I-TALAS (Integrated Talang System)
SOLUSI KEKURANGAN AIR
DAERAH TABA PENANJUNG
KARYA
TULIS ILMIAH
Diajukan
Sebagai Salah Syarat Menyelesaikan Tugas Akhir Semester
Tahun
Ajaran 2015-2016
Disusun Oleh
Nama : Irma Susanti
Kelas : XI IPA 1
Guru
Pembimbing : Lika Citra Dewi, S.Pd
Mata
Pelajaran : Bahasa Indonesia
Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan Bengkulu Tengah
SMA Negeri 2 Bengkulu
Tengah
Tahun Ajaran 2015/2016
ABSTRAK
Daerah Taba Penanjung gersang dan
sulit air apabila musim kemarau. Proyek pengaliran air gunung ke rumah penduduk
belum begitu memuaskan masyarakat karena topografi daerah ini bergunung-gunung,
pola persebaran penduduk yang menyebar, dan jauhnya jarak sumber air gunung
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pipa dan habisnya air di tengah
jalan. Sehingga sumber air yang paling diharapkan adalah air hujan. Pmerintah
pernah mengadakan proyek Penampungan Air Hujan (PAH). Namun gagal karena sistem
penangkapan air hanya dengan sistem penangkapan air hanya dengan sistem talang
gabung. Maka, perlu diadakan penggabungan dengan sistem talang tepi. Talang
berharga mahal, mudah berkarat dan rusak. Maka, penulis membuat inovasi genteng
berbahan tanah liat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain I-TALAS,
meninjau gaya pada I-TALAS, dan mengetahui penerapan I-TALAS.
Penelitian ini adalah penelitian
desain arsitek dengan metode observasi, studi pustaka, dan eksperimen. Desain
I-TALAS mengacu pada genteng press baik secara ukuran dan fungsi. Talang
I-TALAS diatur supaya tidak mengalami kebocoran. Pengait pada I-TALAS ditinjau
dengan torsi dan resultan gaya agar I-TALAS seimbang dan air tidak meluap.
Hasil dari penelitian ini adalah:
desain I-TALAS adalah dengan menambahkan fungsi talang; I-TALAS berukuran lebar
23 cm, panjang 30 cm, diameter talang 16 cm, pengait (tinggi = 4 cm, lebar 3
cm, dan panjang 7 cm), “sambungan” 1 cm; penerapan I-TALAS dengan memadukannya
dengan sistem talang gabung sehingga air yang ditampung akan 2 kali lebih
banyak.
Kata Kunci:
I-TALAS, genteng, talang, talang tepi, talang gabung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Hampir
semua aktivitas membutuhkan air. Tidak hanya kebutuhan air minum saja, air juga
diperlukan untuk mandi, mencuci, membangun rumah, maupun menyiram toilet.
Rata-rata seorang manusia membutuhkan 1500 liter dalam sehari untuk beragam
kebutuhan.
Kebutuhan
akan air menjadi elemen kebutuhan pokok pangan, sandang, dan papan. Masyarakat
di daerah pegunungan memiliki masalah yang cukup akut, yaitu kekurangan air.
Taba Penanjung merupakan daerah yang banyak memiliki tanah yang berbukit-bukit.
Sumber
air di daerah ini adalah air hujan dari PDAM yang airnya diambil dari sumber
mata air dan sungai. Namun pembangunan proyek pengaliran air ini tidak berjalan
dengan lancar. Pola persebaran penduduk yang menyebar dan topografi yang
bergunung-gunung menyebabkan jauhnya jarak sumber mata air dengan pemukiman
menyebabkan sering terjadi kerusakan pipa, dan habisnya air di tengah jalan
pengaliran.
Sehingga
sumber air yang dapat diharapkan dari daerah ini adalah air hujan. Pada musim
ini, masyarakat berlomba-lomba menadah air hujan. Air hujan tidak akan
menggenang ke dalam tanah melainkan langsung meresap ke dalam tanah karena
daerah ini merupakan batuan gamping.
Proyek
PAH (Penampungan Air Hujan) pernah dilakukan oleh pemerintah sebagai sebuah
tindakan untuk menampung air hujan, namun proyek ini akhirnya kurang berhasil
disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya adalah teknologi pengaliran air
hujan yang kurang tepat karena menggunakan sistem talang tabung. Mayoritas
arsitek rumah masyarakat Taba Penanjung masih menganut arsitek-arsitek yang
masih kuno dimana setiap ruang diletakkan di dalam satu rumah.
Sehingga
dalam satu KK (Kelompok Keluarga) memiliki rumah lebih dari satu yang saling
bergandengan. Setiap ujung rumah digandeng dengan ujung rumah lainnya dengan
disisipi talang agar air dapat mengalir di atasnya. Sehingga sistem talang ini
disebut talang gabung.
Air
hujan yang jatuh pada talang tersebut akan dialirkan ke PAH. Ketidakefektifan
sistem ini karena hanya menangkap air dari salah satu sisi atap saja. Air yang
jatuh pada atap yang bukan pertemuan (bukan talang gabung) tidak mampu
terakumulasi sehingga air yang ditampung sedikit. Apabila semua sisi atap
dipasangi talang, baik itu atap tepi maupun atap pertemuan, maka air yang dapat
ditampungkan 2 kali lebih banyak karena air tertangkap dari dua sisi, bukan
hanya satu sisi seperti halnya talang gabung.
1.2.
Rumusan
Masalah
Penelitian
ini mengangkat judul I-TALAS (Integrated Talang Sistem) solusi kekurangan air
daerah Taba Penanjung (desain genteng ditinjau dengan resultan torsi, dan
resultan gaya). Adapun rumusan pada penelitian ini, yaitu:
Bagaimanakah
desain I-TALAS?
Bagaimanakah
ukuran eksakta I-TALAS ditinjau dengan gaya dan resultan torsi?
Mengetahui
penerapan I-TALAS?
1.3.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui
desain I-TALAS
Ukuran
eksakta I-TALAS ditinjau dengan gaya resultan torsi.
Mengetahui
penerapan I-TALAS.
BAB II
KAJIAN ATAU PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan
Genteng
press
Talang
2.2. Prosedur
Percobaan
Peneliti membuat desain dengan
memperhatikan keadaan struktur genteng tanah liat yang sudah ada, lalu
memodifikasikannya sesuai tujuan penelitian.
Mengumpulkan
data curah hujan
Analisis
desain genteng press (menghitung massa jenis, dan ukuran)
Mendesain
I-TALAS dengan mempertimbangkan desain genteng press (menghitung massa jenis,
dan ukuran), dan data hasil observasi.
Analisis
gaya dan torsi
Pemberian
ukuran dan eksak pada I-TALAS
Pembuatan
prototype desain
Penerapan
prototype dengan metode pendekatan
Pembuatan
I-TALAS dengan ukuran sebenarnya
2.3. Hasil
Percobaan
2.3.1. Desain I-TALAS
Desain dibagi menjdai 3 bagian yaitu A,
B, dan C. Bagian A adalah pengait I-TALAS agar tidak jatuh. Letaknya antara
genteng dengan reng. Bagian ini merupakan penentu agar I-TALAS dapat
mempertahankan posisinya atau (tidak jatuh).
Bagian B merupakan genteng. Bagian C
merupakan talang yang berfungsi sebagai akumulator air sementara yang berbentuk
setengah lingkaran. Namun, dalam desain ini lebih dari 30o agar air
yang mengalir tidak tumpah, dan dapat diasang pada beragam derajat kemiringan
atapnya.
Dalam perhitungan selanjutnya, I-TALAS
didesain dengan derajat kemiringan ± 30o karena atas dasar
pertimbangan sebagai berikut:
Sebagian
besar desain rumah (desain modern, limasan, dan kampung) di daerah objek
penelitian mempunyai derajad kemiringan 30o dengan presentase 82,5%
dari 40 sampel yang terletak di daerah Taba Penanjung.
Desain
rumah kuno, Joglo, mempunyai kemiringan ± 60o pada atap utama, namun
pada ujung atap (teras) tempat pemasangan talang, mempunyai kemiringan 25o
– 35o pada 12 rumah dari 12 rumah yang dijumpai penulis saat
observasi.
Desain I-TALAS mengacu pada genteng
press. Ciri khas dari genteng press adalah ketika dipasang akan tepat
berpasangan dengan genteng lain (sesuai dengan desain). Tidak seperti jenis
genteng kesut yang apabila dipasang akan bergeser dari posisi dimana seharusnya
ia berada sehingga menimbulkan kebocoran.
Jadi, walaupun dengan desain
I-TALAS yang sedemikian rupa, I-TALAS
dapat terpasang sebagaimana mestinya. Ukuran panjang dan lebar pada I-TALAS
pada bagian B pun sama dengan ukuran genteng yang sudah ada di pasaran. Hal ini
bertujuan untuk menyesuaikan dengan genteng yang biasa dipasang di rumah-rumah.
Sehingga masyarakat tidak perlu
mengubah desain seluruh genteng apabila I-TALAS digunakan. Selain itu, I-TALAS
lebih efisien dalam pemasangan, maupun dalam biaya dibanding dengan talang yang
ada di pasaran. I-TALAS dapat menjadi kebudayaan baru dalam dunia pemasangan
genteng.
Seperti halnya pembelian wuwung
yang digunakan untuk menutupi pangkal pertemuan antara genteng pada perlipatan
atap. I-TALAS juga dapat menjadi budaya untuk memasang genteng-talang pada
setiap ujung atap. Sambungan antar talang I-TALAS pun tidak perlu dikhawatirkan
akan kebocoran airnya.
Hal ini disebabkan karena pada
setiap sambungan memiliki bentuk sambungan yang sudah berukuran pasti dan tetap
serta menggunakan konsep genteng press yang dapat terpasang sebagai mestinya
desain. Desain sambungan ini adalah desain yang paling efektif yang sampai saat
ini penulis temukan.
2.3.2.
Ukuran I-TALAS dan Tinjauan Gaya
2.3.2.1. Ukuran
Kasar
Ukuran genteng pada I-TALAS
sama dengan genteng pada umunya. Pengubahan dan penyesuaian ukuran terletak
pada pengait dan ukuran talang. Ukuran genteng ini adalah ukuran genteng press
dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 23 cm.
Pada desain genteng yang ada di
pasaran, terdapat 3 bagian yaitu “bagian yang membukit” pada salah satu sisi
sampingnya. Bagian yang membukit ini berfungsi untuk mengaitkan dengan genteng
sampingnya (antar geteng). Pada sisi samping yang lain terdapat bagian yang
“membengkok ke atas”.
Bagian ini berfungsi untuk menangkap
bagian yang membukit dan membengkokkan ke atas tersebut, terdapat posisi
genteng yang datar. Posisi tersebut berukuran 11 cm. Pada posisi datar ini
talang I-TALAS berada.
Ketika posisi bagian yang
membukit dipasangkan pada posisi yang membengkok ke atas, maka posisi bagian
yang membukit akan menumpang pada posisi yang membengkok sehingga genteng
terpasang tumpang tindih.
2.3.2.2.
Tinjauan Gaya
Secara
logika, fungsi talang yang ditambahkan pada genteng akan memperberat genteng
untuk mempertahankan posisinya untuk seimbang. Agar posisinya seimbang, penulis
melakukan pengamatan perhitungan terhadap besar pengait talang pada I-TALAS.
Pada bagian talang tidak dihitung karena besar talang sudah ditentukan
sebelumnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Dengan I-TALAS,
semua ujung genteng dapat menjadi akumulator air sementara untuk dialirkan di
penampungan. Air yang ditampung akan lebih banyak dibandingkan dengan
menggunakan sistem talang gabung saja. Jika talang gabung hanya menampung dari
satu sisi atap (pertemuan saja), maka dengan I-TALAS, sehingga semua air yang
turun ke genteng akan tertangkap oleh talang yang kemudian dialirkan ke
penampungan.
Agar
air pada talang mengalir ke penampungan tanpa mengatur perbedan tinggi pada
tepi atap. Air yang mengalir pada ujung talang diasumsikan lebih pendek dari
pada air yang mengalir di tengah talang. Dengan demikian, air dapat mengalir
dengan baik ke penampungan walaupun tepi atap tidak diberi kemiringan. Beberapa
kelebihan dari I-TALAS yaitu:
a. Inovasi
baru, sederhana, dan berguna
I-TALAS belum pernah dibuat baik
oleh pengusaha genteng maupun pekerja bangunan. Biasanya penanganan kekurangan
air oleh pemerintah hanya dilakukan pada pemasokan air ke penduduk. Hal ini
kurang efektif karena hanya penduduk kaya saja yang dapat membeli.
Penelitian inovasi genteng I-TALAS
ini memang sederhana, namun apabila diterapkan akan membantu penangkapan air hujan
oleh daerah yang kekurangan air terutama untuk kalangan penduduk-penduduk yang
kurang mampu.
b. Lebih
efisien dalam pemasangan
I-TALAS lebih efisien baik dari
segi tenaga maupun biaya pemasangan dibanding dengan talang biasa. Harga
I-TALAS ini juga lebih murah dibanding talang biasa. Karena hanya seperti harga
genteng press pada umunya.
c. Prospek
ke depan bagus
I-TALAS dapat menimbulkan budaya
baru pemasangan genteng talang pada ujung atap untuk penangkapan air seperti
pemasang wuwung pada setiap perlipatan atap rumah.
d. Aplikasi
teori fisika kurikulum SMA dalam kehidupan sehari-hari
Banyak pelajar yang belajar hanya
untuk mencari nilai yang bagus. Namun, setelah itu selesai. Teori yang mereka
dapat tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama mata pelajaran
fisika yang dianggap sulit.
Untuk mencari berat talang, dihitung
dengan rumus massa jenis, yaitu massa per volume. Volume talang didapat dari
ukuran talang yang sudah dibahas sebelumnya. Bentuk talang adalah tabung
berongga dengan ketebalan 1 cm.
Karena talang adalah tabung
berongga, maka volumenya dihitung dari volume besar (ukuran talang) dikurangi
ukuran volume kecil (volume rongga). Ukuran diameter rongga dihitung dari
diameter talang dikurangi ketebalan.
Sistem talang sisi tidak banyak
digunakan oleh masyarakat di daerah Taba Penanjung. Hal ini disebabkan karena
pembuatan talang sisi menggunakan logam yang mahal, mudah berkarat, dan mudah
rusak. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam pengaliran air hujan di
rumah-rumah masyarakat Taba Penanjung agar air hujan yang dapat ditampung semakin
banyak.
Karena pengadaan talang sangat sulit
dilakukan, maka penulis melakukan inovasi pada pengadaan genteng. Inovasi tidak
perlu dilakukan dengan mengubah budaya penggunaan genteng tanah liat di
masyarakat, tetapi inovasi yang diperlukan adalah dengan menambah fungsi
genteng yang sekaligus dapat digunakan sebagai talang. Hal tersebut mendorong
peneliti untuk mengangkat judul I-TALAS (Integrated Talang System) solusi
kekurangan air derah Taba Penanjung.
BAB
IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dari
pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan:
I-TALAS
dibuat dengan acuan desain genteng press. Desain I-TALAS adalah inovasi genteng
dengan menambah fungsi talang pada desainnya. Fungsitalang diletakkan pada
bagian genteng yang datar (tidak termasuk bagian genteng yang berbukit dan
membengkok ke atas), serta pada bagian samping talang diberi fungsi “sambungan”
agar I-TALAS dapat terpasang seperti desain.
Ukuran
genteng I-TALAS sama dengan genteng press di pasaran yaitu panjang 30 cm dan
lebar 23 cm. Talang yang ditambahkan pada I-TALAS berukuran berukuran 11 cm
sesuai dengan bagian posisi datar pada genteng; memiliki diameter 14 cm sesuai
percobaan keefektifan kapasitas dan kekuatan; serta mempunyai fungsi
“sambungan” antar talang (I-TALAS) sebesar 1 cm. Sedangkan pengait mempunyai
ukuran panjang 7 cm, lebar 2 cm, dan tinggi 5 cm. Dari analisis tinjauan gaya,
I-TALAS seimbang dan air yang mengalir tidak tumpah.
I-TALAS
diterapkan pada ujung genteng pada atap yang bukan bagian dari sistem talang
gabung. Namun dalam pemakaiannya, sistem talang tepi dengan I-TALAS ini
digabungkan dengan sistem talang gabung agar air yang ditampung 2 kali lebih
banyak.
4.2.
Saran
1. Perlu
analisis lebih lanjut mengenai desain ini.
2. Diharapkan
kepada para warga agar lebih memprioritaskan talang air apa musim hujan,
sehingga pada saat musim kemarau warga dapat memakai air tanpa kekurangan.
3. Warga
diharapkan membuat talang yang lebih besar sehingga mampu mencukupi kebutuhan
air untuk masyarakat sekitar pada musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Hadori, Udia Haris.2006. Pengantar Meteorologi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas X. Cimahi:
Erlangga.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA Kelas XI. Cimahi:
Erlangga.
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta:
Percetakan Kanisius.
Seyhan, Ersin. 1997. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada Univercity Press.
Williams, Linda. 2004. Earth Science Demystified. United States
of America: Mc Graw Hill.
Helmi, Muhti. 2011. Sejarah Genteng. Cimahi: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya