Cahaya Ilahi di Hati Pembunuh
Bayaran
Tatkala
Rasulullah saw. Dalam perjalanan dari Mekkah di Darun Nadwah (nama tempat
pertemuan) di rumah Abu Jahal. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan untuk
mengatakan sayembara, “Barangsiapa berhasil membawa Muhammad SAW. Kepada kami,
atau berhasil membawa kepalanya, maka kami, atau berhasil membawa kepalanya,
maka kami (tokoh kafir Quraisy) akan memberi hadiah 100 unta merah yang biji
hitam matanya.”
Kemudian,
berdirilah seorang diantara mereka, namanya Suraqah bin Malik. Ia berkata, “Aku
yang sanggup membawa Muhammad SAW.” Setelah itu ia langsung keluar mengejar Rasulullah
SAW.
Ketika
berhasil menemukan Rasulullah SAW., tanpa membuang waktu, Suraqah langsung
menghunus pedangnya hendak membunuh Rasulullah SAW. Pada saat itulah Allah SWT.
Menunjukkan kekuasaan-Nya. Allah SWT. Memerintah bumi untuk patuh kepada
perintah Rasulullah saw Rasulullah saw. Memerintahkan bumi untuk menahan
Suraqah, sehingga ia dan kudanya terperosok ke dalam bumi sampai sebatas
lututnya.
Ketika
melihat kudanya tidak dapat bangun, Suraqah memohon pertolongan kepada
Rasulullah saw, seraya berkata, "Wahai Muhammad, amankanlah diriku! Amankanlah
diriku!" Maka, Rasulullah saw, berdoa kepada Allah swt, untuk menolong
suraqah yang hampir tertelan bumi. Akhirnya, suraqah pun terbebas dari bahaya
hampir merenggut nyawanya.
Setelah
menyelamatkan Suragah, Rasulullah saw kembali melanjutkan perjalanannya menuju
Madinah. Namun, Suraqah kembali mengejarnya dengan pedang terhunus di
tangannya. Ternyata Suraqah masih tetap ingin membunuh Rasulullah saw, seperti
sebelumnya, Allah pun kembali memerintahkan untuk menelan kaki kuda suraqah. Bahkan, kini
amblasnya hingga ke batas pusarnya. Karena takut ditelan bumi, Suragah kembali
memohon pertolongan Rasulullah saw dengan amat memelas. “ Wahai Muhammad,
selamatkanlah diriku. Aku tidak akan setelah ini.”
Karena
mendengar permohonan Suraqah yang demikian memilukan Rasulullah saw. pun
memohon kepada Allah Swt. agar menyelamatkan Suraqah. Setelah selamat untuk
yang kedua kalinya, Suraqah kemudian turun dari kudanya dan menghadap
Rasulullah saw. untuk memohon ampun atas perbuatan jahatnya. Dengan penuh
kelembutan, Rasulullah saw, pun memafkannya. Suraqah akhirnya menyatakan
keislamannya di hadapan Rasulullah saw.
A.
Memahami
Al-Quran, Hadis dan Ijtihad sebagai sumber Hukum Islam
1.
Substansi
Dakwah Rasulullah saw, di Mekah
a.
Kerasulan
Nabi Muhammad saw. dan Wahyu Pertama
Menurut beberapa riwayat yang sahih,
Nabi Muhammad saw. pertamakali diangkat menjadi rasul pada malam hari tanggal
17 Ramadan saat usianya 40 tahun. Malaikat Jibril datang untuk membacakan wahyu
pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, yaitu Q.S al-Ahaq, Nabi
Muhammad saw, diperintahkan membacanya, namun Rasulullah saw berkata bahwa ia
tidak dapat membaca Malaikat Jibril mengulangi permintaannya, tetapi jawabannya
tetap sama. Kemudian, Jibril menyampaikan firman Allah Swt yaitu Q.S. Al
Alaq/96:1-5 sebagai berikut.
Artinya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia
dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya." (QS. Al Alaq/96:1-5)
Itulah wahyu pertama yang diterima oleh
Nabi Muhammad saw. sebagai awal diangkatnya sebagai rasul, Kemudian, Nabi
Muhammad saw, menerima ayat-ayat al Quran secara berangsur-angsur dalam jangka
waktu 23 tahun Ayat-ayat tersebut diturunkan berdasarkan kejadian faktual yang
sedang terjadi, sehingga hampir setiap ayat Al-Qur'an turun disertai oleh
Asbabun Nuzul (sebab/kejadian yang mendasari turunnya ayat). Ayat-ayat yang
turun sejauh itu dikumpulkan sebagai kompilasi bernama al-Mushaf yang juga dinamakan
Al-Qur’an.
b.
Ajaran-Ajaran
pokok Rasulullah saw. di Mekah
1)
Aqidah
Rasulullah saw. Diutus oleh Allah swt,
untuk membawa ajaran tauhid. Masyarakat Arab yang saat ia dilahirkan bahkan
jauh sebelum lahir, hidup dalam praktik kemusyrikan. Ia sampaikan kepada kaum Quraisy
bahwa Allah swt. Maha Pencipta. Segala sesuatu di alam ini, langit, bumi,
matahari, bintang-bintang, laut, gunung, manusia, hewan, tumbuhan, batu-batuan,
air, api, dan lain sebagainya itu merupakan ciptaan Allah swt. Karena itu,
Allah swt. Mahakuas atas segala sesuatu, sedangkan manusia lemah tak berdaya.
La Maha agung (Mulia), sedangkan manusia rendah dan hina. Selain Maha Pencipta
dan Mahakuasa, la pelihara seluruh makhluk-Nya dan la sediakan seluruh
kebutuhannya, termasuk manusia, Selanjutnya, Nabi Muhammad saw, juga
mengajarkan bahwa Allah Swt, itu Maha Mengetahui Allah Swt. mengajarkan manusia
berbagai macam ilmu pengetahuan yang tidak diketahuinya dan cara memperoleh dan
mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut.
Ajaran keimanan merupakan ajaran utama
yang diembankan kepada Rasulullah saw yang bersumber kepada wahyu-wahyu lahir,
Banyak sekali ayat Al-Quran yang memerintahkan beliau agar menyampaikan
keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang sempurna. Allah swt. berfirman yang
artinya: Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah swt, Yang Maha Esa. Allah
swt tempat meminta segala sesuatu, (Allah Swt) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak ado sesuatu yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas/112:1-4).
Ajaran tauhid ini berbekas sangat dalam
di hati Nabi dan para pengikutnya, sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat,
mapan dan tak tergoyahkan. Dengan keyakinan ini, para sahabat sangat percaya
bahwa Allah Swt. tidak akan membiarkan mereka dalam kesulitan dan penderitaan.
Dengan keyakinan ini pula, mereka percaya bahwa Allah swt an memberikan
kebahagiaan hidup kepada mereka. Dengan keyakinan ini pula, para sahabat
terbebas dari pengaruh kekayaan dan kesenangan dunia. Dengan keyakinan ini
pula, para sahabat mampu bersabar dan bertahan serta tetap berpegang teguh pada
agama ketika mereka mendapatkan tantangan dan siksaan yang amat keji dari
pemuka-pemuka Quraisy.
Dengan keyakinan seperti ini pulalah,
Nabi Muhammad saw dapat mengatakan dengan mantap kepada Abu Talib, "Paman,
demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan
di tangan kiriku agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan aku
tinggalkan. Biarlah nanti Allah swt yang akan membuktikan apakah saya
memperoleh kemenangan (berhasil atau binasa karenanya"
Ini pula yang menjadi rahasia mengapa
Bilal bin Rabbah dapat bertahan atas siksaan yang ia terima dengan tetap
mengucapkan "Allah Maha Esa" secara berulang-ulang.
2)
Akhlak
Mulia
Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad saw,
tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Sejak sebelum menjadi nabi, ia telah
tampil sebagai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh masyarakatnya sebagai
al-Amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi Muhammad saw, merupakan sosok
yang suka menolong dan meringankan beban orang lain. Ia juga membangun dan
memelihara hubungan kekeluargaan serta persahabatan. Nabi Muhammad saw tampil sebagai
sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan memuliakan tamu. Selain
itu, Nabi Muhammad saw juga tampil sebagai sosok yang berani dalam membela
kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah.
Nabi Muhammad saw, mengajak agar sikap
dan perilaku yang tidak terpuji yang dilakukan masyarakat Arab seperti berjudi,
meminum minuman keras (khamr), berzina, membunuh, dan kebiasaan buruk lainnya
untuk ditinggalkan. Selain karena pribadi Nabi Muhammad saw, dengan akhlaknya
yang luhur, ajaran untuk memperbaiki akhlak juga bersumber dari Allah Swt.
dalam Firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertawakallah kepada
Allah Swt, agar kamu mendapat rahmat (Q.S, Al-Hujurat/49:10).
Keterangan di atas memberikan penjelasan
kepada bagaimana Rasulullah saw memadukan teori dengan praktik. mengajarkan
akhlak mulia kepada masyarakatnya, sekaligus juga membuktikannya dengan
perilakunya yang sangat luhur. Akhlak Rasulullah saw, adalah apa yang dimuat di
dalam Al-Quran itu sendiri. Ia tidak hanya mengajarkan, tetapi juga
mencontohkan dengan akhlak terpuji.
Hal ini diakui oleh seorang penulis
Barat, Michael H. Hart dalam bukunya yang berjudul "100 Tokoh Paling Berpengaruh
di Dunia" dengan menempatkan Rasulullah sebagai manusia tersukses mengubah
perilaku manusia yang biadab menjadi manusia yang beradab.
2.
Strategi
Dakwah Rasululah saw. di Mekah
Dalam mendakwahkan ajaran-ajaran Islam
yang sangat fundamental dan universal, Rasulullah saw tidak serta-merta
melakukannya dengan tergesa-gesa. Ia mengerti benar bagaimana kondisi
masyarakat Arab saat itu yang dengan kemaksiatan dan praktik-praktik
kemunkaran. Mengubah pola pikir dan kebiasaan-kebiasaan atau adat istiadat
bangsa Arab khususnya kaum Quraisy bukanlah perkara mudah. Kebiasaan yang telah
dilakukan secara Jabal Tsur, salah satu tempat Rasul turun-temurun sejak
ratusan tahun melakukan strategi dakwah silam, ditambah lagi dengan pengaruh agama
Nasrani dan Yahudi yang sudah dikenal lama bahkan sudah banyak penganutnya.
Ada dua tahapan yang dilakukan
Rasulullah saw dalam menjalankan misi dakwah tersebut, yaitu dakwah secara
sembunyi sembunyi yang hanya terbatas di kalangan keluarga dan sahabat terdekat
dan dakwah secara terang-terangan kepada khalayak ramai
a.
Dakwah
secara Rahasia/Diam-Diam (al-Da'wah bi al-Sirr)
Agar tidak menimbulkan keresahan dan
kekacauan di kalangan masyarakat Quraisy, Rasulullah saw, memulai dakwahnya
secara sembunyi-sembunyi (al Da'wah bin al-Sirr). Hal tersebut dilakukan mengingat
kerasnya watak suku Quraisy dan keteguhan mereka berpegang pada keyakinan dan
penyembahan berhala. Pada tahap ini, Rasulullah saw, memfokuskan dakwah Islam
hanya kepada orang-orang terdekat, yaitu keluarga dan para sahabatnya. Rumah
Rasulullah saw (Darul Arqam) dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Di tempat
itulah, ia menyampaikan risalah risalah tauhid dan ajaran lslam lainnya yang
diwahyukan Allah Swt. kepadanya. Rasulullah saw, secara langsung menyampaikan dan
memberikan penjelasan tentang ajaran Islam dan mengajak pengikutnya untuk
meninggalkan agama nenek moyang mereka, yaitu dari menyembah berhala menuju
penyembah kepada Allah Swt. Karena sifat dan pribadinya yang sangat terpercaya dan
terjaga dari hal-hal tercela, tanpa ragu para pengikutnya, baik dari kalangan
keluarga maupun para sahabat menyatakan ketauhidan dan keislaman mereka di
hadapan Rasulullah saw.
Orang-orang pertama (as-sabiqunal
awwalun) yang mengaku kerasulan Nabi Muhammad saw. dan menyatakan keislamannya adalah
Siti Khadijah (istri Ali bin Abi Thalib (adik sepupu), Zaid bin Harisah
(pembantu yang diangkat menjadi anak), dan Abu Bakar Siddik (sahabat),
selanjutnya secara perlahan fetapi pasti, Rasulullah saw, makin bertambah. Di
antara mereka adalah Usman bin Affan, zubair bin Awwam, said bin Abi wagas, bin
Auf, Taha bin Ubaidillah, Abu ubaidillah bin Jarrah, Fatimah bin Khattab dan suaminya
Said bin Zaid al Adawi, Arqam bin Abil Arqam, dan beberapa orang lainnya yang
berasal dari suku Quraisy.
Bagaimana ajaran lslam dapat diterima
dan dianut oleh mereka yang sebelumnya terbiasa dengan adat istiadat masyarakat
Arab yang begitu mengakar kuat? Bagaimana mereka meyakini agama baru yang oleh
Rasulullah saw. Sebagai agama yang paling benar dan sempurna kemudian menjadi
pemeluknya? Bagaimana pula reaksi orang-orang yang mengetahui bahwa mereka
telah meninggalkan agama nenek moyang, yaitu menyembah berhala?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut di antaranya adalah seperti berikut.
1)
Pribadi Rasulullah saw yang begitu luhur
dan agung. Tidak pernah ia melakukan hal-hal yang tercela dan hina. Ia adalah
pribadi yang sangat jujur dan amanah (al-Amin), sabar, bijaksana, dan lemah-lembut
dalam menyampaikan ajakan serta ajaran Islam.
2)
Ajaran islam yang rasional, logis, dan
universal, menghargai hak-hak asasi manusia, memberikan hak yang sama, keadilan
dan kepastian hidup setelah mati.
3)
Menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya,
yaitu ajaran-ajaran yang dibawa oleh para rasul terdahulu berupa penyembahan terhadap
Allah swt berbuat baik terhadap sesama, menjaga kerukunan, larangan perbuatan
tercela seperti membunuh, berzina, dan lain sebagainya.
4)
Kesadaran akan tradisi dan
kebiasaan-kebiasaan lama yang begitu jauh dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai
kemanusiaan.
Berdakwah secara diam-diam atau rahasia
(Al-Da'wah bin Al-Sirr) ini dilaksanakan Rasulullah saw, selama lebih kurang
tiga tahun. Setelah memperoleh pengikut dan dukungan dari keluarga dan para
sahabat, selanjutnya Rasulullah saw, mengatur strategi dan rencana agar ajaran islam
dapat diajarkan dan disebarluaskan secara terbuka.
b.
Dakwah
secara Terang-terangan (Al-Da’wah bi al-Jahr)
Dakwah secara terang-terangan (al wah bi
al-Jahr) dimulai ketika Rasulullah saw menyeru kepada orang-orang Mekah, la
berdiri di atas sebuah bukit dan berteriak dengan suara lantang memanggil mereka.
Beberapa keluarga Quraisy menyambut seruannya Kemudian, ia berpaling kepada
sekumpulan orang sambil berkata, "Wahai orang-orang! Akankah kalian percaya
jika saya katakan bahwa musuh Anda sekalian telah bersiaga di sebelah bukit
(Safa) ini dan berniat menyerang nyawa dan harta kalian?" Mereka menjawab,
"Kami tak lalu berkata, mendengar Anda berbohong sepanjang hayat kami. "Wahai
bangsa Quraisyl Selamatkanlah dirimu dari neraka. Saya tak dapat menolong Anda
di hadapan Allah swt. Saya peringatkan Anda sekalian akan siksaan yang pedih!”
Ia menambahkan, "Kedudukan saya seperti penjaga, yang mengamati musuh dari
jauh dan segera berlari kepada kaumnya untuk menyelamatkan dan memperingatkan
mereka tentang bahaya yang akan datang.
Seiiring dengan itu, turun pula wahyu
Allah swt. agar Rasulullah saw. melakukannya secara terang-terangan dan
terbuka. Mengenai hal tersebut Allah swt. berfirman, yang artinya: "Maka sampaikanlah
(Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang yang musyrik. (Q.S Al-Hijr/15:94). Baca pula firman
Allah dalam Q.S. Asy-Syua’ara/26:214-216.
Berdasarkan ayat-ayat di atas Rasulullah
saw yakin bahwa sudah saatnya ia dan para pengikutnya untuk menyebarluaskan
ajaran Islam secara terbuka dan terang-terangan. Dengan dukungan istrinya Siti
Khadijah, paman yang setia membelanya, yaitu Abu Talib, serta para sahabat dan pengikutnya
yang setia ditambah pula dengan keyakinan bahwa Allah swt, senantiasa
menyertai, dimulailah dakwah suci ini. Pertama-tama dakwah dilakukan kepada
sanak keluarga, kemudian kepada kaumnya, dan penduduk Kota Mekah yang saat itu
penyembah kepada berhala begitu kuat.
Dari kalangan keluarga, ia mengajak
paman-pamannya termasuk Abu Lahab dan Abu Jahal yang terkenal sangat menentang
dakwah Rasul. Mereka menolak mentah-mentah ajakan Rasulullah saw mengatakan bahwa agama merekalah yang paling
benar. Penolakan yang disertai ejekan, cemoohan, hinaan bahkan ancaman tersebut
tidak lantas membuat Rasulullah berputus asa dan berhenti melakukan dakwah. Namun,
beliau makin tertantang untuk terus mengajak masyarakat memeluk agama tauhid.
Melihat kenyataan tersebut, Abu Lahab,
Abu Sufvan, dan kalangan serta pemuka lainnya meminta para penyair-penyair
Quraisy untuk mengolok-olok dan mengejek Nabi Muhammad saw Selain itu, mereka
juga menuntut Muhammad untuk menampilkan mukjizatnya seperti apa yang telah
ditampilkan oleh Musa as. Dan Isa as, seperti menjadikan bukit Safa dan Marwah
berubah menjadi bukit emas, menghidupkan orang yang sudah mati, menghalau
bukit-bukit yang mengelilingi Mekah, memancarkan mata air yang lebih baik dari zam-zam.
Tidak sampai di situ, bahkan mereka mengolok-olok Nabi dengan menyatakan
mengapa Allah swt, tidak menurunkan wahyu tentang harga barang-barang dagangan
agar mereka dapat berspekulasi.
Semua cemoohan, ejekan, dan ancaman yang
ditujukan kepada Rasulullah saw, dan para pengikutnya makin melecut semangat Rasulullah
saw. dengan terus bertambahnya jumlah pengikutnya. Pelan tetapi pasti, pengaruh
Rasulullah saw. dan ajaran Islam semakin diterima oleh masyarakat Mekah yang
telah muak dengan praktik-praktik kotor jahiliah.
Kenyataan ini mendorong para pemuka Quraisy
datang kembali kepada Abu Talib, paman yang selalu membela Rasul. Mereka
membawa seorang pemuda yang gagah yang bernama Umarah bin al-Walid bin al-Mugirah
untuk ditukarkan dengan Nabi Muhammad saw, yang ditolak oleh Abu Talib, Nabi
Muhammad saw terus saja berdakwah.
Untuk yang ketiga kalinya, para pembesar
Quraisy datang kepada Abu Talib. Mereka berkata, "Wahai Abu Talib, Anda
orang yang terhormat dan terpandang di kalangan kami. Kami telah meminta Anda untuk
menghentikan kemenakanmu, tetapi Anda tidak juga memenuhi tuntutan kami! Kami
tidak akan tinggal diam menghadapi orang yang memaki nenek moyang kami, tidak
menghormati harapan-harapan kami, dan mencaci maki berhala berhala kami.
Sebaiknya, Anda sendirilah yang menghentikan kemenakan Anda, atau jika tidak,
kami akan lawan hingga salah satu pihak binasa."
Sejak
saat itu, orang-orang Quraisy mencaci-maki dan menyiksa kaum muslimin tidak
terkecuali Nabi sendiri. Peristiwa yang paling terkenal adalah penyiksaan Bilal
(seorang budak dariAbisinia) la dipaksa untuk melepaskan agama, dicambuk,
dicampakkan di padang pasir, dan dadanya ditindih dengan batu yang lebih besar
dari badannya. Dalam siksaan semacam itu, Bilal tetap teguh dengan
keyakinannya; mulutnya terus mengucapkan Ahad, Ahad, (Allah Maha Esa, Allah
Maha Esa). Bilal terus menerus mengalami siksaan hingga ia dibeli oleh Abu
Bakar Siddik, Sebagai orang kaya, Abu Bakar banyak sekali memerdekakan budak di
antaranya adalah budak perempuan Umar bin Khattab.
Meskipun
Nabi Muhammad saw telah mendapat perlindungan dari Banu Hasyim dan Banu
Mutalib, ia masih juga mengalami penyiksaan. Ummu Jamil, istri Abu Lahab,
melemparkan najis ke depan rumahnya. Demikian juga Abu Jahal yang melemparkan
isi perut kambing kepada Nabi Muhammad saw ketika ia sedang salat Intimidasi
dan penyiksaan yang dialami oleh Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya berlangsung
dalam kurun waktu yang cukup lama. Kian hari kian keji siksaan yang mereka
terima. Namun demikian, Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya tetap tabah dan
terus memelihara dan meningkatkan keyakinan dan keimanan mereka,
Demikianlah,
setiap hari jumlah pengikut Nabi Muhammad saw terus bertambah. Kenyataan ini
menyesakkan dada kaum Quraisy oleh karena itu, mereka mengutus Utbah bin
Rabi'ah untuk bertemu dengan Nabi Muhammad saw Dalam pertemuannya dengan Nabi Muhammad
saw, ia mengatakan, "Wahai anakku, dari segi keturunan engkau mempunyai
tempat (bermartabat) di kalangan kami. Kini engkau membawa perkara besar yang
menyebabkan kaum Quraisy terpecah belah. Kini dengarkanlah, kami akan
menawarkan beberapa hal. Kalau engkau menginginkan harta, kami siap
mengumpulkan harta kami sehingga engkau menjadi yang terkaya di antara kami.
Jika engkau menginginkan pangkat atau jabatan, kami akan angkat engkau menjadi
pemimpin kami; kami tak akan memutus satu perkara tanpa persetujuanmu. Kalau
kedudukan raja yang engkau cari, kami akan menobatkan engkau menjadi raja. Jika
engkau mengidap penyakit akan kami usahakan syaraf yang tidak dapat engkau
sembuhkan, maka penyembuhannya dengan biaya yang kami tanggung sendiri hingga engkau
sembuh". Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw. membacakan surat al
Sajdah kepada Utbah. Ia terdiam dan tertegun serta insaf bahwa ia berhadapan
dengan seorang yang tidak gila harta tidak berambisi pada kekuasaan, dan bukan
pula orang yang gila.
Utbah
kembali kepada Quraisy dan menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan
Nabi Muhammad saw, serta menyaran agar mereka membiarkan Nabi Muhammad saw,
berhubungan secara bebas dengan semua orang Arab. Usul Utbah tentu tidak dapat
mereka terima, sebab mereka belum merasa puas jika belum mengalahkan Nabi Muhammad
saw. Oleh karena itu, mereka meningkatkan penyiksaan baik kepada Nabi Muhammad
saw. maupun kepada para pengikutnya.
Dengan
semangat kerasulannya serta keyakinan akan kebenaran ajaran Ilahi, gerakan
dakwah Rasulullah saw. makin tersebar luas, Teman, sahabat, bahkan orang yang
tidak dikenalnya, baik dari kalangan bangsawan terhormat maupun dari golongan
hamba sahaya banyak yang mendengar dan memahami ajaran Islam, kemudian memeluk agama
Islam dan beriman kepada Allah SWT. Rasulullah saw. Makin tegas, lantang dan
berani, tetapi tetap komitmen terhadap tugas fungsi, dan wewenangnya sebagai
rasul utusan Allah Swt
B.
Reaksi
Kafir Quraisy Terhadap Dakwah Rasulullah Saw.
Sebagaimana
yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, kaum kafir Quraisy terus berupaya
menggalang kekuatan agar Rasulullah saw, dan upayanya dalam penyebaran ajaran
Islam dapat dihentikan. Berbagai upaya mereka lakukan, mulai mengajak berdialog
dengan mengiming-imingi berbagai bantuan hingga kekerasan yang dilakukan terhadap
Rasulullah saw, dan para sahabat serta pengikut ajarannya. Puncak dari
kejengkelan mereka dengan cara memboikot Rasulullah saw, dan para sahabatnya
serta pengikutnya dari boikot ekonomi dan politik.
Apa
yang menyebabkan mereka begitu keras menolak dan geram terhadap ajaran yang
dibawa Rasulullah saw Apa yang salah dengan ajaran tentang kebenaran dan kasih
sayang yang merupakan idaman semua manusia beradab? Sebetulnya mereka
mengetahui dan memahami betul bahwa ajaran ilahi yang dibawa Rasulullah saw.
adalah ajaran yang lurus, benar, dan haq.
Ada
beberapa alasan kaum kafir menolak dan menentang ajaran yang dibawa Rasulullah
saw, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Kesombongan
dan Keangkuhan
Bangsa Arab jahiliah dikenal sebagai
bangsa yang sangat angkuh dan sombong Mereka menganggap bahwa semua yang telah
mereka lakukan adalah sesuatu yang benar. Mereka menganggap bahwa tidak salah dengan
apa yang mereka lakukan. Kesombongan mereka tercermin dari sya'ir-sya'ir yang
mereka buat, terutama kesombongan kaum Quraisy yang merasa suku mereka yang
paling terhormat dan paling berpengaruh. Mereka memandang bahwa mereka lebih mulia
dan tinggi derajatnya dari golongan bangsa Arab lainnya. Mereka tidak menerima
ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa islam oleh karenanya, mengakui dan
menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw akan menurunkan dan
menjatuhkan derajat dan martabat serta mengancam kedudukan mereka.
2.
Fanatisme
Buta Terhadap Leluhur
Kebiasaan yang telah mengakar kuat dan
turun temurun dalam melaksanakan penyembahan berhala dan kemusyrikan lainnya,
menyebabkan mereka sangat sulit menerima ajaran tauhid dan menyembah Allah swt
yang Ahad. Kebiasaan tersebut sudah mengkristal dan berakar, mereka sangat
sulit diberikan pemahaman bertauhid. Tuhan bagi mereka diwujudkan dalam bentuk
berhola berhala yang mereka buat sendiri sejak ratusan tahun lalu. Fanatisme
terhadap ajaran leluhur jelas-jelas telah menenggelamkan mereka ke dalam
kesesatan yang nyata.
Fakta tersebut ditegaskan oleh Allah swt
datamfirmannya "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah
(mengikuti apa yang diturunkan Allah swt, dan (mengikut) Rasul," Mereka
menjawab, "Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami
(mengerjakannya) Apakah mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?" (Q.S. Al-Ma'idah/5:104)
3.
Eksistensi
dan Persaingan Kekuasaan
Penolakan mereka terhadap ajaran
Rasulullah saw secara politis dapat melemahkan eksistensi dan pengaruh
kekuasaan mereka, jika mereka menerima Rasulullah saw, dengan ajaran yang
dibawanya, tentu saja akan berakibat pada lemahnya pengaruh dan kekuasaan mereka.
Kekuasaan dan pengaruh yang selama ini mereka dapatkan dengan menghalalkan berbagai
cara, tentu sangat bertolak belakang dengan ajaran Rasulullah saw, Itulah
sebabnya, mereka "mati-matian" mempertahankan eksistensi dan
keberadaan mereka untuk menolak Rasulullah saw.
C.
Contoh-contoh
Penyiksaan Quraisy terhadap Rasulullah saw, dan Para Pengikutnya
Berikut
adalah contoh-contoh penyiksaan kafir Quraisy terhadap Rasulullah saw, dan para
pengikutnya.
1.
Suatu hari, Abu Jahal melihat Rasulullah
saw, di Sofa, ia mencerca dan menghina tetapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah saw,
dan ia beranjak pulang. Kemudian, Abu Jahal pun bergabung dengan kelompoknya kaum
Quraisy di samping Ka'bah. Mendengar kejadian tersebut, Hamzah, paman Rasulullah
saw., marah seraya bangkit mencari Abu Jahal, ia kemudian menemukan Abu Jahal
yang sedang duduk di samping Ka'bah dengan kelompoknya kaum Quraisy Tanpa
banyak bicara, ia langsung mengangkat busur dan memukulkannya ke kepala Abu
Jahal hingga tengkoraknya terluka. "Engkau mencerca dia (Rasulullah saw),
padahal aku sudah memeluk agamanya. Aku menempuh jalan yang ia tempuh. Jika
mampu ayo, lawan aku!" tantang Hamzah.
2.
Suatu hari, Uqbah bin Abi Mu'it melihat
Rasulullah saw, bertawaf, lalu leher Rasulullah saw dengan sorbannya dan menjerat
menyeret ke luar Beberapa orang datang menolong Rasulullah saw, karena takut
kepada Bani Hasyim.
3.
Penyiksaan lain dilakukan oleh pamannya
sendiri, yaitu Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil yang tiada tara kejinya.
Rasulullah saw. Bertetangga dengan mereka. Mereka tak pernah berhenti
melemparkan barang-barang kotor kepadanya. Suatu hari mereka melemparkan
kotoran domba kepada nabi. Sekali lagi Hamzah membalasnya dengan menimpakan
barang yang sama ke kepala Abu Lahab.
4.
Quraisy memboikot kaum muslimin. Kaum
Quraisy memutuskan segala bentuk hubungan perkawinan dan perdagangan dengan
Bani Hasyim. Persetujuan pemboikotan ini dibuat dalam bentuk piagam,
ditandatangani bersama dan digantungkan di Ka’ba. Peristiwa ini terjadi pada
tahun ke-7 kenabian dan berlangsung selama tiga tahun. Pemboikotan ini
mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, kesengsaraan bagi kaum muslimin. Untuk
meringankan penderitaan kaum muslimin, mereka pindah ke suatu lembah di luar Kota
Mekah.
D.
Perjanjian
Aqabah
Kerasnya
penolakan dan perlawanan Quraisy, mendorong Nabi Muhammad saw melancarkan
dakwahnya kepada kabilah kobilah Arab di luar suku Quraisy. Dalam melakukan
dakwah ini, Nabi Muhammad saw. tidak saja menemui mereka di Ka'bah pada saat
musim haji, ia juga mendatangi perkampungan dan tempat tinggal para kepala
suku. Tanpa diketahui oleh seorang pun, Nabi Muhammad saw. pergi ke Taif. Di
sana ia menemui Taqif dengan harapan mau menerimanya dan memeluk Islam. Taqif
dan masyarakatnya menolak Nabi dengan kejam. Meski demikian, Nabi berlapang dada
dan meminta Taqif untuk tidak menceritakan kedatangannya ke Taif agar ia tidak
mendapat malu dari orang Quraisy Permintaan itu tidak dihiraukan oleh Taqif,
bahkan ia menghasut masyarakatnya untuk mengejek, menyoraki, mengusir, dan
melempari Nabi. Selain itu, Nabi mendatangi Bani Kindah, Bani Kalb, Bani Hanifah,
dan Bani Amir bin Sa'sa’ah ke rumah-rumah mereka. Tak seorang pun dari mereka
yang mau menyambut dan mendengar dakwah Nabi. Bahkan, Bani Hanifah menolak
dengan cara yang sangat buruk. Amir menunjukkan ambisinya, ia mau menerima
ajakan Nabi dengan syarat jika Nabi memperoleh kemenangan, kekuasaan harus
berada di tangannya.
Nabi
Muhammad saw, berkesimpulan bahwa tidak mungkin lagi mendapat dukungan dari
Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya, oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. Mengalihkan
dakwahnya kepada kabilah-kabilah lain yang ada disekitar Mekah yang datang
berziarah setiap tahun ke Mekah. Jika musim ziarah tiba. Nabi Muhammad pun
mendatangi kabilah-kabilah itu dan mengajak mereka untuk memeluk Islam.
Tak
berapa lama kemudian, tanda-tanda kemenangan datang dari Yasrib (Madinah) Nabi
Muhammad saw sesungguhnya mempunyai hubungan emosional dengan Yasrib. Di
sanalah ayahnya dimakamkan, sana pula terdapat famili familinya dari Bani
Najior yang merupakan keluarga kakeknya, Abdul Muttalib dari pihak ibu. Oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila di tempat ini kelak Nabi Muhammad saw. mendapat
kemenangan dan Islam berkembang dengan amat pesat.
Yasrib
merupakan kota yang dihuni oleh orang Yahudi dan Arab dari suku Aus dan Khazraj.
Kedua suku ini selalu berperang merebut kekuasaan. Hubungan Aus dan khazraj
dengan Yahudi membuat mereka memiliki pengetahuan tentang agama samawi. Inilah
salah satu faktor yang menyebabkan suku Arab tersebut lebih mudah menerima
kehadiran Nabi Muhammad. Ketika Yahudi mengalami kekalahan, suku Aus dan
Khazroj menjadi penguasa di Yasrib. Yahudi tidak tinggal diam, mereka berusaha
mengadu domba Aus dan Khazraj yang akhirnya menimbulkan perang saudara yang
dimenangkan oleh Aus. Sejak saat itu, orang-orang Yahudi yang sebelumnya tinggal
Yasrib. Aus dan Khazraj menyadari derita dan kerugian yang mereka alami akibat
permusuhan mereka. Oleh karena itu, mereka sepakat mengangkat Abdullah bin
Muhammad dan suku Khazraj sebagai pemimpin. Namun, hal itu tidak terlaksana.
Hal ini disebabkan beberapa orang Khazraj pergi ke Mekah pada musim ziarah (haji).
Kedatangan
orang-orang Khazraj ke Mekah diketahui Nabi Muhammad saw., dan ia pun segera
menemui mereka. Setelah nabi berbicara dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam, mereka pun
saling berpardangan dan salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh inilah Nabi
yang pernah dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepada kita, dan jangan sampai
mereka (Yahudi) mendahului kita. Setelah itu, mereka kembali ke Yasrib dan
menyampaikan berita kenabian Muhammad saw. Mereka menyatakan kepada
masyarakatnya bahwa mereka telah menganut Islam. Berita dan pernyataan yang
mereka sampaikan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Pada musim ziarah
tahun berikutnya, datanglah 12 orang penduduk Yasrib menemui Nabi Muhammad saw
di Aqabah. Di tempat ini mereka berikrar kepada Nabi yang kemudian dikenal
dengan Perjanjian Agabah 1. Pada Perjanjian Aqabah I ini, orang-orang Yasrib
berjanji kepada Nabi untuk tidak menyekutukan Tuhan. tidak mencuri, tidak
berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah, baik di depan
atau di belakang, jangan menolak berbuat kebaikan. Siapa mematuhi semua itu
akan mendapat pahala surga dan kalau ada yang melanggar persoalannya kembali
kepada Allah swt.
Selanjutnya,
Nabi menugaskan Musab bin Umair untuk membacakan Al-Qur’an, mengajarkan Islam
serta seluk-beluk agama islam kepada penduduk Yasrib. Sejak itu, tinggal di
Yasrib. Jika musim ziarah tiba, ia berangkat ke Mekah dan menemui Nabi Muhammad
saw. Dalam pertemuan itu, Mus’ab menceritakan perkembangan masyarakat muslim Yasrib
yang tangguh kuat. Berita ini sungguh menggembirakan Nabi dan menimbulkan
keinginan dalam hati Nabi untuk hijrah ke sana.
Pada
tahun 622 M, peziarah Yasrib yang datang ke Mekah berjumlah 75 orang, dua orang
di antaranya perempuan. Kesempatan ini digunakan nabi melakukan pertemuan
rahasia dengan para pemimpin mereka. Pertemuan Nabi dengan para pemimpin Yasrib
yang berziarah ke Mekah disepakati di Aqabah pada tengah malam pada hari-hari
Tasyriq (tidak sama dengan Tasyriq yang sekarang). Malam itu, Nabi Muhammad saw
ditemani oleh pamannya, Abbas bin Abdul Muttalib (yang masih memeluk agama
nenek moyangnya) menemui orang-orang
Yasrib. Pertemuan malam itu kemudian dikenal dalam sejarah sebagai Perjanjian
Aqabah II. Pada malam itu, mereka berikrar kepada Nabi sebagai berikut,
"Kami berikrar mendengar dan setia di waktu suka dan duka, di waktu
bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata yang benar di mana saja kami
berada, dan di jalan Allah swt. ini kami tidak gentar terhadap ejekan dan
celaan siapapun.”
Setelah
masyarakat Yasrib menyatakan ikrar mereka, Nabi berkata kepada mereka,
“pilihkan
buat saya dua belas orang pemimpin dari kalangan kalian yang menjadi penanggung
jawab masyarakatnya". Mereka memilih Sembilan orang dari Khazraj dan tiga
orang dari Aus. Kepada dua belas orang itu, nabi mengatakan, "Kalian
adalah penanggung jawab masyarakat kalian seperti pertangungjawaban pengikut
pengikut Isa bin Maryam. Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggung jawab.
"Setelah ikrar selesai, terdengar teriakan yang ditujukan kepada kaum
Quraisy, "Muhammad dan orang-orang murtad itu sudah berkumpul akan memerangi
kamu!". Semua kaget dan terdiam. Tiba-tiba Abbas bin salah seorang peserta
ikrar, berkata kepada Nabi, "Demi Allah swt. Yang mengutus anda
berdasarkan kebenaran, jika Nabi mengizinkan, besok penduduk Mina akan kami
'habisi' dengan pedang kami." Lalu, Nabi Muhammad saw, menjawab,
"Kita tidak diperintahkan untuk itu, kembalilah ke kemah kalian!"
Keesokan harinya, mereka bangun pagi pagi sekali dan segera bergegas pulang ke
Yasrib.
E.
Peristiwa
Hijrah Kaum Muslimin
1.
Hijrah
ke Abisinia (Habsyi)
Untuk menghindari bahaya penyiksaan,
Nabi Muhammad saw menyarankan para pengikutnya untuk hijrah ke Abisinia
(Habsyi). Para sahabat pergi ke Abisinia dengan dua kali hijrah. Hijrah pertama
sebanyak 15 orang; sebelas orang laki-laki dan empat orang perempuan, Mereka berangkat
secara sembunyi-sembunyi dan sesampainya di sana, mereka mendapatkan
perlindungan yang baik dari Najasyi (sebutan untuk Raja Abisinia). Ketika
mendengar keadaan Mekah telah aman, mereka pun kembali lagi. Namun, mereka
kembali mendapatkan siksaan melebihi dari sebelumnya. Karena itu, mereka
kembali hijrah untuk yang kedua kalinya ke Abisinia (tahun kelima dari kenabian
atau tahun 615 M). Kali ini mereka berangkat sebanyak 80 orang laki-laki,
dipimpin oleh Ja’far bin Abi Talib. Mereka tinggal di sana hingga sesudah Nabi
hijrah ke Yasrib (Madinah).
Peristiwa hijrah ke Abisinia ini sungguh
tidak menyenangkan kaum Quraisy dan
menimbulkan kekhawatiran yang sangat besar. Ada dua hal yang dikhawatirkan oleh
kaum Quraisy, yaitu pertama, kaum muslimin akan dapat menjalin hubungan yang luas
dengan masyarakat Arab kedua kaum muslimin akan menjadi kuat dan kembali ke
Mekah untuk menuntut balas. Oleh karena itu, mereka mengutus Amr bin ‘As dan
Abdullah bin Rabi'ah kepada Najasyi agar menyerahkan kaum muslimin berhijrah ke
sana. Dengan mempersembahkan hadiah yang besar kepada Najasyi, kedua utusan itu
berkata, "Paduka Raja, mereka yang datang negeri tuan ini adalah budak-budak
kami yang tidak mempunyai malu Mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka
dan tidak pula menganut agama Paduka: mereka membawa agama yang mereka ciptakan
sendiri, yang tidak kami kenal dan tidak juga Paduka pahami. Kami diutus oleh pemimpin-pemimpin
mereka, orang-orang tua mereka, paman-paman mereka, dan keluarga keluarga
mereka supaya Paduka sudi mengembalikan orang orang itu kepada
pemimpin-pemimpin kami. Mereka lebih mengetahui betapa orang-orang itu
mencemarkan dan mencerca agama mereka.
Najasyi kemudian memanggil kaum muslimin
dan bertanya kepada sampai membuat tuan-tuan meninggalkan mereka. "Agama
apa masyarakat tuan-tuan sendiri?" Kaum muslimin yang diwakili oleh Ja'far
bin Abi Talib menjawab, "Paduka Raja, masyarakat kami masyarakat yang bodoh,
menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan berbagai macam kejahatan,
memutuskan hubungan dengan kerabat, tidak baik dengan tetangga: yang kuat
menindas yang lemah.
Demikianlah keadaan masyarakat kami
hingga Allah swt. mengutus seorang rasul dari kami sendiri yang kami kenal asal
usulnya, jujur, dapat dipercaya, dan bersih. Ia mengajak kami hanya menyembah
kepada Allah Swt. Yang Maha Esa, meninggalkan batu batu dan patung-patung yang
selama ini kami dan moyang kami sembah. Ia melarang kami berdusta, menganjurkan
untuk berlaku hubungan kekerabatan, bersikap baik kepada tetangga dan
menghentikan pertumpahan darah la melarang kami melakukan segala perbuatan
jahat, menggunakan kata-kata dusta dan memakan harta anak yatim, dan mencemarkan
nama baik perempuan yang tak bersalah. Ia meminta kami menyembah Allah swt, dan
tidak mempersekutukan-Nya. Jadi, yang kami
sembah hanya Allah Swt. Yang tunggal, tidak memersekutukan-Nya dengan apa siapa
pun. Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang kami jauhidan yang
dihalalkankan kami lakukan. Karenalah itulah kami dimusuhi, dipaksa meninggalkan
agama kami. Karena mereka memaksa kami, menganiaya dan menekan kami, kami pun
keluar menuju negeri Paduka ini. Padukalah yang menjadi pilihan kami senang
sekali kami berada di dekat Paduka, dengan harapan di sini tidak ada penganiayaan”.
Mendengar pernyataan yang demikian fasih
dan santun, akhirnya Raja Najasyi memberikan perlindungan kepada kaum muslimin
hingga kemudian mereka hidup untuk beberapa lama di negeri yang jauh dari tanah
kelahirannya.
2.
Hijrah
ke Madinah
Peristiwa Ikrar Aqabah ll ini diketahui oleh
orang-orang Quraisy. Sejak itu tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum
muslimin makin meningkat. Kenyataaan ini mendorong Nabi segera memerintahkan sahabat-sahabatnya
untuk hijrah ke Yaşrib Dalam waktu dua bulan saja hampir semua kaum muslimin,
sekitar 150 orang telah berangkat ke Yasrib. Hanya Abu bakar dan Ali yang masih
menjaga dan membela Nabi di Mekah. Akhirnya, Nabi pun hijrah setelah mendengar
rencana Quraisy yang ingin membunuhnya.
Nabi Muhammad saw. dengan ditemani oleh
Abu Bakar berhijrah ke Yaşrib. Sesampai di Quba, 5 km dari Yaşrib, Nabi
beristirahat dan tinggal di sana selama beberapa hari. Nabi menginap di rumah
Umi Kalsum Hindun. Di halaman rumah ini
Nabi membangun sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun pada masa
lslam yang kemudian dikenal dengan Masjid Quba. Tak lama kemudian, Ali datang
menyusul setelah menyelesaikan amanah yang diserahkan Nabi kepadanya pada saat
berangkat hijrah.
Ketika Nabi memasuki Yaşrib, ia dielu-elukan
oleh penduduk kota itu dan menyambut kedatangannya dengan penuh kegembiraan.
Sejak itu, nama Yasrib diganti dengan Madinatun Nabi (kota Nabi) atau sering pula
disebut dengan Madinatun Munawwarah (kota yang bercahaya). Dikatakan demikian
karena memang dari sanalah sinar lslam memancar ke seluruh penjuru dunia.
MENERAPKAN PERILAKU MULIA
Perilaku
yang dapat diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. Pada periode Mekah
di antaranya adalah seperti berikut.
1.
Memiliki
Sikap Tangguh
Dalam upaya meraih kesuksesan,
diperlukan sikap tangguh dan pantang menyerah sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw. ketika ia berjuang memberantas kemusyrikan, Lihat pula
bagaimana orang-orang yang sukses meraih cita-citanya, mereka bersusah-payah
berusaha terus-menerus tanpa mengenal lelah, sehingga mereka menjadi orang yang
berhasil dalam cita-citanya. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan dan tidak
ada pula kesuksesan tanpa kerja keras dan tangguh pantang menyerah.
Ketangguhan datang dengan sendirinya. Ia
memerlukan pembelajaran dan latihan (riyadah) secara terus. Ketangguhan juga
harus didukung oleh kesehatan fisik dan pemahaman yang benar. Kedua-duanya harus
berjalan beriringan dan saling mendukung. Kekuatan fisik dibarengi dengan
pemahaman yang benar akan melahirkan manfaat yang besar, demikian pula
sebaliknya.
Sikap tangguh dalam kehidupan sehari-hari,
baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat di antaranya.
a.
Menggunakan waktu untuk belajar dengan
sungguh-sungguh agar mendapatkan prestasi yang tinggi
b.
Secara terus-menerus mencoba sesuatu
yang belum dapat dikerjakan sampai ditemukan solusi untuk mengatasinya.
c.
Melaksanakan segala peraturan di sekolah
sebagai bentuk pengamalan sikap disiplin dan tanggung jawab
d.
Menjalankan segala perintah agama dan
menjauhi larangannya dengan penuh keikhlasan.
e.
Tidak putus asa ketika mengalami
kegagalan dalam meraih suatu keinginan. Jadikanlah kegagalan sebagai cambuk
agar tidak mengalaminya lagi dikemudian hari.
2.
Memiliki
Jiwa Berkorban
Perhatikan bagaimana para pahlawan yang
berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini. Selain mereka berjuang dengan tangguh
dan pantang menyerah, mereka rela mengorbankan apa saja untuk kemerdekaan
bangsa ini. Perngorbanan mereka tidak hanya berupa harta, keluarga yang ditinggalkan,
bahkan mereka rela meregang nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan beragama dan
berbangsa.
Oleh karena itu, janganlah merasa bentuk
rela berkorban kepada berjuang tanpa memberikan pengorbanan yang berarti.
Perilaku yang mencerminkan jiwa berkorban dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
seperti berikut.
a.
Menyisihkan
Waktu Sebaik Mungkin Untuk Kegiatan Yang Bermanfaat
Hal ini penting mengingat waktu yang
kita miliki sangatlah terbatas. Jika waktu yang kita gunakan lebih banyak untuk
kegiatan yang percuma, siap-siaplah untuk menyesal karena waktu yang telah
lewat tidak akan kembali lagi.
Misalkan karena kamu tidak belajar
dengan sungguh-sungguh sementara kamu ingin lulus dengan nilai yang tinggi,
kamu akan menyesal karena mendapatkan nilai yang rendah dan harus mengulang
lagi.
b.
Mendahulukan
Kepentingan Bersama Di Atas Kepentingan Pribadi
Kepentingan bersama di atas
segala-galanya. Itulah kalimat yang sering diungkapkan oleh kebanyakan manusia.
Akan tetapi, kenyataannya belum tentu demikian. Kebanyakan manusia lebih
mengutamakan kepentingan pribadinya daripada kepentingan orang banyak, sebagai orang
yang beriman, tentu kita tidak boleh termasuk ke dalam golongan orang yang
demikian, Rasulullah saw mencontohkan, bagaimana ketika ia hendak berbuka puasa
dengan sepotong roti, sementara ada orang yang datang untuk meminta roti
tersebut karena sangat kelaparan, dan Rasul memberikan roti tersebut kepada
orang itu.
Dalam kehidupan sehari hari, perilaku
yang dapat kita lakukan dalam hal ini misalnya saat antre di tempat umum berkendara
di mana lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna merah menyala, dan lain
sebagainya untuk membantu orang lain yang
c.
Menyisihkan
Sebagian Harta Untuk Membantu Orang Lain Membutuhkan
Dalam harta kita terdapat sebagian hak
orang lain yang membutuhkannya. Islam mengajarkan bahwa bersedekah itu tidak
akan sedikit pun, bahkan ia akan mendatangkan harta yang lebih banyak lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya