PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI
ORANG TUA TERHADAP TINGKAT PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA SOSIOLOGI ANGKATAN 2008
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Memasuki
era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengalami perkembangan pesat. Tuntutan masyarakat semakin kompleks
dan persaingan sangat ketat. Hal ini harus didukung dengan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan
melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan faktor pendukung utama
terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif guna terciptanya masyarakat
yang sejahtera dan makmur serta memajukan bangsa dan negara. Dalam arti
luasnya, pendidikan mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan
melatih setiap individu.
Tujuan
pendidikan nasional berdasarkan UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sebagai berikut: Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah sejak orde baru telah mengadakan
perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hal
ini sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap
warga Negara berhak mendapat pengajaran”.Penyelenggaraan pendidikan melalui dua
jalur yaitu jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Pendidikan
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan perguruan
tinggi dengan proses pengajaran yang berjenjang dan berkesinambungan. Sedang
pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar
sekolah dan perguruan tinggi tanpa proses pengajaran yang berjenjang dan
berkesinambungan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang berada di luar
pendidikan formal. Dalam keluarga diselenggarakan pendidikan keluarga dengan
pemberikan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan mengenai agama, moral, etika,
budaya, dan keterampilan. Sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mendukung pendidikan. Dengan demikian, latar belakang keluarga
harus diperhatikan guna tercapainya pendidikan yang maksimal.
Orang
tua, masyarakat, dan pemerintah adalah tiga unsur yang bertanggungjawab dalam
mencapai keberhasilan pendidikan. Masyarakat dan pemerintah bertugas menyiapkan
sarana dan prasarana diselenggarakannya proses pendidikan, seperti kampus,
dosen, pengawai yang mengurusi administrasi kampus dalam suatu perguruan
tinggi. Bahar dalam Maftukhah (2007), menyatakan bahwa: pada
umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas lebih banyak
mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua mereka. Anak-anak
yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang mendapat bimbingan dan pengarahan
yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan
perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga
mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan anak karena keluarga adalah
lembaga sosial pertama dalam hidup manusia. Dalam keluarga, orang tua memiliki
tugas dan kewajiban dalam memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan anak, terutama
dalam hal finansial. Dikatakan bahwa orang tua yang berstatus sosial ekonomi
tinggi, tidaklah banyak mengalami kesulitan dalam proses pendidikan anaknya. Sebaliknya,
bagi orang tua yang berstatus sosial
Dalam
proses pembelajaran diperlukan sarana penunjang yang terkadang mahal. Akibatnya
bagi orang tua yang tidak mampu memenuhi sarana penunjang tersebut, maka
anak akan terhambat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber daya
manusia menjadi rendah sehingga menghambat kemajuan bangsa dan negara.
Keadaan
demikian dapat kita lihat di jurusan Sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu
Sosial Universita Negeri Makassar, dalam kelas tersebut terdapat mahasiswa-mahasiswi
dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Adanya
perbedaan status sosial ekonomi orang tua para mahasiswa-mahasiswi tersebut
mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran terutama dalam membiayai
seluruh keperluaan pembelajaran. Status sosial ekonomi orang tua merupakan
faktor dalam mencapai keberhasilan pendidikan.
Berdasarkan
uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengungkapkan bagaimana besarnya
pengaruh status sosial orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa
sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana
gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi angkatan
2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar?
b. Bagaimanakah
tingkat prestasi akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Makassar?
c. Seberapa
besar pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi
akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Makassar?
3. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi
angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
b. Untuk
mengetahui tingkat prestasi akademik mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
c. Untuk
mengetahui besarnya pengaruh status sosial ekonomi orang tua mahasiswa
sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
4. Manfaat
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
a. Secara
Teoritis
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi dan pengaruh status sosial
ekonomi orang tua mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar.
b. Secara
Praktis
Sebagai
bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dan
sebagai data dasar bagi perkembangan sistem pendidikan guna terciptanya sumber
daya manusia yang berkualitas.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
1. Teori
Stratifikasi
Dalam
masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam sosiologi
dikenal dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification).
Pitirim A. Sorokin dalam Soekanto (2003:228) menyatakan bahwa social
stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).
Menurut
Said Gatara dan Dzulkiah Said (2007:49), stratifikasi sosial adalah struktur
sosial yang memiliki lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat.
Selanjutnya
menurut Henslin (2007:178), stratifikasi sosial (social stratification)
merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan
sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting
untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu.
Stratifikasi sosial merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok
manusia ke dalam suatu hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif
mereka.
Adanya
sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk
mengejar suatu tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan
masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang
senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, mungkin
juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan
bagi tiap-tiap masyarakat.
Di
dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social
class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam
sosiologi, maka istilah kelas, juga tidak selalu mempunyai arti yang sama.
Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam
masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system
artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu
diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian
kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar
lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya
Dalam
Soekanto (2003:235) Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan
dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua
lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas
yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping
itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan
khusus dari masyarakat dan dinamakannya stand.
Joseph
Schumpeter dalam Soekanto (2003:235-236), mengatakan bahwa terbentuknya
kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan
masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala
kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui
riwayat terjadinya.
Soekanto
(2003:237-238) membagi empat dasar lapisan masyarakat:
a. Ukuran
kekayaan. Barangsiap yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah
yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta
bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal
dan seterusnya.
b. Ukuran
kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar, menempati lapisan atasan.
c. Ukuran
kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau
mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang
menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan
mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya.
Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar,
walau tidak halal.
Kedudukan
di atas tidaklah limitatif karena masih ada ukuran yang lain yang dapat
digunakan, akan tetapi ukuran-ukuran di atas sangat menentukan sebagai dasar
timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu. Pada beberapa masyarakat
tradisional di Indonesia, golongan pembuka tanahlah yang dianggap memiliki
status yang paling tinggi, menyusul para pemilik tanah, setelah itu mereka yang
hanya memiliki tanah pekarangan rumah saja. Dalam masyarakat perkotaan status
sosial ditentukan oleh standar keahlian yang dimiliki atau berada pada standar
penilaian ilmu pengetahuan.
2. Teori
Kecerdasan
Ada
tujuh kecerdasan yang digagas oleh Howard Garner yang biasa disebut Multiple
Intelligences. Ketujuh kecerdasan itu adalah: kecerdasan linguistik,
matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, interpersonal, dan
intrapersonal.
Setiap
anak bisa memiliki satu atau beberapa kecerdasan yang menonjol dan beberapa
kecerdasan lain yang normal atau bahkan rendah. Berikut penjelasan untuk setiap
kecerdasan:
a. Kecerdasan
linguistik. Kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun
tulisan. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau
struktur bahasa, fonologi (bunyi bahasa), semantik (makna bahasa), dimensi
paragmatik (penggunaan praktis bahasa). Penggunaan bahasa mencakup aspek
retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan
tindakan tertentu), mnemonik (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi),
eksplanasi (pengunaan bahasa untuk member informasi), dan meta bahasa
(penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Kecerdasan ini biasanya
dimiliki oleh pendogeng, orator, politisi, pembawa acara, pembicara publik,
pemceramah, sastrawan, dan sebagainya.
b. Kecerdasan
matematis-logis. Kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran yang benar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola dan
hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka sebab akibat), fungsi logis dan
abstraksi-abstraksi lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan matematis
antara lain: kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi,
penghitungan, dan pengujian hipotesis. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh
ahli matematika, insinyur, pekerja keuangan, ahli statistik, ilmuawan,
perencana, dan sebagainya.
c. Kecerdasan
spasial. Kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan
mentransformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar
unsur-unsur tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan,
mempresentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri
secara tepat dalam matrx spasial. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh
arsitek, dekorator, seniman, desainer, fotografer, sutradara film, dan
sebagainya.
d. Kecerdasan
kinestetis-jasmani. Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan
ide dan perasaan dan mengunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti
koordinasi keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan
maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal-hal yang berkaitan dengan
sentuhan. Kecerdasan ini biasa dimiliki oleh pengrajin, mekanik, dokter bedah,
at let, aktor, penari, dan sebagainya.
e. Kecerdasan
musikal. Kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal, dengan cara mempersepsi,
membedakan, mengubah, dan mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan
pada irama, pola titik nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu
lagu. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para musisi dan penyanyi.
f. Kecerdasan
interpersonal. Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud,
motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada
eksperesi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan untuk membedakan berbagai
macam tanda interpersonal; kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut
dengan tindakan pragmatis tertentu. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh:
politisi, pekerja sosial, psikolog, pewawancara dan sebagainya.
g. Kecerdasan
intrapersonal. Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan
pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat
(kekuatan dan keterbatasan diri); kesadaran akan suasana hati, maksud motivasi,
temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan
menghargai diri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh penulis, spritualis,
psikolog, ilmuwan, dan sebagainya.
3. Keadaan Sosial
Ekonomi Orang Tua
Keadaan
sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan
sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Dalam Maftukhah (2007)
sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi sesorang
dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi,
pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam
organisasi, sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah
posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan peraulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam
hubunganya dengan sumber daya.
Keluarga
dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memenuhi
segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain. Berbeda dengan keluarga yang
mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam
pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik dalam
Maftukhah (2007) bahwa keadaan sosial ekonomi yang baik dapat yang menghambat
ataupun mendorong dalam belajar. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber
kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu
kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak
adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh
yang tinggi terhadap prestasi belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan
anak yang berkenaan dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang
tua.
4. Prestasi
Akademik
Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu
usaha yang baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan (Qohar, 2000).
Prestasi
menyatakan hasil yang telah diicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya,
dengan hasil yang menyenangkan hati diperoleh dengan jalan keuletan kerja
(Nasrun, 2000).
Sobur
(2006) dalam Sahputra (2009) menyatakan bahwa prestasi akademik merupakan
perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat
bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi
adanya situasi belajar. Perwujudan bentuk hasil proses belajar tersebut dapat
berupa pemecahan lisan maupun tulisan, dan keterampilan serta pemecahan masalah
llangsung dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan tes yang standar.
Menurut
Setiawan (2000), prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu
pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha
belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi akademik, sebagaimana yang
dikemukakan Rola (2006) terdapat empat faktor yang mempengaruhi prestasi
akademik yaitu:
a. Pengaruh
keluarga dan kebudayaan
Besarnya
kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis pekerjaan orang tua
dan jumlah serta urutan anak dalam keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar
dalam perkembangan prestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu daerah seperti
cerita rakyat, sering mengandung tema prestasi yang bisa meningkatkan semangat.
b. Peranan
konsep diri
Konsep
diri merupakan bagaimana individu berfikir tentang dirinya sendiri. Apabila
individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu
akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam
tingkah lakunya.
c. Pengaruh
dari peran jenis kelamin
Prestasi
akademik yang tinggi biasanya diidentikkan dengan makulinitas, sehingga banyak
wanita yang belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada
diantara pria. Pada wanita terdapat kecenderungan takut akan kesuksesan, yang
artinya pada wanita terdapat kekhawatiran pada dirinya akan ditolak oleh
masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat ini konsep
tersebut masih diperdebatkan.
d.
Pengakuan dan prestasi
Individu
akan berusaha bekerja keras jika dirinya merasa diperdulikan oleh orang lain.
Dimana prestasi sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, keluarga, dan dukungan
lingkungan tenpat dimana individu berada. Individu yang diberi dorongan untuk
berprestasi akan lebih realistis dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan
dipihak lain Soemanto dalam Sahputra (2009) menyatakan faktor yang mempengaruhi
prestasi dan tingkah laku individu adalah:
a. Konsep
diri
Pikiran
atau persepsi individu tentang dirinya sendiri, merupakan faktor yang penting mempengaruhi
prestasi dan tingkah laku individu.
b. Locus
of Control
Dimana
individu merasa melihat hubungan antara tingkah laku dan akibatnya, apakah
dapat menerima tanggung jawab atau tidak atas tindakannya. Locus of control
mempunyai dua dimensi, yakni dimensi eksternal dan dimensi internal. Dimensi
eksternal akan menganggap bahwa tanggung jawab segala perbuatan berada di luar
diri pelaku. Sedangkan dimensi internal melihat bahwa tanggung jawab sebagai
perbuatan berada pada diri si pelaku. Individu yang memiliki locus of
control eksternal memiliki kegelisahan, kecurigaan, dan rasa permusuhan.
Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal suka bekerja
sendiri dan efektif.
c. Kecemasan
yang dialami
Kecemasan
merupakan gambaran emosional yang dikaitkan dengan ketakutan. Dimana dalam
proses belajar mengajar, individu memiliki derajat dan jenis kegelisahan yang
berbeda.
d. Motivasi
belajar
Jika
motivasi individu untuk berhasil lebih kuat daripada motivasi untuk tidak
gagal, maka individu akan segera merinci kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Sebaliknya, jika motivasi individu untuk tidak gagal lebih kuat, individu akan
mencari soal yang lebih mudah atau lebih sukar.
Setiap
individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya pastilah sedikit banyak
memiliki keinginan berprestasi. Namun yang membedakan antara individu yang
memiliki keinginan berprestasi tinggi dan rendah adalah keinginan dirinnya
untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan baik (Rola, 2006).
Sobur
dalam Sahputra (2009) menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki keinginan
berprestasi tinggi adalah, berprestasi dihubungkan dengan seperangkat standar.
Seperangkat standar tersebut dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi
diri sendiri yang lampau, serta tugas yang harus dilakukan. Memiliki tanggung
jawab pribadi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Adanya kebutuhan untuk
mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat diketahui
dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya, lebih baik atau lebih
buruk. Menghindari tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, akan tetapi
memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang. Inovatif, yaitu dalam melakukan
proses pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik
dari yang sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara yang
lebih baik dan menguntungkan dalam pencapaian tujuan. Tidak menyukai
keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, dan ingin
merasakan kesuksesan atau kegagalan disebabkan oleh tindakan individu itu
sendiri.
Dengan
demikian, individu yang memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi adalah
individu yang memiliki standar berprestasi, memiliki tanggung jawab pribadi
atas apa yang dilakukannya, individu lebih suka bekerja pada situasi dimana
dirinya mendapat umpan balik sehingga dapat diketahui seberapa baik tugas yang
telah dilakukannya, individu tidak menyukai keberhasilan yang bersifat
kebetulan atau karena tindakan orang lain, individu lebih suka bekerja pada
tugas yang tingkat kesulitannya menengah dan realistis dalam pencapaian
tujuannya, individu bersifat inovatif dimana dalam melakukan tugas selalu
dengan cara yang berbeda, efisien, dan lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan
demikian, individu merasa lebih dapat menerima kegagalannya atas apa yang
dilakukannya.
5.
Kerangka Pikir
Secara
teoritis dikatakan bahwa ada pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua
terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa. Secara sederhana dapat terlihat
bahwa keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi akan mudah
memenuhi segala kebutuhan hidupnya, termasuk dalam kemudahan memperoleh
akses-akses yang berhubungan dengan pendidikan. Sebaliknya, keluarga yang memiliki
status sosial ekonomi rendah akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki maka anak
mengalami kesulitan dalam memperoleh pendidikan.
6.
Hipotesis
Berdasarkan
pemaparan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh antara
status sosial ekonomi orang tua terhadap tingkat prestasi akademik mahasiswa
sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
1.
Populasi
dan Sampel
a. Populasi
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda yang ada di sekitar kita (Sugiyono, 2009:80).
Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan mahasiswa sosiologi
angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar yang berjumlah
54 mahasiswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 36 perempuan.
b. Sampel
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2009:81). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan
karena peneliti menganggap populasi dalam penelitian ini adalah homogen yaitu
keseluruhan populasi adalah mahasiswa.
2.
Variabel
Penelitian
Hatch
dan Farhady (1981) dalam Sugiyono (2009:38) mendefinisikan variabel sebagai atribut
seseorang, atau subjek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang
lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Dalam
penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu:
a. Variabel
Independen
Dalam
penelitian ini variabel independen (variabel bebas) adalah kondisi status
sosial ekonomi orang tua mahasiswa yaitu:
1)
Tingkat pendidikan
2)
Tingkat pendapatan
3)
Pemilikan kekayaan
4)
Jenis tempat tinggal
b. Variabel
Dependen
Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah
prestasi akademik mahasiswa yaitu nilai Indeks Prestasi Akademik (IPK)
mahasiswa sosiologi angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Makassar.
3.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel
penelitian (Sugiyono, 2009:202).
Dalam
penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan yaitu:
a. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua mahasiswa.
b.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi akademik mahasiswa.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket.
Angket digunakan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi orang tua mahasiswa
dan prestasi akademik mahasiswa.
5.
Teknik
Analisis Data
Dalam
penelitian ini teknik analisis data yang dipakai adalah statistik deskriptif
untuk memberikan deskriptif atau gambaran data yang diperoleh. Untuk analisis
data ini dilakukan pengumpulan data dengan menentukan skor responden sesuai
penskoran yang ditentukan. Selanjutnya menjumlahkan skor tersebut. Untuk
menentukan skor (deskriptif persentase) digunakan rumus:
DP = x 100%
Ket:
DP
: Deskriptif persentase
N
: Jumlah seluruh nilai yang diharapkan
n
: Nilai yang diperoleh
Data
yang diperoleh dari angket dianalisis melalui tahapan yaitu:
a. Mengelompokkan
data sesuai dengan jenisnya.
b. Membuat
tabulasi data.
c.
Data yang telah ditabulasikan, diolah dalam bentuk komputerisasi.
Arikunto
dalam Maftukhah (2007), untuk mempermudah analisis data dari angket yang
bertingkat maka perlu diketahui skor yang diperoleh responden dari hasil angket
yang diisi. Untuk itu perlu ditentukan kriteria penskoran sebagai berikut:
a. Untuk
alternatif jawaban a diberi skor 4
b.
Untuk alternatif jawaban b diberi skor 3
c. Untuk
alternatif jawaban c diberi skor 2
d. Untuk
alternatif jawaban d diberi skor 1
Untuk
menentukan kriteria penskoran adanya hubungan antara status sosial ekonomi
orang tua terhadap prestasi akademik mahasiswa digunakan perhitungan sebagai
berikut:
a. Persentase
skor maksimal = ( 4 : 4 ) x
100% = 100%
b.
Persentase skor minimal
= ( 1 : 4 ) x 100% = 25%
c. Rentang
= 100% - 25%
= 75%
d.
Panjang kelas
interval
= 75% :
4
= 18,75%
Metode
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh status sosial ekonomi
orang tua terhadap prestasi akademik mahasiswa, data dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Mencari persamaan garis regresi
digunakan teknik analisis regresi linear satu variabel dengan persamaan sebagai
berikut:
Y
= a + bX
Ket:
Y
: Variabel terikat (prestasi akademik)
a
: Konstanta
b
: koefisien regresi variabel X
X
: Variabel bebas (kondisi sosial ekonomi)
6.
Jadwal
Penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Tahun
2011
|
|||||||||||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
||||||||||||||
1.
|
Persiapan
|
x
|
x
|
x
|
|||||||||||||
2.
|
Pengumpulan
Data
|
x
|
x
|
X
|
x
|
||||||||||||
3.
|
Penulisan
Laporan Dan Konsultasi
|
x
|
x
|
x
|
x
|
||||||||||||
4.
|
Penggandaan
|
x
|
DAFTAR
PUSTAKA
Buku:
Henslin,
James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, jilid 1, edisi 6.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nasution,
S. Prof, Dr. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta:
Penerbit Bumi Aksara.
Said
gatara, A.A, dan Dzulkiah Said, Moh. 2007. Sosiologi Politik, Konsep dan
Dinamika Perkembangan Kajian. Bandung: CV Pustaka Setia.
Soekanto,
Soerjono. 2003. Soosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Sugiyono,
Prof,. Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Undang-undang:
UU
RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 Republik Indonesia.
Internet:
Maftukhah.
2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar
Geografi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun
2006/200, skripsi diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
geografi pada Universitas Nsegeri Semarang, (Online), (digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0152/.../doc.pdf
diakses pada tanggal 1 Januari 2011).
Nasrun.
2000. Prestasi Belajar, (Online), (http://www.prestasi.com/belajarnews/0544/saq/html., diakses pada tanggal 14 Januari
2011).
Qohar.
2000. Prestasi Belajar Akademik, (Online), (http://www.prestasi+akademik-/belajarnews/235/saq/html., diakses pada tanggal 14 Januari
2011).
Sahputra,
Naam. 2009. Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa S1 Keperawatan
Smester III Kalas Ekstensi PSIK FK USU Medan, skripsi, (Online), (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14291/1/09E00579.pdf
diakses pada tanggal)
Setiawan.
2000. Meraih Nilai Akademik Maksimal, (Online), http://www.pend-tinggi.com/nilai098+akademik/html., diakses pada tanggal 14 Januari
2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya