KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan rahmat-Nya
laporan hasil praktikum ini dapat
terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai salah
satu
syarat mata pelajaran
Mulok.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada guru pembimbing ibu Rika A yang telah banyak membantu serta
membimbing kami baik
dalam praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya baik
dari segi isi, penampilan maupun teknik pengetikannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah pengetahuan kita.
Taba Penanjung, 7 Maret 2017
Penyusun
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang………………………………………………………………………1
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………………………...2
C.
Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….2
D.
Manfaat
Penulisan…………………………………………………………………...2
BAB II METODE PERCOBAAN
A.
Kajian Pustaka……………………………………………………………………….3
B.
Proses Pembuatan Tempe…………………………………………………...............3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan……………………………………………………………………5
B.
Pembahasan………………………………………………………………………….5
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………….6
B.
Saran…………………………………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun
merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber
protein nabati yang cukup tinggi.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh.
stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk
padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal
sebagai ragi tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur
yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh
mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali
jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap
bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang
tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak
senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa
tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia
banyak yang telah menggunakan tempe sebagai penggantidaging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia,
tidak hanya diIndonesia. Berbagai praktikum di
sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang
berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopusuntuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau
memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini
dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena
galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkanhak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang
(memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus
oryzae aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu
menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida
dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus
oryzae mampu menghasilkan protease (Margiono, 1992).
Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986),Rhizopus sp tumbuh
baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada praktikum semakin lama waktu fermentasi, pH
tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH
tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga
membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan
dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman
mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses
fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur
kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai
menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan
produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp.
Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna
menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya
perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses
fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan
mencegah penyakit perut seperti diare.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan :
1. Bagaimanakah proses pembuatan tempe?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat
laporan hasil praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui bagaimana proses pembuatan tempe.
D.
Manfaat Penulisan
Hasil penulisan laporaan hasil praktikum ini diharapkan dapat
bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan
dapat hasil penulisan laporan hasil praktikum ini dapat memberikan kontribusi
teori bagi penulisan laporan hasil praktikum yang lain yang sejenis dengan
judul laporan hasil praktikum ini.
Secara praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga
dapat bermanfaat menjadi sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak
melakukan penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan
mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe serta
bagaimana proses pembuatan tempe.
BAB II
METODE PERCOBAAN
A. Kajian Pustaka
1. Pembuatan Tempe
Pada dasarnya proses
pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada
media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut.
Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya
protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga
mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang
tidak melalui proses fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai
dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks
kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna
karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika
yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
B. Proses Pembuatan Tempe
1. Waktu dan Tempat
a. Waktu: Senin, 6 Maret
2017
b. Tempat: Di rumah Wita
Apriani
2. Alat dan Bahan
Alat :
a.
Baskom
b.
Saringan
c.
Dandang
d.
Kipas angin/kipas
e.
Sotel kayu
f.
Tampah
g.
Kompor
h.
Peralatan lain yang
diperlukan
Bahan :
a.
Kacang kedelai
b.
Ragi tempe
c.
Kantong plastic, atau daun
pisang atau daun jati
3. Langkah
Kerja
a. Cucilah tampah, ayakan, kipas angin dan cukil yang akan digunakan,
kemudian keringkan.
b. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang
tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
c. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam
dengan air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai dapat menyerap air
sebanyak mungkin)
d. Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak kemudian, cuci atau
bilas dengan menggunakan air bersih
e. Kukus / rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
f. Setelah biji kedelai tersa empuk, tuangkan biji-biji tersebut
pada tampah yang telah dibersihkan, lalu diangin angin dengan kipas/kipas angin
sambil di aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
g. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit
sambil siaduk-duk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
h. Siapkan daun pisang atau kantong plasik atau daun jati untuk
membungkus. Bila kantong plastic yang digunakan sebagai pembungkus, berilah
lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
i. Masukkan kedelai yang telah diberi ragi tempe (RAPRIMA) kedalam
pembungkus, atur ketebalannya sesuai dengan selera.
j. Proses fermentasi kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu
atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai
tertutupi jamur.
Catatan:
1.
Perhatikan kebersihan
tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan meningkatkan kualitas tempe
yang dihasilkan.
2.
Suhu ruang yang lebih
hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan praktikan pada
dua hari berturut-turut setelah pengolahan kedelai hingga menjadi tempe adalah
sebagai berikut:
- Pengamatan I (Selasa, 7 Maret 2017/Pukul 12.00 WIB)
Kedelai yang terbungkus masih dalam keadaan
panas dan mengembun.
- Pengamatan II (Rabu, 8 Maret 2017/Pukul 06.00 WIB)
Jamur merata, tekstur rata dan bau tempe.
B.
Pembahasan
Pada pengamatan I keadaan bungkus
kedelai dipenuhi uap air akibat panas yang masih ditimbulkan oleh proses
fermentasi dan mycelia putih dari jamur belum merata (masih terlihat
padatan/biji kedelai).
Pada pengamatan II masih ada biji
kedelai yang terlihat akan tetapi keadaan kedelai telah terbungkus sempurna
oleh mycelia putih dari jamur, karena padatan kedelai menempel pada
pembungkusnya maka padatan kedelai tersebut terlihat membentuk tekstur yang
rata sesuai bentuk pembungkusnya dan pastinya tercium bau yang khas dari bungkusan
kedelai tersebut yaitu bau tempe.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman
mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses
fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur
kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai
menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan
produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp.
Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna
menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya
perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses
fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan
mencegah penyakit perut seperti diare.
B.
Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan dan praktikum melakukan
secara serius dan cermat serta selalu mempertimbangkan dari kebersihannya. Dalam
melakukan percobaan sebaiknya tetap dalam pengawasan guru pembimbing, agar
hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Setiadi. 2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan
UNPAD, Bandung.
Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia,
Jakarta.
Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan.
PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian sangat berharga bagi saya