
struktural, yang menyebabkan kesalahan genetik yang dapat menjadi bencana
karena sel-sel mulai bereplikasi, dan lain-lain memanipulasi DNA, memaksanya
untuk menghasilkan sesuatu yang berbahaya. Janin sangat rentan terhadap mutagen
karena mereka tumbuh dan berkembang begitu pesat, yang mengapa wanita hamil
diperingatkan untuk ekstra hati-hati di sekitar radiasi dan bahan kimia.
Orang pertama mulai
memahami bagaimana mutagen bekerja di tahun 1920-an, ketika para peneliti dalam
proses mengeksplorasi radiasi mencatat berbagai mutasi pada organisme terkena
radiasi tingkat tinggi. Seiring waktu, hubungan antara mutagenik banyak bentuk
radiasi dan bahan kimia dibuat, menggambarkan kebutuhan untuk mengamati
tindakan pencegahan di laboratorium penelitian, dan untuk menguji produk dengan
seksama sebelum melepaskan mereka kepada masyarakat umum.
Sementara para dokter
belajar mereka kecewa pada 1950-an dengan thalidomid, mutagen tidak selalu
konsisten atau diprediksi. Meskipun banyak organisme hidup memiliki kode
genetik sangat mirip, mutagen dapat menyebabkan masalah dalam satu organisme,
tetapi tidak di negara lain. Dalam kasus thalidomid, obat menyebabkan cacat
lahir pada manusia, itu tetapi tidak pada hewan diuji.
Selain menyebabkan
mutasi pada organisme hidup, seperti misalnya ketika paparan mutagen mengarah
ke perkembangan tumor kanker, mutagen juga dapat menyebabkan cacat lahir.
Selanjutnya, paparan mutagen dapat mengakibatkan transmisi semacam bom waktu
genetik, gen yang bermutasi atau urutan yang mungkin menjadi masalah di
generasi mendatang. Mutagen tersebut dapat menyebabkan perkembangan sifat
resesif yang dibawa keluar ketika dua keturunan orang yang terkena substansi
memiliki anak. Penyebab munculnya cacat lahir mungkin sulit untuk dijabarkan
jika paparan terjadi beberapa generasi lalu, menyebabkan kebingungan bagi orang
tua dan dokter pengawas.
Mutagen dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Mutagen bahan
Kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang
dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat
menghambat pembelahan sel pada anafase.
2. Mutagen bahan
fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif,dll. Sinar ultraviolet
dapat menyebabkan kanker kulit.
3. Mutagen bahan
biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadinya mutasi. Bagian
virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.
Asam nitrat (HNO2)
merupakan bahan kimia mutagenic yang menyebabkan adenine (A) tidak lagi dapat
berikatan dengan timin (T) melainkan dengan sitosin (C). Hal ini disebabkan
karena asam nitrat bekerja dengan cara menghapus atau menhilangkan gugus amino,
sehingga sitosin akan berubah menjadi urasil, sedangkan adenine akan berubah
menjadi hiposantin.
Hiposantin memiliki
ikatan hydrogen serupa dengan guanine, sedangkan urasil memiliki ikatan
hydrogen serupa dengan timin. Akibatnya, pada saat replikasi DNA, adenine (A)
berubah menjadi hiposantin yang akan berikatan dengan sitosin (C), sedangkan
sitosin (C) akan berubah menjadi urasil dan akan berpasangan dengan adenine
(A). Perubahan ini berlangsung pada lokasi yang acak pada DNA.
Bahan mutagenic yang
lain adalah analog basa nukleotida. Molekul – molekul ini memilki struktur
serupa dengan basa nitrogen normal, namun berbeda pada ikatan hidrogennya.
Misalnya molekul 2-aminopurin merupakan analog adenine (A), sehingga kedudukan
adenine (A) adalah timin (T), namun karena struktur 2-aminopurin, maka
2-aminopurin berpasangan dengan sitosin (C). Hal yang sama juga terjadi pada
5-bromourasil.
Molekul 5-bromourasil
merupakan analog timin (T), sehingga kedudukan timin (T) dapat digantikan oleh
5-bromourasil. Pasangan timin (T) adalah sitosin (C), namun karena struktur
5-bromourasil, maka 5-bromourasil berpasangan dengan guanine (G). Bila analog
basa nukleotida diberikan pada sel yang sedang tumbuh, maka analog basa
nukleotida tersebut akan secara acak tergabung dalam DNA, sehingga pada saat
replikasi DNA dapat menyebabkan kesalahan pasangan basa.
Beberapa senyawa
kimia mutagenik dapat menyebabkan mutasi frameshift (pergeseran
pembacaan basa) dan bersifat karsinogen, contohnya benzpiren, aflatoksin dan
pewarna akridin.
Radiasi sinar X dan
sinar gamma merupakan bahan mutagenic akibat kemampuannya dalam mengionisasi
atom dan molekul. Ion – ion radiasi bergabung dengan basa DNA dan menyebabkan
kesalahan pada replikasi DNA. Hasil lainnya adalah putusnya ikatan kovalen pada
tulang punggung gula-fosfat DNA, dan menyebabkan patahnya kromosom.
Radiasi mutagenic
lainnya adalah sinar ultraviolet (UV). Sinar UV dapat menyebabkan terbentuknya
ikatan kovalen antara dua molekul timin, menghasilkan timin dimer. Timin dimer
ini menyebabkan kerusakan serius dan kematian sel karena DNA dengan timin dimer
tidak dapat direplikasi dan ditranskripsi. Komponen sinar UV yang bersifat
paling mutagenic adalah pada panjang gelombang 260nm. Paparan sinar UV pada
manusia dapat menyebabkan terbentuknya banyak timin dimer pada sel kulit dan
menimbulkan kanker kulit. Bakteri dan organisme lain memiliki mekanisme
perbaikan (repair) terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi
sinar UV. Ada dua macam mekanisme perbaikan, yaitu perbaikan dengan cahaya (light
repair) dan perbaikan tanpa cahaya (dark repair).
Pada perbaikan dengan
cahaya (light repair), bakteri memiliki enzim fotoliase yang menggunakan
energi cahaya visible untuk memisahkan ikatan dimer timin. Manusia dengan
penyakit xeroderma pigmentosum sangat sensitive terhadap paparan sinar matahari
dan tidak memiliki mekanisme perbaikan terhadap efek mutagenic radiasi sinar
UV, sehingga sangat berisiko mengidap kanker kulit.
Pada perbaikan tanpa
cahaya (dark repair), cahaya tidak diperlukan dalam mekanisme perbaikan.
Mekanisme perbaikan ini disebut juga sebagai nucleotide excision repair,
dan tidak terbatas hanya pada kerusakan akibat bahan mutagenic yang lain. Pada
mekanisme ini, enzim bakteri dapat memotong bagian timin DNA yang rusak dan
menghasilkan bagian yang terbuka. Enzim yang lain akan mengisi gap
(bagian yang terbuka) ini dengan DNA baru yang komplementer dengan rantai DNA
yang tidak rusak.
Langkah terakhir
adalah reaksi penyegelan (sealing) oleh enzim DNA ligase.
Salah satu mutagen
yang banyak dimanfaatkan manusia dalam berbagai keperluan adalah radiasi.
Perbuatan manusia yang menimbulkan radiasi dapat menyebabkan terjadinya mutasi
misalnya:
1. penggunaan zat-zat
kimia yang radioaktif atau radioisotope
2. penggunaan bahan
kimia dalam minuman dan makanan
3. penggunaan sinar x
dalam penelitian dan pengobatan
4. kebocoran radiasi
dari pembuangan sampah-sampah industri, reaktor atom, roket, dan lain
sebagainya.
5. penggunaan bom
radioaktif ( peledakan bom di Hirosima dan Nagasaki menyebabkan terbentuknya
kelapa poliploid).
Meski sifat mutasi
adalah merugikan namun dalam beberapa hal berguna pula pada manusia dalam
kehidupannya, misalnya:
1. Meningkatkan hasil
panen produksi pangan, seperti gandum, tomat kacang tanah, kelapa poliploidi,
kol poloploidi dengan mutasi induksi.
2. Meningkatkan hasil
antibiotika, seperti mutan penicillium.
3. Untuk pemeriksaan
proses biologi melalui mutasi, misalnya transport electron pada fotosintesis,
fiksasi nitrogen pada bakteri.
4. Sebagai proses
penting untuk evolusi dan variasi genetik.
BAB
II
EVOLUSI
A.
Pengertian Evolusi
Evolusi adalah suatu perubahan pada makhluk
hidup yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang lama
sehingga terbentuk spesies baru. Sedangkan, berdasarkan ilmu biologi, evolusi
merupakan cabang biologi yang mempelajari sejarah asal-usul makhluk hidup dan
keterkaitan genetik antara makhluk hidup satu dengan yang lain. Evolusi biologi
mencakup dua peristiwa, yaitu:
1. evolusi anorganik merupakan evolusi
mengenai asal-usul makhluk hidup yang ada di muka bumi, berdasarkan fakta dan
penalaran teoritis;
2. evolusi organik (evolusi biologis)
merupakan evolusi filogenetis, yaitu mengenai asal-usul spesies dan hubungan
kekerabatannya.
B.
Teori Evolusi
Banyak penjelasan
mengenai teori evolusi yang dikemukakan oleh para ahli biologi, baik pada masa
sebelum teori evolusi darwin maupun pada masa sesudah teori evolusi Darwin.
Teori-teori tersebut sebagai berikut.
A. Teori Evolusi Sebelum Darwin
Teori evolusi yang
dikemukakan oleh para ahli sebelum munculnya teori evolusi Darwin adalah
sebagai berikut.
1. Anaximander (500
SM)
Filsuf yunani ini sering
disebut sebagai evolusionis pertama. Anaximander memercayai bahwa manusia
berevolusi dari makhluk akuatik mirip ikan yang pindah ke darat.
2. Empedocles
(495-435 SM)
Empedocles adalah
seorang filsuf yunani yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari limpur dan
tumbuhan kemudian berubah menjadi hewan. Menurut Ia, makhluk-makhluk pertama
memiliki bentuk seperti monster. Bentuk-bentuk ini berubah dan makhluk-makhluk
yang memiliki bentuk paling baik bertahan hidup. Pemikiran empedocles ini
adalah bentuk dari seleksi alam yang merupakan mekanisme penting dalam evolusi.
3. Georges louis
leclarc de Buffon (1707-1788)
Adalah naturalis pertama
di era modern yang mengembangkan konsep mengenai bentuk-bentuk kehidupan
berevolusi.
4. Erasmus Darwin
(1731-1802)
Ia menulis prosa
berjudul Zoonomia yang menentang teori evolusi versi Lamarck. Namun, tulisannya
ini dianggap kurang ilmiah. Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Darwin.
5. Sir Charles Lyell
(1797-1875)
Lyell adalh seorang ahli
geologi skotlandia yang berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui
proses bertahap dalam jangka waktu yang lama. Pendapatnya ini bertentangan
dengan pendapat kebanyakan pada waktu itu yang menganggap bumi masih berusia
muda. Lyell menerbitkan teorinya dalam buku Principles Of
Geology. Hasil karyanya ini memengaruhi pemikiran Charles Darwin dan
Lyell menjadi salah satu pendukung Darwin di kemudian hari.
B. Pencetus Teori Evolusi
Jean Baptise de Lamarck (1744-1829)
ialah seorang ahli
biologi prancis yang menjelaskan evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa
perubahan pada suatu individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat
diturunkan; disebut teori Lamarckisme.
Contoh klasik yang
digunakan untuk menggambarkan teori evolusi ini adalah jerapah memiliki leher
yang panjang karena kebiasaannya memakan daun-daun dari pohon.
Hipotesis
Lamarckdiformulasikan sebelum era biologi modern. Pada saat itu teori sel belum
dikenal, dan diperlukan satu abad lagi sebelum peran gen-gen dan kromosom
diketahui. Jadi tidaklah mengherankan bahwa suatu teori yang tidak dapat
dipertahankan dalam ilmu pengetahuan modern, diajukan pada waktu itu.
Charles Robert Darwin (1809-1882)
Adalah seorang peminat
ilmu alam dari inggris. Pada tahun 1831, ia mengikuti pelayaran HMS beagle
untuk memetakan jalur pelayaran. Selama pelayaran ini, daarwin banyak
mengumpulkan fosil,batuan, dan mengamati berbagai makhluk hidup yang ia jumpai.
Ketika Beagle merapat di kepulauan galapagos yang terpencil (1050 km dari
daratan utama Amerika Selatan).
Setelah kembali ke
inggris, Darwin kembali memikirkan ide-idenya tentang evolusi. Satu hal yang
mengganggunya adalah evolusi seharusnya terjadi dalam waktu yang lama, ratusan
ribu hingga jutaan tahun. Padahal pendapat yang populer di kalangan ahli
geologi saat itu adalah bumi ini baru berusiia 6000 tahun. Darwin menemukan
jawabannya dalam buku karangan Charles Lyell, Principles of Geology.
Sebelum Darwin
mempublikasikan idenya tentang evolusi secara luas, ia menerima karangan ilmiah
dari Alfred Robert Wallace (1823-1913) yang melakukan penelitian di malaya.
Tulisan Wallace tersebut sesuai bengan buah pikiran Darwin sehingga mereka
memutuskan untuk menerbitkan tulisan mereka bersama-sama pada tahun 1858. Buku
Darwin, The Original of Species, diterbitkan setahun setelah itu.
Setelah melalui
pengamatan dan kajian yang mendalam, akhirnya darwin mengemukakan teori
evolusinya dalam bukunya yang berjudul On The Origin of Species by
Means of Natural Selection atau asal mula spesies yang terjadi melalui
seleksi alam. Buku ini diterbitkan pada tanggal 24 November 1859.
Buku darwin tersebut
mengandung dua teori utama. Pertama, spesies-spesies yang hidup sekarang ini
berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa lalu. Kedua, seleksi alam
merupakan penyebab evolusi adaptif. Dua teori utama darwin tersebut merupakan
hasil observasi darwin sebagai berikut.
- Observasi
Ke-1. setiap spesies memunyai kemampuan fertilisasi yang besar sehingga
ukuran populasi akan meningkat secara eksponensial bila setip individu yang
dilahirkan berhasil melakukan reproduksi
- Observasi
Ke-2. ukuran populasi cenderung menjadi stabil kecuali untuk fluktuasi
musiman
- Observasi
Ke-3. sumber daya alam terbatas
- Observasi
Ke-4. individu-individu suatu populasi sangat berfariasi dalam hal
ciri-ciri tubuh, namun tidak ada dua individu yang benar-benar sama.
- Observasi
Ke-5. kebanyakan variasi diwariskan pada keturunannya.
C.
Teori Evolusi Lamarck
Versus Teori Evolusi Weismann.
Lamarck berpendapat
bahwa makhluk hidup beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara menggunakan
organ tubunya, kemudian sifat atau fungsi organ tersebut diwariskan pada
keturunannya. Berdasarkan teori ini, menurut lamarck nenek moyang menjangan
tidak bertanduk. Namun, dikarenakan sering mengadu kepala maka tanduk tumbuh
dikepala menjangan.
Teori lamarck ditentang
oleh Weismann. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel-sel tubuh akibat
pengaruh lingkungan tidak diwariskan pada keturunannya. Wweismann membuktikan
teorinya dengan menggunakan tikus. Weismann mengawinkan dua ekor tikus yang
masing-masing ekornya telah dipotong. Kemudian, anak-anak tikus yang sudah
dewasa tersebut dipotong ekornya dan dikawinkan dengan sesamanya. Hasilnya
tetap anak-anak tikus yang berekor. Weismann melakukan percobaan ini hingga 21
generasi tikus dan hasilnya tetap sama
D.
Bukti-Bukti Terjadinya
Evolusi
Evolusi dapat dilihat dari dua
segi, yaitu sebagai proses historis dan cara bagaimana proses itu terjadi.
Sebagai proses historis, evolusi telah dipastikan secara menyeluruh dan
lengkap, sebagaimana yang telah dipastikan oleh ilmu tentang suatu kenyataan
mengenai masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Untuk menunjukkan
bukti-bukti bahwa proses evolusi itu ada, kita dapat melakukan pendekatan
terhadap kenyataan yang ada. Kenyataan-kenyataan yang ada terus
diinterprestasikan oleh para ahli dan dijadikan bahan bukti evolusi.
Para ahli menggunakan bukti-bukti sebagai
petunjuk evolusi dengan tujuan akhir ingin mencari jawaban tentang fenomena
alam, sebagaimana yang terdapat dalam buku “On The Origin Species” karya
Charles Darwin. Sebenarnya rambu-rambu untuk mencari bukti telah ada dalam buku
Darwin, sedangkan petunjuk adalah rambu-rambu untuk memperoleh bukti, dengan
alasan bahwa pendekatan monodisipliner tidak dapat dijangkau atau dilihat dan
fosil bukti tidak dapat dipakai bukti dan kurang kuat. Hal ini karena fosil
merupakan benda mati yang sudah tidak utuh dan lengkap, sehingga interpretasi
para ahli sangat dituntut ketajamannya. Apalagi perilaku organisme yang telah
memfosil sulit sekali diinterpretasi.
Untuk menunjukkan bukti-bukti bahwa proses
evolusi itu ada, kita dapat melakukan pendekatan terhadap kenyataan/fakta yang
ada di sekitar kita. Walaupun dapat tidaknya kenyataan-kenyataan tersebut
dijadikan bahan bukti adanya evolusi tergantung dari interpretasi para pakar
yang bersangkutan.Beberapa petunjuk adanya evolusi, yaitu :
1.
Peninggalan
fosil di berbagai lapisan batuan bumi.
2.
Anatomi
perbandingan.
3.
Adanya
alat-alat tubuh yang tersisa.
4.
Bukti
biogeografi
5.
Peristiwa
domestikasi.
6.
Perbandingan
fisiologi.
7.
Embriologi
perbandingan.
8.
Variasi
antar individu dalam satu keturunan.
9.
Perbandingan
genetik.
10.
Petunjuk
secara biokimia.
11.
Bukti
molekuler.
Evolusi dapat diketahui dan dijelaskan
melalui fakta sebagai petunjuk. Ada beberapa fakta yang dapat digunakan sebagai
petunjuk evolusi, antara lain seperti berikut.
a. Anatomi perbandingan. Jika Anda membandingkan hewan mamalia satu
dengan yang lain, mungkin Anda akan berpikir, bahwa bagian-bagian tertentu pada
tubuh setiap spesimen disusun menurut pola dasar yang sama dan struktur yang
sama, menurut pola dasar yang sama pula. Dapat kita katakan bahwa hanya ada
satu cara terbaik dalam menyusun organ tersebut dan cara itulah yang digunakan
oleh Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Organ-organ fungsional pada makhluk
hidup dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1.
Homologi
Homologi adalah dua organ yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang berbeda, tetapi kedua organ tersebut memiliki bentuk
dasar yang sama. Perbandingan organ-organ secara homologi dapat Anda lihat pada
Gambar 7.8 di samping!
2.
Analogi
Analogi adalah dua organ yang mempunyai bentuk dasar
yang berbeda, tetapi akibat peristiwa evolusi konvergen menjadikan organ
tersebut mempunyai fungsi yang sama. Agar lebih jelas dapat Anda lihat pada
Gambar 7.9!
b. embriologi perbandingan. Embrio hewan-hewan dan manusia menunjukkan
kecenderungan yang hampir sama. Perhatikan Gambar 7.10!
1.
Sifat-sifat umum muncul sebelum sifat-sifat
yang khusus.
2.
Perkembangan juga dimulai dari yang umum,
kemudian baru menuju
perkembangan yang khusus.
3.
Bentuk embrio dari berbagai makhluk hidup
hampir serupa, tetapi pada tahap
dewasa menunjukkan perbedaan yang nyata.
c. Fisiologi Perbandingan. Pada umumnya ditemukan persamaan proses
fisiologi antara berbagai makhluk hidup, misalnya dalam hal sintesis protein,
proses metabolisme, respirasi, ekskresi, dan lain-lain. Coba Anda ingat
lagi pelajaran Kelas XI tentang sistem organ.
d. Petunjuk dari alat tubuh yang tersisa
(vestigial). Pada
morfologi beberapa hewan vertebrata dan manusia dapat ditemukan adanya strukturvestigial,
yaitu suatu bentuk anatomi yang berkembang dan berfungsi sempurna dan akan
tereduksi. Alat-alat tubuh yang tersisa ini dianggap sebagai suatu perjalanan
dari evolusi makhluk hidup tersebut. Struktur vestigial antara lain:
1.
umbai cacing, tulang ekor, buah dada pada
pria;
2.
sisa-sisa kaki pada ular;
3.
sisa sayap pada burung yang tidak berfungsi
untuk terbang seperti burung pinguin,
kasuari, dan
burung onta.
4.
Petunjuk palaentologi
Palaentologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang fosil. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah
membatu. Sisa-sisa tersebut dapat berupa tulang, cangkang, gigi, jejak kaki,
maupun bagian-bagian yang lain. Contoh-contoh fosil yang pernah ditemukan dapat
pada Gambar 7.11 di bawah ini!
Fosil-fosil itu dipelajari oleh para ilmuwan
untuk dikaitkan dengan sejarah evolusi makhluk hidup. Jadi, fosil adalah bukti
terjadinya evolusi makhluk hidup. Beberapa tokoh yang mempelajari tentang fosil
adalah sebagai berikut.
1. Leonardo da vinci. Da
Vinci adalah seorang pelukis terkenal berkebangsaan Italia. Ia berpendapat
bahwa fosil merupakan bukti dari adanya makhluk hidup dan kehidupan di masa
lampau.
2. George cuvier. Cuvier adalah
seorang ahli anatomi dari Perancis, yang mempunyai gagasan bahwa makhluk hidup
diciptakan khusus pada setiap zaman dan pada setiap zaman tersebut diakhiri
dengan makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup pada lapisan bumi
sebelumnya.
3. Charles
darwin. Darwin berpendapat bahwa makhluk hidup yang terdapat pada
lapisan bumi yang tua akan mengadakan perubahan bentuk yang disesuaikan dengan
lapisan bumi yang lebih muda sehingga pada lapisan bumi lebih muda ditemukan
fosil yang berbeda dengan lapisan bumi yang lebih tua. Dari beberapa pendapat
tokoh-tokoh evolusioner tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada masa
lampau terdapat makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup sekarang. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan di permukaan bumi secara bertahap yang
menyebabkan adanya perubahan pula pada makhluk hidup untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Penemuan berbagai macam fosil biasanya berupa
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan jarang ditemukan dalam keadaan yang utuh.
Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
1.
Bagian tubuh yang menyusun organisme lunak
sehingga mudah hancur dan jarang
menjadi fosil.
2.
Terjadinya lipatan batuan bumi atau patahan
bumi.
3.
Adanya pengaruh air, angin, dan bakteri.
Dapat dijelaskan bahwa terdapat
perubahan dan perkembangan yang mengarah pada evolusi bentuk dan fungsi antara
lain:
1.
tubuh bertambah besar;
2.
kepala bagian depan semakin panjang;
3.
leher semakin panjang sehingga gerakannya
semakin bebas;
4.
perubahan geraham depan dan geraham besar
sehingga sangat sesuai untuk makanan
yang berupa
rumput;
5. anggota tubuh yang lain semakin bertambah
panjang, sehingga sesuai dengan gerakan untuk berlari cepat;
6. jari kaki mereduksi dari lima menjadi satu,
sehingga dapat mendukung gerakan ketika berlari cepat.
Selain mengidentifikasi bentuk dan struktur
fosil, pada penemuan fosil dapat pula dilakukan penghitungan umur fosil.
Penetapan umur fosil dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
1.
Cara langsung, yaitu dilakukan dengan
mengukur umur fosil itu sendiri.
2. Cara tidak langsung, yaitu dilakukan dengan
mengukur umur lapisan bumi tempat fosil ditemukan.
E.
Mekanisme Evolusi
Evolusi pada makhluk hidup terjadi antara
lain karena adanya:
1. Variasi genetik
2. Seleksi alam
Variasi genetik terjadi oleh dua sebab utama,
yaitu:
1. adanya mutasi gen
2. adanya
rekombinasi gen-gen dalam satu keturunan. Rekombinasi gen terjadi karena
gen-gen berpasangan secara bebas pada waktu pembentukan gamet.
A. Mutasi
Gen
Mutasi gen menyebabkan terjadinya
penyimpangan sifat-sifat individu dari sifat yang normal. Terjadinya mutasi ini
ada yang dipengaruhi oleh faktor luar, dan ada juga yang dipengaruhi oleh
faktor dalam (rekombinasi gen-gen).
Mutasi gen yang tidak dipengaruhi oleh faktor
luar mempunyai 2 sifat, yaitu:
1. Jarang terjadi,
sebab tidak setiap rekombinasi gen menyebabkan mutasi
2. Kebanyakan tidak
menguntungkan
Sekalipun demikian, mutasi ini tetap
merupakan salah satu mekanisme evolusi yang sangat penting, termasuk dalam hal
pembentukkan species baru dengan sifat-sifat yang lebih baik.
Jadi jika mutasi kita tinjau selama periode
evolusi dari suatu species, maka tetap akan mendapatkan angka mutasi yang
besar.
Hal ini terjadi karena:
1. Setiap gamet
mengandung beribu-ribu gen
2. Setiap individu
mampu menghasilkan beribu-ribu bahkan berjuta-juta gamet dalam satu generasi
3. Jumlah generasi
yang dihasilkan oleh suatu species selama kurun waktu species itu ada banyak
sekali.
Berdasarkan hal tersebut maka angka laju
mutasi pada setiap species dapat diketahui. Angka laju mutasi adalah angka yang
menunjukkan berapakah jumlah gen yang bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan
oleh satu individu dari suatu species.
Sebagai contoh data sebagai berikut:
~ Angka laju mutasi per gen = 1 :
100.000
~ Jumlah gen dalam satu individu yang mampu
bermutasi = 1000
~ Perbandingan mutasi yang menguntungkan
dengan mutasi yang merugikan = 1 : 1000
~ Jumlah populasi setiap generasi = 200 juta
~ Jumlah generasi selama species itu ada =
5000
Pertanyaan yang muncul adalah berapakah
kemungkinan terjadinya mutasi yang menguntungkan selama species itu ada?
Jawab:
Jumlah mutasi gen yang menguntungkan yang
mungkin terjadi adalah:
~ Pada satu individu:
= 1/100.000 x 1000 x
1/1000 = 1/100.000
~ Pada tiap generasi:
1/100.000 x
200.000.000 = 2000
~ Selama species itu ada (5000 generasi)
2000 x 5000 =
10.000.000
Jadi terbukti, sekalipun mutasi tersebut
jarang terjadi dan mutasi yang menguntungkan sangat kecil kemungkinannya,
tetapi jika ditinjau selama periode evolusi suatu species maka kemungkinan
terjadinya mutasi yang adaptif akan tetap besar.
Ada tiga fakta penting yang muncul pada
peristiwa mutasi, yaitu:
1. Mutasi muncul
secara spontan dan tidak di arahkan oleh alam
2. Mutasi dapat
terjadi lagi pada mutan
3. Mutasi pada umumnya
merugikan organisme yang mengalaminya.
B. Frekuensi
Gen Dalam Populasi
Frekuensi gen adalah perbandingan antara gen
yang satu dengan gen lainnya di dalam suatu populsi. Misal suatu populasi
mempunyai gen dominan A dan gen resesif a. Kedua gen tersebut sama-sama
adaptif. Maka generasi yang bergenotif AA, Aa maupun aa mempunyai daya
fertilitas dan viabelitas yang sama.
Misalnya populsi tersebut dimulai dengan 50%
AA jantan dan 50% aa betina, maka dalam generasi (F1) semua
populasi bergenotif Aa.
Apabila dilakukan perkawinan F1 dengan
F1 maka frekuensi genotif F2 adalah
=
25 AA : 50 Aa : 25
aa atau ¼ AA : ½ Aa
: ¼ aa
Berdasarkan perhitungan tersebut maka
frekuensi keseimbangan genotif F2 adalah hasil kali frekuensi
gen dari masing-masing induknya, yaitu :
(A + a)(A +
a) =
AA + 2 Aa + aa
A2 + 2 Aa +
a2
Demikian pula pada generasi F3 tetap
seperti pada F2 yaitu 1 : 2 : 1.
Jadi apabila setiap individu dari berbagai kesempatan melakukan perkawinan yang
sama dan berlangsung secara acak, serta setiap genotif mempunyai variabilitas
yang sama maka perbandingan antara genotif yang satu denganyang lainnya dari
generasi ke generasi adalah tetap sama.
C. Hukum
Hardy-Weinberg
Hardy nama lengkapnya Godfrey Harold Hardy
adalah seorang ahli matematka Inggris dan Weinberg yang nama lengkapnya Wilhhelm
Weinberg adalah seorang dokter dari jerman. Mereka secara terpisah menemukan
hubungan matematika dari frekuensi gen dalam populasi, yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Hardy-Weinberg. Frekuensi gen dalam populasi adalah perbandingan
alela gen tersebut dalam populasi.
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa
frekuensi gen dan genotip dalam suatu populasi akan berada pada keadaan yang
tetap atau konstan (sama) dari generasi ke generasi apabila memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Genotip-genotip
yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan) yang
sama.
2. Perkawinan antara
genotip terjadi secara acak (random)
3. Tidak ada mutasi
dari gen satu ke gen yang lain atau sebaliknya
4. Populasi harus
cukup besar
5. Tidak terjadi
migrasi antar populasi
6. Tidak terjadi
seleksi alam
Apabila frekuensi gen yang satu dinyatakan
dengan symbol p dan alelnya dengan symbol q, maka secara matematika hukum
tersebut dinyatakan sebagai berikut:
p + q = 1 atau
sama dengan 100%
(p + q)2 = 1 atau
sama dengan 100%
P2 + 2pq + q2 = 1
atau sama dengan 100%
Pp + 2pq + qq
= 1 atau sama dengan 100%
Dimana:
pp = alela yang homozigot
pq = alela heterozigot
qq = alela homozigot resesif
D. Perubahan
Perbandingan Frekuensi Gen
Hukum hardy-weinber tidak selalu menghasilkan
angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi. Ini berarti dalam
populasi frekuensi gen dapat mengalami perubahan.
Faktor yang menyebabkan perubahan frekuensi
gen adalah :
1. Mutasi
Terjadinya mutasi pada satu atau beberapa gen
akan mengakibatkan adanya perubahan kesetimbangan gen-gen
2. Seleksi
alam
Apabila gen A memiliki viabilitas lebih
rendah dari gen a, atau gen A memiliki mempunyai daya fertilitas lebih baik
dari gen a, maka jumlah individu dengan gen A dalam populasi itu akan
bertambah, sedangkan individu dengan gen a akan berkurang.
Contoh untuk mutasi gen sekaligus seleksi
alam adalah: Didanau buatan AS, selain katak normal (A) ditemukan pula katak
berkaki banyak dan mandul (a). Jika populasi dari katak (Aa) saling mengadakan
perkawinan, berapakah perbandingan genotip AA : Aa : aa dalam
populasi tersebut pada generasi berikutnya bila diketahui:
~ keturunan dari populasi asal terdiri
atas : 27 individu AA, 54 individu Aa, dan 27 aa
~ jumlah perkawina yang terjadi adalah 45
~ jumlah individu yang dihasilkan dari setiap
perkawinan adalah 10 individu.
Jawab:
Perbandingan genotip keturunan populasi asal
adalah 27 AA : 54 Aa : 27 aa = 1 : 2 : 1
Perbandinhan antara individu yang subur
(normal) dengan mandul adalah (AA + Aa) : aa = (27
+ 54) : 27 = 81 : 27 = 3 : 1
Berarti dari seluruh individu yang normal
(subur) terdiri atas 1/3 bergenotip AA dan 2/3 Aa. Oleh karena itu kemungkinan
terjadinya perkawinan antara induk-induk tersebut adalah:
Karena jumlah perkawinan adalah 45 maka
jumlah perkawinan antara:
AA x AA = 1/9 x
45 = 5
AA x Aa = 2/9
x 45 = 10
Aa x AA = 2/9
x 45 = 10
Aa x Aa = 4/9
x 45 = 20
Setiap perkawinan menghasilkan 10 individu
untuk masing-masing genotip:
Jadi perbandingan genotip AA : Aa :
aa = 200 : 200 : 50 = 4 : 4 : 1
3. Migrasi
(emigrasi dan Imigrasi)
Migrasi menyebabkan frekuensi gen akan
berubah
Contoh:
Xylopa nobilis (kumbang) antara daerah manado
dengan kepulauan sangihe. Kumbang-kumbang di dua daerah tersebut menunjukkan
perbedaan genetika. Karena sesuatu hal, kumbang kayu di pulau sangihe
bermigrasi ke manado. Pada kumbang tersebut terjadi interhibridisasi sehingga
terjadi perubahan frekuensi gen pada generasi selanjutnya.
4. Rekombinasi
dan seleksi
Rekombinasi merupakan penggabungan gen-gen
melalui perkawinan silang. Genotip rekombinan tidak sama dengan induknya.
Sehubungan dengan itu rekombinasi gen menimbulkan perubahan gen pada generasi
berikutnya.
5. Perubahan
alam sekitar.
Perubahan alam sekitar dan adanya mekanisme
isolasi dapat menyebabkan populasi dari species terpisah, akhirnya berkembang
menjadi species-species baru.
Contoh:
~ Xylopa nobilis pulau sangihe dengan
Xylocopa nobilis di menado
~ Burung finch di kepulauan Galapagos dengan
burung Finch di daratan Amerika Selatan
F.
Spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies
baru dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara
natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi,
keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi
sedikit, secara gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih
ditekankan pada perubahan yang terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan
spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis
dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi
dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas
akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan
meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan
mengalami spesiasi. (Widodo, 2007). Spesiasi atau terbentuknya spesies baru
dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan
perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat
berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan
berbeda dari spesies sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung
cepat, dapat pula berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi
terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu
lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing
mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu
yang lama, populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi
spesies baru sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan
keturunan fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh
adanya isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
Syarat
terjadinya spesiasi
1. Adanya
perubahan lingkungan
Perubahan lingkungan dapat menyebabkan
perubahan evolusi. Contohnya, bencana alam dapat menyebabkan timbulnya
kepunahan massal di muka bumi. Bencana alam seperti glasiasi, vulkanisme, atau
akibat pergesaran benua, dan proses-proses lainnya menyebabkan perubahan global
yang menyebabkan timbulnya kepunahan missal di muka bumi. Kepunahan massal akan
menimbulkan relung-relung kosong yang dalam waktu lama relung-relung tersebut
baru terisi. Apabila tidak ada relung yang kosong, tidak ada tempat bagi suatu
spesies untuk mengalami proses spesiasi.
2. Adanya
relung (niche) yang kosong
Relung merupakan tempat hidup dan interaksi
suatu organisme. Suatu spesies selalu menempati relung tertentu. Suatu relung
umumnya hanya dapat ditempati oleh satu jenis spesies saja. Kepunahan massal
akan menimbulkan relung-relung kosong yang akan menyebabkan relung-relung baru
terisi kembali dalam jangka waktu yang panjang. Apabila relung tersebut kosong
(tidak ada organisme yang menempatinya), maka akan ada banyak organisme yang
berusaha menempati relung tersebut.
3. Adanya
keanekaragaman suatu kelompok organisme
Selalu akan ada sejumlah organisme yang
mencoba mengisi relung yang kosong. Keberhasilan suatu organisme mengisi relung
ditentukan oleh seberapa besar kecocokan organisme tersebut dibandingkan dengan
persyaratan relung yang kosong.
Proses
Spesiasi
1. Isolasi
Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan
bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah pemisahan geografis, karena
selama populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan langsung maupun
tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai
populasi di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga
menyebabkan variasi intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk
(2003) bahwa proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua
atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara
perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati dataran
rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi
suatu populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa
danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi
bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda
sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk,
2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul
sebagai akibat adanya faktor geografis, yang sebenarnya populasi tersebut masih
memiliki potensi untuk melakukan interbreeding dan masih dapat
dikatakan sebagai satu spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu
berbeda secara genetis, sehinggagene flow yang efektif tidak akan
berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika titik pemisahan tersebut
dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang terpisah
(Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan
mengalami penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai
frekuensi gen awal yang berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari
lingkungan yang berbeda, serta adanya pergeseran susunan genetis (genetic
drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi kecil dengan
membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan
fisis ekologis yang mencegah terjadinya perpindahan-perpindahan spesies
tertentu melewati batas ini dan suatu barier suatu spesies belum tentu
merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi
geografis menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua
spesies yang berbeda.
a. Proses
spesiasi Simpatri
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi
simpatrik, spesies baru muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua;
isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi
geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian
besar model spesiasi simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model
spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang terjadi pada tumbuhan.
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi
simpatrik dengan autopoliploidi yang terjadi pada tumbuhan
bunga primrose (Oenothera lamarckiana) yang merupakan suatu spesies
diploid dengan 14 kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak
biasanya diantara tumbuhan itu dan bersifat tetraploid dengan 28 kromosom.
Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid,
spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain
spesiasi adalah alopoliploidyaitu kontribusi dua spesies yang
berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya rumput Spartina
anglicayang berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina
alternaflora. Spesiasi simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan
pada seleksi terpecah (distruptive selection), seperti ketika dua
homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan
hal itu merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada
serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’ teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1
dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik.
Masing-masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih
tinggi jika dilakukan mating secara assortativedengan
genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak
fit. Assortative matingmungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang
dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun mendorong serangga untuk memilih inang
spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan dan kemudian dapat
bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan
inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari
serangga herbivora yang merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh
perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, mating/kawin.
b. Proses
spesiasi tidak Simpatri
Spesiasi tidak simpatri adalah proses spesiasi yang
terdapat dalam area geografi yang berbeda dibandingkan dengan area geografi
suatu spesies yang paling berkerabat. Spesiasi tidak simpatri dapat dibagi
tiga, yaitu spesiasi alopatri (spesiasi yang terjadi di daerah yang berjauhan
atau berlainan dari satu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya),
spesiasi parapatri (spesiasi terjadi di daerah yang bersebelahan dengan daerah
dari suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya), spesiasi
peripatri (spesiasi yang terjadi di daerah pinggir dari daerah suatu spesies
yang paling dekat hubungan kekerabatannya).
1) Spesiasi
Alopatrik ( Allopatric Speciation)
Terjadinya spesiasi alopatrik banyak
dibuktikan melalui studi variasi geografi. Spesies yang beranekaragam secara
geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies
simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh
kemandulan atau perbedaan perilaku dibandingkan dengan populasi yang
berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat melakukan interbreeding jika
mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding.
Spesiasi alopatrik merupakan mekanisme isolasi yang terjadi secara gradual.
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya
hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang besar di daerah pegunungan yang
banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies adalah
homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan
perilaku. Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung
finch di Kepulauan Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam
Stearns and Hoekstra (2003) bahwa burung finch berasal dari satu nenek moyang
burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh
tupai antelope di Grand Canyon. Di mana pada tebing selatan
hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris). Beberapa mil
dari daerah itu pada sisi tebing utara hidup tupai antelope berekor putih
harris (Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil
dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya (Gambar
2.6.). Ternyata di situ semua burung-burung dan organisme lain dapat dengan
mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat dilewati oleh kedua
jenis tupai ini.
2) Spesiasi
parapatrik/ Semi geografik
Jika seleksi menyokong dua alel berbeda yang
berdekatan atau parapatrik, frekuensi sudah dapat ditetapkan. Dengan cukupnya
seleksi pada suatu lokus yang berkontribusi terhadap isolasi reproduktif,
populasi dapat membedakan kepada spesies yang terisolasi secara reproduktif.
Endler (1977) dalam Widodo dkk (2003) berargumen bahwa zona bastar yang
biasanya menandai untuk dapat terjadinya kontak sekunder sebenarnya sudah
muncul secara in situ (melalui perbedaan populasi parapatrik dan spesies yang
muncul juga parapatrik).
Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang
terjadi karena adanya variasi frekuensi kawin dalam suatu populasi yang
menempati wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat
yang kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi
yang berdekatan. Suatu populasi yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha
untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin kelangsungan hidupnya, dan usaha
itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang masih berdekatan
dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka
perubahan gen akan terakumulasi dan dua populasi akan berubah menjadi
teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika kemudian mereka berubah menjadi
spesies lain (spesies yang berbeda), maka perbatasan ini akan diakui sebagai
zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara
geografis letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier
ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow. Populasi berlanjut,
tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah kawin dengan
tetangganya secara geografis dari pada individu di dalam cakupan populasi yang
berbeda. Artinya bahwa individu lebih mungkin untuk kawin dengan tetangganya
daripada dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam gaya ini, penyimpangan
boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan
bermacam-macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
3) Spesiasi
peripatrik
Spesiasi peripatrik : proses spesiasi yang terjadi di daerah
pinggir dari daerah suatu spesies yang paling dekat hubungan kekerabatannya.
Suatu organisme memiliki kisaran toleransi tertentu, akibatnya jenis tersebut
akan menempati daerah tertentu. Semakin jauh dari pusat penyebarannya, maka
lingkungannya pun makin berbeda. Dengan demikian spesies yang menempati daerah
tersebut akan semakin berbeda dengan spesies yang menempati pusat. Dengan
demikian, interaksi antara populasi tersebut dengan populasi satu spesiesnya
menjadi sangat terbatas.
2. Isolasi
Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi
dapat terjadi karena adanya pencegahan gene flow antara dua
sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah
kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang
cukup lama sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi
instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegahinterbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya
penghambat luar yang menjadikan kedua populasi menjadi sama sekali alopatrik
(mempunyai tempat yang berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai populasi
mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik
atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam
keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin
dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.
a. Isolasi
Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi
perkawinan antara spesies atau merintangi pembuahan telur jika anggota-anggota
spesies yang berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
1) Isolasi
Ekologi (ecological)
Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh
penghambat luar (eksternal barrier), suatu ketika mempunyai
karakteristik yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun penghambat
luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak
mampu hidup pada tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami
perubahan pada perbedaan-perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas daerah
sendiri dan iklim dari keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies tidak
mungkin hidup di tempat spesies yang lain. Jadi, disini terdapat
perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara
spesies pada keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenisPlatanus
occidentalis yang terdapat di bagian timur Amerika Serikat dan Platanus
orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini dapat
disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini
terpisah tempat yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi
(Waluyo, 2005).
2) Isolasi
Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam
hal courtship (percumbuan) dan perkawinan (mating).
Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang berbeda
sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa
perilaku sebagai dasar bagi suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan
jantan spesies tertentu memiliki pola perilaku yang spesifik dalam menarik,
mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan perkawinan terjadi karena
pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh pasangannya
sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang
ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan
pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini.
Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi dan penerimaan stimulus oleh
pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis stimulus yang dominan untuk
mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan
karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus visual. Beberapa hewan
seperti kelompok ikan, burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual
dominan mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek
liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang
baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsinya
adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih pasangan yang salah
(Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau
suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi antar jenis kelamin
yang mengarah pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies.
Suara-suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak
yang spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999)
menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang bersifat intraspesifik
yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya, bahkan
feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada
individu betina yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya
sebagai molekul spesifik yang dihasilkan oleh individu betina untuk menolak
individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster feromon
mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon
yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu jantan melakuakn
aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya feromon tersebut.
3) Isolasi
Sementara (temporal)
Dua spesies yang kawin pada waktu yang
berbeda (hari, musim, atau tahun), gametnya tidak akan pernah mencampur.
Misalnya hewan singung berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip
dengan S. putorius ini tidak akan saling mengawini
karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi
pada 3 spesies dari genus anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah
yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige spesies ini berbunga pada hari
yang berbeda.
4) Isolasi
Mekanik (mechanical)
Apabila perbedaan struktural diantara dua
populasi yang sangat berdekatan menyebabkan terhalangnya perkawinan antar
spesies, maka diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene flow(Waluyo,
2005). Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara
dua spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu
pasangannya menderita. Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca
sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya menghalangi terjadinya perkawinan
spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini terlihat pada
tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh
lebah kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga
yang besar yang hanya dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
5) Isolasi
Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya
fertilisasi akibat susunan kimiawi dan molekul yang berbeda antara dua sel
gamet, seperti spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital
organ betina karena adanya reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami
kematian sebelum mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada
persilangan Drosophila virilis dan D. americana,
sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau
bila tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang
terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan
dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel telurnya mengandung
protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sperma dari spesies yang
sama.
b. Isolasi
Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu
spesies membuahi ovum dari spesies yang lain, maka barier postzigot akan
mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang
bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
1) Kematian
zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
spesies lain (zigot hibrid) seringkali tidak mengalami perkembangan regular
pada setiap stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak
mencapai tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa
diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka
bisa berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
2) Perusakan
hibrid (hybrid breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda
melakuakn kawin silang, keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup
dan fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan
spesies induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul.
Sebagai contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid
yang fertil, tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan
hibrid itu mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang
cacat dan lemah.
3) Sterilitas
hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat
menghasilkan keturunan yang sehat dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut
mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh
inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan
keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara lain: mule (hibrid antara
keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama), tiglon (hibrid anatara
macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).
BAB
III
BIOTEKNOLOGI
A.
Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang
mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain)
maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya
didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni
lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular,mikrobiologi, genetika,
kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah
ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi
barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal
oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi
pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad
ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian,
serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi
pada masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan
insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang
tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh
Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat
dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat
pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur
jaringan, DNA rekombinan, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit
genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun
AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para
penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau
kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan,
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan DNA
rekombinan, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga
lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi
pada masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari
polusi. Sebagai contoh, pada penguraianminyak bumi yang tertumpah ke laut oleh
bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau
laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
B.
Dasar pengembangan Bioteknologi
Pada masa lalu, bioteknologi selalu diartikan
sebagai teknologi fermentasi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman,
bioteknologi semakin berkembang tidak hanya pada mikroorganisme sehingga
definisi bioteknologi berubah menjadi lebih luas.
Dari sekian banyak definisi bioteknologi,
salah satu definisi yang dibuat oleh United Nation Convention on Biological
Diversity mencakup semua dan paling luas. Definisi tersebut menyebutkan bahwa
bioteknologi adalah semua aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologi,
organisme hidup, atau turunannya untuk membuat atau memodifikasi produk atau
proses untuk keperluan umum.
Salah satu ciri dari bioteknologi adalah
digunakannya agen biologi dalam proses tersebut. Agen biologi
tersebut dapat berupa mikro organisme, hewan, tumbuhan, atau bagian dari
makhluk hidup tersebut. Dari penjelasan tersebut secara sederhana dapat dibuat
alur bioteknologi seperti pada bagan berikut.
Bioteknologi secara sederhana telah dikenal
manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Contohnya, di bidang teknologi pangan
adalah pembuatan bir, roti, atau keju. Saat ini, bioteknologi berkembang pesat
terutama di negara-negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya
berbagai teknologi, misalnya rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinasi
DNA dan kloning.
Perkembangan bioteknologi sangat dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu-ilmu dasar, seperti perkembangan mikrobiologi, genetika,
dan biokimia. Mikrobiologi mempunyai peranan sangat penting karena studi awal
mengenai manipulasi genetika dilakukan terhadap kelompok mikroorganisme.
Penelitian awal terhadap mikroorganisme
relatif lebih sederhana dibandingkan kelompok makhluk hidup lainnya. Selain
itu, kelompok mikroorganisme mudah ditumbuhkan; pertumbuhannya relatif cepat,
mudah dilakukan persilangan, analisis genetika, fisiologi, dan biokimia. Penelitian
awal mengenai makhluk hidup transgenik hasil persilangan gen juga dilakukan
terhadap mikroorganisme.
Mikrobiologi bukan satu-satunya ilmu dasar
yang berperan penting dalam pengembangan bioteknologi. Genetika dan biokimia
pun berperan penting dalam pengembangan bioteknologi. Genetika beserta
pemahaman mengenai pola perwarisan sifat dan substansi genetik menjadi dasar
dalam teknologi rekombinasi DNA, persilangan, dan mutasi. Biokimia memberikan
dasar pemahaman mengenai struktur genetik dan makromolekul lain, misalnya
enzim.
Pada akhirnya, mikrobiologi, genetika, dan
biokimia berkembang secara simultan dan saling memengaruhi sehingga mendorong
perkembangan bioteknologi. Ketiga ilmu dasar tersebut selanjutnya mendukung
perkembangan biologi molekular sebagai suatu disiplin ilmu baru yang melandasi
pegetahuan mengenai makhluk hidup dilihat dari molekul pembentuknya. Biologi
molekular menjadi ilmu yang mendasari bioteknologi modern.
Ilmu-ilmu dasar dan teknologi yang lain juga
mempunyai peranan penting dalam perkembangan bioteknologi. Perkembangan
bioteknologi saat ini sudah sedemikian luas sehingga batasan antardisiplin ilmu
dan antarteknologi semakin tipis dan sulit dibedakan. Secara ringkas, hubungan
antardisiplin ilmu dan teknologi yang turut mengembangkan bioteknologi
terangkum dalam Bagan berikut.
Beberapa disiplin ilmu dan teknologi yang
mendukung bioteknologi menghasilkan cabang-cabang bioteknologi baru, di
antaranya, bioteknologi pertanian, bioteknologi lingkungan, bioteknologi
kesehatan, dan bioteknologi industri. Pada saat ini, bioteknologi tidak hanya
terbatas pada eksperimen di laboratorium, melainkan sudah berkembang menjadi
industri besar.
C.
Peran Bioteknologi
Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas
dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai
contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat
kecaman dari bermacam-macam golongan.
Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan
kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan
gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.
Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa
genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk
bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk
bioteknologi, antara lain:
·Kapas resisten hama serangga
·Pepaya resisten virus
·Enzim pemacu produksi susu pada sapi
·Padi mengandung vitamin A
·Pisang mengandung vaksin hepatitis
D.
Pemanfaatan Bioteknologi
Pemanfaatan
Bioteknologi Dalam Bidang Pertanian
Dewasa ini telah banyak ditemukan bibit
unggul dengan mengadakan hibridisasi sehingga mendapatkan varietas baru yang
diinginkan. Melalui teknik hibridisasi telah didapatkan varietas unggul seperti
kacang-kacangan dan serealia. Varietas padi yang bersifat unggul memiliki rasa
yang enak, tahan penyakit, daya simpan lama dan berumur pendek.
Pengendalian hama dewasa ini telah
dikembangkan melalui pengendalian hama secara biologis, karena penggunaan
pestisida dapat menyeabkan hama menjadi resisten, sisa pestisida dapat
mencemari lingkungan dan residunya tersimpan dalam tanaman yang akan
menimbulkan berbagai masalah bagi kehidupan manusia. Pengendalian hama dpat
dilakukan dgn berbagai cara antara lain :
1.
memanfaatkan
predator alamiah, contoh : hama lebah penyengat untuk kupu-kupu artona yang
merusak kelapa.
2.
memutuskan
siklus hidup hama, misalnya dengan mengadakan rotasi tanaman
3.
menggunakan
bibit unggul tahan lama, misalnya VUTW ( Varietas Unggul Tahan Wereng )
4.
Penyediaan
bahan makanan khususnya perbanyakan bibit tanaman dikembangkan teknik kultur
jaringan untuk perbanyakan tanaman perkebunan yang diperbanyak secara vegetatif
dan menghasilkan banyak tanaman klon dari sejumlah jaringan awal
Bioteknologi
di bidang kesehatan
dewasa ini difokuskan untuk penemuan
obat-obatan dalam hal-hal seperti tersebut di bawah ini :
1.
Memerangi
penyakit jantung dan saluran darah, kanker dan kencing manis.
2.
Mendapatkan
antibiotika yang lebih baik dan lebih murah untuk melawan penyebaran
mikroorganisme menular yang telah menjadi resisten terhadap antibiotika
konvensional.
3.
Menemukan
vaksin untuk melawan virus (hepatitis, influenza, rabies) dan penyakit malaria
serta penyakit tidur.
4.
Dapat
melakukan uji diagnosis yang cepat dan tepat untuk membantu dokter dalam
menentukan diagnosis berbagai penyakit.
5.
Penyempurnaan
metode pencangkokan organ yang sesuai agar tidak terjadi proses penolakan.
6.
Penyempurnaan
teknik perbaikan kimia tubuh untuk menyembuhkan penyakit keturunan, misalnya
hemofili.
Sebelum rekayasa genetika dikembangkan untuk
memerangi diabetes dilakukan ekstraksi insulin dari pankreas babi atau lembu.
Hal ini akan memakan banyak sekali biaya dan insulin yang dihasilkan dapat
mengakibatkan hipersensitivitas maupun resistensi. Setelah teknik rekayasa
genetika dikembangkan, maka sekarang telah dapat dibuat insulin manusia oleh
bakteri. Ini dilakukan dengan jalan menyematkan gen pengkode pembentukan
insulin manusia pada bakteri.
Untuk membuat insulin, mula-mula membuat
rancangan urutan ADN yang mengode asam amino insulin yang telah diketahui.
Kemudian diikuti dengan sintesis kimiawi gen rantai A dan gen rantai B insulin,
tetapi pembuatannya dilakukan secara terpisah. Masing-masing mengandung kodon
metionin pada ujung 5’ (yang tentunya menjadi ujung amino protein yang
ditranslasikan) dan menghentikan urutan pada ujung 3’. Masing-masing gen disisipkan
ke dalam gen β-galaktosidase plasmid. Kemudian dimasukkan ke dalam E.
coli. E. colidibiakkan dalam medium yang mengandung galaktosa sebagai
sumber C dan sumber energi dan bukan glukosa. Sebab itu bakteri akan
mensintesis β-galaktosidase. Bersamaan dengan ini disintesis pula rantai A dan
rantai B insulin, yang dilekatkan oleh sisa metionin. Setelah pelarutan
bakteri, maka perlakuan dengan sianogen bromida akan memecah protein pada
metionin. Dengan demikian rantai insulin akan terpisah dari β-galaktosidase.
Rantai-rantai dimurnikan dan digabungkan, maka terjadilah insulin asli manusia.
Saat ini sedang dikembangkan pendekatan
sintetik lain, gen untuk molekul pemula insulin atau proinsulin disintesis dan
disisipkan ke dalam E. coli. Proinsulin yang dihasilkan dimurnikan.
Proinsulin dicerna dengan enzim tripsin dan karboksipeptidase, maka terjadilah
insulin manusia .
Pemanfaatan
Bioteknologi Dalam Bidang pangan
Dalam perkembangan tentang bahan makanan saat
sekarang ini banyak dipengaruhi oleh bantuan mikroorga nisme yang
menguntungkan. Berdasarkan hasil percobaan, berikut ini ditampilkan tabel
pemanfaatan mikroorganisme baik fermentasi substrat padat, hasil, dan
mikrobanya.
Mikroorganisme,
Enzim, dan Pemanfaatannya
Mikroorganisme sangat besar peranannya dalam bidang
pangan. Mikroorganisme dapat mengubah suatu bahan pangan menjadi bahan pangan
lain dengan nilai gizi lebih tinggi, rasa lebih enak, lebih mudah dicerna dan
dengan penampilan lebih menarik. Selain pengubahan bahan makanan mikroorgaisme
itu sendiri dapat digunakan sebagai sumber makanan oleh manusia maupun hewan.
Dibalik manfaatnya yang besar, mikroorganisme
juga dapat menjadi penyebab utama kerusakan makanan kita. Mikroorganisme ialah
penyebab makanan menjadi busuk dan beracun. Pada bab ini hanya dibahas peran
positif mikroorganisme dalam bidang pangan khususnya yang berkaitan dengan
bioteknologi pangan.
Hasil pangan yang diproduksi oleh
mikroorganisme sangat luas kisarannya, dari pangan hasil fermentasi secara
tradisional yang telah ada sejak zaman dahulu sampai pada produk-produk
mutakhir. Pangan hasil fermentasi yang telah ada sejak zaman dahulu ialah roti,
keju, yoghurt, anggur, bir, tempe, oncom, kecap dan lain-lain. Produk-produk
mutakhir, antara lain mikroprotein dan protein sel tunggal. Peran yang
dimainkan oleh mikroorganisme dalam produksi bahan pangan meliputi penggunaan
enzim mikroba atau metabolit yang lain, berbagai proses fermentasi pangan dan
pembiakan mikroorganisme tertentu dalam skala besar sebagai bahan pangan .
Penggunaan bioteknologi, sebagaimana ilmu
pengetahuan lainnya kadang-kadang bersifat embigu, yakni disatu sisi dapat
bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi disisi lain
dapat dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Teknik rekayasa genetik misalnya,
menjanjikan kepada kita antara lain dapat menghilangkan berbagai jenis penyakit
keturunan melalui “penggantian” gen. Pada kondisi yang sama pembelokan tehnik
ini bisa saja terjadi akibat munculnya godaan, sehingga manusia melalui
percobaannya dapat menciptakan manusia super atau bahkan menciptakan monster
maupun penjahat demi mencapai tujuannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
dampak bioteknologi terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Hewan–hewan
yang telah mengalami modifikasi secara genetik belum tentu langsung dapat
dikonsumsi oleh manusia karena efek samping resiko genetik atau adanya residu
antibiotik pada daging yang akan termakan oleh manusia akibat pengobatan jangka
panjang, demikian pendapat sebagian orang. Namun, sebagian lainnya mengatakan
bahwa dengan bioteknologi, produk makanan menjadi lebih sehat, contohnya daging
dapat diproduksi kandungan lemak dan kolesterol yang rendah atau jenis susu
yang lebih mudah dicerna.
Dampak ilmu pengetahuan terhadap cara
berpikir manusia dewasa ini sungguh dahsyat. Rasionalitas ilmu pengetahuan itu
tidak hanya mengubah cara pandang tradisional kita, tetapi juga teologi
yang terlalu theosentris. Ilmu pengetahuan secara umum membantu manusia untuk
memecahkan masalahnya, sehingga falsafah Tuhan Allahnya deisme (pandangan yang
menegaskan bahwa hanya Tuhan yang dapat memecahkan problem manusia)
berangsur-angsur hilang.
Selanjutnya dikatakan bahwa manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi akan memperbesar kekuasaan kita atas alam dan
masyarakat dan atas diri kita sendiri, sehingga akan muncul lagi bahaya dari
teknologi yaitu semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, teknologi dan
bioteknologi justru akan melayani nafsu terhadap kekuasaan atau keinginan
irrasional untuk mendominasi.
Untuk mengurangi bahaya yang mungkin timbul
akibat teknologi maupun bioteknologi maka manusia sebagai makhluk Tuhan,
mengingat dan menerapkan apa yang ditulis Nasution (1999) yaitu setiap kali
seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya
sebagai manusia di bumi ini.
Pemanfaatan
Bioteknologi Dalam Bidang Perternakan dan Perikanan.
Penggunaan bioteknologi guna meningkatkan
produksi peternakan meliputi:
1)teknologi produksi, seperti inseminasi
buatan, embrio transfer, kriopreservasi embrio, fertilisasi in vitro, sexing
sperma maupun embrio, cloning dan spliting.
2)rekayasa genetika, seperti genome
maps, masker asisted selection, transgenik, identifikasi genetik, konservasi
molekuler,
3)peningkatan efisiensi dan kualitas pakan,
seperti manipulasi mikroba rumen, dan
4)bioteknologi yang berkaitan dengan bidang
veteriner (Gordon, 1994 ; Niemann dan Kues, 2000).
Teknologi
reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah,
a)transfer embrio berupa teknik Multiple
Ovulation and Embrio Transfer (MOET). Teknik ini telah diaplikasikan secara
luas di Eropa, Jepang, Amerika dan Australia dalam dua dasawarsa terakhir untuk
menghasilkan anak (embrio) yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi.
b)kloning telah dimulai sejak 1980an
pada domba. Saat ini pembelahan embrio secara fisik (spliting) mampu
menghasilkan kembar identik pada domba, sapi, babi dan kuda.
c)produksi embrio secara in vitro, teknologi
In vitro Maturation (IVM), In Vitro Fertilisation (IVF), In Vitro Culture
(IVC), telah berkembang dengan pesat. Kelinci, mencit, manusia, sapi, babi
dan domba telah berhasil dilahirkan melalui fertilisasi in vitro (Hafes,
1993).
Di Indonesia, transfer embrio
mulai dilakukan pada tahun 1987. Dengan teknik ini seekor sapi betina
mampu menghasilkan 20-30 ekor anak sapi (pedet) pertahun. Penelitian terakhir
membuktikan bahwa menciptakan jenis ternak unggul sudah bukan masalah lagi.
Dengan teknologi transgenik, yakni dengan jalan mengisolasi gen unggul, memanipulasi
dan kemudian memindahkan gen tersebut dari satu organisme ke organisme lain,
maka ternak unggul yang diinginkan dapat diperoleh. Babi transgenik, di
Princeton Amerika Serikat kini sudah berhasil memproduksi hemoglobin manusia
sebanyak 10-15% dari total hemoglobin manusia, bahkan laporan terakhir mencatat
adanya peningkatan presentasi hemoglobin manusia yang dapat dihasilkan oleh
babi transgenik ini.
Dalam bidang perikanan, kebutuhan adanya
penerapan teknologi sangat dinantikan, mengingat adanya penangkapan ikan yang
melebihi potensi lestari (over fishing), banyaknya terumbu karang yang rusak
dan dengan adanya peningkatan konsumsi ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan,
Sarwono mengakui adanya kebutuhan penerapan teknologi, tetapi ia juga mengakui
adanya ketakutan pada dampak penerapan teknologi tinggi.
Penelitian bioteknologi dalam bidang
perikanan, di utamakan pada tiga kelompok, yaitu: akuakultur, pemanfaatan
produksi alam dan prosesing bahan makanan yang bernilai ekonomi tinggi.
Pengembangan bioteknologi di bidang akuakultur meliputi seleksi, hibridasi,
rekayasa kromosom dan pendekatan biologi molekuler seperti transgenik sangat
dibutuhkan untuk menyediakan benih dan induk ikan.
Pada akuakultur, program peningkatan sistem
kekebalan ikan telah dilakukan dengan menggunakan vaksin, imunostimulan,
probiotik dan bioremediasi. Vaksin dapat memacu produksi antibiotik
spesifik dan hanya efektif untuk mencegah satu patogen tertentu. Imunostimulan
merupakan teknik meningkatkan kekebalan yang non spesifik, misalnya
lipopolysaccharide dan B-glucan yang telah diterapkan untuk ikan dan udang di
Indonesia. Probiotik diaplikasikan pada pakan atau dalam lingkungan perairan
budidaya sebagai penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan.
Pada tahun 1980 penelitian transgenik pada
ikan telah dimulai dengan mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup
lainnya serta mengamati fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing
hasil isolasi diinjeksi secara makro ke dalam telur untuk memproduksi galur ikan
yang mengandung gen asing tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan ikan transgenik, yaitu:
1)isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi
pada telur,
2)identifikasi gen pada anak ikan yang
telah mendapatkan injeksi gen asing tadi, dan
3)keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi
gen asing tersebut.
Manfaat
Bioteknologi Dalam bidang Industri
Dalam bidang industri peranan mikroorganisme
dapat dijumpai pada teknologi pemisahan logam. Beberapa jenis bakteri ada yang
dapat hidup pada logam, misalnya bakteri besi Thiobacillus ferroxidans yang
mampu mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III), dengan reaksi sebagai
berikut.
4Fe2+ 3+ 4H + O 4Fe + 2H O
Bakteri tersebut mirip dengan Thiobacillus
thiooxi dants yang dapat mentoleransi nilai pH hingga 2,5 dengan mendapatkan
energi dari senyawasenyawa belerang dan ionion Fe2+ . Habitat bakteri ini di
perairan yang asam dari bijih logam, terutama sulfida logam, seperti FeS2.
Dengan proses oksidasi oleh bakteri dari
senyawa senyawa belerang tereduksi atau belerang unsur menjadi asam sulfat dari
Fe3+, maupun oleh oksidasi secara kimia logam berat yang tidak larut menjadi
sulfat logam, maka bakteri yang berada dalam bijih besi mampu memisah dari
bijih besinya.
Bakteri juga dapat melakukan penyediaan asam
belerang pada pemisahan bijih logam yang dilakukan oleh dua macam bakteri
tersebut di atas. Selain bijih besi yang dipisahkan, juga bisa tembaga (Cu),
seng (Zn), kobalt (Co), emas (Au), dan uranium.
Contoh bakteri lain yang dapat dimanfaatkan
dalam bioteknologi sebagai berikut,
1.
Gallinella
ferruginea, mampu mengoksidasi Fe men jadi Fe 3+, yang hidup di lapisan besi
oksidasi pada air buangan.
2.
Leptothrix
ochracea, mampu mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+, yang hidup di lapisan besi
oksidasi pada air buangan.
3.
Leptothrix
discopharus , mampu mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn4+ .
Manfaat
Bioteknologi Dalam Menyelesaikan Masalah Sosial
Molekul DNA dapat diisolasi dari sel kemudian
dideteksi sehingga memberikan gambaran enzim retriksi yang khas pada setiap
orang. Dalam kasus pembunuhan, pengadilan bisa melacak pelakunya bila penjahat
meninggalkan sampel darah atau jaringan ditempat terjadinya kejahatan. Demikian
pula kasus perebutan anak di pengadilan dapat diselesaikan denganadanya hasil
tes DNA, karena anak memiliki kesamaan enzim retriksi dengan orang tuanya.
E. Dampak Bioteknologi
Dalam kehidupan manusia bioteknologi tidak
hanya membawa dampak yang positif saja tetapi juga dampak negative.
1.
Dampak Positif
Dampak positif dengan adanya bioteknologi
adalah sebagai berikut,
1.
Bidang Pangan
Bioteknologi memainkan peranan penting dalam
bidang pangan yaitu dengan memproduksi makanan dengan bantuan mikroba
(tempe,roti,keju,yoghurt,kecap,dll) ,vitamin, dan enzim.
2.
Bidang Kesehatan
Bioteknologi juga dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, pembuatan vaksin,
terapi gen dan pembuatan antibiotik. Proses penambahann DNA asing pada bakteri
merupaka prospek untuk memproduksi hormon atau obat-obatan di dunia kedokteran.
contohnya pada produksi hormon insulin, hormon pertumbuhan dan zat antivirus
yang disebut interferon. Orang yang menderita diabetes melitus membutuhkan
suplai insulin dari luar tubuh. Dengan menggunakan teknik DNA rekombinan,
insulin dapat dipanen dari bakteri.
3.
Bidang Lingkungan
Bioteknologi dapat digunakan untuk perbaikan
lingkungan misalnya dalam hal mengurangi pencemaran dengan adanya teknik
pengolahan limbah dan dengan memanipulasi mikroorganisme.
4.
Bidang Pertanian
Adanya perbaikan sifat tanaman dapat
dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa
genetika untuk memperoleh varietas unggul, produksi tinggi, tahan hama,
patogen, dan herbisida. Perkembangan Biologi Molekuler memberikan sumbangan
yang besar terhadap kemajuan ilmu pemuliaan ilmu tanaman (plant breeding).
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis melalu pemuliaan
tanaman konvemsional telah memberikan kontribusi yng sangat besar dalam
penyediaan pangan dunia.
Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk
tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang dapat
membuat pupuknya sendiri sehingga dapat menguntungkan pada petani. Demikian
pula terciptanya tanaman yang tahan terhadap tanah gersang. Mikroba yang di
rekayasa secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian, demikian juga
dalam cara lain, seperti meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bacteri
Rhizobium. Keturunan bacteri yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat meningkatkan
hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain sedang mencoba
mengembangkan turunan dari bacteri Azotobacter yang melekat pada akar tumbuh
bukan tumbuhan kacang-kacangan (seperti jagung) dan mengembangbiakan,
membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada kebutuhan pupuk amonia
(pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu kendala
besar dalam budidaya tanaman pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini
digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida banyak menimbulkan berbagai
dampak negatif, antara lain matinya organigme nontarget, keracunan bagi hewan
dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari
terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut dengan cara yang lebih aman. Kita
mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di alam sangat banyak, dan setiap
jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Dari sekian
banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok yang bersifat patogenik (dapat
menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak menimbulkan penyakit bagi
makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus
thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu
menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama
seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif
menjadi menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan
serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan
sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini
diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida
kimia.
Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang
dapat diperoleh cara yang lebih efektif lagi untuk membasmi hama. Pada saat ini
sudah dikembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama. Tanaman
transgenik diperoleh dengan cara rekayasa genetika. Gen yang mengkode
pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B. thuringiensis dapat
diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman budidaya. Dengan cara
ini, diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan protein yang bersifat
toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak diperlukan lagi.
5.Bidang
Peternakan
Peningkatan produksi ternak ,meningkatkan
efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen, menghasilkan
embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi, menciptakan jenis ternak
unggul, dan dapat memproduksi asam amino tetentu.
Hewan ternak diberi perlakuan dengan
produk-produk yang dihasilkan dari metode DNA rekombinan. Produk ini mencakup
vaksin-vaksin baru atau yang didesain ulang, antibodi dan hormon-hormon
pertumbuhan. Misalnya, beberapa sapi perah disuntik dengan hormon pertumbuhan
sapi (BGH, bovine growth hormone) yang dibuat oleh E.coli untuk menaikkan
produksi susu (vaksin ini dapat meningkatkan hingga 10%). BGH juga meningkatkan
perolehan bobot dalam daging ternak. Sejauh ini telah lulus dari semua uji
keamanan dan BGH sekarang digunakan secara meluas dalam kelompok pabrik susu.
Adapun hewan transgenik, organisme yang
mengandung gen dari spesies lain,termasuk ternak penghasil daging dan susu,
serta beberapa spesies ikan yang yang dipelihara secara komersial, dihasilkan
dengan menyuntikkan DNA asing ke dalam nukleus sel telur atau embrio
muda.
6.Bidang
Hukum
Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi
bagi kepentingan forensik. Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau
jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara.
Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan dalam tubuh
korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA finngerprint), dapat
diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi karena urutan DNA
setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel darah atau
jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit (kira-kira 1000
sel).
DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih
maju dalam proses pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang
hampir mencapai 100% menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju
dibandingkan dengan proses biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk
identifika
2.Dampak
Negatif
1.Dampak
terhadap kesehatan
Produk-produk hasil rekayasa genetika
memiliki resiko potensial sebagai berikut:
1.
Gen sintetik
dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik
untuk manusia dan hewan.
2.
Rekayasa
genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya
kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak
stabilnya DNA rekayasa genetik.
3.
Virus
di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh
rekayasa genetik.
4.
Penyebaran
gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak
menghilangkan infeksi.
5.
Meningkatkan
transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit.
6.
DNA
rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter
sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar
sel-sel kanker).
7.
Tanaman
rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan
residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman.
2. Dampak
terhadap lingkungan
Saat ini, umat manusia mampu memasukkan gen
ke dalam organisme lain dan membentuk "makhluk hidup baru" yang belum
pernah ada. Pengklonan, transplantasi inti, dan rekombinasi DNA dapat
memunculkan sifat baru yang belum pernah ada sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme
transgenik ke alam telah menimbulkan dampak berupa pencemaran biologis di
lingkungan kita. Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau
Genetically Modified Organism (GMO), lebih dari cukup kerusakan yang
ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan International Specialty
Products. Di antaranya:
1.
Tidak
ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai
20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di
India gagal sampai 100 persen.
2.
Tidak
ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman
rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika
Serikat.
3.
Tanaman
rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian
Kerajaan Inggris.
4.
Bt
tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa
genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.
5.
Area
hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin,
sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena
adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India,
meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah
meninggal dalam waktu setahun.
6.
Pangan
dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di
lapangan dan di dalam tes laboratorium.
7.
Herbisida
roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio. Roundup
digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di
seluruh dunia.
8.
Kontaminasi
transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan tanaman
rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.
3.
Dampak terhadap etika moral
Penyisipan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat
dianggap telah melanggar hukum alam dan kurang dapat diterima oleh masyarakat.
Pemindahan gen manusia ke dalam tubuh hewan dan sebaliknya sudah mendapatkan
reaksi keras dari berbagai kalangan. Permasalahan produk-produk transgenik
tidak berlabel, membawa konskuensi bagi kalangan agama tertentu. Terlebih lagi
teknologi kloning yang akan dilakukan pada manusia.
Bioteknologi yang berkaitan dengan reproduksi
manusia sering membawa masalah baru, karena masyarakat belum menerimanya.
berikut ini beberapa contoh mengenai masalah ini:
1.
seorang
nenek melahirkan cucunya dari embrio cucu yang dibekukan dalam tabung pembeku
karena ibunya tidak mampu hamil karena penyakit tertentu. Kemudian di
masyarakat timbul sebuah pertanyaan "anak siapa bayi tersebut?"
2.
pasangan
suami istri menunda kehamilan. sperma suami dititipkan di bank sperma. beberapa
tahun setelah suami meninggal, sang janda ingin mengandung anak dari almarhum
suaminya. Dia mengambil sperma yang dititipkan di bank sperma. bagaimanakah
staus dari anak tersebut ?, bolehkah wanita tersebut mengandung anak dari suami
yang telah meninggal ?.
3.
meminta
sperma orang lain di bank sperma untuk difertilisasi di dalam rahim wanita
merupakan pelanggaran atau bukan ?
4.
Dampak ekonomi
Terdapat suatu kecenderungan bahwa
bioteknologi tidak terlepas dari muatan ekonomi. Muatan ekonomi tersebut
terlihat dari adanya hak paten bagi produk-produk hasil rekayasa genetik,
sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada lembaga-lembaga tertentu saja. Hal
ini memaksa petani-petani kecil untuk membeli bibit kepada perusahaan
perusahaan yang memiliki hak paten. Produk Bioteknologi dapat merugikan
peternak-peternak tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon pertubuhan
sapi hingga naik sebesar 20%. hormon tersebut hanya mampu dibeli oleh
perusahaan peternakan yang bermodal besar. Hal tersebutmenimbulkan suatu
kesenjangan ekonomi. Menyikapi adanya dampak negatif bioteknologi, perlu
adanya tindakan-tindakan untuk menanggulangi meluasnya dampak tersebut, antara
lain sebagai berikut:
Sejak Stanley Cohen melakukan rekombinasi DNA
tahun 1972, telah dikeluarkan peraturan agar ada ijin atau rekomendasi sebelum
para pakar melakukan rekombinasi. Ini dilakukan agar rekombinasi DNA yang
dilakukan tidak digunakan untuk tujuan yang negatif.
1.Pemerintah Amerika Serikat melarang cloning
manusia apapun alasannya. Namun tidak semua negara mempunyai peraturan seperti
Amerika Serikat. Seperti Singapura, tidak melarang cloning tersebut.
2.Undang-undang yang melarang pembuatan
senjata biologis yang berlaku untuk semua negara di dunia.
3.Selain undang-undang dan peraturan,
prosedur kerja di laboratorium telah membatasi kemungkinan terjadinya dampak
negatif. Misalnya kondisi laboratorium harus suci hama (aseptik), limbah yang
keluar dari laboratorium diolah terlebih dahulu.
4.Pengawasan dan pemberian sertifikasi bahwa
produk-produk yang berlabel bioteknologi tidak menyebabkan gangguan pada
kesehatan manusia.
5.Penerapan bioteknologi harus tetap
berdasarkan nilai-nilai moral dan etika karena semua makhluk hidup mempunyai
kepentingan yang sama dalam menjaga "ekosistem manusia"
6.Penegakkan di bidang hukum dengan jalan
menaati UU No.12 tahun 1992 tentang sistem budidaya pertanian, dan UU No.4
tahhun 1994 tentang pengesahan konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati.
Bagian penjelasan umum, sub bab Manfaat Konvensi butir 6 menyatakan bahwa
"pengembangan dan penaanganan bioteknologi agar Indonesia tidak dijadikan
ajang ujicoba pelepasan GMO oleh negara lain.
7.Pada tingkat nasional, pemerintah Indonesia
telah mengeluarkan surat keputusan bersama (SKB) Nomor 998.I/ Kpts/
OT.210/ 9/ 99;790.a/ KptsXI/ 1999;1145A/ MENKES/ SKB/ IX/ 1999;015A/ Meneg
PHOR/ 09/ 1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian
Hasil Rekayasa Genetika Tanaman. Surat Keputusan bersama tersebut melibatkan
Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan
Menteri Negara Pangan dan Hortikultura. Dalam keputusan tersebut mengharuskan
adanya pengujian tanaman pangan hasil rekayasa genetika sebelum dikomersialkan
sesuai standar protokol WHO. Standar protokol WHO tersebut meliputi uji
toksisitas, alergenitas, dan kandungan nutrisi.
8.Pada tingkat internasional, pemerintah
Amerika Serikat misalnya telah membentuk badan khusus yang bernama FDA (Food
and Drugs Administration). FDA bertugas menangani keamanan pangan, termasuk
produk rekayasa genetika. Badan ini telah membuat pedoman keamanan pangan yang
bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa produk baru termasuk hasil rekayasa
genetika, harus aman untuk dikonsumsi sebelum dikomersialkan. Badan
Internasional Food and Agriculture Organization (FAO) juga telah mengeluarkan
beberapa petunjuk rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan.
Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan FAO adalah sebagai berikut :
1. Pengaturan keamanan pangan yang
komprehensif sehingga dapat melindungi kesehatan konsumen. Setiap negara harus
dapat menempatkan peraturan tersebut seimbang dengan perkembangan
teknologi.
2. Pemindahan gen dari pangan yang menyebabkan
alerg hendaknya dihindari kecuali telah terbukti bahwa gen yang dipindahkan
tidak menunjukkan alergi.
3. Pemindahan gen dari bahan pangan yang
mengandung alergen tidak boleh dikomersialkan.
4. Senyawa alergen pangan dan sifat dari
alergen yang menetapkan kekebalan tubuh dianjurkan untuk diidentifikasi.
5. Negara berkembang harus dibantu dalam
pendidikan dan pelatihan tentang keamanan pangan yang ditimbulkan oleh
modifikasi genetika.
Pelaksanaan kloning harus mempertimbangkan
beberapa prosedur, antara lain :
1.Riset klinis harus disesuaikan dengan
prinsip moral dan ilmu pengetahuan serta didasarkan atas eksperimen dengan
fakta-fakta ilmiah yang sudah pasti.
2.Riset klinis hendaknya diadakan secara sah
oleh ahli yang berkompeten dan di bawah pengawasan tenaga medis yang ahli di
bidangnya.
3.Setiap proyek riset klinis hendaknya
didahului oleh suatu observasi yang cermat terhadap bahaya yang mungkin terjadi
dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
4.Dokter seharusnya memberikan perhatian
khusus dalam menjalankan riset klinis; yang mengubah kepribadian orang menjadi
objek, akibat obat-obatan, atau prosedur percobaan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mutasi
adalah peristiwa perubahan sifat gen (susunan kimia gen) atau kromosom sehingga
menyebabkan perubahan sifat yang baka (diturunkan) tetapi bukan sebagai akibat
persilangan atau perkawinan. Mutasi dapat terlihat dalam jumlah kecil maupun
besar. Mutasi kecil hanya menimbulkan perubahan yang sedikit dan kadang kala
tidak membawa perubahan fenotif yang jelas, jadi hanya semacam variasi. Mutasi
besar menimbulkan perubahan besar pada fenotif, yang biasanya dianggap abnormal
atau cacat. Mutasi terjadi karena perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini
dapat diakibatkan oleh adanya sifat yang tidak tetap dan selalu dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor baik alamiah maupun buatan. Agar suatu species tidak
mengalami kepunahan diperlukan usaha untuk menyesuaikan diri terhadap timbulnya
suatu perubahan. Kejadian mutasi sangat jarang terlihat, hal ini
disebabkan :
- mutasi yang terjadi pada suatu gen tidak
dapat menunjukan penampakannya, karena jumlah gen yang terdapat dalam satu
individu banyak sekali.
- gen yang bermutasi bersifat letal, sehingga
gejala mutasi tidak dapat diamati sebab individu segera mati sebelum dewasa.
- gen yang bermutasi umumnya bersifat
resesif, sehingga selama dalam keadaan hetreozigot tidak akan terlihat.
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang
mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain)
maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Beberapa disiplin ilmu dan teknologi yang
mendukung bioteknologi menghasilkan cabang-cabang bioteknologi baru, di
antaranya, bioteknologi pertanian, bioteknologi lingkungan, bioteknologi
kesehatan, dan bioteknologi industri. Pada saat ini, bioteknologi tidak hanya
terbatas pada eksperimen di laboratorium, melainkan sudah berkembang menjadi
industri besar.
Perubahan sifat Biologis melalui rekayasa
genetika tersebut menyebabkan "lahirnya organisme baru" produk
bioteknologi dengan sifat - sifat yang menguntungkan bagi manusia. Produk
bioteknologi, antara lain:
·Kapas resisten hama serangga
·Pepaya resisten virus
·Enzim pemacu produksi susu pada sapi
·Padi mengandung vitamin A
·Pisang mengandung vaksin hepatitis
Dalam kehidupan manusia bioteknologi tidak
hanya membawa dampak yang positif saja tetapi juga dampak negative.
Dalam asal usul
kehidupan terdapt beberapa teori yang mendukung diantaranya: Teori Abiogenesis,
Teori Boigenesis, dan Teori Kosmozoa Charles Darwin adalah seorang
pencetus teori evolusi yang hingga saat ini teorinya masih digunakan. Dalam
bukunya ia menuliskan pokok-pokok evolusi yaitu:
a. Makhluk hidup yang
ada sekarang berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
b. Evolusi terjadi
melalui seleksi alam.
Lamarck mengatakan
organisme dapat berevolusi karena ada pengaruh dari lingkungannya, namun
weismann menolak toeri itu dan berkesimpulan bahwa
a. perubahan sel tubuh
karena pengaruh lingkungan, tidak diwariskan pada keturunannya
b. evolusi merupakan
masalah genetika
DAFTAR PUSTAKA
Pujianto Sri.2012. Menjelajah Dunia
Biologi. Solo: Platinum.
Mukti, Cahyo, dkk.2014. Biologi. Cipta
Pustaka.
Aryulina, Diah,dkk.2004.
Biologi SMA dan MA. Jakarta: Erlangga.
http://putra-tatiratu.blogspot.com/2008/06/evolusi-6.html
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=330&uniq=3659
http://www.scribd.com/doc/58423350/MAKALAH-EVOLUSI
http://www.scribd.com/doc/39730000/MAKALAH-EVOLUSI
http://www.scribd.com/doc/39540687/Makalah-Evolusi-Final
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya