1.
Jelaskan Pelaksanaan demokrasi liberal !
a. Menurut Masalah UU
:
Setelah
dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer yang
Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini disebut Masa
demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi
dan berdasarkan Undang – undang Dasar Sementara tahun 1950 yang juga
bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan RI
dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang
perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem politik
pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai – partai
politik, karena dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.
Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun,
dalam kenyataanya rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten
Demoktasi Liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959
Presiden Soekarno mengumumkan dekrit mengenai pembubaranKonstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap
tidak cocok dengan kedaan ketatanegaraan Indonesia.
b. Menurut Masalah
Pemilihan Umum :
Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa
berjayanya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini
terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih
kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam
waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan
dalam empat kabinet. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;
a. Kabinet Natsir (6 September 1950 -
21 Maret 1951)
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7
September 1950 dengan Mohammad Natsir (Masyumi) sebagai perdana menteri.
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi. Kabinet ini
merupakan kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam
parlemen tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet
ini kuat formasinya di mana tokoh – tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti
Sri Sultan Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo.
Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:
1. Menggiatkan usaha
keamanan dan ketentraman.
2. Mencapai konsolidasi
dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3. Menyempurnakan
organisasi Angkatan Perang.
4. Mengembangkan dan
memperkuat ekonomi rakyat.
5. Memperjuangkan
penyelesaian masalah Irian Barat.
Kendala yang
dihadapi oleh cabinet inin yaitu dalam memperjuangkan Irian Barat dan Belanda
mengalami kebuntuan, terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia,
seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
Keberhasilan Kabinet Natsir adanya perundingan antara Indonesia-Belanda untuk
pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Berakhirnya kekuasaan kabinet disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya dari
PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap
peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disampaikan kepada parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan
memperoleh kemenangan, sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
b. KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3
April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada
presiden, presiden menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal,
sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas selama 28
hari (28 Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik
Djojosukatro ( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi ) sebagai formatur dan
berhasil membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal
dengan nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh
Soekiman.
Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:
1.Menjamin keamanan dan ketentraman
2.Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui
hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani.
3.Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4.Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif
serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
5. Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang
pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan
penyelesaian pertikaian buruh.
Terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya
program menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan
untuk menjamin keamanan dan ketentraman. Kendala/Masalah yang dihadapi oleh
kabinet ini yaitu adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri
Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai
pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat
pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatiakan
kepentingan Amerika. Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar
politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok
barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat. Adanya
krisis moral yaitu korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan
kegemaran akan barang-barang mewah. Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik
karena kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan
terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden karena adanya
pertentangan dari Masyumi dan PNI.
c. KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3
Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto (
PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi formatur, namun
gagal.Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja
selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana
Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan
dari PNI, Masyumi, dan PSI.
Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:
1. Program dalam negeri
: Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR,
dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan
pemulihan keamanan.
2. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan
Indonesia-Belanda,Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta
menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Banyak sekali kendala yang muncul antara lain sebagai
berikut; adanya kondisi krisis ekonomi, terjadi defisit kas negara, munculnya
gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa,
terjadi peristiwa 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI sebagai alat sipil,
munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah dengan
adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan
keamanana di Sulawesi Selatan.Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai
persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli), peristiwa Tanjung Morawa
merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar
mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).Akibat peristiwa
Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada
presiden pada tanggal 2 Juni 1953.
d. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31
Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang
terbentuk pada tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang
cukup banyak dari berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet, termasuk
partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro
(partai Indonesia Raya PIR).
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:
1. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran
serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2. Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3. Pelaksanaan politik bebas-aktif
dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4. Penyelesaian Pertikaian politik.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet
Ali Sastroamijoyo I yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota
parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955, menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting dagi
solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa – bangsa Asia – Afrika dan juga
membawa akibat yang lain, seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan
politik rasdiskriminasi di negaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di
PBB, karena belanda masih bertahan di Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya. Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya. Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
e. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP
(12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet
Burhanuddin Harahap. Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI
membentuk_oposisi.
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:
1.Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu
mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
2.Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang
sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3.Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan
korupsi
4.Perjuangan pengembalian Irian Barat
5.Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik
luar negeri bebas aktif.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet
Burhanuddin Harahapyaitu;
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer. Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini adalah banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.
f. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II
(20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk
membentuk kabinet baru pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil
koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU. Program pokok dari Kabinet Ali
Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima
Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
1. Perjuangan
pengembalian Irian Barat
2. Pembentukan
daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3. Mengusahakan perbaikan
nasib kaum buruh dan pegawai.
4. Menyehatkan
perimbangan keuangan negara.
5. Mewujudkan perubahan
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
· Pembatalan
KMB
· Pemulihan
keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar
negeri bebas aktif
· Melaksanakan
keputusan KAA.
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet
Ali Sastroamijoyo II adalah kabinet ini mendapat dukungan penuh dari presiden
dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya
adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB. Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh
kabinet ini sebagai berikut. Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
Muncul pergolakan / kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada
gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer Memuncaknya krisis di
berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di
daerahnya. Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya
mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Timbulnya perpecahan
antara Masyumi dan PNI. Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet
hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.
G. KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari Kabinet
Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:
· Membentuk
Dewan Nasional
· Normalisasi
keadaan RI
· Melancarkan
pelaksanaan Pembatalan KMB
· Perjuangan
pengembalian Irian Jaya
· Mempergiat/mempercepat
proses Pembangunan
Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu. Mengatur
kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, Mengadakan
Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah.
Kendala/ Masalah yang dihadapi oleh kabinet ini sebagai berikut.
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya, terjadi peristiwa Cikini. Kabinet Djuanda berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya, terjadi peristiwa Cikini. Kabinet Djuanda berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.
c.
Menurut Masalah Kekuasaan
a) Menyelenggarakan
Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
b) Penyelenggaraan
pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Republik Indonesia secara
demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955
(memilih konstituante).
c) Pembatalan
seluruh perjanjian KMB. KMB
d) Indonesia dapat
mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda
e) Pemerintah
Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.
f) Masa
ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini berdiri.
g)
Instabilitas
Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini menjadikan
pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga perekonomian Indonesia sering
jatuh dan terinflasi.
h) Timbul berbagai masalah keamanan
i)
Sering terjadi
konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober 1952.
j)
Memudarnya
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem pemerintahan.
k)
Sering terjadi
konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk mendapatkan kekuasaan.
l)
Praktik
korupsi meluas.
m)
Kesejahteraan
rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada pengembangan bidang
politik bukan pada ekonomi.
2.
Jelaskan Pelaksanaan demokrasi terpimpin!
a. Menurut Masalah
UU :
Semula demokrasi ini di maksudkan untuk menangani
masalah-masalah yang ada, tetapi kemudian berkembang menjadi alat kekuasaan
ekstra-konstitusional. Konsep demokrasi terpimpin soekarno di anggap sebagai
rumusan polotik baru bagi bentuk pemerintahan yang lebih otoriter. Menurut
Adnan buyung nasution dalam bukunya yang berjudul “Aspirasi Pemerintahan
Konstitusional di Indonesia”(2001:301), bahwa demokrasi terpimpin bukan konsep
yang siap pakai atau yang mempunyai definisi yang jelas. Pada awalnya, konsep
tersebut hanya merupakan ide Presiden Soekarno yang luas dan kabur, yang
kemungkinan besar dimaksudkan untuk menangani masalah-masalah yang semakain
bertumpuk yang dihadapi Negara yang pemerintahannya masih sedang dirumuskan
oleh Konstituante. Dengan berjalannya waktu konsep tersebut berubah menjadi
konsep politik yang sama sekali berbeda, yang dimaksudkan untuk meruntuhkan
konsep pemerintahan parlimenter. Demokrasi Terpimpin ini sebagian besar
ditentukan oleh peristiwa-peristiwa sosial-politik yang terjadi antara tahun
1956 dan Juli 1959. Demokrasi Terpimpin dibagi menjadi tiga tahap. Tahap
pertama , dari bulan Februari 1957 hingga Juli 1958 dan mencakup perkembangan
seajak muncul samapai berakhirnya pemberontakan daerah. Tahap kedua, dari bulan
Juli 1958 sampai November 1958, ketika diusahakan perumuasan dasar Demokrasi
Terpimpin. Dalam tahap ini pertentangan antara pendukung dan penentang menjadi
jelas. Tahap ketiga, dari bulan November 1958 hingga Juli 1959 ketika demokrasi
terpimpin memasuki tahap pelaksanaan melalui jalan kembali ke UUD 1945 dan
perubahan seluruh sistem politik, dalam tahap ini Angkatan Darat memainkan
perananan yang menentukan
b. Menurut Masalah Pemilihan Umum :
Penetapan Presiden (Penpres) adalah senjata Soekarno
yang paling ampuh untuk melumpuhkan apa saja yang dinilainya menghalangi
jalannya revolusi yang hendak dibawakannya. Demokrasi terpimpin yang
dianggapnya mengandung nilai-nilai asli Indonesia dan lebih baik dibandingkan
dengan sistim ala Barat, ternyata dalam pelaksanaannya lebih mengarah kepada
praktek pemerintahan yang otoriter. Dewan Perwakilan Rakyat hasil pemilihan
umum tahun 1955 yang didalamnya terdiri dari partai-partai pemenang pemilihan
umum, dibubarkan. Beberapa partai yang dianggap terlibat dalam pemberontakan
sepanjang tahun 1950an, seperti Masyumi dan PSI, juga dibubarkan dengan paksa.
Bahkan pada tahun 1961 semua partai politik, kecuali 9 partai yang dianggap
dapat menyokong atau dapat dikendalikan, dibubarkan pula. Dalam
penggambaran kiprah partai politik di percaturan politik nasional, maka ada
satu partai yang pergerakan serta peranannya begitu dominan yaitu Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Pada masa itu kekuasaan memang berpusat pada tiga
kekuatan yaitu, Soekarno, TNI-Angkatan Darat, dan PKI. Oleh karena itu untuk
mendapatkan gambaran mengenai kehidupan partai politik pada masa demokrasi
terpimpin, pergerakan PKI pada masa ini tidak dapat dilepaskan. PKI di
bawah pemimpin mudanya, antara lain Aidit dan Nyoto, menghimpun massa dengan
intensif dan segala cara, baik secara etis maupun tidak. Pergerakan PKI yang
sedemikian progresifnya dalam pengumpulan massa membuat PKI menjadi sebuah
partai besar pada akhir periode Demokrasi Terpimpin. Pada tahun 1965, telah
memiliki tiga juta orang anggota ditambah 17 juta pengikut yang menjadi
antek-antek organisasi pendukungnya, sehingga di negara non-komunis, PKI
merupakan partai terbesar. Seperti yang telah disebutkan di atas, partai
politik pada masa Demokrasi Terpimpin mengalami pembubaran secara paksa.
Pembubaran tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara diterapkannya Penerapan
Presiden (Penpres) yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember 1959. Peraturan
tersebut menyangkut persyaratan partai, sebagai berikut:
1. Menerima dan membela Konstitusi 1945 dan Pancasila.
2. Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk
mewujudkan cita-cita politiknya.
3. Menerima bantuan luar negeri hanya seizin pemerintah.
4. Partai-partai harus mempunyai cabang-cabang yang
terbesar paling sedikit di seperempat jumlah daerah tingkat I dan jumlah
cabang-cabang itu harus sekurang-kurangnya seperempat dari jumlah daerah
tingkat II seluruh wilayah Republik Indonesia.
5. Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan
partai.
6. Presiden berhak membubarkan partai, yang programnya
diarahkan untuk merongrong politik pemerintah atau yang secara resmi tidak
mengutuk anggotanya partai, yang membantu pemberontakan.
Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai yang
diakui dan dianggap memenuhi prasyarat di atas. Melalui Keppres No. 128 tahun
1961, partai-partai yang diakui adalah PNI, NU, PKI, Partai Katolik, Partai
Indonesia, Partai Murba, PSII dan IPKI. Sedangkan Keppres No. 129 tahun 1961
menolak untuk diakuinya PSII Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng Lalo
dan partai rakyat nasional Djodi Goondokusumo. Selanjutnya melalui Keppres No.
440 tahun 1961 telah pula diakui Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan
Persatuan Tarbiyah Islam (Perti).
c.
Menurut
Masalah Kekuasaan
1. Dari segi keamanan
nasional: Banyaknya gerakan separatis pada
masa demokrasi
liberal, menyebabkan
ketidakstabilan negara.
2. Dari segi perekonomian : Sering terjadinya pergantian kabinet pada
masa demokrasi liberal menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet
tidak dapat dijalankan secara utuh, sehingga pembangunanekonomi tersendat.
Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui
Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya
dalam bulan Juni 1959, akhirnya mendorong Presiden Soekarno untuk sampai kepada
kesimpulan bahwa telah muncul suatu keadaan kacau yang membahayakan kehidupan
negara. Atas kesimpulannya tersebut, Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli
1959, dalam suatu acara resmi di Istana Merdeka, mengumumkan Dekrit
Presiden. Dekrit yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5
Juli 1959 mendapatkan sambutan dari masyarakat Republik Indonesia yang pada
waktu itu sangat menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit
tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari sebagian besar
rakyat Indonesia, tetapi terletak dalam dukungan yang diberikan oleh
unsur-unsur penting negara lainnya, seperti Mahkamah Agung dan KSAD.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, parlemen sudah tidak mempunyai kekuatan yang nyata. Sementara itu partai-partai lainnya dihimpun oleh Soekarno dengan menggunakan suatu ikatan kerjasama yang didominasi oleh sebuah ideologi. Dengan demikian partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya. Partai politik tidak mempunyai peran besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-tahun awal Demokrasi Terpimpin. Partai politik seperti NU dan PNI dapat dikatakan pergerakannya dilumpuhkan karena ditekan oleh presiden yang menuntut agar mereka menyokong apa yang telah dilakukan olehnya. Sebaliknya, golongan komunis memainkan peranan penting dan temperamen yang tinggi. Pada dasarnya sepuluh partai politik yang ada tetap diperkenankan untuk hidup, termasuk NU dan PNI, tetapi semua wajib menyatakan dukungan terhadap gagasan presiden pada segala kesempatan serta mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu bentuk yang sesuai dengan doktrin presiden. Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak belakang dengan konsepsi Soekarno.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, parlemen sudah tidak mempunyai kekuatan yang nyata. Sementara itu partai-partai lainnya dihimpun oleh Soekarno dengan menggunakan suatu ikatan kerjasama yang didominasi oleh sebuah ideologi. Dengan demikian partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya. Partai politik tidak mempunyai peran besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-tahun awal Demokrasi Terpimpin. Partai politik seperti NU dan PNI dapat dikatakan pergerakannya dilumpuhkan karena ditekan oleh presiden yang menuntut agar mereka menyokong apa yang telah dilakukan olehnya. Sebaliknya, golongan komunis memainkan peranan penting dan temperamen yang tinggi. Pada dasarnya sepuluh partai politik yang ada tetap diperkenankan untuk hidup, termasuk NU dan PNI, tetapi semua wajib menyatakan dukungan terhadap gagasan presiden pada segala kesempatan serta mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu bentuk yang sesuai dengan doktrin presiden. Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak belakang dengan konsepsi Soekarno.
3.
Jelaskan
Pelaksanaan Demokrasi Pancasila
a. Menurut Masalah UU
Dalam sejarahnya, Indonesia telah mencatat sebanyak tiga
fase pemerintahan. Atau yang lebih kita kenal dengan era Orde Lama yaitu masa
kepemimpinan Ir. Soekarno dari sejak kemedakaan Indonesia, era Orde
Baruyaitu masa kepemimpinan Jendral H Muhammad Soeharto yang
manggantikan presiden Ir Soekarno, dan yang terakhir adalah era yang
disebut-sebut dengan Reformasi, yaitu masa yang dimulai dari lengsernya
Presiden Soeharto dari kursi presiden setelah menjabat sejak tahun 1968-1998.
Pada era Reformasi seluruh sistem pemerintahan di Orde Lama yang tidak sesuai
dengan rakyat Indonesia telah dirubah. Seperti pemerintahan yang bertajukkan
kekuatan militer, tidak adanya kebebasan pers dan berpendapat, sistem DPR-MPR
yang tidak berjalan sehingga aspirasi rakyat tidak secara penuh tersampaikan,
adanya pemerintahan yang korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan dibungkamnya
sistem oposisi terhadap pemerintahan, semuanya telah berubah sejak era
reformasi. Setelah Orde
Baru bisa dilumpuhkan dengan kekuatan mahasiswa, di Indonesia
mulai membuka lembaran baru. Tuntutan terhadap reformasi pemerintahan ini tentu
saja dari ketidakpuasan rakyat dengan pemerintah sebelumnya. yang paling
mendesak ketika itu adalah tuntutan pemulihan perekonomian negara saat
terjadinya krisis moneter.
Tuntutan itu akhirnya dapat terwujud dengan pengunduran
diri Presiden Soeharto dari kursi pemerintahan pada tanggal 21 Mei 1998, yang
kemudian digantikan oleh BJ. Habibie. Meskipun sempat terjadi penolakan dari
sebagian mahasiswa dengan dipilihnya BJ. Habibie sebagai presiden yang
menggantikan Soeharto dengan dalih BJ. Habibie juga bagian dari rezim Orde
Baru, tapi pelantikan presiden BJ Habibie tetap dilaksanakan.
Dalam masa pemerintahn B.J Habibie telah terwujud kebebasan pers, berpendapat
maupun berpolitik layaknya air terjun yang mengalir deras. Dengan adanya
reformasi, paling tidak kita telah bisa bernafas lega setelah dikekang
kebebasan kita di masa Orde
Baru. Suara rakyat yang dulunya tidak dapat tersampaikan di DPR,
sekarang sudah benar-benar terwakilkan. Bahkan kita bisa menuntut suara tersebut.
Pers yang dulunya tidak dapat bergerak bebas, sekarang sudah dapat memuat
berita apa saja dengan bebasnya. Kelompok oposisi yang dulunya diharamkan,
sekarang sudah berani berkoar-koar mengkritiki kinerja pemerintah. Bahkan
budayawan dan seniman pun dipersilahkan mengkritik pemerintah, kalau memang ada
ketidakberesan dalam pemerintahan.
b. Menurut Masalah
Pemilihan Umum
Era Orde
Baruyaitu masa kepemimpinan Jendral H Muhammad Soeharto yang
manggantikan presiden Ir Soekarno, dan yang terakhir adalah era yang
disebut-sebut dengan Reformasi, yaitu masa yang dimulai dari lengsernya
Presiden Soeharto dari kursi presiden setelah menjabat sejak tahun 1968-1998.
Pada era Reformasi seluruh sistem pemerintahan di Orde Lama yang tidak sesuai
dengan rakyat Indonesia telah dirubah. Seperti pemerintahan yang bertajukkan
kekuatan militer, tidak adanya kebebasan pers dan berpendapat, sistem DPR-MPR yang
tidak berjalan sehingga aspirasi rakyat tidak secara penuh tersampaikan, adanya
pemerintahan yang korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan dibungkamnya sistem
oposisi terhadap pemerintahan, semuanya telah berubah sejak era reformasi.
Setelah Orde
Baru bisa dilumpuhkan dengan kekuatan mahasiswa, di Indonesia
mulai membuka lembaran baru.
Tuntutan terhadap reformasi pemerintahan ini tentu saja
dari ketidakpuasan rakyat dengan pemerintah sebelumnya. yang paling mendesak
ketika itu adalah tuntutan pemulihan perekonomian negara saat terjadinya krisis
moneter. Tuntutan itu akhirnya dapat terwujud dengan pengunduran diri Presiden
Soeharto dari kursi pemerintahan pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian
digantikan oleh BJ. Habibie. Meskipun sempat terjadi penolakan dari sebagian
mahasiswa dengan dipilihnya BJ. Habibie sebagai presiden yang menggantikan
Soeharto dengan dalih BJ. Habibie juga bagian dari rezim Orde
Baru, tapi pelantikan presiden BJ Habibie tetap dilaksanakan.
Dalam masa pemerintahn B.J Habibie telah terwujud kebebasan pers, berpendapat maupun
berpolitik layaknya air terjun yang mengalir deras. Dengan adanya reformasi,
paling tidak kita telah bisa bernafas lega setelah dikekang kebebasan kita di
masa Orde
Baru. Suara rakyat yang dulunya tidak dapat tersampaikan di DPR,
sekarang sudah benar-benar terwakilkan. Bahkan kita bisa menuntut suara
tersebut. Pers yang dulunya tidak dapat bergerak bebas, sekarang sudah dapat
memuat berita apa saja dengan bebasnya. Kelompok oposisi yang dulunya
diharamkan, sekarang sudah berani berkoar-koar mengkritiki kinerja pemerintah.
Bahkan budayawan dan seniman pun dipersilahkan mengkritik pemerintah, kalau
memang ada ketidakberesan dalam pemerintahan.
c. Menurut Masalah Kekuasaan
Lebih dari 10 tahun sudah reformasi berjalan. Tentu ada
kemajuan yang dicapai, namun juga pastinya ada kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki. Ada sisi positif dari reformasi, juga ada sisi negatifnya. Tapi
yang perlu menjadi bahan evaluasi adalah kekurangan-kekurangan tersebut,
meskipun tidak mengesampingkan sisi positifnya. Harga BBM sempat
terombang-ambing. Korupsi juga masih merajalela. Nuansa perpolitkan semakin
mencekam. Banyak terjadi bentrokan yang tak berarti yang terjadi selama Pilkada
ataupun Pemilu. Belum lagi bentrokan antar kelompok dan golongan.
Masalah kemiskinan, meskipun program Pemerintah untuk
menangani masalah ini sudah cukup banyak yang terealisasikan seperti BLT
(Bantuan Langsung Tunai) dan BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), namun ternyata
itu masih belum mampu menurunkan angka kemiskinan yang signifikan. Berkenaan
dengan pendidikan, Indonesia masih menyimpan sekitar 15,04 jiwa yang buta
huruf. Berdasarkan laporan di tahun 2005, Indonesia menempati nomor urut 111
dari 177 negara. sejak jatuhnya
perekonomian di era Orde Baru, kita masih belum dapat bangkit meski sudah di
era reformasi. Bahkan kondisi tersebut kian terancam memburuk saat terjadinya
krisis finansial Amerika Serikat yang berimbas kepada krisis finansial global.
Dampak dari itu semua, banyak pengusah-pengusaha yang bangkrut. Dan banyak juga
terjadi PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Dan juga
bangsa Indonesia mempunyai banyak hutang luar negeri yang setiap tahunnya
meningkat Untuk dapat membayar utang sebesar itu tentunya membutuhkan kebijakan
yang besar pula, salah satunya dari Pajak Investor dan Eksport. Untuk
mendapatkan Pajak Investor yang besar tentunya Pemerintah harus banyak
mengundang Investor dan memberikan kemudahan-kemudahan bagi mereka supaya
mereka dapat menanamkan modalnya di indonesia. Sehinggga apabila Investor
tumbuh maka nilai eksport juga akan meningkat.
4.
Sebutkan persamaan dan perbedaan demokrasi liberal,
demokrasi terpimpin, dan demokrasi pancasila!
a. Perbedaan
Demokrasi Liberal, Terpimpin, dan Pancasila
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional)
adalah sistem politik yang melindungi secara konstitusional hak-hak individu
dari kekuasaan pemerintah. Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas
(dari proses perwakilan atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar
bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar
keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti
tercantum dalam konstitusi. Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada
Abad Pencerahan oleh penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John
Locke, dan Jean-Jacques Rousseau. Semasa Perang Dingin, istilah demokrasi
liberal bertolak belakang dengan komunisme ala Republik Rakyat. Pada zaman
sekarang demokrasi konstitusional umumnya dibanding-bandingkan dengan demokrasi
langsung atau demokrasi partisipasi. Demokrasi liberal dipakai untuk
menjelaskan sistem politik dan demokrasi barat di Amerika Serikat, Britania
Raya, Kanada. Konstitusi yang dipakai dapat berupa republik (Amerika Serikat,
India, Perancis) atau monarki konstitusional (Britania Raya, Spanyol).
Demokrasi liberal dipakai oleh negara yang menganut sistem presidensial
(Amerika Serikat), sistem parlementer (sistem Westminster: Britania Raya dan
Negara-Negara Persemakmuran) atau sistem semipresidensial (Perancis).
Demokrasi terpimpin adalah sebuah demokrasi yang
sempat ada di Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada
pemimpinnya saja. Era "Demokrasi Terpimpin", yaitu kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan
independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan
ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun,
inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan
kekeluargaan dan gotong-royong yang ditujukan kepada kesejahteraan rakyat, yang
mengandung unsur-unsur berkesadaran religius, berdasarkan kebenaran, kecintaan
dan budi pekerti luhur, berkepribadian Indonesia dan
berkesinambungan. Dalam demokrasi Pancasila, sistem pengorganisasian
negara dilakukan oleh rakyat sendiri atau dengan persetujuan rakyat. Dalam
demokrasi Pancasila kebebasan individu tidak bersifat mutlak, tetapi harus
diselaraskan dengan tanggung jawab sosial. Dalam demokrasi
Pancasila, keuniversalan cita-cita demokrasi dipadukan dengan cita-cita hidup
bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan, sehingga tidak ada
dominasi mayoritas atau minoritas.
b. Persamaan
Demokrasi Liberal, Terpimpin, dan Pancasila
Sama-sama masih terdapat ketimpangan ekonomi,
kemiskinan, dan ketidakadilan Setelah Indonesia Merdeka, ketimpangan
ekonomi tidak separah ketika zaman penjajahan namun tetap saja ada terjadi
ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan. Dalam 26 tahun masa orde
baru (1971-1997) rasio pendapatan penduduk daerah terkaya dan penduduk daerah
termiskin meningkat dari 5,1 (1971) menjadi 6,8 (1983) dan naik lagi menjadi
9,8 (1997). Ketika reformasi ketimpangan distribusi pendapatan semakin tinggi
dari 0,29 (2002) menjadi 0,35 (2006).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kaum kaya memperoleh manfaat terbesar dari pertumbuhan ekonomi yang dikatakan cukup tinggi, namun pada kenyataanya tidak merata terhadap masyarakat.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kaum kaya memperoleh manfaat terbesar dari pertumbuhan ekonomi yang dikatakan cukup tinggi, namun pada kenyataanya tidak merata terhadap masyarakat.
o Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)
Orde Lama: Walaupun kecil, korupsi sudah ada.
Orde Lama: Walaupun kecil, korupsi sudah ada.
Orde Baru: Hampir semua jajaran pemerintah koruptor
(KKN).
Reformasi: Walaupun sudah dibongkar dan dipublikasi di
mana-mana dari media massa,media elektronik,dll tetap saja membantah melakukan
korupsi.
Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat yang sulit untuk
disembuhkan akibat praktik-pratik pemerintahan yang manipulatif dan tidak
terkontrol.
o Kebijakan Pemerintah
Sejak pemerintahan orde lama hingga orde reformasi kini, kewenangan
menjalankan anggaran negara tetap ada pada Presiden (masing-masing melahirkan
individu atau pemimpin yang sangat kuat dalam setiap periode pemerintahan
sehingga menjadikan mereka seperti “manusia setengah dewa”). Namun tiap-tiap
masa pemerintahan mempunyai cirinya masing-masing dalam menjalankan arah
kebijakan anggaran negara. Hal ini dikarenakan untuk disesuaikan dengan
kondisi: stabilitas politik, tingkat ekonomi masyarakat, serta keamanan dan
ketertiban.
Kebijakan anggaran negara yang diterapkan pemerintah selama ini sepertinya
berorientasi pada ekonomi masyarakat. Padahal kenyataannya kebijakan yang ada
biasanya hanya untuk segelintir orang dan bahkan lebih banyak menyengsarakan
rakyat. Belum lagi kebijakan-kebijakan yang tidak tepat sasaran, yang hanya
menambah beban APBN. Bila diteliti lebih mendalam kebijakan-kebijakan sejak
Orde Baru hingga sekarang hanya bersifat jangka pendek. Dalam arti kebijakan
yang ditempuh bukan untuk perencanaan ke masa yang akan datang, namun biasanya
cenderung untuk mengatur hal-hal yang sedang dibutuhkan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya