KARATE
A.
Latar Belakang Karate Indonesia
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah
air salah seorang
mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan
kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo.
Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan
sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan.
Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya
peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan
PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia)
yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau
tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di
Indonesia.
Setelah beliau, tercatat nama
putra-putra bangsa Indonesia
yang ikut berjasa mengembangkan berbagai
aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth
Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut
Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate
Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran
Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga
Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade
2005 karena urusan internal banyak anggota
Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian
mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional)
yang merupakan peleburan dari perguruan
MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan
ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak
kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling
populer di Indonesia.
Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan
dari aliran lain yaitu Wado dibawah
asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI)
yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu
Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang
didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga
dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya
membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto
dengan beberapa tokoh lainnya membawa
aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh
di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu
dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan
Karate di Indonesia setuju
untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga
Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi
perwakilan WKF (World Karate Federation)
untuk Indonesia. Dibawah bimbingan
FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang
disponsori oleh WKF.
B. Pengertian Karate
Karate atau karate-do merupakan
salah satu seni bela
diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan
dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan
adalah berdasarkan kepada kefahaman umum
adalah serangan-serangan lurus dan mendatar.
Variasi belaan juga adalah lebih kepada kaedah
mudah yang mana apabila difikirkan secara mudah,
karate adalah satu seni yang ringkas dan lebih
berpandukan kepada konsep 'tinju' teratur. Pandangan
inilah yang menjadi faktor kesilapan kepada
persepsi seni karate itu sendiri.
C. Karate
Kempo boleh dikenali dengan
penggunaan tangan melurus
kehadapan tanpa kekuda menepi dimana setiap
kaki yang menjadi kekuda (stance) adalah membuka
dari hadapan ke belakang dengan jarak yang
kecil. Kedudukan menyerang ini amat
merbahaya kerana membolehkan pengamalnya bergerak dan mengubahgerak kepada 9 arah berbeza yang hanya boleh dilakukan
dengan kaki yang berdiri
tegak sahaja. Kebiasaannya, kedudukan
tangan adalah membengkok menghala kehadapan
dan mudah untuk menyerang.
Serangan biasa ditujukan kepada
pertemuan urat walaupun hanya
untuk tumbukan dan belaan. Terdapat
pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan
yang mana amat sukar untuk ditahan atau
ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris
dan membulat adalah digunakan secara serentak
dan tidak mempunyai penamat yang mutlak.
Konsep 'Zen' amat dipraktikkan oleh
pengamal seni kempo dimana
merosakkan bahagian yang digunakan
untuk menyerang. Antara tumbukan yang
merbahaya adalah 'tumbukan iai' iaitu tumbukan
angin dimana ianya digunakan untuk memecahkan
dibahagian dalam berbanding merosakan
bahagian luar. Oleh itu, konsep karate lama
ini amat sesuai digunakan bagi menentang pakar-pakar
Muay Thai yang mempunyai tulang dan
anggota badan yang kuat dan keras.
Kedudukan tegap dan berubah
mengikut arah juga amat
sesuai bagi menentang sebarang seni beladiri yang
berbentuk kuncian dan tempur jarak dekat. Kaedah
untuk menyerang juga teleah disusun agar dapat
digunapakai secara meluas lagi berkualiti bagi
memastikan agar sebarang serangan dibuat kepada
seni beladiri yang berbentuk menanti dapat ditangani
dengan berkesan. Humbanan juga dapat dikekang
dengan mudah dan memang diketahui oleh
pengasas seni aikido seperti morehei usheiba mengetaui
mengenai perkara ini dan satu perjanjian
dibuat bagi menghormati keharmonian seni
beladiri jepun dan sebarang pergaduhan antara
pengamal kedua-dua pihak haruslah disimpan
dan dielakkan sama sekali.
D. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga
bagian utama : Kihon (teknik
dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan).
Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk
menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan
ruyung (nunchaku).
1.
Kihon
Kihon secara
harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi
Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum
mempelajari Kata dan Kumite. Pelatihan
Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan
tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat).
Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap
sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
2.
Kata
Kata secara
harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam
karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau
aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki
ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada
yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah
aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki
perbedaan gerak dan nama yang
berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki
di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi
di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai
(aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
3.
Kumite
Kumite secara harfiah
berarti "pertemuan tangan". Kumite
dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk
biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang
mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula
(sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas
(jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang
diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite).
Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal
dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran
Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan
oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan
(sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga
pukulannya supaya tidak mencederai kawan
bertanding. Untuk aliran full body contact seperti
Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk
melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi
Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan
tendangan dan pukulan sekuat tenaganya
ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran
kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya
terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka
Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite
untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya
teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan,
dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk
beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk
jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian
dan menyerang titik vital.
Kumite dibagi
atas kumite perorangan dengan pembagian
kelas berdasarkan berat badan dan kumite
beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus
untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai
adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan
kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan
oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam
satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan
kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan
beregu tidak ada waktu perpanjangan.
Dan jika masih pada babak perpanjangan
masih mengalami nilai seri, maka akan
diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif
dan agresif sebagai pemenang.
E.
Luas
Lapangan
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas
papan atau matras di atas
panggung dengan ketinggian 1 meter dan
ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada
tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar
dari kemungkinan menimbulkan bahaya. Pada
Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI
yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah
menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter.
Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu
putih, merah dan biru. Matras yang paling luar
adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang
bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut
atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang
kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas
peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding
dapat memprediksi ruang arena dia bertanding.
Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam
dan paling banyak dengan warna putih adalah
arena bertanding efektif.
Kebanyakan karate yang
diperkenalkan pada masa kini
merupakan satu olahan kepada peringkasan seni
beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya.
Ramai pengamal karate tidak mengetahui
bahawa di dalam karate, seni dan pergerakan
yang ditawarkan adalah jauh lebih hebat
dan unik daripada apa yang dipamerkan dewasa
ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri
yang harus terus dijaga keasrianya
F.
Peralatan
Karate
Peralatan yang diperlukan dalam
pertandingan karate
1.
Pakaian karate (karategi ) untuk kontestan
2.
Pelindung tangan
3.
Pelindung tulang kering
4.
Ikat pinggang ( Obi) untuk kedua
kontestan berwarna
merah/aka dan biru/ao
5.
Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi
bukan menjadi keharusan adalah:
a.
Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan) Pelindung tubuh untuk kontestan putrid
b.
Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
6.
Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7.
Seragam wasit/juri
a.
Baju putih
b.
Celana abu-abu
c.
Dasi merah
d.
Sepatu karet hitam tanpa sol
8.
Papan nilai
9.
Administrasi pertandingan
10.
Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda
waktu pertandingan dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan:
Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang
dipakai hanyalah pelindugn selangkangan untuk
kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain
tidak diperkenankan.
G. Falsafah
Karate
1. Rakka
(Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep
bela diri atau pertahanan di dalam
karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan
itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan
mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun
sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan
jika teknik itu dilakukan ke atas pokok,
maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh
berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang
dengan menumbuk muka, si pengamal karate
boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya
tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap,
ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk
itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat
serangan susulan pun sudah cukup untuk membela
diri.
2. Mizu
No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini
bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri,
minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar
selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah
untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau
menangkis serangan. Minda itu seumpama air di
danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat
bayangan bulan dengan terang di danau yang
tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau tersebut,
bayangan bulan di danau itu akan kabur.
H.
Aliran Karate
Seperti telah disinggung diatas,
ada banyak aliran Karate
di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran tersebut
sudah masuk ke Indonesia. Adapun
ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran
Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF"
adalah sebagai berikut:
1.
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi,
Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan
- sehingga shotokan dapat diterjemahkan
sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi
merupakan pelopor yang
membawa ilmu karate dari Okinawa ke
Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan
standardisasi dari berbagai perguruan karate di
Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang
pada konsep Ichigeki Hissatsu , yaitu satu gerakan
dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan
kuda-kuda yang rendah serta pukulan
dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan
cenderung linear/frontal, sehingga praktisi
Shotokan berani langsung beradu pukulan dan
tangkisan dengan lawan.
2.
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran
ini memadukan teknik keras dan teknik
lembut, dan merupakan salah
satu perguruan karate tradisional di
Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan
meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah
masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini
dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui
banyak teknik-teknik aliran ini menjadi
aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak
orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai
pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa
"dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita
harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga
Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN
atau pernapasan dasar, agar para praktisinya
dapat memberikan pukulan yang dahsyat
dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka.
Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat
circular serta senang melakukan pertarungan
jarak rapat.
3.
Aliran Shito-ryu terkenal dengan
keahlian bermain KATA,
terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan
di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40
KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat
di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya.
Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki
25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA.
Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa
bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun
dengan jarak rapat seperti Goju.
4.
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik
karena berakar pada seni beladiri Shindo
Yoshin-ryu Jujutsu , sebuah
aliran beladiri Jepang yang memiliki
teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga
Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate
juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan
lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan,
ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu
yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal,
lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat
mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang
menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan
dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan.
Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF,
para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan
diri dengan peraturan yang ada dan bertanding
tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang
besar walaupun tidak termasuk
dalam "4 besar JKF" antara lain adalah:
1.
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar
Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran
ini sangat terkenal baik
didalam maupun diluar Jepang, serta turut
berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia,
terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan
oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin
mempunyai arti kebenaran tertinggi . Aliran ini
menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani
melakukan full- contactkumite,
yakni tanpa pelindung, untuk mendalami
arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate
serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo),
aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu
aliran karate paling keras. Aliran ini menerapkan
hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai
ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan
100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai
Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang.
Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan
5-10 kumite berturut-turut.
2.
Aliran ini adalah aliran Karate yang
asli berasal dari Okinawa.
Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang
didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang
guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru
dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate.
Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin- ryu
banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan
yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga
mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti
Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
3.
Aliran ini adalah aliran Karate yang
paling banyak menerima
pengaruh dari beladiri China, karena pencipta
aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung
di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu,
gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip
dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan
(Bangau Putih).
I.
Gerakan-Gerakan Karate
Beni
bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat
Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote”
yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate
masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei
Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:
Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi
‘karate’ (Tangan Kosong)
agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang.
Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah
‘Kara’ 空 dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手,
berarti ‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan
kosong” 空手 (pinyin: kongshou). Menurut
Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation
(JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang
dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui
sebagai gaya Karate yang utama
karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di
dunia bukan hanya empat gaya
di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti
Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas
ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran
Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam
“4 besar WKF”.
Di negara Jepang, organisasi yang
mewadahi olahraga Karate
seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang
mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal
dengan nama WUKO – World Union of Karatedo Organizations).
Ada pula ITKF (International Traditional Karate
Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun
fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan
Karate yang bersifat “tanpa kontak langsung”,
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku
yang “kontak langsung”.
Latihan dasar karate terbagi tiga
seperti berikut:
1.
Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar
karate seperti teknik memukul,
menendang dan menangkis. Gerakan-gerakan Kihon terdiri dari:
a.
Kuda-kuda (dachi): adalah salah satu
gerakan Dasar yang sangat
penting, karena Kuda-kuda merupakan tumpuan
dari semua gerakan. Berikut ini adalah macam-macam kuda-kuda yang di pelajari
dalam Karate.
1.
Hachiji-Dachi : Kuda-kuda Dasar ( Kaki
Dibuka selebar bahu )
2.
Zen-Kutsu-Dachi : Kuda-kuda berat depan
3.
Ko-Kutsu-Dachi : Kuda-kuda berat
belakang
4.
Hangetsu-Dachi : Kuda-kuda berat tengah (
dalam Kata Hangetsu )
5.
Heisoku-Dachi : Kuda-kuda berat tengah
tatapi kedua kaki rapat ( dalam Kata Unsu )
6.
Neko-Ashi-Dachi : Kuda-kuda berat
belakang ( dalam Kata Unsu )
7.
Sanshin-Dachi : Kuda-kuda berat tengah
8.
Sochin-Dachi : Kuda-kuda berat tengah (
dalam Kata Sochin )
b.
Pukulan (Zuki) adalah gerakan yang tak
kalah pentingnya dengan Kuda-kuda, karena
pukulan sangat kita perlukan
untuk menyerang lawan selain Geri atau tendangan.
Berikut ini macam-macam pukulan ( Zuki ) dalam
Karate.
1.
Oi-Zuki-Chudan : Pukulan ke arah Perut
atau ulu hati
2.
Oi-Zuki-Jodan : Pukulan ke arah kepala
3.
Kisame-Zuki : Pukulan ke arah kepala
tetapi kaki tidak melangkah
4.
Gyaku-Zuki : Pukulan ke arah perut
tetapi kaki tidak melangkah
5.
Ura-Zuki : Pukulan yang bentuknya
seperti Soto-Ude-Uke
6.
Morote-Zuki : Pukulan dan dorongan
7.
Agi-Zuki : Pukulan dengan tangan bagian
dalam dan bentuknya seperti Agi-Uke
8.
Choku-Zuki : Pukulan kearah perut dengan
Kuda-kudaHachiji-Dachi
9.
Kage-Zuki : Pukulan kesamping exs pada
Kata Tekki Shodan
10. Tate-Zuki
: Pukulan yang bentuknya seperti Uchi-Ude-Uke
11. Yama-Zuki
: Pukulan menggunung / Pukulan ganda dengan
kedua tangan
12. Morote-Hisame-Zuki
: Pukulan dengan kedua tangan
13. Tetsui-Uchi
: Tangan palu
14. Uraken-Uchi
: Pukulan menyamping
15. Haishu-Uchi
: Tangan pedang
16. Haito-Uchi
: Tangan pedang
17. Empi
: Sikutan
18. Shuto-Uchi
: Tangan pedang
19. Tate-Shuto
: Tangan pedang
c.
Tendangan (Geri): Dalam menyerang lawan
selain dengan Pukulan ( Zuki ) dalam Karate
bisa juga dengan mengunakan
tendangan ( Geri ) dengan macam dan bentuk
yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan situasi
yang dihadapi. Pada umumnya Geri digunakan pada
pertarungan dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Berikut ini adalah macam-macam Geri
dalam Karate.
1.
Mae-Geri: Tendangan ke arah Perut atau
Kepala dengan arah ke depan
2.
Mawashi-Geri: Tendangan dengan Kaki
bagian atas
3.
Yoko-Geri-Kekome: Tendangan dengan Kaki
bagian samping ( di sodok )
4.
Yoko-Geri-Keange: Tendangan dengan Kaki
bagian samping ( di snap )
5.
Usiro-Geri: Tendangan ke belakang
d.
Tangkisan (Uke) :Tidak seperti tendangan
atau pukulan, pada tangkisan
posisi badan kita haruslah menyamping atau
segaris dengan kuda kuda. Hal ini dimaksudkan agar
apabila pukulan atau tendangan luput dari tangkisan
kita tidak mengenai badan kita. Berikut ini adalah
istilah tangkisan dalam karate :
1. Gedan
Barai : Tangkisan bawah atau tangkisan Mae-Geri.
2. Soto-Ude-Uke
: Tangkisan tengah yang datangnya dari
belakang telinga.
3. Uchi-Ude-Uke
: Tangkisan tengah yang datangnya dari
bawah ketiak.
4. Agi-Uke
: Tangkisan atas
5. Shuto-Uke
: Tangkisan tangan pedang
6. Juji-Uke
: Tangkisan dengan kedua tangan disilang
7. Morote-Uke
: Tangkisan yang bentuknya seperti Morote-Zuki
2.
Kumite, Kumite merupakan bagian dari latihan
karate yang mengajarkan
karateka untuk mempraktekkan tehnik menyerang,
bertahan dan menyerang balik dengan sungguh-sungguh
tetapi dengan keamanan tinggi. Kumite
adalah bagian karate yang merupakan hal baru,
pada saat Bapak Karate Gichin Funakoshi hidup,
tidak ada latihan kumite, yang beliau ajarkan terbatas
hanya Kihon dan KATA. macam-macamnya:
a.
KIHON IPPON KUMITE (Pertarungan Dasar Satu Langkah). Metode ini dimulai dengan perintah “Yoi”
(siap), kedua pasangan menggerakkan kaki kanan, bergerak hingga membentuk sikap
Hachiji-Dachi (kaki tebuka,
jarak antara tumit selebar bahu, ujung kaki
membentuk sudut 45º). Karateka yang menyerang
pertama mengambil sikap Gedan-barai langkah
belakang (kanan atau kiri, sesuai instruksi) dan
memberitahukan kecepatan, tingkat dan tehnik serangan.
Karateka yang bertahan konsentrasi atau memikirkan
tehnik tangkisan yang akan digunakan dan
memberitahukan kepada karateka penyerang dengan
kata “Osh” Karateka Penyerang harus memfokuskan
serangan kepada target yang telah ditentukan
dengan semangat dan kontrol yang baik, menjamin
bahwa tehnik telah dilakukan dengan baik (sikap,
pernafasan dan Kime). Karateka Bertahan harus
memperlihatkan semangat dan kontrol yang baik,
menjamin pernafasan dan sikap telah dilakukan
dengan baik, dan harus Kime saat menangkis
sebelum melakukan serangan balik. Kedua
pasangan harus kembali pada posisi semula dan
menyatakan Zansin (kesadaran penuh, kesiapan)
hingga instruktur mengatakan “Yame”
(stop) dan “Enyoi” (istirahat). Ketika latihan dengan
pasangan, kita bertanggung jawab terhadap keselamatannya
, kontrol yang baik harus selalu dilatih.
b.
GO-HON KUMITE (Pertarungan Lima Langkah). Metode ini dimulai seperti Ippon Kumite,
tetapi karateka penyerang melakukan serangan
lima langkah kedepan untuk mencapai wilayah
sasaran/ target, dan karateka bertahan melangkah
mundur dan menangkis lima kali, setelah
tangkisan kelima karateka
bertahan melakukan serangan balik dengan
Gyaku-zuki (berteriak “Kiai” ketika menyerang
dengan kecepatan dan tenaga). Go-hon Kumite
selalu dilatih lamban dengan hitungan, cepat
dengan hitungan dan kemudian cepat dan penuh
tenaga tanpa hitungan. Ketika latihan cepat dan
penuh tenaga, karateka penyerang tidak harus bergerak
kedepan dengan irama, tetapi dia harus merencanakan
serangannya untuk dapat merusak pertahanan
karateka bertahan. Karateka Bertahan dilarang
bergerak mundur hingga serangan terjadi. Pada
semua jenis Kumite, kedua pasangan harus konsentrasi
penuh dan latihan dengan serius, sebab
jika kehilangan konsentrasi akan menyebabkan
kecelakaan.
c.
SANBON KUMITE (Pertarungan Tiga Langkah). Metode ini pada dasarnya sama dengan
Go-hon Kumite, tetapi hanya tiga serangan.
Sanbon Kumite juga dilatih mengunakan tiga
tehnik serangan yang berbeda. Seperti Jodan,
Chudan, dan Mae-geri or Jodan, Chudan dan
Kekomi, dll. Karateka
Bertahan harus melakukan tangkisan yang
benar terhadap tehnik serangan yang digunakan
dan serangan balik setelah tiga tangkisan.
d.
KEASHI IPPON KUMITE (Pertarungan Dua Langkah). Metode ini dimulai dengan perintah
“Yoi”. Kedua pasangan
menggerakkan kaki kanan membentuk Hachiji-Dachi.
Karateka yang menyerang pertama mengambil
sikap gedan-barai mundur (kanan atau kiri
sesuai dengan instruksi) dan memberitahukan kecepatan,
tingkat dan tehnik dalam menyerang. Karateka
Bertahan konsentrasi atau memikirkan tehnik
yang akan digunakan dan memberitahukan karateka
Penyerang dengan kata “Osh” Karateka Penyerang
menetapkan wilayah sasaran dengan tehnik
yang benar, sementara Karateka Bertahan melangkah
mundur untuk menangkis dan diselesaikan
dengan sebuah serangan balik. Serangan
harus difokuskan pada target sasaran dengan
semangat dan kontrol yang baik, menjamin
bahwa melakukan tehnik dengan benar (jarak,
pernafasan, dan kime). Karateka Bertahan harus
memperlihatkan semangat dan konrol yang baik,
menjamin pernafasan dan sikapnya benar dan
harus Kime dalam menangkis sebelum melangkah
kedepan untuk melakukan serangan balik. Bertujuan Mengajarkan Karateka
untuk melatih tehnik pukulan,
tendangan, serangan dan tangkisan dengan
musuh, sambil bergerak maju dan mundur dan
membantu meningkatkan ketepatan waktu, jarak
dan kesadaran penuh. Keashi Ippon Kumite memperkenalkan
karateka untuk berpikir kapan dia
melakukan pertahanan dan melakukan penyerangan.
e.
JIYU IPPON KUMITE (Pertarungan Semi Bebas). Metode ini dimulai setelah kedua
pasangan memberikan hormat dan perintah “Yoi”.
Karateka mengambil sikap mundur gedan-barai dan memperagakan posisi gaya bebas (Jiyu
Kamai). Dalam posisi gaya bebas ini, karateka
tidak boleh tegang, tetapi
dalam pertahanan, siap dan dapat merubah
sikap, posisi badan bergerak, maju atau mundur
dan dapat mempertahankan diri mereka dari
segala serangan dengan menggunakan lengan
dan kaki untuk melakukan tangkisan dan serangan.
Jarak harus lebih pendek dari sikap normal
kedepan, dengan kaki belakang sedikit menekuk
dan berat badan bertumpu diantara kaki depan
dan belakang menyebabkan badan maju dan
mundur jadi lebih mudah dan cepat, meluruskan
kaki yang menekuk akan menambah kecepatan
dan jarak pergerakan badan.Tangan harus selalu diposisinya dimana akan melindungi atau menangkis serangan
sambil melakukan pukulan atau serangan kepada
musuh. Karateka yang bertahan berkonsentrasi
atau memikirkan tehnik yang akan digunakan
dan memberitahukannya dengan mengatakan
“Osh”. Serangan harus difokuskan pada target
sasaran dengan semangat dan control yang baik, memastikan bahwa tehnik telah dilakukan
dengan benar (Sikap, pernafasan, dan kime).
Karateka yang bertahan harus memperlihatkan
semangat dan kontrol yang tinggi saat melakukan
tangkisan, memastikan
pernafasan dan sikap saat menangkis dilakukan
dengan benar dan harus kime sebelum melakukan
serangan balik. Bertujuan
Memperkenalkan
karateka dengan keadaan pertarungan
yang lebih realistis, pergerakan badan yang
lebih (Tai-sabaki). Memperkirakan Ma-ai (jarak),
menggunakan tekukan kaki untuk memudahkan
badan melakukan gerakan maju atau
mundur dengan jarak yang lebih jauh, ketepatan
waktu, dan Zanshin (penuh kesadaran dan
control yang menyeluruh).
f.
OKURI JIYU IPPON KUMITE (Pertarungan Semi Bebas Dua Langkah). Metode ini sama dengan Jiyu Ippon,
masing-masing karateka memulai dengan Kamai dan karateka
pertama memberitahukan target sasaran atau
tehnik yang akan digunakan. Karateka kedua memfokuskan
pikiran tangkisan dan menyerang balik
dengan menjawab “Osh”. Setelah karateka Bertahan
melakukan tangkisan dan serangan balik,
Karatek Penyerang melakukan serangan kedua
tanpa memberitahukan target sasaran dan tehnik
yang dia gunakan. Karateka penyerang harus
memilih target sasaran dan tehnik yang sesuai
dengan kesempatan terbaik dan mengarahkan
Karateka Bertahan kedalam posisi yang
sangat tidak menguntungkan, membuat pertahanan
menjadi sulit dilakukan. Karateka Bertahan
melakukan tangkisan yang tepat dan serangan
balik, menarik kembali setelah serangan balik
untuk kamai dan membangun kembali Zanshin
(Kesadaran penuh). Karateka harus memperlihatkan
semangat dan kontrol yang baik, memastikan
pernafasan dan sikap dilakukan dengan
benar dan kime di setiap tehnik yang dilakukan. Tujuan: Okuri-Jiyu Ippon Kumite adalah
langkah pertama dalam
pertarungan gaya bebas. Karateka dilatih untuk
melihat keuntungan, pembukaan sebuah serangan,
bertahan dari serangan yang tidak diharapkan,
melihat posisi terbaik setelah bertahan
untuk melakukan serangan balik. Zanshin.
g.
JIYU KUMITE (Pertarungan Gaya Bebas). Pada dasarnya hanya dapat dilakukan oleh karateka yang memiliki pengetahuan Kihon
yang baik, Ma-ai (jarak), ketepatan waktu,
koordinasi, dan yang lebih
penting kontrol yang baik. Gaya Bebas
hanya dilakukan dengan pengarahan yang ketat
dan di dalam peraturan dan pengawasan yang
tegas. Wasit harus menjelaskan peraturan dan
perintah-perintah yang akan dia gunakan dalam
memulai dan mengakhiri serangan, dan akan
menanyakan kepada kedua karateka apakah mereka
mengerti. Wasit akan menjelaskan bahwa tidak
ada kontak fisik dan keduanya harus mendengar
perintahnya dan patuh. Karateka memberi
hormat kepada wasit dan kepada karateka
yang menjadi lawannya dengan perintah Kamai.
Ketika wasit memerintahkan Hajime (mulai)
kedua karateka bergerak untuk menemukan
posisi terbaik untuk menyerang, sambil
melindungi diri dari serangan mendadak dari
musuh. Semangat yang baik harus diperlihatkan
selama pertarungan, berteriak “KIAI” setiap
melakukan tehnik menyerang dan melakukan
semua tehnik dengan benar, memberikan
perhatian kepada pernafasan, jarak, ketepatan
waktu dan Kime.Tujuan: Untuk
meningkatkan kontrol, tehnik, ketepatan waktu,
konsentrasi dan kesadaran penuh dibawah tekanan
pertarungan sesungguhnya. Sekarang dengan
lebih banyak latihan, semua tehnik akan menjadi
gerakan refleks (motor responses). Dalam tehnik
bertahan atau menyerang akan terjadi tanpa
harus kita pikirkan. Bangsa China dan Bangsa
Jepang menyebut pernyataan ini dengan “No
Mind”
J.
Istilah
– Istilah Kumite
1. Aiuchi = Ganti Pukulan
2. Jogai
= Keluar dari garis luar lapangan
pertandingan
3. Atoshi-Baraku
= Peringatan 30 detik
4. Fukusin-Shugo
= Pemanggilan wasit bersama-sama
5. Motono-Ichi
= Kembali ke garis mulai
6. Tsu-Zu-Kete-Hajime
= Lanjutkan serangan
7. Tori-Masen
= Tidak ada nilai
K.
Kata
Kata yang berarti bentuk resmi atau
kembangan juga memiliki
arti sebagai filsafat. Kata memainkan peranan
yang penting dalam latihan karate. Setiap kata
memiliki embusen (pola dan arah) dan bunkai (praktik)
yang berbeda-beda tergantung dari kata yang
sedang dikerjakan. Kata dalam karate memiliki makna
dan arti yang berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan
sesuatu. Inilah kata sebagai filsafat.
Oleh sebab itulah kata memiliki
peranan yang penting sejak
jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam
karate. Gichin Funakoshi mengambil kata dari perguruan
Shorei dan Shorin. Shotokan memiliki 26 kata
yang terus dilatih hingga kini. Ada yang populer
ada pula yang tidak. Masing-masing kata mempunyai
tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu
wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk
mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.
Macam-macam kata dan Nama Aslinya dibelakang:
1.
Heian Shodan
= Pikiran yang damai (1) Pinan Nidan
2.
Heian Nidan = Pikiran yang damai (2) Pinan Shodan
3.
Heian Sandan
= Pikiran yang damai (3) Pinan Sandan
4.
Heian Yondan
= Pikiran yang damai (4) Pinan Yondan
5.
Heian Godan = Pikiran yang damai (5) Pinan Godan
6.
Tekki Shodan
= Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat
(1) Naihanchi
7.
Tekki Nidan = Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat
(2)
8.
Tekki Sandan
= Satria yang kuat, kuda-kuda yang kuat
(3)
9.
Bassai Dai = Menembus benteng (besar) Passai
10.
Kanku Dai = Menatap langit (besar) Kushanku
11.
Enpi = Burung layang-layang terbang Wanshu
12.
Hangetsu = Bulan separuh Seishan
13.
Jion Nama biksu Budha = pengampunan Jion
14.
Nijushiho = 24 langkah Niseishi
15.
Sochin = Memberi kedamaian bagi orang banyak Sochin
16.
Bassai Sho = Menembus benteng (kecil)
17.
Kanku Sho = Menatap langit (kecil)
18.
Jitte = Bertarung seolah-olah dengan kekuatan 10 orang
19.
Jitte Chinte
= Tangan yang luar biasa Chinte
20.
Meikyo = Cermin jiwa Rohai
21.
Jiin Gema Kuil = Dasar kuil
22.
Gankaku Bangau = diatas batu Chinto
23.
Wankan Mahkota raja Wankan Gojushiho Sho
= 54 langkah (kecil)
24.
Gojushiho Dai
= 54 langkah (besar)
25.
Useishi Unsu = Tangan seperti (menyibak) awan di angkasa. Hakko
L.
Kesimpulan
Karate atau karate-do merupakan
salah satu seni bela
diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan
dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan
adalah berdasarkan kepada kefahaman umum
adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
Serangan biasa ditujukan kepada
pertemuan urat walaupun hanya
untuk tumbukan dan belaan. Terdapat
pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan
yang mana amat sukar untuk ditahan atau
ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris
dan membulat adalah digunakan secara serentak
dan tidak mempunyai penamat yang mutlak.
Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada
masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan
seni beladiri yang terdahulu seperti kempo
dan sebagainya
M.
Saran
Bela diri pada waktu itu hanya
bersifat mempertahankan diri dari gangguan
binatang buas dan alam
sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk
dunia semakin meningkat, maka gangguan
yang datang dari manusia mulai timbul sehingga
keinginan orang untuk menekuni ilmu bela
diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari
ilmu membela diri untuk menjaga dari
gangguan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya